Anda di halaman 1dari 102

LAPORAN KOLEKTIF DASAR-DASAR ILMU TANAH

(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah)

Oleh

Kelompok 7

LABORATORIUM ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2010
Nama anggota kelompok 7

Adi M. Muslih 0814023001


Agung Mubyarto 0814023050
Angginesa Pradika 0814023005
A. Verga Liantini As 0714021032
Azzahra Adhe M. 0814023061
Bondan Galuh Yoga P. 0814023016
Cahya Indah F. 0814023063
Eka Melawati 0854023013
Finco Harki Nugroho 0854023014
Fani Pratama Kusuma Y 0814023016
Neni Heriani 0814023093
Rian Arya 0814023103
Rizky Dwi Saputra 0854023032
Siti Nuraini 0814023115
Suci Sundari 0814023119
Umi Muslimawati 0814023043
PENGENALAN PROFIL TANAH

l. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah yang digunakan dalam praktikum adalah bagian dari permukaan bumi
yang mengandung dan menopang kehidupan atau mampu sebagai media
tumbuh tanaman .

Batas atas tanah adalah udara atau air yang dangkal. Batas bawah tanah sulit
ditentukan atau sampai batuan di bawahnya.

Tanah berbentuk lapisan-lapisan diatas batuan terkonsolidasi sebagai akibat


interaksi dari bahan induk, iklim, makhluk hidup, topografi, dan pada periode
waktu tertentu.

Walaupun batas bawah dari tanah tidak bias didefinisikan, tetapi batas bawah
tersxebut dapat ditandai dengan batas aktivitas biologi seperti batas perakaran,
dan kehidupan mikroba tanah. Jika aktivitas biologi lebih dari 200 cm, maka
secara konvensi batas terbawah tanah adalah 200 cm ( 2 meter ).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum pengenalan profil tanah yaitu :

a. Dapat mengtetahui warna, struktur dan tekstur tanah

b. Dapat menentukan lapisan-lapisan tanah

c. Dapat mengetahui apa sebenarnya yang di maksud profil tanah secara


nyata.

ll. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi tempat
tumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan
penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi ( senyawa porganik dan anorganik sederhana dan
unsure-unsur esensial seperti N, P,K,Ca, Mg, S, CU, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan lain-
lain ), dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota ( organisme ) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif ( pemacu
tumbuh, proteksi ) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu
menunjang produktifitas tanah untuk mengehasilkan biomassa dan produksi baik
tanaman pangan, obat-obatan, industry perkebunan, maupun kehutanan ( Kemas
A.H. 2007 ).

Profil tanah merupakan suatu iris dan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan
cara membuat lubang dengan ukuran panjang, dan lebar serta kedalam tertentu
sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh
alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam ( natural
forces ) Terhadap proses pembentukan mineral, serta pembentukan dan pelapukan
bahan-bahan koloid ( Hakim,dkk. 1982 ).
Hasil pelapukan batuan-batuan yang bercampur dengan sisa batuan dari organism
yang hidup diatasnya. Selain itu, terdapat pula udara dan air di dalam tanah. Air
dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap
ketempat lain, di samping pencampuran bahan organic didalam proses
pembentukan tanah, terbentuk pula lapisan-lapisan tanah, ( Hardjowigeno.1985 ).

Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan
klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan
tanah yang lebih tepat. Adapun faktor-faktor pembentuk tanah, maka potensi
untuk membentuk berbagai jenis tanah yang berbeda amat besar, ( Foth. 1999 ).

Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan
cara membuat lubang dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalam tertentu
sesuai denagb keadaan tanah dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam
( natural force ), ( Hakim. 1982 ).

Dalam rangka penelitian tanah, kadang-kadang diperlukan deskripsi ( penguatan )


profil tanah. Dari pengamatan sifat-sifat tanah di lapangan serta di sokong oleh
analisis contoh tanah di laboratorium yang di ambil dari tiap horizon, di dalam
profil, maka dapat ditentukan jenis tanahnya. Tiap jenis tanah dan tipe tanah
memiliki ciri yang khas di pandang dari tiap horizon di dalam profil atau dari
sifat-sifat fisik dan kimianya. Profil tanah ialah penampang tegak/vertikal tanah
di mulai dari permukaan tanah sampai lapisan induk bawah tanah. Solum tanah
adalah penampang tanah di mulai dari horizon A hingga horizon B. Terdapat
horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis
menyugestikanbahwa beberapa proses tertentu, umumnya terdapat dalam
perkembangan pembentukan profil tanah, ( Gobenhog.1994 ).

Pembentukan lapisan atau perkembangan horizon dapat membangun tubuh alam


yang di sebut tanah. Tiap tanah di cirikan oleh susunan horizon tertentu. Secara
umum dapat di sebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua atau lebih
horizon utama. Tiap horizon dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur
dan sifat morfologis lainnya, ( Pairunan.1985 ).

Faktor-faktor pembentukan tanah adalah tidak tergantung ( bebas ), namun perlu


di lihat situasinya. Oleh karena itu dari seluruh faktor pada bentang lahan yang
efektif sehingga hanya satu faktor peubah yang tampak. Hal ini menjadikan
sekuen-sekuen tanah dapat dikatakn hanya di rajai oleh faktor tunggal sehingga
dapat ditemui tanah-tanah climosekuen, biosekuen, toposekuen,litosekuen, dan
kronosekuen, ( Jenny.1941 ).
lll. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil dari pengamatan yang dilakukan di peroleh data dalam table
sebagai berikut :

Table Pengamatan Profil Tanah


lapisan Simbol lapisan Kedalaman ( cm )
1 A 0-22
2 BT 22-32
3 BW 32-60
4 BC 60-120

B. Pembahasan

Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit bumi. Sedangkan profil
tanah didefinisikan sebagai irisan vertikal tanah dari lapisan atas hingga ke bahan
induk tanah. Profil dari tanah mineral yang telah berkembang lanjut biasanya
memiliki horizon-horizon sebagai berikut ; O-A-E-B-C-R.

 Horizon O
Horizon O merupakan horizon yang terdiri dari bahan serasah atau sisa-sisa
tanaman ( Oi ) dan bahan organik tanah hasil dekomposisi serasah ( Oa ).
 Horizon A
Horizon A adalah horizon mineral berbahan organik tanah ( BOT ) tinggi
sehingga berwarna agak gelap.
 Horizon E
Horizon E adalah bahan horizon mineral yang telah tereloviasi ( tercuci ) sehingga
kadar BOT, liat siikat, Fe dan Al rendah tetapi kadar pasir dan debu kuarsa
( seskuoksida ) dan mineral resisten lainnya tinggi serta berwarna terang.

 Horizon B
Horizon B adalah horizon eluviasi yaitu horizon akumulasi bahan eluvial dari
horizon di atasnya.

 Horizon C
Horizon C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan
induk atau belum terjadi perubahan secara kimiawi.

 Horizon R
Horizon R adalah bahan induk tanah.

Dan tiap horizon pun dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur dan
sifat morfologis lainnya. Sebelumnya kita harus mengetahui apa itu lapisan tanah.
Lapisan tanah adalah formasi yang dibentuk oleh berbagai lapisan dalam, yang
secara spesifik dapat dibedakan secara geologi, kimiawi, dan biologi, termasuk
proses pembentukannya.

Horizon adalah lapisan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi
dan berbeda dengan lapisan yang berdekatan. Biasanya setiap horizon
dilambangkan dengan huruf-huruf dan setiap horizon mempunyai cirri-ciri dan
kekhasannya yang membedakan dengan horizon lain.

Berdasarkan dari hasil atau data pengamatan, terlihat bahwa setiap tanah
mempunyai horizon-horizon yang berbeda. Pada lapisan 1 pada profil dalam
mempunyai kedalaman 0-22 cm, dan warna cokelat kehitaman, warna gelap
tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh kandungan bahan organic yang tinggi
yang terdekomposisi karena didalamnya bahan organic terjadi peristiwa
immobilisasi, dimana ion Ee, al dan Mn berpengaruh besar dala perombakan
bahan organic sehingga ion –ion tersebut mudah difiksasi oleh ion P. penyebab
lainnya adalah adanya perbedaan nyata dari sifat tetraktif ( aksi pembiasan cahaya
) kompojen padatan tanah dan udara.

Lapisan 2 atau lapisan yang dilihat berdasarkan struktur yaitu lapisan yang di beri
symbol BT, dengan kedalaman 22-32 cm dan memiliki warna cokelat yang sedkit
gelap. Lapisan BT atau lapisan utamanya B atau suatu horizon peralihan antara
horizon B dan A1 atau antara horizon B dengan A2, yang watak horizon ini di
rajai oleh watak atau sifat horizon B2 di bawahnya.

Lapisan 3 dengan symbol BW yang merupaka horizon-horizon pelikan, terbentuk


atauberdekatan dengan permukaan tanah sebagai tempat pelonggokan bahan
organic terhumufiksasi, yang terkait erat dengan pelikan.

Lapisan 4 yaitu dengan symbol BC atau biasa di sebut sebagai lapisan transisi.
Dapat merupakan peralihan antara horizon B dan C, dimana watak penciri horizon
B2 diatasnya terlihat jelas tetapi berasosiasi dengan ciri watak horizon B2. Pada
lapisan ke empat ini terletak diantara 60-120 cm, dan mempunyai warna yang
lebih terang daripada ketiga lapisan di atasnya.

Pada penentuan lapisan tanah atau horizon mengalami beberapa kendala, yaitu
dari lahan yang lembab karena basah dengan air hujan sehingga kesulitan dalam
menentukan atau melihat sruktur tanah. Namun sebelumnya pun lahan untuk
pengamatan profil tanah yang seharusnya berada pada kedalaman sekitar 180-
200cm atau 2m, lahan tergenang air sehingga kedalaman hanya berada pada
kisaran 120cm.
Dari lahan yang lembab, ini mempersulit pengamatan pada praktikum kali ini.
Walau ada beberapa kendala pengamatan profil tanah, praktikum atau pengamatan
tetap berjalan. Pisau digunakan untuk menyegarkan tanah agar mempermudah
praktikan mengetahui warna ataupun struktur tanah. Serta ketika menentukan
warna tanah seharusnya menggunakan kertas munsell soil colour chart agar
mempermudah kita menentukan warna tanah tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah yaitu, bahan induk


organism, topografi, iklim, dan waktu. Adanya beberapa tingkatan atau variasi
faktor-faktor pembentuk tanah maka untuk menentukan berbagai jenis tanah yang
berbeda adalah amat besar ( foth, H.D. 1999 ).
1. Bahan induk

Keadaan alamin bahan induk akan mempunyain pengaruh terputus pada


sifat-sifat tanah muda, mereka dapat memakai satu pengaruh yang
mendalam dalam perkembangan tanah termasuk tekstur, komposisi
mineral dan tingkat stratifikasi.

Pembentukan tanah dapat di mulai segera setelah penimbunan abu


vulkanik tetapi harus menunggu penghancuran batu an keras secara fisik,
dimana granit dibuka. Penghancuran batuan dapat membatasi lajudan
kedalaman perkembangan tanah, dimana laju penghancuran melebihi laju
pemindahan bahan oleh erosi.

2. Iklim

Pengaruh iklim yang penting mempengaruhi pembentukan tanah adalah


presipitasi dan temperature. Iklim juga mempengaruhi pembantukan tanah
secara tidak langsung yang menentukan vegetasi alami. Tidaklah terlalu
mengejutkan bahwa terdapat beberapa penyebaran iklim, vegetasi dan
tanah yang pararel di permukaan bumi. Setiap kenaikan 10°c akan
menaikkan laju reaksi kimia dua sampai tiga kali. Meningkatnya
pelapukan dan kandungan liat terjadi dengan meningkatnya rata-rata
temperature tanah. Rupanya hanya tanah-tanah yang sangat muda
mempunyai tingkatan pengaruh iklim yang konstan selama genesa tanah.

3. Organisme

Tanaman mengabsobsi unsure hara dari tanah dan mengangkut nutrient ke


tajuk tanaman, bila tajuk mati dan jatuh kepermukaan tanah perombakan
bahan organic akan melepaskan unsure hara untuk kesuburan dirinya
sendiri.

Profil tanah rumput mengandung lebih banyak bahan organic terdistribusi


lebih uniform di dalam tanah daripada tanah hutan. Tanah dengan
vegetasi hutan kira-kira separuh dari kadungan bahan organic dan
terdistribusi tidak merata dengan tingkat perkembangan profil tanah lebih
sempurna. Horizon-horizon pada solum lebih asam dan persentase jenuh
basa yang rendah dan lebih banyak liat yang akan dipindahkan dari
horizon A ke horizon B.

4. Topografi

Topografi mengubah perkembangan profil tanah dalam tiga cara, yaitu :

a. Mempengaruhi jumlah presipitasi yang di absorpsi dan di tahan dalam


tanah, sehingga mempengarui kelembaban

b. Mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah oleh erosi

c. Mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspense atau larutan dari


daerah yang satu ke daerah yang lain.

5. Waktu
Tanah sebagai hasil evolusi berubah secara tetap seperti perubahan bentuk
bui. Mereka mempunyai siklus hidup dengan keadaan yang sama dimana
bentuk muka bumi lambat laun menembus suatu siklus. Siklus hidup
tanah teristimewa termasuk bahan induk, tanah muda, tanah matang dan
tanah tua. Pada tanah-tanah muda, kandungan bahan organic meningkat
dengan cepat sebab laju pertambahan melebihi laju dekomposisi.

Kematangan dicirikan oleh kandungan bahan organic yang konstan


sebagai penambah di imbangi oleh yang hilanh. Unsure yang tua dicirikan
oleh kandungan bahan organic yang rendah dan menurun yang
menunjukkan bahwa laju pertambahan susut dari tanah menjadi lebih
mudah dilapukkan.

lV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasn yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :

a. Warna pada lapisan 1 cokelat kehitaman, lapisan 2 cokelat agak gelap, lapisan
3 cokelat, lapisan 4 cokelat yang lebih terang dari ketiga lapisan diatasnya
dan memiliki struktur yang remah dan granular.

b. Lapisan tanah yang terdapat pada lahan praktikum adalah lapisan A, BT,BW,
dan BC
c. Profil tanah yaitu suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang
memperlihatkan lapisan-lapisan tanah.

d. Kedalam efektif untuk profil tanah dapat ditentukan dengan melihat batasan
perakaran tumbuh.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Hanafiah, Kemas. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta:Raja Grafindo


Persada.

Buckman, O, Hanry, Brady, C, Nyle. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Barat Karya
Aksara.

Foth,HD dan L.N.Turk . 1999. Fundamental of soils science. New York:fifth Ed.
John. Waley & soil.
Gobahong, prof. Dr. 1994 Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas
Lampung.

Hakim, N. M.Y, dkk.1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas


Lampung.

Harjowigeno, S. 1985. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademik Persindo

Kartasapoetra, A. G, Ir. Dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah Dan Air. Jakarta:
Rineka Cipta

Pairunan. A. K. dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Ujung Pandang: BKPT


INTIM

Purwowidodo. 1991. Ganesa Tanah. Jakrta: Rajawali.

Tim Penyusun. 2010. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung:


Universitas Lampung.

PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Mengapa dalam memilih tempat untuk membuat profil tanah harus alami ?

2. Mengapa penampang pengamatan profil tanah harus dipilih pada sisi


lubang penampang yang mendapat sinar matahari?

Jawab
1. Harus alami karena agar kita dapat benar-benar mengetahui secara jelas
keadaan tanah yang sebenarnya, dan itupun untuk memudahkan kita dalam
pengamatan. Serta jika memilih tempat yang telah diolah maka
penampang profilnya akan berubah, maka batasan lapisan akan susah
untuk ditentukan. Dan agar material-material pengganggu bersih atau
tidak adalagi.

2. Penampang pengamatan profil tanah harus pada sisi lubang penampang


yang mendapat sinar matahari karena untuk mempermudah dalam
mengamati lapisan-lapisan yang ada pada profil tanah tersebut.

PENGAMBILAN CONTOH TANAH UNTUK ANALISIS FISIK,


KERAPATAN ISI, KERAPATAN JENIS, DAN RUANG PORI TOTAL

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengambilan Contoh Tanah untuk Analisis Fisik

Untuk analisis sifat fisik tanah diperlukan tiga macam contoh tanah, yaitu antara
lain contoh tanah utuh untuk penetapan kerapatan isi, kerapatan jenis, dan ruang
pori total, pF dan permeabilitas; contoh tanah dengan agregat utuh untuk
penetapan kemantapan agregat dan nilai COLE; dan contoh tanah terganggu untuk
penetapan-penetapan kadar air, tekstur, konsentrasi, dan kadar air optimum.
Pengangkutan contoh tanah utuh harus dilakukan dengan hati-hati. Guncangan-
guncangan yang dapat merusak struktur tanah harus dihindari, maka dianjurkan
untuk menggunakan peti khusus yang besarnya disesuaikan dengan ukuran dan
jumlah tabung.

Jumlah ulangan untuk setiap kjedalaman pengambilan minimal dua. Persiapan


sebelum berangkat ke lapangan harus dilakukan dengan teliti, berapa jumlah
tabung pengambil contoh yang perlu dibawa dan cadangannya serta peralatan
lainnya. Penyimpanan contoh tanah perlu diperhatikan. Contoh tanah yang
disimpan lama dalam ruangan yang panas akan mengalami perubahan, karena
terjadinya pengerutan dan aktivitas jasad mikro. Penyimpanan contoh tanah
sebaiknya dalam ruangan yang lembab (kelembaban relatif lebih kurang 90% )
dan suhu lebih kurang 180 C dengan vanasi cukup kecil.

Kerapatan Isi, Kerapatan Jenis, dan Ruang Pori Total

Kerapatan isi adalah bobot kering suatu isi tanah dalam keadaan utuh yang
dinyatakan dalam 9lcm3. isi tanah terdiri dari isi bahan padatan dan isi ruangan di
antaranya. Bagian isi tanah yang tidak terisi oleh bahan padat, baik bahan mineral
maupun bahan organik disebut ruang pori tanah. Kerapatan jenis zarah adalah
massa (bobot) suatu unit yang hanya terdiri dari bagian padatan dan dinyatakan
dalam gram tiap sentimeter kubik.

Ruang pori total adalah isi seluruh pori-pori dalam suatu isi tanah utuh yang
dinyatakan dalam persen, yang terdiri atas ruang diantaranya partikel pasir, debu,
liat serta ruang diantara agregat agregat tanah.
Untuk mendapatkan kerapatan jenis zarah tidaklah mudah karena peubah ini
merupakan fungsi dari nisbah antara komponen mineral dan bahan organik tanah.
Untuk komponen mineral tanpa memperhatikan banyaknya besi dan mineral-
mineral berat, kerapatan jenis zarah rata-rata adalah 2,65. Sedangkan untuk bahan
organik dari tanah normal (bukan gambut) rata-rata 1,45. Jika bahan organik lebih
dari 1%, kerapatan jenis zarah harus dikurangi dengan 0,02 untuk tiap persen
bahan organik.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Dapat mengetahui perbedaan kerapatan isi, kerapatan jenis, dan ruang pori
total.
2. Dapat menghitung kerapatan isi, kerapatan jenis, dan ruang pori total.
3. Dapat menghitung dan menetapkan kadar air.

I. TINJAUAN PUSTAKA

Bahan tanah tersusun atas empat komponen, yaitu bahan padat mineral, bahan
padat organik, air, dan udara. Bahan padat mineral terdiri atas sibir batuan dan
mineral primer, lapukan batuan dan mineral, serta mineral sekunder. Bahan padat
organik terdiri atas sisa dan rombakan jaringan jasad, terutama akar tumbuhan, zat
humik, dan jasad hidup penghuni tanah, termasuk akar tumbuhan hidup. Air
mengandung berbagai zat terlarut. Maka disebut juga larutan tanah. Udara tanah
berasal dari udara atmosfer, akan tetapi mengalami perubahan susunan karena
saling tindaknya dengan tanah. Bahan padat merupakan komponen terbesar, maka
tanah berkelakuaan sebagai bahan padat. Bahan padat membentuk kerangka tanah.
Air dan udara tanah mengisi pori-pori di antara kerangka tanah. Oleh karena
menempati ruangan yang sama, antara air dan udara tanah selalu terjadi
persaingan dalam menempati pori. Dalam tanah basah, kebanyakan pori terisi air
dan dapat menyebabkan terjadinya kahat udara. Sebaliknya, dalam tanah kering
kebanyakan pori ditempati udara dan dapat menyebabkan terjadinya kahat air.
Sifat fisik tanah merujuk kepada tabiat dan perilaku mekanik, termal, optik,
koloidal, dan hidrologi tyanah. Tabiat dan perilaku menghadirkan sejumlah
parameter yang dapat diamati dan atau diukur (Tejoyuwono Notohadiprawiro,
1999).

Bagi tetanaman fungsi pertama tanah adalah sebagai media tumbuh dan sebagai
tempat akar berpenetrasi (sifat fisik) yang selama cadangan nutrisi (hara) masih
tersedia di dalam benih, hanya air yang diserap oleh akar-akar muda, kemudian
bersamaan dengan makin berkembangnya perakaran cadangan makanan ini
menipis, untuk melengkapi kebutuhannya maka akar-akar ini menyerap nutrisi
baik berupa ion-ion anorganik seperi N, P, K dan lain-lain, senyawa organik
sederhana, serta zat-zat pemacu tumbuh. Kemudahan tanah untuk dipenetrasi
tergantung pada ruang pori-pori yang terbentuk di antara partikel-partikel tanah,
sedangkan stabilitas ukuran ruang tergantung pada konsistensi tanah terhadap
pengaruh tekanan. Kerapatan porositas menentukan kemudahan air untuk
bersikulasi dengan udara. Sifat fisik lain yang penting adalah warna dan suhu
tanah. Warna mencerminkan jenis mineral penyusun tanah, reaksi kimiawi,
intensitas pelindian dan akumulasi bahan yang terjadi. Sedangkan suhu
merupakan indikator energi matahari yang dapat diserap oleh bahan-bahan
penyusun tanah (Hanafiah, 2007).

Pori tanah adalah ruang-ruang yang terletak antara padatan bahan tanah. Pori
tanah diklasifikasikan berdasar pada ukuran yang setara ruang antar bahan padat
tanah. Pengklasifikasian pori tanah dapat dilaksanakan dengan menganggap pori
tanah ini sebagai badan tunggal di dalam tubuh tanah. Antar poribesar berukuran
setara akan dihubungkan oleh sekumpulan pori-pori berukuran sangat kecil. Pada
susunan padat sederhana butiran pasir, dengan pori yang berbentuk dan berukuran
serupa, saling berhubungan, maka bidang kerut-tegas yang terlihat dianggap
sabagai batas dari suatu pori. Pori dengan O < 30 mikron berperan penting bagi
jasad renik tanah dan tanaman, pori dengan O 30-100 mikron penting pada
fenomena pergantian udara tanah dan cadangan untuk transpot dan pengagihan air
tanah, dan pori dengan O > 100 mikron berperan besar dalam mempercepat laju
penetrasi udara ke bagian tubuh tanah sebelah dalam, serta mempercepat pelaluan
air. Pori tanah dapat dikelompokkan menjadi delapan kategori, yaitu packing void
yang terdiri dari simple packing dan compoud packing, vugh, vesicle, channel dan
chamber, plane yang terdiri dari joint, craze dan skew (Poerwowidodo, 1990).

Sifat-sifat fisika tanah berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak


penggunaan (yang diharapkan dari) tanah. Kekokohan dan kekuatan pendukung,
drainase dan kapasitas penyimpanan air, plastisitas, kemudian kemudahan
ditembus akar, aerasi, dan penyimpanan hara tanaman semuanya secara erat
berkaitan dengan kondisi fisika tanah. Oleh karena tiu, erat kaitannya bahwa jika
seseorang berhadapan dengan tanah dia harus mengetahui sampai berapa jauh dan
dengan cara apa sifat-sifat tersebut dapat diubah. Hal ini berlaku apakah tanah itu
akan digunakan sebagai medium untuk pertumbuhan tanaman atau sebagai bahan
struktural dalam pembangunan.
Bobot merupakan kerapatan tanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua
batasan yaitu :
1. Kerapatan partikel (bobot partikel, BP) adalah bobot massa partikel padat
per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel
2,6 g/cm3.
2. Kerapatan massa (bobot isi, BI) adalah bobot massa tanah kondisi
lapangan yang dikering-ovenkan per satuan volume. Nilai kerapatan massa
tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah,
makin besar akan makin berat (Henry D. Foth, 1994).
II. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Data Pengamatan
Sampe Bobot Tabung + Tanah Tabung + Diameter Tinggi
l tanah tabung(g) tanah basah(g) tanah (cm) (cm)
basah(g) kering(g)
T1U1 72.65 263.23 190.58 207.74 5.2 4.7
T1U2 70.04 248.29 178.25 195.75 5.3 4.8
T2U1 77.03 281.41 204.38 224.24 5.5 4.8
T2U2 78.04 261.92 183.88 207.37 5.5 4.8

Perhitungan
1. Bobot Basah Tanah = Berat Basah(Tabung + Tanah Basah) – Bobot Tabung
a. T1U1 = 263.23 g – 72.65 g = 190.58 g
b. T1U2 = 248.29 g – 70.04 g = 178.25 g
c. T2U1 = 281.41 g – 77.03 g = 204.38 g
d. T2U2 = 261.92 g – 78.04 g = 183.88 g

2. Bobot Air = Bobot Tanah Basah – Bobot Tanah Kering


- bobot tanah kering = tabung + tanah kering – bobot tabung
a. T1U1 = 207.74 g – 72.65 g = 135.09 g
b. T1U2 = 195.75 g – 70.04 g = 125.71 g
c. T2U1 = 224.24 g – 77.03 g = 147.21 g
d. T2U2 = 207.37 g – 78.04 g = 129.33 g

Bobot Air a. T1U1 = 190.58 g – 135.09 g = 55.49 g


b. T1U2 = 178.25 g – 125.71 g = 52.54 g
c. T2U1 = 204.38 g – 147.21 g = 57.17 g
d. T2U2 = 183.88 g – 129.33 g = 54.55 g

3. Kadar Air (P%)


Bobot air
P% = -------------------------- X 100%
Bobot tanah kering

a. T1U1 = 55.49___ x 100% = 41.08%


135.09

b. T1U2 = _ 52.54___ x 100% = 41.79%


125.71

c. T2U1 = __ 57.17 x 100% = 38.84%


147.21

d. T2U2 = _ _54.55__ x 100 = 42.18%


129.33
4. Bobot Kering Tanah = Bobot Tanah Basah – P (Bobot Tanah Basah)
100
a. . T1U1 = 190.58 – 41.08 (190.58 ) = 190.58 – 78.29 = 112.29 g
100

b. T1U2 = 178.25 – 41.79 (178.25 ) = 178.25 – 74.49 = 103.76 g


100

c. T2U1 = 204.38 – 38.84 (204.38 ) = 204.38 – 79.38 = 125 g


100

d. T2U2 = 183.88 – 42.18 (183.88 ) = 183.88 – 77.56 = 106.32 g


100

5. Isi tanah = Isi tabung = 3.14 x (d) 2 x t


2
2
a. T1U1 = 3.14 x (5.2) x 4.7 = 3.14 x 6.76 x 4.7 = 99.76 cm3
2
b. T1U2 = 3.14 x (5.3)2 x 4.8 = 3.14 x 7.0225 x 4.8 = 105.84 cm3
2
c. T2U1 = 3.14 x (5.5)2 x 4.8 = 3.14 x 7.5625 x 4.8 = 113.98 cm3
2
d. T2U2 = 3.14 x (5.5)2 x 4.8 = 3.14 x 7.5625 x 4.8 = 113.98 cm3
2
6. Kerapatan isi = bobot kering tanah g/cm3
isi tanah

a. T1U1 = 112.29 g = 1.13 g/cm3


99.76 cm3

b. T1U2 = 103.76 g = 0.98 g/cm3


3
105.84 cm

c. T2U1 = 125 g = 1.09 g/cm3


113.98 cm3

d. T2U2 = 106.32 g = 0.93 g/cm3


113.98 cm3

7. Ruang pori total = (1 – kerapatan isi ) x 100%


kerapatan jeni zarah

a. T1U1 = ( 1 – 1.13 ) x 100% = ( 1 – 0.43 ) x 100% = 57%


2.65

b. T1U2 = ( 1 – 0.98 ) x 100% = ( 1 – 0.37 ) x 100% = 63%


2.65

c. T2U1 = ( 1 – 1.09 ) x 100% = ( 1 – 0.41 ) x 100% = 59%


2.65

d. T2U2 = ( 1 – 0.93 ) x 100% = ( 1 – 0.35 ) x 100% = 65%


2.65

Tabel 2. Hasil Penerapan Kerapatan Isi, Kerapatan Jenis Zarah, dan Ruang
Pori Total

Sampel tanah Tinggi Kerapatan isi Kerapatan jenis Ruang pori


tabung(cm) (g/cm3) zarah total (%)
T1U1 4.7 1.13 2.65 57
T1U2 4.8 0.98 2.65 63
T2U1 4.8 1.09 2.65 59
T2U2 4.8 0.93 2.65 65

Perbandingan antara lokasi 1 dan 2 dapat dilihat pada tabel berikut


Lokasi / daerah Kerapatan isi (g/cm3) Ruang pori total (%)
Lokasi 1 1.055 60
Lokasi 2 1.01 62
Kerapatan isi dari lokasi 1 didapatkan dari hasil rata-rata pada
T1U1 dan T2U2 yaitu ; T1U1 + T2U2 = 1.13 + 0.98 = 1.055 g/cm3
2 2
dan ruang pori total dari lokasi 1 didapatkan dari hasil rata-rata, yaitu
T1U1 + T2U2 = 57% + 63% = 60%
2 2

sedangkan pada lokasi 2 juga didapatkan dari hasil rata-rata


T2U1 dan T2U2 untuk kerapatan isi dan ruang pori total, yaitu :

Kerapatan isi = T2U1 + T2U2 = 1.09 + 0.93 = 1.01 g/cm3


2 2
ruang pori total = T2U1 + T2U2 = 59% + 65% = 62%
2 2

B. Pembahasan
Dalam pengambilan contoh tanah untuk analisis fisik tanah terdapat kegiatan-
kegiatan atau cara kerja di lokasi lapangan. Pertama-tama tanah yang menjadi
bahan untuk pengambilan contoh tanah dibersihkan dan diratakan permukaannya.
Keadaan tanah jangan terlalu kering maupun basah. Selain itu, tabung silinder
besi diletakkan tegak pada tanah tersebut lalu ditekan ke dalam. Kemudian untuk
membantu pengambilan tanah yang utuh, maka digunakan tabung lain yang
diletakkan di atas tabung pertama kemudian ditekan lebih dalam lagi sampai batas
setengah dari tabung yang kedua. Untuk mengambil tabung yang pertama, tanah
harus digali sampai kedalaman tanah lebih pada tabung pertama sehingga contoh
tanah dapat utuh. Penggalian tanah menggunakan sekop atau cangkul dan setelah
terangkat tabung kedua dipisahkan dan dibersihkan. Sedangkan pada tabung
pertama, kelebihan sisa-sisa tanah dipotong dengan menggunakan kater. Dan
dipotong sampai rata dan utuh di dalam tabung. Kemudian ditutup dengan plastik
agar kelembaban tanah terjaga. Kegiatan ini diulang sebanyak dua kali sehingga
dapat dibedakan antara contoh tanah yang satu dengan yang lain. Pengambilan
contoh tanah ini dilakukan pada dua lokasi.
Sebelum mengambil contoh tanah dilapangan, tabung-tabung tersebut dihitung
diameter dan tingginya dengan jangka sorong. Selain itu, tabung-tabung juga
ditimbang bobotnya agar setelah mengambil contoh tanah, bobot tanah basah
dapat dihitung. Setelah tabung terisi penuh dengan tanah, maka kembali
ditimbang dan ditutup dengan plastik dari aluminium. Selanjutnya dimasukkan ke
dalam oven dengan suhu 1050C selama 24 jam. Lalu setelah 24 jam tanah tersebut
dimasukkan ke dalam desikator. Hal ini bertujuan unutk menyamakan suhu
contoh tanah dengan suhu ruangan. Contoh tanah yang dimasukkan ke dalam
desikator ditunggu (dibiarkan) selama 1 jam. Setalah 1 jam, plastik dibuka dan
ditimbang kembali dan dicatat bobot keringnya. Setelah itu tanah dibersihkan.

Dari perhitungan yang telah dibahas ini didapatkan hasil-hasil untuk kerapatan isi
dan ruang pori total. Selain itu, bobot tanah basah dan juga bobot tanah kering
serta bobot air dan kadar air tanah. Dalam hal ini terdapat perbedaan – perbedaan
antara lokasi 1 dan lokasi 2, yakni :
a. Tekstur tanah
Kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir. Pengaruh tekstur tanah terhadap
proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorphtif, yang semakin
halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar kapasitas simpan
airnya.

b. Kadar bahan organik tanah (BOT)


BOT mempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak dibandingkan partikel
mineral tanah, yang berarti luas permukaan penjerap (kapasitas simpan) air juga
lebih banyak. Makin tinggi kadar bahan organik tanah akan makin tinggi kadar
dan ketersediaan air tanah.

c. Kedalaman dolum/lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah. Makin


dalam lapisan tanah makin besar, sehingga kadar dan ketersediaan air juga makin
banyak.

d. Porositas Tanah
Tanah yang memiliki porous berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori
untuk pergerakan air dan udara masuk-keluar tanah secara leluasa.
e. Banyaknya jumlah mikrobia di dalam tanah dan organisme atau jasad renik di
dalam tanah yang melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kesuburan tanah.

f. Bahan mineral tanah juga dapat dijadikan faktor yang membedakan lokasi 1 dan
lokasi 2.

Dari perhitungan di atas maka lokasi 1 memiliki nilai rata-rata kerapatan isi yang
lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kerapatan isi dilokasi 2 yang hanya
sebesar 1,01 g/cm3, walaupun perbedaannya tidak terlalu jauh. Sedangkan untuk
ruang pori total rata-rata pada lokasi 1 memiliki nilai yang lebih kecil yaitu
sebesar 60% dibandingkan nilai rata-rata ruang pori total pada lokasi 2 yaitu
sebesar 625.

Dalam hal ini kerapatan sis berbanding terbalik dengan ruang pori total sedangkan
ruang pori total berbanding lurus dengan kerapatan jenis tanah.
III. KESIMPULAN

Dari pembahasan dan kegiatan praktikum yang telah dilakukan maka didapat
beberapa kesimpulan, yaitu :
1. kerapatan isi adalah bobot kering suatu isi tanah dalam keadaan utuh yaitu
bagian padatan dan bagian ruang pori tanah diperhitungkan yang
dinyatakan dalam g/cm3.
2. Kerapatan jenis tanah adalah massa (bobot) dari suatu isi tanah yang
terdiri dari bahan – bahan padatan dalam tanah (bahan organik dan
mineral)
3. Ruang pori total adalah isi seluruh pori-pori dalam suatu isi tanah utuh
yang dinyatakan dalam persen, yang terdiri atas ruang di antara partikel
pasir, debu, liat, serta ruang diantara agregat-agregat tanah.
4. Kerapatan isi rata-rata lokasi 1 lebih tinggi yaitu sebesar 1,055 g/cm3
dibansingkan dengan kerapatan isi pada lokasi 2 yang sebesar 1,01g/cm3.
5. Ruang pori total rata-rata pada lokasi 1 lebih rendah yaitu sebesar 60%
dibandingkan dengan ruang pori total pada lokasi 2 sebesar 62% (lebih
tinggi).
6. Faktor yang membedakan antara lokasi 1 dan 2 antara lain tekstur tanah,
kedalaman tanah, kadar bahan organik, porositas tanah, aktivitas
organisme.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, M.Isa. 1997. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University press,


Yogyakarta.

Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi Keenam. PT.Gelora Aksara
Pratama, Jakarta.

Hanafiah, Kemas Ali. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT.Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono.1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi. Depdikbud, Jakarta.

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah: Proses Genesa dan Morfologi.


CV.Rajawali, Jakarta.

PERTANYAAN

1. Faktor-faktor apa yang harus diperhatikan agar contoh tanah untuk analisi
sifat fisik dapat menggambarkan keadaan sebenarnya? Jelaskan ?
Jawab:
a. pengangkutan contoh tanah utuh yang dilakukan harus hati-hati
agar tidak terjadi guncangan yang dapat merusak struktur tanah.
b. Jumlah ulangan untuk setiap kedalaman tanah agar dapat
membandingkan dengan mudah pada tiap lokasi.
c. Penyimpanan contoh tanah juga harus diperhatikan agar tidak
terjadi perubahan karena pengerutan dan aktivitas jasad mikro

2. Faktor – faktor apakah yang mempengaruhi nilai kerapatan jenis tanah ?


Jawab :
a. bahan organik tanah
b. bahan mineral tanah

KADAR AIR DAN BAHAN ORGANIK TANAH

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air tanah telah diklasifikasikan sebagai air higroskopis, kapiler, dan gravitasi. Air
higrokopis adalah pada permukaan butir tanah dan tidak dapat bergerak secara
berarti oleh kekuatan gravitasi atau kapilaritas. Air kapiler adalah yang
merupakan bagian kelebihan air higroskopis yang ada didalam rongga tanah dan
tertahan oleh gaya gravitasi dalam tanah sehingga membolehkan tidak
terhalangnya drainase. Air gravitasi merupakan bagian kelebihan air higroskopis
dan kapiler yang akan siap bergerak keluar tanah jika drainase yang baik tersedia.

Air tanah adalah air di bawah permukaan tanah dimana rongga-rongga di dalam
tanah pada hakekatnya terisi oleh air. Pergerakan air tanah ke atas oleh
kapilarisasi dari permukaan air tanah ke dalam daerah akar dapat merupakan suatu
sumber air yang utama untuk pertumbuhan tanaman. Supaya cukup efektif tanpa
membatasi dengan serius pertumbuhan tanaman-tanaman, air tanah harus dekat
tetapi dibawah kedalaman dari mana sebagian besar kebutuhan air untuk
tanaman-tanaman di ambil.

Kandungan bahan organik di wilayah tropika serupa dengan yang ada di wilayah
iklim sedang. Oksisol yang sangat lapuk mempunyai kandungan bahan organik
yang lebih tinggi daripada yang ditunjukkan oleh warnanya yang kemerah-
merahan. Faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik tanah dapat
dianalisis dalam hubungan dengan tambahan bahan organik tahunan dan laju
pelapukan tahunan. Tambahan karbon organik tahunan yang diterima oleh tanah
di hutan tropika kira-kira 5 kali lebih besar daripada di hutan wilayah iklim
sedang karena tidak adanya pembatasan suhu atau kelengasan yang jelas
sepanjang tahun, laju pereputan karbon organik dihutan tropika 5 kali lebih besar
daripada dihutan wilayah iklim sedang. Akibatnya, kandungan bahan organik
pada kesinambungan adalah sama. Pada tanah yang tidak dipupuk pengaruh bahan
organik yang menguntungkan terdiri dari memberikan sebagian besar nitrogen
dan belerangnya kepada tanaman, mempertahankan daya tukar kation,
menghalangi tempat penambatan fosfor, memberikan suatu memperbaiki struktur
pada tanah yang teragregat secara tidak baik, dan pembentukan gabungan
(kompleks) dengan unsur mikro.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui kadar dan ketersediaan air dalam tanah

2. Mengetahui penentuan bahan organik tanah dan kadar bahan organik di


dalam tanah

3. Mengetahui komposisi bahan organik di dalam tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan substansi yang paling umum diatas bumi dan diperlukan untuk
semua kehidupan. Tanah terletak di daerah atmosfer. Ligosfer memainkan
peranan penting dalam menentukan jumlah presiitasi yang mengaliri lahan dan
jumlah yang meresap ke dalam tanah untuk disimpan serta digunakan dimasa
mendatang kadar air tanah ialah perbandingan berat air yang terkandung dalam
tanah dengan berat kering tanah tersebut. Kadar air tanah dapat digunakan untuk
menghitung parameter sifat-sifat tanah (Henry D. Foth, 1994)

Proses masuknya air dari permukaan tanah kedalam tanah disebut infiltrasi.
Sedangkan gerakan air di dalam tanah karena ada gaya gravitasi disebut perkolasi.
Tanah pada kedalaman tertentu selalu dijenuhi air yang disebut dengan air tanah.
Melalui profil, kedalamann air tanah yang diduga berdasarkan tinggi muka air
tanah yang selalu mengalami periode naik turun sesuai dengan keadaan musim
atau faktor lingkungan luar lainnya.

Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan
fauna, perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan
mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan
hewan. Humus merupakan istilah yang sangat popular dan terbentuk dari
bermacam-macam senyawa organik. Sedangkan bahan organik merupakan istilah
yang lebih netral. Humus merupakan bahan organik tanah yang sudah mengalami
prubahan bentuk dan bercampur dengan mineral tanah. Sumber bahan organik
tanah adalah hasil fotosintesis, yaitu bagian atas tanaman seperti daun, duri, serta
tanaman lainnnya. Senyawa organic menyusun kurang dari 50% berat segar
tanaman dan sangat dipengaruhi oleh kandungan air dan debu (Rachman Sutanto,
2005).

Kapasitas lapang adalah kandungan lengas maksimum yang terseia untuk


pertumbuhan tanaman. Pengukuran dapat dilaksanakan dengan membasahi tanah
sampai lewat jenuh kemudian dibiarkan air mengatur bebas karena gravitasi
selama 48 jam. Pada kondisi ini tanah mengandung lengas maksimum yang
tersedia untuk tanaman. Pori makro terisi udara, sedangkan pori mikro sebagian
terisi air yang tersedia. Pada umumnya harkat kandungan lengas kapasitas lapang
meningkat berdasarkan urutan-urutan : pasir < debuan < geluhan < lempung <
gambut. Air tersedia merupakan selisih antara kapasitas lapang dan titik layu yang
besarnya dipengaruhi tekstur, tetapi berbeda dengan kapasitas lapang. Sedangkan
titik layu permanen merupakan pada titik terbawah daerah kelembaban yang
tersedia. Suatu tanaman akan layu bila tidak bisa memperoleh air yang
dibutuhkan. Kelayakan sementara akan terjadi pada banyak tanaman pada suatu
hari yang panas dan angin bertiup, tetapi tanaman pulih kembali. Pada saat hari
yang lebih sejuk kelayuan permanen begitu pula kelayuan sementara tergantung
pada besarnya pemakaian air oleh tanaman (Sombroek, 1969).

Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau elapukan bahan-bahan


mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal
dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati
dan terlapuk selama jangka waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk
menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk
menentukan klasifikasi tanah (Soetjito, dkk. 1992).

Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah ( disebut air
tanah ). Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air
setiap tumbuhan berbeda. Tumbuhan air umumnya memerlukan air lebih banyak
dibandingkan jenis tumbuhan lain. Air diperlukan oleh tmbuhan untuk memenuhi
kebutuhan biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi, dalam proses
asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, serta untuk mengangkut hasil-hasil
fotosintesisnya ke seluruh jaringan tumbuhan. Air tanah berfungsi sebagai pelarut
unsur hara dalam tanah. Air tanah dan unsur hara ini membentuk larutan tanah.
Air tanah berfungsi membawa unsur hara ke permukaan akar tumbuhan. Di dalam
jariingan atau tubuh tumbuhan ini juga berperan mengangkut unsur hara yang
diserap akar ke seluruh tanaman (Indranada, 1994).
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Jenis Nomor Bobot (gram) Kadar air Kadar air


1* 2* 3*
Tanah Contoh (%) Rata-rata
(%)
1. Inseptisol 1 15,203 25,199 23,994 13,707 13,70
2 15,805 25,784 24,582 13,694
2. Ultisol 1 15,388 25,380 24,514 9,489 10,136
2 15,433 25,429 24,456 10,783

Keterangan : 1* Botol timbang + tutup


2* Botol timbang tanah basah + tutup
3* Botol timbang tanah kering + tutup

B. Pembahasan

Dari kegiatan praktikum yang dilakukan, praktikan mendapatkan sata bobot


masing-masing contoh tanah dan menghitung persentase kadar air yang
terkandung di dalam contoh tanah tersebut. Contoh tanah yang digunakan dalam
praktikum ini adalah tanah inseptisol dan tanah ultisol. Tanah inseptisol adalah
tanah-tanah yang dapat memiliki epidon okhrik dan horizon albik seperti yang
dimiliki tanah entisol juga yang mempunyai beberapa sifat penciri lain. Inseptisol
adalah tanah yang belum matang yang perkembangan profil yang lebih lemah
dbandingkan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya.
Inseptisol memiliki kesuburan tanah yang lebih tinggi daripada tanah ultisol.
Inseptisol memiliki karakteristik dari kombinasi sifat-sifat tersediannya air untuk
tanaman, satu atau lebih horizon pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain
karbonat atau silikat amorf. Tekstur tanah inseptisol lebih halus dari pasir geluhan
dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan menahan kation fraksi lempung
di dalam tanah tidak dapat diukur. Kisaran kadar C organic dan KPK dalam tanah
inseptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Tanah inseptisol sangat
baik bagi tanaman.

Sedangkan tanah ultisol adalah tanah yang masuk ordo Ultisol yang merupakan
tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horizon bawah, bersifat masam,
kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%.
Tanah ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan
sehingga mengurangi daya serap air. Kesuburan tanah ultisol umumnya terdapat
pada horizon A yang tipis dengan kandungan bahan organic yang rendah. Unsur
hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat, fraksi tanah masam serta
kejenuhan alumunium yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah ultisol yang
menghambat pertumbuhan tanaman. Ultisol merupakan tanah yang telah
mengalami proses pencucian sangat intensif. Hal ini menyebabkan ultisol
memiliki kejenuhan basa-basa rendah (kurang dari 355 pada standar pH 8,2) dan
kadar mineral lapuknya sangat rendah.

Setelah dilakukan kegiatan praktikum di laboratorium dan praktikan telah


menghitung kandungan kadar air tanah, maka didapatkan kadar air tanah pada
tanah Inseptisol (In1) adalah 13,707 % dan Incetisol (In2) adalah 13,649 %.
Sedangkan kadar air tanah pada tanah Ultisol (Ul1) adalah 9,489 % dan pada (Ul2)
adalah 10,783 %. Setelah diperoleh masing-masing kadar aiar tanah pada dua
jenis tanah yang berbeda maka dicari rata-rata pada kedua tanah. Pada tanah
Inseptisol didapatkan rata-rata kadar air tanah yaitu sevesar 13,7 %, dan pada
tanah Ultisol didapatkan kadar air tanah rata-ratanya sebesar 10,136 %.

Adanya perbedaan jumlah persentase pada kedua jenis tangh disebabkan adanya
perbedaan kadar air yang terkandung dalam masing-masing jenis tanah (tanah
inse[ptisol dan tanah ultisol). Dimana didapatkan rata-rata kadar air pada tanah
inseptisol lebih besar dibandingkan kadar air tanah ultisol. Penyebab dari
perbedaan jumlah kadar air ini adalah kandungan bahan organic yang terkandung
di dalam masing-masing tanah berbeda. Kandungan bahan organic yang tinggi
terdapat pada jenis tanah inseptisol. Oleh karena itu, tanah inseptisol lebih subur.

Apabila semakin tinggi kandungan bahan organic di dalam tanah maka juga akan
mencerminkan semakin tinggi kadar air dan ketersediaan air di dalam tanah. Hal
ini dikarenakan bahan orgaik tanah memiliki pori-pori mikro yang lebnih banyak
dibandingkan partikel mineral tanah. Hal ini menunjukkan bahwa luas permukaan
penyerap air juga lebih banyak. Namun, bahan organic bukanlah factor tunggal
yang menyebabkan tanah inseptisol lebih subur, tekstur tanah yang berupa liat
pada tanah inseptisol yang berada di atas tanah sehingga tanah ini mampu
menyimpan air lebih banyak daripada tanah ultisol yang bertekstur liat yang
berada pada lapisan bawah tanah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air di dalam tanah adalah :


a. Kadar Bahan Organik Tanah
Bahan organic tanah mempunyai pori-pori yang jauh lebih banyak daripada
partikel mineral tanah yang berarti luas permukaan penyerapan juga lebih
banyak sehingga makin tinggi kadar bahan organic tanah makin tinggi kadar
dan ketersediaan air tanah.

b. Kedalaman Solum atau Lapisan Tanah


Kedalaman solum atau lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah,
semakin dalam maka ketersediaan dan kadar air tanah juga semakin banyak.

c. Iklim dan Tumbuhan


Faktor iklim dan tumbuhan mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air
yang dapat diabsorbsi dengan efisiensi tumbuah dalam tanah. Temperatur dan
perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi
pengguanaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran
evaporasi permukaan tanah. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan
keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah fakto pertumbuhan yang berarti.

d. Senyawa Kimiawi
Garam-garam dan senyawa pupuk atau ameliorant baik alamaiah maupun non
alamiah mempunyai gaya osmotic yang dapat menarik dan menghidrolisis air
sehingga koefisien laju meningkat.

Faktor lainnya yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah, dengan
adanya perbedaan jenis tekstur tanah dapat menggambarkan tingkat kemampuan
tanah untuk mengikat air, contohnya tanah yang bertekstur liat lebih mampu
mengikat air dalam jumlah banyak dibandingkan tanah yang bertekstur pasir,
sedangkan tanah bertekstur pasir lebih mampu mengikat air daripada tanah
bertekstur debu. Faktor lain yang mempengaruhi kadar air tanah adalah struktur
tanah, pori tanah, dan peremeabilitas tanah. Tanah yang mempunyai ruang pori
lebih banyak akan mampu menyimpan air dalam jumlah lebih banyak. Karena
ruang-ruang pori tanah akan terisi oleh air.

Dari kedua jenis tanah dalam percobaan, yaitu tanah inseptisol dan tanah ultisol.
Tanah yang paling baik untuk tanaman adalah jenis tanah inseptisol. Hal ini
dikarenakan tanah jenis inseptisol cukup subur karena jumlah bahan organic tanah
dan kadar air tanah lebih tinggi dibandingkan pada jenis tanah ultisol.

Bahan organic tanah adalah hasil dekomposisi dari organisme yang hidup yang
tersusun dari campuran polisakarida, lignin, dan protein dan bahan orgaik yang
berasal dari batuan dan mineral.
Bentuk-bentuk dari bahan organic tanah adalah berbentuk humus, yang meliputi
akar tanaman hidup, komponen-komponen humus, sisa-sisa tanaman dan hewan
serta mikroorganisme yang telah terdekomposisi sebagian.

Komposisi bahan organic terdiri dari :


1. 10-20 % karbohidrat
2. 20 % Nitrogen
3. 10-20 % asam lemak alifatik dan alkana
4. < 50 % karbon aromatic

Terdapat tahapan-tahapan pembentukan bahan organic dan juga perbedaan dari


setiap tahapan pembentukan bahan organik, yaitu :
a. Bahan organic segar
Pada tahapan ini, bahan organic segar dengan ciri-ciri masih dalam bentuk
tumbuhan atau tanaman yang masih hijau dan terlihat masih segar (tidak
kering)

b. Bahan organic mulai terdekomposisi


Pada tahapan ini bahan orgaik mulai terdekomposisi dicirikan dengan daun-
daun yang mulai terlihat layu dan gugur ke tanah. Bahan organik tersebut
berwarna cokelat, sudah mulai mengering serta permukaan daun mulai terlihat
bolong-bolong. Namun bahan organic tersebut masih tampak terlihat utuh.

c. Bahan organic telah terdekomposisi sebagian


Pada tahapan ini bahan orgaik tersebut dicirikan dengan sudah berubah bentuk
dari bentuk asalnya (tidak utuh) dan sudah dalam bentuk serasah berwarna
kecokelatan. Bagian-bagiannya sudah tidak dapat dikenali.
d. Bahan orgaik telah terdekomposisi secara sempurna (humus)
Pada tahapan ini, dengan bantuan dari mikroorganisme maka bahan organic
berubah atau terdekomposisi menjadi humus. Bahan organic tersebut sudah
terasa halus, tidak ada bagian-bagian yang utuh lagi, dan berwarna hitam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organic tanah adalah :


1. Mikroorganisme
Mikroorganisme berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan pelapukan
bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm. Semakin ke
bawah kadar bahan organik semakin berkurang.
2. Tekstur tanah
Tekstur tanah cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi
kadar bahan organic tanah. Pada tanah berpasir memungkinkan oksidasi yang
baik sehingga bahan orgaik cepat habis.

3. Kedalaman tanah
Kedalaman lapisan akan menentukan kadar bahan organic. Kadar bahan
organic terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm. Semakn ke bawah
kadar bahan organic semakin berkurang.

4. Iklim
Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin rendah
suhu maka akan semakin tinggi kandungan bahan organic dan semakin tinggi
kelembaban tanah maka akan semakin tinggi pula kandungan bahan organik
tanah.

5. Drainase
Pada tanah drainase yang buruk dimana air berlebih oksidasi terhambat karena
kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kandungan bahan organic
tinggi dibandingkan pada tanah yang berdrainase baik.

Selain dari factor-faktor diatas, factor lainnya yang mempengaruhi bahan orgaik
tanah adalah vegetasi, topografi, bahan induk, dan pertanaman (cropping).
Sebaran vegetasi berkaitan dengan pola tertentu pada bagian temperature dan
curah hujan. Maka vegetasi juga jarang sehingga akumulasi bahan organik juga
rendah. Pada wilayah yang temperature dingin, maka kegunaan mikroorganisme
juga rendah, sehingga proses dekomposisi berjalan lambat.

Bahan organic lebih banyak di daerah topsoil dibandingkan di daerah subsoil, hal
ini dikarenakan :
Di daerah topsoil, kandungan bahan organik di bagian topsoil lebih tinggi
dibandingkan di daerah subsoil. Hal ini disebabkan adanya aktivitas
mikroorganisme dalam kegiatan proses pelapukan dan dekomposisi bahan orgaik
dimana mikroorganisme aktif mendekomposisi pada daerah topsoil. Apabila
semakin ke dalam bawah tanah, maka aktivitas mikroorganisme akan semakin
berkurang sehingga pada daerah subsoil akan memiliki kandungan bahan organic
yang lebih rendah dibandingkan di daerah topsoil.

Proses dekomposisi bahan organic:


a. Fase pembakaran bahan organic segar. Proses ini akan merubah ukuran
bahan organic menjadi lebih kecil.
b. Fase perombakan lanjutan yang melibatkan kegunaan enzim
mikroorganisme tanah. Fase ini dibagi lagi menjadi beberapa tahapa,
yaitu:
• Tahapan awal : Dicirikan oleh kehilangan secara cepat bahan-
bahan yang mudah terdekomposisi sebagai akibat pemanfaatan
bahan organic sebagai sumber karbon dan energi oleh
mikroorganisme tanah terutama bakteri. Dihasilkan sejumlah
senyawa sampingan seperti NH3, H2S, CO2, A3, Organik dan lain-
lain.
• Tahapan tengah : Terbentuk senyawa organic tengahan antara
produk intermediet dan biomassa baru sel organisme.
• Tahapan akhir : Dicirikan oleh terjadinya dekomposisis secara
berangsur bagian jaringan tanaman atau hewan yang lebih resisten.
Peran fungi dan Actinomycetes pada tahapan ini sangat dominan.
c. Fase perombakan dan sintesis ulang senyawa-senyawa organic
(humifikasi) yang akan membentuk humus.

Cara meningkatkan dan mempertahankan bahan organic di dalam tanah adalah


dengan cara proses dekomposisi yang rendah. Dengan proses dekomposisi yang
rendah maka dapat mempertahankan bahan organic tanah, proses ini lebih banyak
terjadi di daerah tundra. Karena pertumbuhan tanaman yang rendah maka akan
menjadikan kegiatan biologi yang rendah, sehingga akumulasi humus menjadi
cukup tinggi. Akumulasi bahan organic terjadi dalam bentuk gambut karena
terhambatnya proses dekomposisi.
Bahan organic dapat ditingkatkan dengan cara :
a. Pemupukan dengan kompos atau pupuk hijau
b. Rotasi pertanaman. Konservasi residu pertanaman dan praktik-praktik
pertanian yang berwawasann konservasi.

Bahan organic juga berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Berupa pengaruh


secara fisik, kimia, dan biologi tanah.

Pengaruh fisiknya antara lain :


a. Mempengaruhi warna tanah menjadi lebih kelam (cokelat hingga hitam)
yang akan menyebabkan naiknya suhu.
b. Menetralisir daya rusak butir-butir hujan.
c. Meningkatkan daya tanah dalam menahan air sehingga drainase tidak
berlebihan.
d. Meningkatkan agregasi dan urobilitas agregat, aerasi menjadi lebih baik,
drainase lebih baik, dan lebih tahan terhadap erosi dan pencucian.
e. Stimulan terhadap granulasi tanah.
f. Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah.
g. Menurunkan plastisitas dan kondisi tanah lempung dan tanah lebih mudah
diolah.
h. Menaikkan kemampuan mengikat atau menyimpan air.

Pengaruh pada sifat kimia tanah antara lain :


a. Menghasilkan humus tanah yang berperan secara koloidal dari sebyawa
sisa mineralisasi dan senyawa sulit terurai dalam proses humifikasi.
b. Merupakan cadangan unsure hara utama N, P, S dalam bentuk organic dan
unsure hara mikro dalam bentuk kelat dan akan dilepaskan secara
perlahan-lahan.
c. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah 30 kali lebih besar.
d. Meningkatkan ketersediaan dan efisiensi pemupukan serta melalui
peningkatan pelarutan P oleh asam-asam organic hasil dekomposisi bahan
organic.
e. Meningakatkan aktivitas, jumlah dan populasi unsure mikri dan makro
organisme tanah.
f. Menurunkan muatan positif tanah melalui proses pengkelatan terhadap
mineral oksidan dan kation Al dan Fe yang reaktif sehingga menurunkan
fiksasi P tanah.

Pengaruh Sifat Biologi tanah :


a. Meningkatkan populasi organisme tanah
b. Meningkatkan keragaman organisme yang dapat hidup dalam tanah.
IV. KESIMPULAN

Adapun setelah dilakukan kegiatan praktikum dan pembahasanya maka dapat


diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kadar air tanah merupakan perbandingan berat air yang terkandung dalam
tanah dengan berat kering tanah tersebut.
2. Kadar air tanah dapat digunakan untuk menghitung parameter sifat-sifat
tanah.
3. Kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir.
4. Bahan organik tanah mencakup semua bahan yang berasal dari jaringan
tanaman dan hewan baik yang hidup maupun yang telah mati pada tahapan
dekomposisi.
5. Tanah inseptisol lebih baik untuk tanaman dibandingkan tanah ultisol. Hal
ini dikarenakan tanah jenis inseptisol memiliki kandungan unsur hara yang
tinggi.
6. Kandungan bahan organik lebih banyak di daerah top-soil dibandingkan di
daerah sub-soil.

DAFTAR PUSTAKA

Henry, D. Foth . 1994 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jilid ke Enam . Jakarta :


Erlangga .
Indranada, Henry . 1994 . Pengelolaan Kesuburan Tanah . Semarang : Bumi
Aksara .

Sambroek . 1967 . Amazon Soils . Centre for Agricultural Publivatins and


Documentation . Waghaningan : Netherlands .

Soetjipto . 1992 . Dasar-Dasar Irigasi . Jakarta : Erlangga .

Sutanto, Rachman . 2005 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan .


Yogyakarta : Kanisius .

Tachyan, Endang . 1992 . Dasar-Dasar Tanah Rawa . Jakarta : Erlangga .

PERHITUNGAN
Tanah Inceptisol
1. Sampel In1

• Bobot air = bobot botol berisi tanah lembab – bobot botol berisi
tanah kering 105o

= (25,199 – 23,994) gram


= 1,205 gram

• Bobot tanah kering 105o C = bobot botol berisi tanah kering –


bobot botol

= (23,994 -15,203) gram

= 8,791 gram

• % Kadar air tanah = bobor air x 100%

bobot tanah kering 105oC

= 1,205 x 100 %
8,791
= 13, 707 %

2. Sampel In2

• Bobot air = bobot botol berisi tanah lembab – bobot botol berisi
tanah kering 105o

= (25, 784 – 24, 582) gram

= 1,202 gram

• Bobot tanah kering 105o C = bobot botol berisi tanah kering –


bobot botol

= (24, 582-1 - 15,805) gram


= 8,777 gram

• % Kadar air tanah = bobor air x 100%

bobot tanah kering 105oC

= 1,202 x 100 %
8,777
= 13, 694 %
• Kadar air rata-rata = In1 + In2

2
= 13, 707 + 13, 694
2
= 13, 70 %

Tanah Ultisol
1. Sampel Ull1

• Bobot air = bobot botol berisi tanah lembab – bobot botol berisi
tanah kering 105o

= (25,380 – 24, 514) gram

= 0, 866 gram

• Bobot tanah kering 105o C = bobot botol berisi tanah kering –


bobot botol

= (24, 514 - 15,388) gram

= 9, 126 gram
• % Kadar air tanah = bobor air x 100%

bobot tanah kering 105oC

= 0, 866 x 100 %
9, 126
= 9, 489 %
2. Sampel In2

• Bobot air = bobot botol berisi tanah lembab – bobot botol berisi
tanah kering 105o

= (25,429 – 24,456) gram

= 0,973 gram

• Bobot tanah kering 105o C = bobot botol berisi tanah kering –


bobot botol

= (24,456 - 15,433) gram

= 9,023 gram

• % Kadar air tanah = bobor air x 100%

bobot tanah kering 105oC

= 0,973 x 100 %
9,023
= 10,783 %
• Kadar air rata-rata = In1 + In2

2
= 9, 489 + 10,783
2
= 10,136 %

PERTANYAAN

1. Apa gunanya menentukan kadar air tanah ?

Jawab : kegunaannya adalah untuk mengetahui keter sediaan air dalam


tanah dalm hubungannya dengan pertumbuhan tanaman.

2. Pada bobot kering mutlak (BKM), apakah berarti air sudah tidak ada lagi
dalam matriks tanah ? Jelaskan.

Jawab : air dapat ditahan matriks tanah akibat adhesi langsung molekul air
ke permukaan tanah serta kapiler dari pori-pori tanah sehingga
memungkinkan air masih ada dalam matriks tanah.
3. Bila persentase bahan organik total suatu tanah mineral yang Anda
dapatkan adalah 10%, berapa persentase C yang terkandung dalam tanah
tersebut ?

Jawab : kandungan C dalam tanah adalah 58 dari 10 % yaitu 5,8.

4. Mengapa tanah- tanah mineral di Indonesia mempunya kadar bahan


organikyang pada umumnya rendah? Jelaskan. Jawab : karena tanah di
Indonesia menalami proses pelapukan yang begitu cepat sehingga bahan
organiknya sedikit.

TEKSTUR TANAH

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekstur tanah adalah susunan relative dari tiga ukuran zarah tanah, yaitu pasir
berukuran 2 mm-5mikrometer, debu berukuran 50-2 mikrometer dan liat
berukuran < 2 mikrometer. Untuk keperluan pemeliharaan ada 13 kelas tekstur
tanah yaitu : pasir, debu, liat, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung,
lempung berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung dan liat
berdebu.

Pembagian itu kemudian disederhanakan menjadi tujuh kelas yang terdiri dari
pasir, lempung kasar, lempung alus, debu kasar, debu alus, liat debu dan liat
sangat halus. Penetapan tektur tanah secara garis besar dibagi dua yaitu :
1. penetapan dilapang dan penetapan dilaboratorium. Penetapan lapang
dilakukan dengan membasahi tanah kering atau lembab, kemudian dispirit
diantara ibu jari dan telunjuk sehingga membentuk pita lembab sambil di
perhatikan adanya rasa kasar atau licin, dapat ditentukan kelas tekstur
lapang.
2. penetapan tekstur tanah dilaboratorium, ada melalui tiga tahapan dalam
analisis ukuran artikel yaitu menghilangkan bahan-bahan pengikat tanah,
dispersikan kimiawi partikel-partikel tanah dan pecahan. Untuk dapat
mengerti dan memahami juga mempelajari tekstur tanah, maka dilakukan
praktikum mengenal tekstur tanah.

B. Tujuan

Adapun tujuan praktikum tekstur tanah ini adalah :

1. mengetahui komposisi suatu tanah


2. mengetahui serta menggambarkan suatu tekstur tanah
3. dapat menentukan suatu tekstur suatu tanah.
4. mengetahui kelas-kelas tekstur tanah.
5. mengetahui tekstur tanah dilapang dan dilaboratorium
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tekstur tanah menunjukan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang


dinyatakan dalam perbandingan proposi (%) relative antara fraksi pasir (sand)
(berdiameter 2,00 – 0,20 mm / 2000 – 200 mikrometer, debu (slit) (berdiameter
0,20 – 0,002 mikrometer atau 200 – 2 mikrometer dan liat (clay)(< 2 mikrometer).
Partikel berukuran diatas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong
sebagai tanah fraksi, tetapi menurut Lal(1979) harus diperhitungankan evaluasi
tekstur tanah. Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO2) yang
sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari
mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan
membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertestur debu umumnya lebih subur
ketimbang tanah bertekstur pasir (Hanafiah, 2007)

Besar partikel tanah relative sangat kecil, diistilahkan dengan tekstur. Tekstur
menunjukan sifat halus atau kasar butiran-butiran tanah lebih khas lagi tekstur
ditentukan oleh perimbangan kandungan antara pasir (sand) liat (clay) dan debu
(slit) yang terdapat dalam tanah. Suatu gumpal tanah tidak pernah tersusun hanya
oleh satu macam tekstur sendiri. Langkah pertama untuk menentukan tektur tanah
dengan cara menganalisis fraksi-fraksi (butiran-butiran tanah tersebut). Liat
adalah fraksi yang berpengaruh terhadap campuran fraksi lain, dengan ini kata
sifat liat dipergunakan dalam nama kelas kebanyakan tanah yang berisikan
persentase yang lebih besar dari pada yang lain. Untuk menentukan tekstur tanah
USDA telah membuat suatu diagram bidang untuk membandingkan persentase
fraksi-fraksi liat, debu dan pasir. Diagram tersebut dinamakan segitiga tekstur
tanah. Segitiga tersebut adalah segitiga sama sisi dengan titik puncak liat.
Kemudian titik sudut debu dan pasir. Titik-titik fraksi tersebut adalah titik-titik
kedudukan 100 % fraksi yang bersangkutan ( Suryatna Rafi’1989).

Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kempuan
tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tektur tanah akan mempengaruhi
kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan
menyediakan hara tanaman. Tanah bertekstur pasir yaitu tanah dengan
kandungan pasir > 70 %, prositasnya rendah (<40%), sebagian ruang pori
berukuran besar sehingga airasi nya baik, daya hantar air cepat, tetapi kemampuan
menyimpan zat hara rendah. Tanah pasir mudah diolah, sehingga juga disebut
tanah ringan. Tanah disebut bertekstur berliat jika liatnya > 35 % kemampuan
menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap dengan energi yang
tinggi, sehingga liat sulit dilepaskan terutama bila kering sehingga kurang tersedia
untuk tanaman. Tanah liat juga disebut tanah berat karena sulit diolah, tanah
berlempung, merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liata sedemikian
rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. Jadi aerasi dan
tata udara serta udara cukup baik, kemampuan menyimpan dan menyediakan air
untuk tanaman tinggi. Mineral liat merupakan kristal yang terdiri dari susunan
silika tetrahedral dan alumia oktahedral. Didalam tanah selain dari mineral liat,
muatan negatif juga berasal dari bahan organik. Muatan negatif ini berasal dari
inonisasi hidrogen pada gugusan karboksil atau penolik (Islami dan Utomo,
1995).

Usuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada
kehalusan dan kekasaran tanah. Lebih khasnya tekstur adalah perbandingan
relatif pasir, debu dan tanah liat. Partikel pasir berukuran relatif lebih besar dan
oleh karena itu menunjukan permukaan yang kecil dibandingkan dengan yang
ditunjukan oleh partikel-partikel debu dan tanah liat yang berbobot sama. Tanah
yang bertekstur kasar dengan 20 % bahan organik atau lebih dan tanah bertekstur
halus dengan 30 % bahan organik atau lebih berdasarkan robot mempunyai sifat
yang didominasi oleh fraksi organik dan bukanya oleh fraksi mineral. Penentuan
tekstur tanah sering perlu bila memerikasa tanah dilapangan, menggunakan
metode rasa untuk menentukan tekstur tanah berbagai horizon, polipedon, dan
untuk mengindentifikasi tanah dengan seri dan tipe dan untuk membedakan antara
tanah tanah yang berbeda langskap. Lempung yang terasa sangat berpasir
merupakan lempung berpasir (Foth, 1994)

Tektur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah. Terdapat perbedaan
penting lainya antara pasir, dan liat pada beberapa tanah yang dihubungkan
dengan kemampuan tanah tertentu untuk menyediakan element-element tanaman
yang esensial (kesuburan tanah). Pada umumnya unsur hara yang esensial dan
dapat tersedia sebagai partikel debu, area permukaanya per gram lebih besar, dan
tingkat pelapukannya lebih cepat dari pada pasir yang menyebabkan tanah lebih
subur dari pada tanah berpasir.
Hukum stokes menghubungakan kecepatan penurunan sebatas dari suatu bola
yang lunak dan kasar dalam suatu cairan yang kental yang diketahui densitas dan
viskositas terhadap diameternya jika dicoba pada kekuatan lapang yang ketahui
(Foth, 1991).

III.HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Penetapan Tekstur Tanah Di Lapang


Jenis tanah Rasa dan sifat tanah Tekstur tanah
Tanah Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk Lempung
Inceptisol bola teguh, dapat sedikit digulung dengan
permukaan agak mengkilap
Tanah Ultisol Rasanya kasar agak jelas, membentuk bola, Lempung liat berpasir
agak teguh (kering), membentuk gulungan
jika dipijit, gulungan mudah hancur serta
melekat

Tabel 2. Hasil Penetapan Tekstur Tanah Di Laboratorium


Jenis tanah Persentase (%) Tekstur
Pasir Debu Liat
Inceptisol 44,26 21,39 34,35 Lempung
berliat
Ultisol 63,58 19,32 17,10 Lempung
berpasir

B. Pembahasan
Tekstur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewa tekstur
merupakan perbandingan relatif pasir debu dan liat atau kelompok partikel dengan
ukuran lebih kecil dari kerikil (diameternya < 2 mm). Pada beberapa tanah,
kerikil, batu, dan batuan induk dari lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi
tekstur dan mempengaruhi penggunaan tanah.

Tekstur tanah merupakan ukuran relatif partikel tanah yang mengacu pada
kehalusan dan kekasaran tanah. Atau tekstur tanah adalah perbandingan relatif
pasir, debu dan liat, laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia penting
dalam pertumbungan tanaman, diatur oleh tekstur, karena menentukan jumlah
permukaan tempat terjadinya reaksi.

Tekstur tanah sangat mempengaruhi jumlah air. Semakin tinggi persentasi pasir
dalam tanah maka semakin banyak ruang pori pori diantara partikel partikel tanah
tersebut, sehingga kadar air dalam tanah menjadi rendah. Dan menyebabkan
tanah menjadi tidak subur. Liat dan debu memiliki kemampuan yang tinggi
mengikat air, sehingga persentase liat dan debu tinggi, dan kadar airnya pun
tinggi. Hukum ”stokes” menghubungkan kecepatan penurunan terbatas dari suatu
bola yang lunak dan kasar dalam suatu cairan yang kental yang diketahui densitas
dan viskositas terhadap diameternyajika dicobakan dengan kekuatan lapang yang
diketahui. Bila dihubungkan dengan antara hukum stokes dengan tekstur tanah
yakni debu, liat, dan pasir, terdapat perbedaan dengan kemampuan tanah tertentu
untuk menyediakan elemen-elemen tanaman yang esensial atau kesuburan tanah.
Tanah-tanah dengan kandungan liat tinggi cendrung mempunyai kapasitas yang
tinggi, menahan air maupun unsur hara yang tersedia.

Pada praktikum tekstur tanah, kami menggunakan tanah inceptisol dan ulisol.
Tanah inceptisol merupakan tanah yang belum matang ( immature ) dengan
perkembangan profil yang lebih lemah dibandingkan dengan tanah yang matang
dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya. Warnah tanah inceptisol
beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya, warna kelabu bahan
induknya sungai, warna coklat kemerah-merahan karena mengalami proses
reduksi, warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi. Proses pedogenesis
yang mempercepat proses pembentukan tanah inceptisol adalah pemindahan,
penghilangan karbonat, hidrolisis mineral, primer menjadi formasi lempung,
pelepasan sesquioksida akumulasi bahan organik. Sedangkan proses
pedogenesisnyang menghambat pembentukan tanah inceptisol adalah pelapukan
batuan dasar menjadi bahan induk. Tanah inceptisol yang terdapat didataran
rendah solum yang terbentuk tipis pada umumnya tebal, sedangkan pada dartan-
daratan berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Pada tanah yang inceptisol
kandungan liat cukup tinggi, dan memiliki kesuburan yang baik. Sedangkan tanah
pada ultisol merupakan tanah yang mempunyai nilai kejenuhan < 35 %. Ciri
morfologi yang penting pada ultisol adalah adanya peningkatan fraksi liat dalam
jumlah tertentu pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi dayaserap
air dan meningkatkanaliran permukaan dan aerasi tanah.

Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dan dicirikan
oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi tanah seiring dengan
kedalman tanah, reaksi tanah masam dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya
tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik.
Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Pada
umumnya tanah Ultisol mempunyai struktur sedang hingga kuat, dengan bentuk
gumpal bersudut dan biasanya berwarna kuning kecoklatan hingga merah.
Ciri-ciri tanah Ultisol adalah sebagai berikut:
1. pH rendah
2. Daya simpan air terbatas
3. Kedalaman efektif terbatas
4. Derajat agregasi rendah dan kemantapan agregat rendah
5. Adanya peningkatan fraksi

Tanah yang baik untuk tanaman adalah tanah Inceptisol, karena tanah ini
mengandung bahan organic dan unsure hara yang cukup tinggi sehingga tanaman
menjadi subur. Sedangkan tanah Ultisol merupakan tanah yang miskin unsure
hara maupun bahan organic. Selain itu tanah ini juga mempunyai akumulasi liat
pada horizon bawah permukaan tanah, sehingga mengurangi daya serap air dan
meningkatkan aliran permukaan serta aerasi tanah.Tanah berpengaruh penting
pada tanaman melalui hubungan dengan air dan udara. Kemampuan tanah untuk
menyimpan air di antara hujan yang terjadi menentukan pemberian musiman
kelembaban tanah dan biasanya menentukan spesies apa yang tumbuh dalam
sebuah hutan kecepatan tumbuhnya.

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan di laboratorium maka diperoleh


perhitungan dan dapat menentukan jenis tanah tersebut. Pada tanah Inceptisol
tekstur tanahnya adalah lempung berliat dengan rasa dan sifat tanah yaitu agak
kasar, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit,
gulungan mudah hancur serta melekatnya sedang. Hasil persentasenya setelah dua
jam adalah 34,35% pada liat, 21,39% pada debu dan 44,26% pada pasir.
Sedangkan pada tanah Ultisol, tekstur tanahnya adalah lempung berpasir dengan
rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering, sukar dipijit, mudah
digulung serta melekat sekali. Hasil persentase setelah dua jam adalah 17,10%
pada liat, 19,32% pada debu dan 63,58% pada pasir.
Pada percobaan tersebut, penetapan tekstur tanah dilakukan menurut perasaan di
lapang dan penetapan tekstur tanah di laboratorium. Penetapan tekstur tanah
menurut perasaan di lapangan dilakukan dengan memijit atau memirid tanah
dengan sedikit dibasahi antara telunjuk dan ibu jari. Dengan perasaan ditentukan
kira-kira banyaknya separat liat, debu dan pasir. Terdapt perbedaan antara liat,
debu dan pasir. Pada tanah liat akan terasa kelekatannya diantara ibu jari dan
telunjuk, pada debu terasa seperti bedak bila kering dan bila basah plasitasnya
sedang melekat, sedangkan pada tanah pasir terasa kasar. Sedangkan cara
penetapan tekstur tanah di laboratorium dilakukan atas dasar analisis mekanik
atau percobaan dengan alat dan bahan-bahan yang telah disiapkan tentunya.

Kelebihan penetapan tekstur tanah di laboratorium adalah lebih akurat melalui


perconaan dan perhitungan yang tepat dan dengan catatan tidak ada faktor
pengganggu. Sedangkan kelemahannya adalah lebih banyak menggunakan
peralatan dan faktor-faktor pengganggunya harus diminimalisir agar mendapat
hasil yang lebih akurat. Dan kelebihan penetapan tekstur di lapang diantaranya
adalah lebih sederhana dan lebih menghemat waktu, karena bisa dilakukan secara
langsung tanpa menggunakan alat-alat dan lebih mudah dilaksanakan. Sedangkan
kelemahannya adalah hasilnya tidak akurat, dan tidak bisa tepat karena hanya
menggunakan metode mengira-ngira. Selain itu keunggulan dari penetapan di
laboratorium yaitu pisahan pasir, debu dan liat dapat terpisah dengan baik,
tekanan dari debu dan liat dapat diukur. Sedangkan kelemahannya yaitu
memerlukan ketelitian yang tinggi dan kurang praktis dilakukan.

Tekstur tanah memiliki efek bagi pengolahan tanah, kesuburan tanah dan
pertumbuhan tanaman. Dalam pengelolaan kesuburan tanah, penetapan tekstur
tanah sangat perlu untuk dilakukan, karena dapat memberikan gambaran yang
luas mengenai sifat-sifat tanah lainnya.
IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari percobaan yang telah dilakukan adalah :
1. Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dalam dua cara yaitu penetapan
tekstur tanah menurut perasaan di lapang dan penetapan tekstur tanah di
laboratorium
2. Tekstur tanah pada penetapan tekstur tanah dilaboratorium diperoleh tekstur
lempung berliat pada tanah inceptisol. Sedangkan pada tanah ultisol adalah
lempung berpasir
3. Pada tanah inceptisol mengandung pasir sebesar 44,26%, debu 21,39%
sedangakan liat 34,35%
4. Pada tanah ultisol mengandung pasir sebesar 63,58% debu 19,32% dan
liat17,10%
5. Jenis tanah yang baik untuk pertanian adalah tanah inceptisol, karena
mengandung unsur hara dan bahan organik yang banyak
6. elebihan penetapan tekstur tanah dilaboratorium adalah lebih akurat.
Sedangkan dilapang adalah lebih sederhana dan hemat waktu

DAFTAR PUSTAKA

Foth, Hendry D. 1994. DDIT edisi keenam. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama

Foth, Hendry D. 1991. DDIT edisi ketujuh. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press

Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Islami, titiek dan Utomo, Wani Hadi. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman.
Malang : IKIP Semarang Press

Rafi’, Suryatna. 1995. Ilmu Tanah. Bandung : Angkasa

TIM Dosen DDIT. 2010. Penuntun Praktikum DDIT. Bandar Lampung :


Universitas Lampung

PERHITUNGAN

Diketahui:
• Pada tanah Inceptisol
Setelah 40 detik: setelah 2 jam:
H1=23, T1=29°C H2=13, T2=28°C
• Pada tanah Ultisol
Setelah 40 detik: setelah 2 jam:
H1=14, T1=28°C H2=5, T2= 28,5°C

Dit: persentase pasir, debu dan liat?


Jawab:
Pada tanah Inceptisol
Setelah 40 detik
Fk = 0,36 (T-20)
= (0,36 (28,5-20))
= 3,06

% debu + % liat = (H1 – B) + Fk x 100%


BKM
= (23 – 0) + Fk x 100%
46,75
= 55,74%

setelah 2 jam
% liat = (H2 – B) + Fk x 100%
BKM
= (13 – 0) + 3,06 x 100%
46,75
= 34,35%
% debu= (% debu + % liat) - % liat
= 55,74% - 34,35%
= 21,39%

% pasir = 100% - (% debu +% liat)


=100% - 55,74%
= 44,26% (Lempung berliat)

Pada tanah Ultisol


Setelah 40 detik
Fk = 0,36 (T-20)
= 0,36 (28,25-20)
= 2,97

% debu + % liat = (H1- B) + Fk x 100%


BKM
= (14-0) + 2,97 x 100%
46,6
= 36,42%

setelah 2 jam
% liat = (H2-B) + Fk x 100%
BKM
= (5-0) + 2,97 x 100%
46,6
= 17,10%

% debu= (% debu + % liat) – % liat


= 36,42% - 17,10%
= 19,32%

% pasir= 100% - (% debu + % liat)


= 100% - 36,42%
= 63,58% (Lempung berpasir)

PERTANYAAN

1. Bahan dan alat apa saja dalam pelaksanaan analisis tekstur yang harus
ditimbang menggunakan timbangan analitik?
Jawab:
Alat yang ditimbang dengan timbangan analitik adalah contoh tanah
kering. Tanah ini digunakan untuk penetapan tekstur dilapang
laboratorium dan akan direaksikan dengan larutan calgon dan air.
Penimbangan dilakukan agar perbandingan yang diperoleh akurat.
2. Jelaskan fungsi masing-masing bahan kimiawi yang digunakan pada
penetapan tekstur secara hidrometer!
Jawab:
Larutan kimia yang digunakan adalah larutan calgon atau Na-heksa
metafosfat. Fungsi dari larutan ini adalah mendispersikan partikel tanah
agar lebih sempurna.

WARNA DAN STRUKTUR TANAH

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Warna tanah adalah sifat tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan.
Walaupun warna mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kegunaan tanah,
tetapi kadang-kadang dapat dijadikan petunjuk adanya sifat-sifat khusus dari
tanah. Misalnya, warna tanah gelap mencirikan kandungan bahan organik
tinggi. Warna kelabu menunjukkan bahwa tanah sudah mengalami pelapukan
lanjut. Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna
baku yang terdapat pada “Munsell Soil Color Chart”. Penentuan ini meliputi
penetapan warna dasar tanah (matriks), warna bidang struktur dan selaput liat,
warna karatan dan konkresi, warna plintit dan warna humus. Warna tanah
dinyatakan dalam tiga satuan, yaitu: kilap (hue), nilai (value), dan kroma
(chroma). Kilap berhubungan erat dengan panjang gelombang cahaya. Nilai
berhubungan dengan kebersihan warna. Kroma kadang-kadang disebut
kejenuhan, yaitu kemurnian relative dari spektrum warna.

Struktur tanah adalah butiran majemuk yang terdiri dari sejumlah butir
tunggal yang diikat oleh bahan organic, liat, hidroksida Al dan Fe, dan
flokulasi kation tertentu. Butir majemuk yang disebut agregat dan terbentuk
secara alamiah disebut ped. Ped dapat digambarkan berdasarkan tingkat
perkembangan yaitu lemah, sedang, dan kuat. Selain itu, ped juga dapat
digolongkan berdasarkan ukurannya, yaitu halus, sedang, atau kasar. Bentuk
ped dapat menentukan apakah struktur suatu tanah terbentuk lempung (plate),
berbutir (granular), kubus (gumpal bersudut), tiang (columnar) atau prisma
(prismatic). Jika bentuk ped dari suatu tanah tidak menunjukkan salah satu
bentuk struktur ped tersebut, maka tanah tersebut dapat dikategorikan
berstruktur pejal (masif) atau lepas/ butir tunggal/ single grain.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktiokum ini adalah:
1. Menentukan struktur tanah
2. menentukan warna tanah dengan Munsell Soil color Chart
3. Menentukan bentuk dan ukuran dari agregat tanah
4. Menentukan jenis tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA

Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak digunakan untuk
pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap
tetanam tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya terhadap
temperature dan kelembaban tanah. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang
tidak murni tetapi campuran kelabu, coklat, dan bercak (rust), kerap kali 2-3
warna terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (mottling). Warna tanah
merupakan komposit (campuran) dari warna-warna komponen-komponen
penyusunannya. Efek komponen-komponen penyusunannya terhadap warna
komposit ini secara langsung proporsional terhadap total permukaan tanah yang
setara dengan luas permukaan spesifik dikali proporsi volumetrik masing-
masingnya terhadap tanah, yang bermakna materi koloidal mempunyai dampak
terbesar terhadap warna tanah, misalnya humus dan besi hidroksida yang secara
jelas menentukan warna tanah. Karatan merupakan warna hasil pelarutan dan
pergerakan beberapa komponen tanah, khususnya besi (Fe) dan Mangan (Mn),
selam musim hujan, yang kemudian mengalami prespitasi (pengendapan) dan
deposisi (perubahan posisi) ketika tanah mengalami pengeringan. Karatan
berwarna terang hanya sedikit terjadi pada tanah yang rendah kadar besi atau
mangannya, sedangkan karatan berwarna gelap terbebtuk apabila besi dan mangan
tersebut mengalami prespitasi.

Struktur tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel


primer tanah hingga partikel sekunder yang membentuk agregat. Struktur tanah
berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase atau aerasi
tanah, karena susunan antara agregat tanah akan menghasilkan ruang yang lebih
memudahkan sistem perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengabsorbsi
(menyerap) hara dan air, sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik
(Hanafiah, 2007).

Warna tanah merupakan morfologi tanah yang dapat tegas disidik dan diukur.
Warna tanah itu sendiri sebenarnya sedikit kepentingannya, namun seringkali
mampu bertindak sebagai penunjuk keadaan lain tanah yang penting. Menurut
Olson (1981), berpendapat bahwa warna tanah ini sangat penting untuk diperi
karena kemampuannya memberi sejumlah gambaran mengenai segi pelikan tanah,
tingkat peluruhan bahan tanah, beberapa segi unjuk kerja dan penggunaan tanah,
kandungan bahan organik tanah dan gejolak musiman air tanah. Menurut Joffe
(1949), bahwa warna tanah merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk
membedakan horizon-horizon tanah dari suatu profil secara cepat. Sebagian besar
tanah mempunyai warna yang merupakan hasil proses-proses pedogenik, dan
sebagian lainnya adalah berasal dari warna hakiki bahan induknya. Warna tanah
dikendalikkan oleh 4 jenis bahan, yaitu senyawa-senyawa besi, senyawa mangan
dan magnetik, kuarsa dan feldspar, dan bahan organik. Adanya keadaan
lingkungan yang beragam maka akan memberikan kisaran warna dalam selang
lebar. Faktor lingkungan tanah yang banyak berpengaruh pada kisaran warna
tanah adalah kelengasan tanah dan temperatur tanah, yang secara umum akan
berpengaruh terhadap pengatusan dan tata udara tanah.

Suatu profil tanah terdiri dari horizon-horizon dengan warna beragam antara
horizon dan dalam satu horizon. Pada pemerian profil tanah, warna setiap horizon
itu haruslah diperi secara lengkap. Pemerian warna tanah juga perlu
memperhatikan hubungan antara pola warna dengan struktu tanah kesarangan
tanah. Agregat tanah yang disidik perlu di hancurkan untuk memastikan apakah
warna tanah tampak itu seragam diseluruh agregat. Buku Munsell Soil Color
Chart merupakan buku pedoman pemerian warna tanah yang dipublikasikan oleh
Badan Pertanian Amerika Serikat (USDA). Buku edisi tahun 1971 ini terdiri dari
tujuh halaman warna mempunyai sejumlah potongan warna dan jumlah potongan
warna pada tujuh halaman ini adalah 196 potong. Potongan-potongan warna
merupakan versi modifikasi dari kumpulan warna yang terdapat dalam buku induk
Munsell dan hanya mencakup 1/5 dari seluruh kisaran warna edisi lengkapnya
(Poerwidodo, 1991)

Struktur tanah menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah


primer (pasir, debu, dan liat) sampai pada partikel-partikel sekunder atau ped
disebut juga agregat. Struktur suatu horizon yang berbeda satu profil tanah
merupakan satu ciri penting tanah, seperti warna tekstur atau komposisi kimia.
Struktur mengubah pengaruh tekstur dengan memperhatikan hubungan
kelembaban udara. Struktur berkenbang tidak dari satu butir tunggal maupun dari
keadaan pejal. Warna merupakan sifat tanah yang nyata dan mudah dikenali.
Warna merupakan sifat tanah yang nyata, bagaimanapun terutama digunakan
sebagai suatu ukuran langsung dibandingkan sifat tanah yang penting lainnya
yang sukar diamati dan diukur dengan teliti misalnya drainase. Jadi warna tanah
bila digunakan dengan ciri-ciri lainnya berguna dalam penbentukan tanah dan
penggunaan lahan. Bahan organik merupakan sebuah bahan utama pewarnaan
tanah tergantung pada keadaan alaminya, jumlah dan penyebaran dalam profil
tanah tersebut. Bahan organik biasanya tertinggi di lapisan permukaan tanah di
daerah sedang warna permukaan tanahnya agak gelap (Foth, 1998).

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan
partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat
dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara dimana
partikel pasir, debu, dan liat relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan
struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat
(gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara
agregat (makroform) membentuk sirkulasi air dan udara, juga akar tanaman untuk
tumbuh ke bawah tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil
(mikroform) memgang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur
disebut granular (Hadi Utomo, 1982).

Struktur tanah, warna tanah, dan kedalaman/solum tanah menentukan besar


kecilnya air limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah
bersolum dalam (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian
besar air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebgian kecil yang menjadi
limpasan permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal struktur
padat, dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang
terinfiltrasi dan sebgian besar menjadi aliran permukaan (longsor). Macam-
macam struktur tanah yaitu granular,kubus, lempeng dan prisma (Anonim, 2010)
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel Penetapan Warna dan Struktur Tanah


Lapisan Simbol Kedalaman Warna Tanah Struktur
lapisan (cm) (Bentuk dan Ukuran)
1 Ap 0-17 cm 7,5 YR 3/3, Remah (crumb). Bentuknya
Dark Brown
porous, bulat, ukuran kecil,
(coklat gelap)
agregat tidak terikat satu
sama lain.
2 AB 17-47 cm 5 YR 4/4, Gumpal (subangular
Reddish Brown
blocky).
Berbentuk kubus dengan
sumbu vertikal sama
dengan sumbu horizontal,
agregat berpegang erat
dengan yang lainnya.
3 B1 47-92 cm 5 YR 4/6, Gumpal bersudut (Angular
Yellowish Red
Blocky).
Berbentuk kubus dengan
sudut tajam, sumbu vertical
sama dengan sumbu
horizontal
4 B2 92-125 cm 10 R 3/6 Gumpal bersudut (Angular
Dark Red
Blocky).
Berbentuk kubus dengan
sudut tajam, sumbu vertical
sama dengan sumbu
horizontal
5 B3 125-150 cm 2,5 YR 4/6, Gumpal (subangular
Red (merah)
blocky).
Berbentuk kubus dengan
sumbu vertikal sama
dengan sumbu horizontal,
agregat berpegang erat
dengan yang lainnya.

B. Pembahasan

Warna tanah adalah salah satu fisik yang lebih banyak digunakan untuk
pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap
tetanam tetapi secara tidak langsung berpengaruh terhadap temperatur dan
kelembaban tanah. Warna tanah dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu,
kuning, adapula kebiruan dan kehijauan.
Struktur tanah adalah kenampakan bentuk atau susnan partikel-partikel primer
tanah (pasir, debu dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan
artikel-artikel primer yang membentuk agregat (bongkah)).

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan warna dan struktur tanah. Dari hasil
pengamatan didapatkan data sesuai dengan tabel penetapan warna tanah dan
struktur tanah. Pada pengamatan ini terdapat 5 lapisan tanah yang dimulai dari
atas sampai ke bawah yaitu Ap, AB, B1, B2, dan B3. Setiap lapisan ini memiliki
warna dan struktur tanah yang berbeda-beda.

Tanah lapisan 1 (Ap) memiliki struktur tanah yang remah, yaitu berbentuk
porous, bulat, ukuran kecil, dan agregat tidak terikat satu sama lain. Lapiasan 1
terdapat pada kedalaman 0-17 cm. Warna tanah pada laisan 1 yang ditetapkan
dengan Munsel Soil Color Chart adalah 7,5 YR 3/3 yaitu Dark Brown atau coklat
gelap. Lapisan ini berwarna coklat gelap karena mengandung bahan organik.
Bahan organik ini berasala dari sisa-sisa tanaman yang mengalami peruraian yang
akan mempunyai warna cenderung lebih hitam.

Tanah lapisan 2 yaitu diberi simbol AB. Warna tanah pada lapisan AB yaitu
ditetapkan dengan menggunakan Munsell Soil Color Chart adalah 5YR 4/4 yaitu
Reddish Brown (coklat kemerah-merahan). Lapisan ini terdapat pada kedalaman
17-47 cm. Struktur tanah pada lapisan ini adalah gumpal (Sub angular blocky)
yaitu berbentuk kubus dengan sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontzl, dan
agregat berpegang erat dengan yang lainnya.

Tanah lapisan 3 yaitu diberi simbol B1 yang berkedalaman antara 47-92 cm.
Warna pada lapisan ini adalah merah kekuning-kuningan (yellowish red) dengan
kisaran warna 5 YR 4/6 (penetapan Munsell Soil Color Chart). Struktur tanah
pada lapisan ini adalah gumpal bersudut (angular blocky) yaitu berbentuk kubus
dengan sudut tajam sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal. Tanah pada
lapisan 3 dan 4 mempunyai struktur yang sama yaitu gumpal bersudut (angular
blocky).
Tanah pada lapisan ke 4 diberi simbol B2. tanah ini berkedalaman antara 92-125
cm. Warna tanah pada lapisan B2 adalah merah gelap (dark red). Kisaran warna
10 R 3/6. struktur tanahnya adalah gumpal bersudut) yaitu berbentuk kubus
dengan sudut tajam sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal.

Tanah lapisan 5 atau yang terakhir diberi simbol b#. Kedalaman tanah ini antara
125-150 cm. Warna tanah laipsan B3 adalah merah (red). Kisaran warna menurut
penetapan Munsell Soil Color Chart adalah 2,5 YR 4/6. warna merah
menunjukkan berlangsungnya oksidasi tinggi terhadap senyawa besi dan hanya
mungkin terjadi jika tubuh bertata udara baik dan temperature tanah tinggi dengan
jeluk air bumi dalam.

Struktur tanah semakin ke bawah semakinkeras kemudian menjadi lembut lagi.


Hal ini dikarenakan pengaruh faktor pembentukan agregat dan profil tanah. Tanah
pada lapisan atas (lapisan 1) remah, kemudian semakin ke bawah keras tetapi
pada lapisan selanjutnya tanah lembut lagi. Lapisan atas remah disebabkan bahan
organik dimana lapisan ini adalah lapisan pengolahan tanah. Pada lapisan 2 tanah
remah dan agak sedikit lembut, hal ini dikarenakan pada tanah lapisan ini terjadi
pencucian dab pengendapan unsur hara. Selanjutnya, pada tanah lapisan 3 tanah
lebih lembut dikarenakan tanah pada lapisan ini trtjadi pengendapan tingkat
pertama/awak. Kemudian pada lapisan ke 4 tanah lebih keras disebabkan karena
lapisan ini mengalami proses pengendapan maksimal. Pada lapisan terakhir
(lapisan 5) tanah kembali menjadi lebih lembut karena kembali ke bahan induk
tanah/ campuran bahan induk.

Warna tanah dari lapisan atas (lapisan 1) samapi lapisan bawah (lapisan 5)
berbeda, dikarenakan dipengaruhi oleh luas permukaan spesifik yang dikali
dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Perbedaan warna
tanah juga disebabkan oleh warna humus, besioksida dan besi hidroksida dan juga
kandungan bahan organiknya terdapat pada tanah tersebut. Semakin gelap warna
tanah maka kandungan bahan organiknya semakin tinggi. Warna tanah yamng
berwarna merah menunjukkan berlangsungnya oksidasi tinggi terhadap senyawa
besi. Warna kuning pada tanah karena adanya oksidasi-oksidasi besi terhidrat
pada tanah-tanah dengan atusan sering kali sangat terhambat. Tanah-tanah
berwarna kuning terbentuk pada temperatur rendah dan curah hujan yang tinggi
sehingga persenyawaan besi tersedia dalam bentuk oksi-hidrat dan temperatu
tinggi di dataran rendah dan peluruhannya dipengaruhi oleh air bumi, tanah dari
endapan sungai.

Pada pengamatan warna tanah terdapat warna matriks dan warna karat. Warna
matriks adalah warna yang mendominasi ditiap horizon tanah, sedangkan warna
karat adalah warna yang terbentuk akibat akumulasi Fe, mineral alin oleh air
sehingga membentuk spot-spot/bercak pada tanah. Karat terdapat karat merah dan
karat kuning. Karat kuning terjadi karena proses lanjutan dari karat merah apabila
karat merah dibiarkan. Warna matriks juga dapat disebut warna dasar tanah.

Tanah alfisol adalah tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horizon bawah.
Tanah alfisol mempunyai horizon argilik dan terjadi di daerah di mana tanah
hanya sebentar lembab pada paling sedikit sebagian dalam tahun tersebut. Tanah
alfisol mempunyai kejenuhan basa yang tinggi yaitu lebih dari 35% (>35%) pada
kedalaman 180 cm dari permukaan tanah atau pada horizon alfisol terbawah. Basa
yang dilepaskan dalam tanah karena pelapukan kurang lebih sama dengan
cepatnya pencucian ke bawah dengan bersama gerakan air. Jadi tingkatan alfisol
sedikit agak rendah daripada Mollisol yang digunakan untuk pertanian dua jenis
tanah diperkirakan berstatus basa rendah. Alfisol mempunyai urutan ketiga di
dunia. Area tanah alfisol terbesar adalah di sebelah gurun Sahara di Afrika. Tanah
alfisol mempunyai musim kering tertentu dan bila diolah, merupakan obyek yang
serius akibat intensitas hujan lebat pada musim hujan.

Tanah ultisol merupakan tanah yang mengalami pelapukan terbanyak dan


memperlihatkan pengaruh pencucian paling akhir. Tingkat pelapukan dan
penbentukan ultisol berjalan lebih cepat, daerah-daerah yang beriklim humid
dengan suhu tinggi dan curah hujan tinggi menyebabkan ultisol mempunyai
kejenuhan basa rendah (kejenuhan basa < 35% pada horizon tanah yang lebih
rendah). Selain itu, tanah ultisol juga mempunyai keasaman tanah, kejenuhan
Aldd tinggi dan bahan organik rendah sampai sedang. Tanah ultisol berwarna
gelap dan strukturnya padat menggumpal atau granular.

Pada kegiatan awal praktikum warna dan struktur tanah kita tidak langsung
mengamati warna dan struktur tetapu kita akan membahas sedikit tentang
pengenalan profil tanah. Pada pengenalan profil tanah yang akan diamati,
penampang penamatan (profil) harus bersih dan terang. Penampang pada
pengamatan ini tanah harus lembab ( matriks tanah harus lembab). Pertama kita
tusuk-tusukan atau dicungkil-cungkil, kemudian diukur dengan menggunakan
meteran sedalam 150 cm. Lihat perbedaan warna secara kasat mata untuk
membedakan lapisan tanah. Setelah diketahui batas-batas antar lapisan, setiap
lapisan kita tusuk-tusuk dan dicungkil-cungkil ditaruh ditangan kiri dan diremas-
remas. Setelah diremas-remas kita dapat mengetahui struktur tanah dengan
mengambil sampel/contoh pada tanah yang diremas-remas. Kemudian tanah yang
dipergunakan untuk sampel pada struktur, kita juga dapat mengambil dan
mempergunakan untuk mengetahui warna dengan menggunakan penetapan
Munsel Soil Color Chart. Setelah mengambil contoh pada lapisan pertama,
dilanjutkan dengan mengambil contoh pada lapisan 2,3,4, dan 5. selanjutnya,
setelah mengambil contoh untuk struktur tanah maka kita akan mengetahui struk
tanah dengan cara pecahkan tanah dengan tekanan jari. Apabila warna tanah di
bawah lubang Munsell Soil Color Chart dengan jari. Apabila warna tanah
gumpalan tadi tepat sam dengan gambar warna tekstur, maka diberi angka-angka
kilap, nilai dan kroma tertinggi dan terendah yang membatasinya. Di sebelah
kirinya ada bacaan tentang warna tanahnya.
IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat pad praktikum ini adalah

1. Warna tanah berfungsi sebagai penentu suatu status kesuburan tanah


2. Penentuan warna tanah dilakukan di tempat yang terhindar dari sinar
mataharidan menggunakan Munsell Soil Color Chart
3. Penentuan warna pada Munsell Soil Color Chart digunakan kisaran warna
2,5 R – 10 R untuk warna merah, 2,5 Y -5 Y untuk warna kuning dan 5 YR
-10 YR untuk warna coklat
4. Warna dan struktur tanah pada tiap lapisan berbeda yang disebabkan oleh
luas permukaan spesifik dengan proporsi volumetrik tanah
5. Struktur tanah pada lapisan Ap adalah remah, lapisan AB adalah gumpal,
lapisan B1 adalah gumpal bersudut, lapisan B2 adalah gumpal bersudut, dan
lapisan B3 adalah gumpal
6. Tanal Alfisol mempunyai kejenuhan basa lebih dari 35 %, dan tanah
Ultisol mempunyai kejenuyhan basa kurang dari 35 %
7. Tanah yang berwarna gelap mengandung bahan organic dan karbon
8. Warna matriks adalah warna dasar tanah atau warna mendominasi ditiap
horizon tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. http/:www.google.com/struktur tanah.htm/210410.13:21

Foth, Henry d. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta

Hadi Utomo, w. 1992. Dasar-dasar Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas


Pertanian Universitas Brawijaya : Malang

Hanafiah, Kemas A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Pt. Raja Grafindo Persada :
Jakarta

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah. Rajawali : Jakarta


Tim Dosen. 2010. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung : Bandar Lampung

PERTANYAAN

1. Kesimpulan apa yang dapat diambil, jika pada suatu profil tanah
saudara mendapatkan data sebagian berikut :
- memiliki bercak dengan chroma lebih kecil atau sama dengan 2 pada
kedalaman kurang dari 50 cm
- Warna matriks pada kedalaman lebih dari 25 cm lebih biru dari 10 Y
Jawab :
- Warna tanah gelap, ada tiga penyebabnya yaitu drainase yang buruk,
kandungan karbon yang tinggi dan kandungan bahan organik yang tinggi
- Tanah ini mengandung banyak air dan alumunium serta berwarna biru

2. Jelaskan pengaruh pengolahan tanah terhadap struktur tanah ?


Jawab:
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan dua tipe yaitu pengolahan manual
dan menggunakan alat. Dengan pengolahan tanah secara manual struktur pada
tanah akan mengalami perubahan yang sedikit tetapi apabila dengan
menggunakan alat berat /traktor maka akan terjadi pemadatan tanah yang akan
menekan dan mempengaruhi struktur tanah menjadi lebih padat.

REAKSI (pH) TANAH

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

pH tertentu yang terukur oleh pada tanah ditentukan oleh seperangkat factor kimia
tertentu. oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah sebuah satu uji yang paling
penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman.
Biasanya tanah pada daerah basah bersifat masam dan tanah pada daerah kering
bersifat basa (alkali).

Nilai pH berkisar antara 0-14. Makin tinggi kepekatan / konsentrasi (H +) dalam


tanah, makin rendah pH tanah dan sebaliknya, makin rendah konsentrasi (H+)
maka makin tinggi pH tanah. Sehubungan dengan nilai pH dijumpai 3
kemungkinan, yaitu : masam, netral dan basa (alkali).

Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktif dan kemasaman potensial.


Kemasaman aktif disababkan oleh ion H+ dan Al3+ yang terjerap pada kompleks
jerapan.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :


1. Menetapkan pH tanah dengan menggunakan lakmus.

2. Mengetahui cara menetapkan pH tanah dengan menggunakan pH meter.

3. Mengetahui hasil perbandingan pH tanah dengan menggunakan kertas


lakmus dan pH meter.

II .TINJAUAN PUSTAKA

Air bersifat netral karena konsentrasi H+ dan OH+ yang sama. Pada keadaan
nbetral, pH adalah 7. Suatu ukuran skala pH digunakan untuk memudahkan
menyatakan konsentrasi H+ yang sangat kecil di dalam air maupun di dalam
berbagai system hayati penting. Kation-kation yang dapat dipertukarkan terserap
dengan tenaga yang cukup besar untuk memperlambat pencuciannya dari tanah,
tetapi sejumlah kation yang cukup besar mengalami disosiasi dari permukaan
perukaran kation yang terdapat dalam larutan dimana kation itu siap untuk
digunakan tanaman. Pada disosiasi, basa yang dapat dipertukarkan menyebabkan
terjadinya hidrolisis sehingga dihasilkan ion-ion OH- ( Foth, 1994).
Pengukuran pH tanah di lapangan dengan prinsip kalori meter dengan
menggunakan indicator (larutan, kertas lakmus), yang menunjukkan warna
tertentu pada pH berbeda. Kesalahan pengukuran dapat terjadi antara 0,1 – 0,5
unit pH atau bahkan lebih besar karena pengaruh pengenceran dan faktor-faktor
lain. Untuk mengukur pH basa kuat di lapangan, indikator fenolptalin yang tidak
berwarna sangat bermanfaat karena akan berubah menjadi ungu sampai merah
pada pH 8,3 – 10. Kondisi yang sama pada pengukuran pH di lapangan pada
kondisi luar biasa asam dihunakan indikator Brom Cresol Green (0,1 gram
dilarutkan pada 250 ml 0,006N NaOH) yang berubah dari hijau sampai kuning
pada pH 5,3 dan yang lebih rendah dari pada 3,8. Untuk mengetahui pH tanah di
lapangan, secara umum dapat digunakan indikator universal / campuran (Mohr,
1972).

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hydrogen H+ di
dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin masam
tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-,
yang jumlahnya berbanding terbalik dengan oin H+. pada tanah-tanah yang masam
ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion
OH- lebih tinggi daripada ion H+. bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah
bersifat netral yaitu mempunyai nilai pH 7. Kemasaman tanah terdapat pada
daerah dengan curah hujan tinggi, sedangkan pengaruhnya sangat besar dapa
tanaman, sehingga kemasaman tanah harus diperhatikan karena merupakan sifat
tanah yang sangat penting (Syaifuddin Syarief H.F, 1998).

Sifat kemasaman tanah ada dua jenis, yaitu kemasaman aktif dan memasaman
potensial. Reaksi kemasaman aktif ialah yang diukurnya konsentrasi ion H+ yang
terdapat pada pemakaian sehari-hari. Reaksi tanah potensial ialah banyaknya
kadar hidrogen dapat ditukar baik yang terjerap olehn kompleks koloid tanah
maupun yang terdapat dalam larutan. Sejumlah senyawa menyumbang pada
pengembangan reaksi tanah yang asam ataupun basa. Asam-asam organik dan
anorganik, yang dihasilkan oleh penguraian bahan organic tanah. Menentukan
kemasaman tanah ada beberapa alat ukur reaksi tanah yang dapat digunakan. Alat
yang murah ialah kertas lakmus yang bentuknya berupa gulungan kertas kecil
memanjang. Alat lain yang harganya sedikit mahal tetapi dapat dipakai berulang-
ulang dengan hasil pengukuran lebih akurat adalah pH tester dan soil tester
(Hardjowigeno S, 1987).

III. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

1. Penetapan pH dengan lakmus

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung plastic dan kertas
lakmus. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah ultisol, tanah
inceptisol, air destilata (H2O) dan larutan KCl 1N.

2. Penetapan pH dengan pH meter

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan, tabung


plastic, mesin pengocok dan pH meter. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah tanah inceptisil, tanah ultisol, air destilata (H2O) dan larutan KCl
1N.

B. Prosedur Kerja
1. Penetapan pH dengan lakmus

Ditimbang 5 gram tanah ultisol dan 5 gram tanah inceptisol, masing-


masing tanah dimasukkan ke dalam tabung plastik.


Ditambahkan 12,5 ml air destilata (H2O) dan 12,5 ml larutan KCl 1N, lalu
dikocok selama 10 menit dan diamkan selama 5 menit hingga terbentuk
cairan bening yang terpisah dari endapan (lumpur).


Dicelupkan kertas lakmus pada cairan bening di atas lumpur, jangan
sampai kena lumpur.


Disesuaikan warna lakmus dengan warna dikotak lakmus dan dicatat pH.


Diulangi kegiatan tersebut menggunakan 3 gram tanah ultisol dan 3 gram
tanah inceptisol dicampur masing-masing 15 ml air destilata (H2O) dan 15
ml larutan KCl 1N.

2. Penetapan pH dengan pH meter

Ditmbang 5 gram tanah ulisol dan 5 gram tanah inceptisol, masing-masing


tanah dimasukkan ke dalam tabung plastik.


Ditambahkan masing-masing 12,5 ml air destilata (H2O) dan 12,5 ml
larutan KCl 1N ke dalam tabung plastic.

Tabung dikocok selama 30 menit dengan mesin pengocok dan diamkan
sebentar.


Diukur dengan pH meter.


Diulangi kegiatan di atas dengan menggunakan 3 gram tanah ultisol dan 3
gram tanah inceptisol, serta tambahkan 15 ml air destilata dan 15 ml
larutan KCl 1N.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PENBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel hasil pengamatan

pH (pH meter) pH (lakmus)


Jenis tanah H2O KCl H2O KCl
1:2,5 1:05 1:2,5 1:05 1:2,5 1:05 1:2,5 1:05
Ultisol 5,73 6,85 2,52 1,99 6 6 2 2
Inceptisol 5,51 5,64 2,12 1,81 5 6 3 2

B.Pembahasan
Dari table hasil pengamatan penetapan pH tanah ,dengan percobaan menggunakan
pH meter terlihat bahwa pH H2O lebih tinggi dibandingkan pH KCl. Pelarut pada
KCl lebih rendah jika di bandingkan dengan pelarut H2O dikarenakan garam KCl
akan melepas H+ dari kompleks jerapan, sehingga tanah akan lebih masam. Tanah
yang masam karena kandunganH+ yang tinggi dan banyak ion Al3+ yang bersifat
masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dengan
menggunakan H2O dan KCl, pH H2O dihasilkan lebih tinggi dari pH KCl. Hal ini
disebabkan karena kemasaman yang di ukur dengan menggunakan H2O adalah
kemasaman aktif sedangkan pH KCL mengukur kemasan aktif dan kemasaman
potensial. KCl mampu mengukur mengukur aktivitas H+ yang ada diluar tanah
disebabkan karena ion K+ yang berasal dari KCl dapat ditukar dengan ion H+,
sedangkan hal tersebut tidak berlaku untuk H2O.

Tanah inceptisol umumnya hanya mempunyai horizon yang banyak mengandung


sulfat asam (catday) pH < 3,5 dan terdapat karatan kisaran kadar C organic dan
KTK dalam tanah Inceptisol sangat besar, begitu juga dengan kejenuhan basa, pH
tanah < 3,5 menenjukkan bahwa tanah tersebut bersifat masam yang berarti
kepekatan H+ lebih tinggi dari kepekatan OH-. Sedangkan tanah ultisol memiliki
tingkat pelapukan dan pembentukan ultisol berjalan lebih cepat pada daerah-
daerah beriklim humial dan suhu tinggi dengan curah hujan tinggi seperti halnya
di Indonesia. Ini brarti ultisol merupakan tanah yang telah mengalami proses
pencucian sangat intensif. Hal ini menyebabkan ultisol mempunyai kejenuhan
basa yang rendah (kurang dari 3,55 pada standar pH 8,2) dan kadar mineral
lapuknya sangat rendah.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi pH tanah,yang menyebabkan perbedaan nilai


pH adalah :
1. Kejenuhan Basa (KB), apabila semakin besar kejenuhan basa, semakin
tinggi pH tanah dan sebaliknya bila kejenuhan basa rendah, maka pH
rendah.

2. Sifat koloid, merupakan koloid organik mudah mendisosiasikan ion H+ ke


larutan tanah dan sebaliknya untuk koloid Fe dan Al hidroks oksida dan
liat silikat, pH tanah organik < pH tanah mineral yang kaya Fe dan Al
hidroks oksida atau liat silikat pada kejenuhan basa yang sama.

3. Maacam kation yang terjerap, koloid-koloid yang menjerap Na+ dan ion
basa-basa yang lain akan mempunyai pH tinggi.

4. Jumlah curah hujan

5. Drainase tanah internal

6. Tipe vegetasi

7. Aktivitas manusia

8. Ketersediaan unsur hara

9. Tekstur tanah dan stuktur tanah

10. Ketersediaan air

11. Bahan organik

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan pH tanah antara lain :


1. Perbandingan tanah dengan air, faktor ini harus diperhatikan karena
perbandingan tersebut menentukan besar kecilnya pH, jika perbandingan
menurun, maka elektroda tidak sempurna.

2. Kandungan garam-garam dalam larutan tanah, tanah-tanah masam


mengandung cukup garam-garam terlarut untuk mengganggu pertumbuhan
tanaman, terutama dengan meningkatnya tekanan osmosis larutan tanah
dan membatasi larutan air. Garam-garam terlarut mungkin mengendap
secara alami dalam tanah di daerah-daerah kering, sebagai akibat
penambahan air irigasi.

3. Keseimbangan CO2 udara dan CO2 tanah, CO2 yang dihasilkan dari
pernapasan melarut dalam larutan tanah membentuk asam karbonat
rendah. Pengaruh ini terlihat pada tanah-tanah kapur dan tanah alkali
lainnya untuk ribuan tahun, yang menunjukkan bahwa terbentuknya asam
karbonat dalam tanah mempunyai peranan yang kurang berarti dalam
menentukan pH tanah.

Upaya yang mungkin dilakukan untuk mencapai pH dan optimal bagi


pertumbuhan tanaman antara lain :
1. Dengan cara pemeliharaan rutin, seperti memperbaiki biologi tanah, yaitu
mikroba tanah sebagai bahan organik tanah, humufikasi, mineralisasi dan
pengikat nitroksin udara.

2. Memperbaiki kimia tanah yaitu melakukan pemupukan, mengamati reaksi


tanah dan tersedianya unsure hara bagi pertumbuhan tanaman dan
memperbaiki pH tanah sehingga mencapai pH sekitar 7 (pH netral).
Misalnya dengan pemberian kapur dan pupuk fosfat. Upaya mengatasi
kendala kemasaman dan kejenuhan Al3+ yang tinggi dapat dilakukan
pengapuran. Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah
dari masam ke pH netral, serta menurunkan kadar Al3+. Untuk menaikkan
kadar Ca dan Mg dapat diberikan dolomit, walaupun pemberian kapur
selain meningkatkan pH tanah juga dapat meningkatkan kadar Ca dan
kejenuhan basa. Pemupukan fosfat merupakan salah satu cara mengelola
tanah ultisol, karena disamping kadar P rendah, juga terdapat unsur-unsur
yang dapat meretensi fosfat yang ditambahkan. Kekurangan P pada tanah
ultisol dapat disebabkan oleh kandungan P pada bahan induk tanah yang
memang sudah rendah, atau kandungan P sebetulnya tinggi tetapi tidak
tersedia bagi tanaman karena diserap oleh unsur lain seperti Al dan Fe.

3. Penambahan bahan organik, bahan organik dapat meningkatkan agregasi


tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah
menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik tanah melalui
fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan
pencucian hara. Penyediaan bahan organik dapat pula diusahakan melalui
pertanaman lorong (alley cropping).
V. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan mengenai reaksi (pH) tanah dapat
disimpulkan bahwa :

1. pH H2O lebih tinggi dibandingkan pH KCl.


2. Denagn pengukuran menggunakan pH meter dan kertas lakmus, dahasikan
bahwa pH tanah ultisol lebih tinggi daripada pH tanah inceptisol.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah antara lain adalah


perbandingan air dengan tanah, kandungan garam-garam dalam larutan
tanah, dan keseimbangan CO2 udara dan CO2 tanah.

4. Penetapan pH tanah dengan pH meter hasilnya lebih akurat dibandingkan


menggunakan kertas lakmus yang sifatnya kualitatif.

DAFTAR PUSTAKA

Foth, Henry D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Jakarta : Erlangga

Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo


Mohr. 1972. Tropical Soils. Net Herlands. Geuze Dordrecht

Syarief h.F, Syarifudin. 1998. Fisika Kimia Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka
Buana

PERTANYAAN

1. Terangkan mangapa dalam penetapan pH tanah, perbandingan antara air


dengan tanah harus diperhatikan!
2. Mungkinkah pH KCl lebih tinggi dari pH H2O? Terangkan!

Jawab :
1. Karena perbandingan tersebut menentukan besar kecilnya pH tanah.
Nisbah antara tanah dan air yang digunakan biasanya 1:1, 1:2,5 dan 1:5.
Makin tinggi nisbah, maka makin tinggi pH tanah dan jika perbandingan
terlalu rendah akan terjadi kontak antara larutan tanah dengan elektroda
tidak sempurna, akibatnya pengukuran kurang teliti. Air merupakan unsure
hara utama bagi kelompok H dan O yang harus tersedia di dalam tanah
yang berguna bagi tanaman. Jadi air dan tanah dalam penetapan pH harus
diperhatikan.

2. Tidak mungkin, karena KCl berasal dari KOH dan HCl, dan untuk
keduanya asam kuat dan basa kuat, tidak mungkin melakukan pelepasan
H+ dari kompleks jerapan.

PEPTISASI DAN FLOKULASI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lempung tanah terdapat di alam sebagai campuran dari sejumlah spesies.
Beberapa dari tipe mineral lempung yang berbeda dapat tertumpuk bersama
sebagai suatu paket. Hal ini desebut dengan interstratified atau lempung lapis
campuran. Lempung ini tidak dapat dipisahkan dengan cara fisik seperti halnya
campuran lempung biasa.
Pada proses pembentukan struktur tanah, gaya yang menyatukan butir-butir
primer menjadi agregat adalah :
1. Gaya intermolecular yang merupakan hal yang terpenting dalam pembentukan
struktur tanah. Untuk dapat dapat berdekatan antar zarahnya, maka zarah harus
terflokulasi/terkoagulasi
2. Gaya kapiler yang timbul karena adanya meniskus
3. Gaya kimia termasuk pengaruh kation yang terjerap

Peptisasi adalah sebuah proses dispersi endapan menjadi sistem koloid dengan
penambahan zat pemecah, zat tersebut dapat berupa elektrolit yang mengandung
ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Sedangkan flokulasi berarti pembentukan globul-globul pada emulsi, hal ini
disebabkan ketidak seimbangan emulsi tetapi lapisa monomolekularnya masih
bagus sehingga floulasi dapat diperbagus dengan pengocokan.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :


1. Mengetahui gejala peptisais pada tanah
2. Mengetahui gejal flokulasi pada tanah
3. Membandingkan gejala peptisasi dan flokulasi pada tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA

Fungsi-fungsi anorganik tanah terdiri dari fragmen-fragmen bantuan dan mineral


dalam berbagai ukuran dan komposisi. Meskipun komposisinya beraneka ragam
fraksi-fraksi anorganik umumnya berupa silikat dan oksida. Mereka kadang-
kadang dibedakan kedalam mineral-mineral primer dan sekunder. Namun
pengelompokkan ini menimbulkan masalah, karena endapan mineral sekunder
dapat dianggap sebagai mineral primer. Karena endapan mineral sekunder dapat
dianggap sebagai mineral primer dalam pdoogi. Berdasarkan ukurannya dikenal
tiga fraksi utama, yaitu :
1. Fraksi kasar ( 2 – 0,05mm ) yang disebut pasir
2. Fraksi halus ( 0,05 – 0,002mm ) yang disebut dengan debu
3. Fraksi sangat halus ( < 0,002m ) yang disebut dengan lempung
Dalam ilmu tanah kita bisa menganggap lempung sebagai suatu koloid, meskipun
secara tepatnya hanyalah sebuah fraksi liat > 0,2 µm yang merupakan lempung
koloidal ( Indramada, 1994 ).

Jika zarah primer (koloid) dalam suatu larutan mengelompok atau bersatu tetapi
mudah didispersikan kembali disebut flokulasi. Pada peristiwa koagulasi
kelompok zarah tersebut sukar didispersikan. Flokulasi dan koagulasi zarah koloid
ditentukan oleh ukuran dan muatan zarah tersebut. Flokulasi lebih mudah terjadi
pada zarah berukuran kecil ( < 1 µm ) dan bermuatan berlawanan seperti liat (-)
dan hidroksida besi atau alumunium ( Tim dosen DDIT, 2010 ).

Lempung tanah terdapat di alam sebagai suatu campuran dari sejumlah spesies.
Beberapa dari tipe meneral lempung yang berada dapat bertumpuk bersama
sebagai suatu paket. Ini disebut interstratified atau lempung lapis campuran.
Lempung interstratified tidak dapat dipisahkan dengan cara fisik seperti halnya
campuran lempung biasa.

Interstratified dapt terjadi dalam pola teratur, atau dalam pola acak, ia juga dapat
berupa hasil dari suatu proses agregasi dalam suatu kristal di dalam mintakat-
mintakat dari suatu mineral lain. Proses lain pembentukan atau pertumbuhan
kristal dalam ruang antar lapis. Sebagai contoh, lembar gibsit dapat berkembang
dari pengendapan & kristalisasi dalam ruang antar misel, akibat penggantian
kation-kation tertukarkan dan perubahan dalam lingkungan kimia ( Kim.H.Tan,
1995 ).
Peptisasi merupakan gejala terdispersinya t anah akibat penambahan elektrolit
lemah sehingga tidak mampu menahan sifat kenegatifannya, setelah itu terjadi
gaya tolak menolak antar fraksi (Anonim, 2010).

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel Hasil Pengamatan Gejala Peptisasi dan Flokulasi


No Bahan yang ditambahkan Gejala Catatan
1 NH4OH 3 N peptisasi Beberapa contoh tanah
dilarutkan, gumpalan-gumpalan
tanah pecah menjadi fraksi-
fraksi tanah (pasir,liat,debu),
berbentuk endapan dan masing-
masing bermuatan (+) positif
karena saling membentuk
partikel koloid.

2 Ca(OH)2 0,04 N Flokulasi Liat yang awalnya setengah


mengembang, akan mengendap
kembai karena partikel terbawa
ke dalam hubungan dan saling
bertabrakan lalu melekat dan
tumbuh menjadi ukuran yang
siap turun mengendap untuk
mengelompok kembali dengan
pasir dan debu
3 HCL N Flokulasi Pada proses ini liat labih cepat
bergabung dengan pasir dan
debu dan mengendap di dasar
larutan, juga larutan menjadi
bening tetapi tidak terlalu
nampak

B. Pembahasan

Peptisasi adalah suatu proses dispersi endapan menjasdi sistem koloid dengan
penambahan zat pemecah dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung
ion sejenis ataupun pelarut tertentu. Cara peptisasi adalah pembuatan koloid atau
sistem dari butiran-butiran kasar atau dari suatu endapan atau proses
pendispersian endapan. Pada proses ini menyebabkan netralisasi muatan tanah
tidak terjadi sehingga muatan-muatan negatif menonjol yang mengakibatkan
terjadinya gaya tolak menolak antar muatan atau keadaan terdispersinya tanah
oleh penambahan larutan elektrolit lemah yang mengakibatkan liat yang
bermuatan negatif tidak mampu menahan sifat kenegatifannya sehingga terjadi
gaya tolak menolak antar fraksi dan tanah terdispersi ke dalam fraksi debu, liat,
dan pasir. Pasir tidak bermuatan, sehingga penambahan larutan elektrolit lemah
tersebut tidak berpengaruh terhadap pasir, hingga pasir mengendap diatas larutan.
Debu mempunyai sifat ringan, dan tidak bermuatan, sehingga debu akan
mengapung di larutan bagian atas karena sifatnya yang ringan. Tetapi lama
kelamaan akan juga mengendap bersama pasir dan liat. Liat yang bermuatan (-)
menjerap elektrolit lemah yang bermuatan (+) yaitu dari larutan NaOH 3 N,
sehingga liat tetap berada pada posisi setengah mengapung pada larutan tanah.

Flokulasi adalah suatu proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air
baku yang telah merata akan membentuk gumpalan atau flok dan dapat
mengendap dengan cepat, tetapi akan dapat dengan mudah untuk didispersikan
kembali. Flokulasi terjadi akibat penetralisiran elektrolit lemah yang terjerap oleh
liat dengan penambahan elektrolit kuat [ Ca(OH)2 0,004 N dan HCL N ],
sehingga jerapan antar liat dan elektrolit lemah tersenut terlepas yang
mengakibatkan liat akan mengendap dan mengelompok dengan pasir dan debu,
akan tetapi mudah didispersikan kembali. Pada saat penambahan larutan HCL N
lebih bening dari pada larutan Ca(OH)2. Hal ini dikarenakan HCL N merupakan
elektrolit kuat dan pada Ca(OH)2 0,004 N. Dan kation H+ yang berada pada
sebelah kiri dan Ca++ pada sebelah lebih kanan pada larutan Hof meister
menyebabkan kekuatan flokulasi kkation H+ akan lebih kuat.
Kekuatan flokulasi kation H+ pada HCL membuat proses berjalan lebih cepat,
sehingga larutan pada penambahan Ca(OH)2 0,04 N. Karena liat yang awalnnya
setengah mengambang, akibat berjerapan dengan elektrolit lemah bermuatan (+)
yaitu NH4OH 3N, sehingga membuat warna larutan tersebut menjadi keruh dan
sedikit demi sedikit terlepas dari jerapannya dan khirnya menggumpal dengan
fraksi debu dan pasir di dasar larutan, sehingga lama kelamaan larutan akan
terlihat lebih bening karena fraksi liat yang semakin berkurang.

Percobaan pada praktikum ini kita menggunakan NH4OH, HCL, dan Ca(OH)2.
NH4OH digunakan karena kation NH4+ pada larutan NH4OH punya kerapatan
muatan yang rendah. Hal ini menyebabkan kation NH4+ dijerap oleh liat dengan
lapisan listrik ganda tebal hidrasi (mantel air) gerakan brown ion-ion yang terjerap
di permukaan koloid tanah semakin besar, sehingga jerapan ini semakin lemah.
Keadaan ini menyebabkan netralisasi muatan koloid tanah tidak terjadi sehingga
muatan negatifnya menonjol dan terjadi gaya tolak menolak, sehingga proses
peptisasi pada larutan tanah menjadi lebih mudah diamati. HCL dan Ca(OH)2
mempunyai kerapatan muatan yang tinggi, sehingga kation H+ dan Ca++ dijerap
oleh liat (koloid) tanah dengan poternsial tinggi. Dan H+ dan Ca++ pada larutan
mempunyai nilai hidrasi yang rendah (idak memiliki mantel air) yang
mengakibatkan kation tersebut dapat berada sangat dekat dengan permukaan
koloid tanah, sehingga netralisasi muatan koloid dapat berlangsung dan terjadi
penggumpalan atau pengelompokkan koloid tanah, tetapi mudah didispersikan
kembali. Dan peristiwa flokulasi dapat diamati pada proses tersebut. Kation H+
mempunyai kekuatan flokulasi yang lebih kuat dari pada kation Ca++ sehingga
dapat digunakan seagai pembanding pada peristiwa flokulasi. Hal ini ditandai oleh
kation H+ yang berada di sebelah kiri dan Ca++ di sebelah kanan pada urutan
hofmeister. Semakin ke kanan maka kekuatan flokulasinya akan makin lemah.
Hasilnya akan nampak pada larutan tanah yang diatambahkan HCL lebih bening
dari pada yang ditambahkan Ca(OH)2 0,04 N.

Beberapa faktor yang mempengaruhi flokulasi dan peptisasi sangatlah nampak


pada percobaan kali ini, sehingga gejala flokulasi pada penambahan larutan HCL
nampak, diantara faktor tersebut adalah faktor lingkungan dan juga pengukuran
serta penimbangan yang kurang tepat atau teliti yang mengakibatkan
perbandingan antara larutan dengan penambahan elektrolit lemah melebihi ukuran
yang seharusnya. Sehingga hal ini mengakibatkan proses flokulasi itu berjalan
lebih lambat dan larutan yang seharusnya tampak lebih bening setelah
ditambahkan HCL N menjadi tidak begitu tampak.

IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil percobaan ini adalah :
1. Kation H+ pada HCL mempunyai kekuatan flokulasi leibh kuat daripada
kation Ca++ pada Ca(OH)2 0,04 N, karena posisinya yang berada di
sebelah kiri Ca++ pada urutan Hofmeister.
2. Larutan yang ditambahkan HCL lebih bening daripada yang ditambahkan
Ca(OH)2 karena sifat flokulasi H+ yang lebih kuat/baik.
3. Ketepatan dan kepastian pengukuran dan penimbangan sangat
mempengaruhi hasil dari pengamatan .

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. http : // peptisasi + flokulasi // www.google.com


Indramada. H. K. 1994. Pengolahan Kuburan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta

Tan. Kim. 1995. Dasar- dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press :
Bogor

Tim Dosen DDIT. 2010. Penuntun Praktikum Dasar- Dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung : Bandar Lampung.

PERTANYAAN

1. Teori flokulasi mempunyai kegunaan praktikal pada masalah reklamasi tanah


berkadar Na tinggi. Terangkan dengan singkat mekanisme!

2. Mengapa kejenuhan Na yang tinggi berbaha bagi pertumbuhan tanaman?


Jawab:

1. Flokulasi merupakan proses pendispersian pada larutan air tanah yang


menggunakan tingkat valensi dan derajat hidrasi kation-kation. Kation Na
disini merupakan bagian dari deret Hofmeister sehingga reklamasi tanah
berkadar Na tinggi dapat diatasi oleh proses flokulasi.

2. Karena Na yang memiliki kejenuhan yang tinggi dapat meningkatkan kadar


garam pada tanah sehingga berbaha bagi pertumbuhan tanaman.

Anda mungkin juga menyukai