Anda di halaman 1dari 16

PERAN AKTIF INDONESIA DALAM ASSOCIATION OF SOUTH EAST ASIA

NATION (ASEAN)

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Jahja A. Muhaimin
Fatkurrohman, M. Si

Disusun oleh :
Ario Wirawan Haryono 10/296902/SP/23890
Crystaline Sekartaji 10/299767/SP/24212
Fandi Rahman Wilianto 10/297280/SP/23962
Muhammad Hadyan Hirzi 10/296304/SP/23826
Mutiara Kurniasari 10/299063/SP/24046
Ryan Muhammad Fahd 10/298410/SP/23990
Shabrina Annisarasyiq 10/296691/SP/23864

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasca keruntuhan Orde Lama, Indonesia mulai membenahi diri di dalam sebuah
rezim baru yang lebih dikenal dengan sebutan Orde Baru. Terjadi restrukturisasi
besar-besaran di dalam tubuh Indonesia. Di bawah kepemimpinan Soeharto,
Indonesia mulai memperbaiki posisinya di dalam dunia internasional. Dengan
menunjuk Adam Malik sebagai Menteri Luar Negeri-nya, Soeharto berusaha merubah
citra Indonesia yang tadinya kekiri-kirian dan tidak bersahabat menjadi aktif dan tidak
lagi condong ke komunisme.
Dalam rangka memperbaiki citra Indonesia di mata dunia, Indonesia mulai
mengadakan berbagai macam kerjasama baik itu dalam bidang regional maupun
internasional. Normalisasi hubungan dengan dunia Barat dan Malaysia dilakukan.
Indonesia pun kembali aktif dalam Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Dalam bidang
regional, Indonesia turut serta dalam pembentukan Association of South East Asia
Nation (ASEAN) pada tahun 1967.
Isu tentang kerjasama regional di kawasan Asia Tenggara sebenarnya bukanlah
hal yang baru pada waktu itu. Sebelum ASEAN ada, terdapat dua organisasi yang
telah terbentuk yaitu ASA (Association of Southeast Asia) antara Filipina, Thailand
dan Malaysia; serta Maphilindo antara Malaysia, Filipina, dan Indonesia.1
Cikal bakal ASEAN sendiri sebenarnya datang dari keinginan Malaysia,
Thailand, dan Filipina untuk membangkitkan kembali ASA.2 Melihat hal ini
Indonesia menjadi tertarik untuk ikut serta. Pemerintahan Soeharto menganggap hal
ini adalah kesempatan yang bagus bagi Indonesia untuk menunjukkan bahwa
Indonesia mampu dan mau menjalin kerjasama yang baik dengan negara-negara
tetangganya. Selain itu hal yang menjadi pertimbangan Indonesia adalah keterlibatan
Indonesia dalam membentuk suatu organisasi regional dapat menghapus memori
buruk tentang konfrontasi yang pernah terjadi antara Indonesia-Malaysia dan

1
Perkembangan Lembaga-Lembaga Internasional dan Peran Indonesia dalam Kerjasama Internasional,
diunduh pada 19 Desember 2010, <http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Perkembangan_Lembaga-
Lembaga_Internasional_dan_Peran_Indonesia_dalam_Kerjasama_Internasional_9.2_(BAB_14)>
2
D. F. Anwar, Indonesia in ASEAN : Foreign Policy and Regionalism, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994, hal.
45.
memperbaiki citra Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Indonesia juga ingin
menunjukkan pada dunia Barat bahwa Indonesia bukan lagi sumber konflik dan
sebuah ancaman bagi negara tetangganya.3
Ide untuk membentuk sebuah organisasi regional ini lalu berkembang. Tiga
menteri luar negeri dari tiga negara berkumpul; Adam Malik dari Indonesia, Tun
Abdul Razak dari Malaysia, dan Thanat Khoman dari Thailand. Mereka bertiga setuju
bahwa pembentukan organisasi regional dibutuhkan untuk mencegah kembali
terjadinya konfrontasi di antara negara-negara di kawasan tersebut. Adam Malik
mengusulkan dibentuknya sebuah organisasi baru menggantikan ASA dan
Maphilindo.
Sebagai inisiator terbentuknya organisasi regional yang baru, Indonesia bertugas
membuat draft proposal untuk diajukan dan dipromosikan ke negara lain agar mereka
ingin bergabung.4 Lalu akhirnya pada tanggal 8 Agustus 1967 diadakan sebuah
pertemuan di Bangkok. Pertemuan ini menghasilkan Deklarasi Bangkok yang
ditandatangani oleh lima perwakilan : Adam Malik, Menteri Luar Negeri Indonesia;
Tun Abdul Razak, Wakil Perdana Menteri/Menteri Pembangunan Nasional Malaysia;
S. Rajaratnam, Menteri Luar Negeri Singapura; Narsisco Ramos, Menteri Luar Negeri
Filipina; dan Thanat Koman, Menteri Luar Negeri Thailand. Ditandatanganinya
Deklarasi Bangkok menandai terbentuknya ASEAN.
Mengingat sejarah pembentukan ASEAN yang tak lepas dari peran Indonesia di
dalamnya, sungguh menarik melihat apakah Indonesia masih bisa seaktif dulu ketika
menggagaskan ASEAN. Seiring dengan perkembangan ASEAN, benarkah kontribusi-
kontribusi yang Indonesia berikan masih seberpengaruh yang dulu? Makalah ini
berusaha menjawab pertanyaan tadi dan melihat peran Indonesia dalam ASEAN.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran serta Indonesia dalam ASEAN sebagai salah satu anggotanya
dalam menjaga stabilitas regional?
2. Kebijakan politik luar negeri apa yang diambil Indonesia, berkaitan dengan
perannya sebagai anggota ASEAN?
3. Kontribusi apa saja yang telah Indonesia berikan kepada ASEAN?

3
Anwar, loc.cit.
4
ibid.
4. Apa implikasi dari keanggotaan Indonesia dalam ASEAN terhadap politik luar
negeri Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui keaktifan Indonesia sebagai anggota ASEAN.
2. Menganalisis kebijakan politik luar negeri Indonesia yang berkaitan dengan
perannya sebagai anggota ASEAN.
3. Menganalisis implikasi dari keanggotaan Indonesia dalam ASEAN terhadap
politik luar negeri Indonesia.

D. Kerangka Konseptual
Dalam melaksanakan politik luar negerinya setiap negara pasti mengutamakan
kepentingan nasionalnya (national interest). Ada negara yang memilih jalur
konfrontasi dan ada juga negara yang memilih untuk bekerjasama dengan negara lain
untuk memenuhi kepentingan nasionalnya.
Tercatat dalam sejarah, Indonesia pernah menjalankan keduanya dalam politik
luar negerinya. Pada era Soekarno Indonesia lebih memilih untuk berkonfrontasi,
namun pada masa Soeharto atau Orde Baru Indonesia mula menjalin kerjasama-
kerjasama dengan negara lain untuk memenuhi kepentingan nasionalnya.
Salah satu kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia terlihat dalam ASEAN.
Kerjasama ini bersifat regional dan bertujuan untuk memelihara dan menjaga
stabilitas kawasan Asia Tenggara serta memajukan kawasan Asia Tenggara.
Integrasi seperti ini sendiri bukan hal yang aneh dalam dunia hubungan
internasional. Integrasi regional, menurut Leon N. Lindberg dan Stuart A. Scheingold
berkaitan dengan outcomes atau consequences dari tindakan-tindakan dan keyakinan
para aktor (elit politik atau negara) dalam membentuk sebuah kesepakatan baru di
suatu kawasan atau regional.5
Kesamaan budaya, ekonomi, politik, ideologi, dan letak geografis diasumsikan
dapat membentuk organisasi yang lebih efektif. Oleh karena itu, bentuk regionalisme
dapat dibedakan berdasarkan kriteria geografis, militer/politik, ekonomi, kebudayaan,
agama, dll. Tujuan utama dari organisasi regional adalah untuk menciptakan

5
Leon N. Lindberg & Stuart A. Scheingold, Regional Integration, Presidens and Fellows of Harvard,
Massachusset, 1997, dikutip dalam Moon Young Ju, ‘Peran Indonesia dalam Pembentukan dan Pengembangan
ASEAN’, 2008, diunduh pada 19 Desember 2010, Universitas Indonesia E-print Library.
perjanjian perdamaian dan mencapai keuntungan bersama di berbagai aspek dan
penguatan area saling ketergantungan pada negara-negara adikuasa. Namun,
munculnya sebuah organisasi yang efektif juga dapat terjadi karena persamaan
persepsi, seperti pada negara-negara ASEAN yang sama-sama berpersepsi bahwa
komunisme berbahaya bagi kepentingan negara mereka.6

6
Moon Young Ju, ‘Peran Indonesia dalam Pembentukan dan Pengembangan ASEAN’, 2008, diunduh pada 19
Desember 2010, Universitas Indonesia E-print Library
BAB II
PEMBAHASAN

ASEAN merupakan prioritas utama dalam politik luar negeri Indonesia, karena
negara-negara ASEAN merupakan lingkaran terdalam dari lingkaran-lingkaran konsentris
pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Pendekatan lingkaran-lingkaran konsentris
menegaskan besarnya pengaruh lingkungan eksternal terdekat terhadap situasi domestik
Indonesia. Oleh karena itu, terciptanya kawasan Asia Tenggara yang stabil, aman, damai, dan
konddusif, serta terjalinnya hubungan harmonis dengan negara-negara di Asia Tenggara
dirasakan sangat penting dan merupakan modal dasar pembangunan nasional Indonesia.7
Mengingat Indonesia menenmpatkan ASEAN sebagai lingkungan utama dari politik
luar negerinya, Indonesia telah memainkan peran penting dalam perkembangan ASEAN.
Indonesia seringkali dianggap oleh negara-negara di luar kawasan ASEAN sebagai tulang
punggung ASEAN. Indonesia dianggap berpengaruh besar terhadap stabilitas regional Asia
Tenggara. Sebagai contoh pernyataan yang dilontarkan Ketua Komisi Keamanan Parlemen
Jepang, Chiken Kakazu pada saat bertemu dengan Ketua Komisi I DPR RI, Theo Sambuaga
di Tokyo, Selasa 11 Desember 2007, “Upaya menciptakan stabilitas kawasan Asia Timur
mau tidak mau akan menempatkan Indonesia sebagai pilar utamanya. Keamanan Asia Timur
amat dipengaruhi stabilitas di kawasan Asia Tenggara, dan tentu saja ini banyak dipengaruhi
8
Indonesia." Peran Indonesia di ASEAN sendiri tidak bisa diremehkan. Indonesia telah
berkontribusi dalam berbagai bidang demi kemajuan ASEAN.

A. Bidang Politik
Pada masa Soeharto, Indonesia berperan semakin aktif dalam berbagai forum
regional dan internasional, salah satu diantaranya adalah dengan menyumbangkan
inisiatif-inisiatif segar dalam berbagai forum tersebut yang membahas berbagai
persoalan dan isu-isu dunia. Dalam ASEAN, Indonesia sudah mampu berperan
sebagai pemimpin dari negara-negara di Asia Tenggara, dan mampu menjalin
hubungan dan kerjasama yang baik dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.9

7
Dadan Nurdiansyah, Bagaimana Peran Indonesia dalam ASEAN?, diunduh pada 18 Desember 2010,
<http://www.scribd.com/doc/23430462/Bagaimana-Peran-Indonesia-Dalam-ASEAN>
8
KapanLagi.com, Jepang Andalkan Peran Indonesia di ASEAN, 2007, diunduh pada 20 Desember 2010,
<http://berita.kapanlagi.com/politik/nasional/jepang-andalkan-peran-Indonesia-di-asean-zrglswe.html>
9
Nurdiansyah, loc.cit.
Pada awal reformasi, setelah keruntuhan rezim Soeharto yang telah berkuasa
lebih dari 30 tahun menimbulkan banyak perubahan. Selain perubahan dalam struktur
politik dan kelembagaan negara, perubahan pun terjadi dalam politik luar negeri.
Dalam konteks ASEAN, Indonesia seperti kehilangan kepercayaan diri ketika
Soeharto jatuh. Pada masa reformasi ini, para pemimpin negara setelah Soeharto,
mulai dari BJ Habiebi, Abdurahman Wahid, Megawati, sampai SBY berusaha
kembali membangun kepercayaan diri tersebut. Pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono berkomitmen akan tetap menjadi bagian penting dalam kerja sama
internasional untuk mengatasi masalah-masalah internasional.
Di ASEAN, Indonesia, tidak seperti ketika mengalami krisis ekonomi akhir
1990-an, banyak mengambil prakarsa regional yang kemudian menjadi bagian penting
dari kebijakan regional ASEAN.
ASC (ASEAN Security Community) adalah produk kepemimpinan Indonesia
dalam ASEAN, dan ini menunjukkan bahwa ASEAN tetap merupakan prioritas
politik luar negeri Indonesia. Keberhasilan menempatkan kembali posisi instrumental
Indonesia dalam ASEAN juga menjadi modal tambahan penting bagi leverage politik
luar negeri Indonesia terhadap negara di luar kawasan ASEAN. Indonesia mempunyai
kepentingan untuk menciptakan kawasan Asia Tenggara yang aman dan damai.
Karena itu, diplomasi Indonesia di kawasan tersebut harus diarahkan untuk mencapai
tujuan itu. Diplomasi Indonesia dibutuhkan untuk membangun saling percaya dan
menciptakan keamanan ASEAN, di samping dapat menjadi landasan kokoh bagi suatu
kerja sama keamanan regional.10
Konsep Komunitas ASEAN semakin memperoleh momentum ketika
Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri ASEAN ke-37 di Jakarta 2004 menyepakati
konsensus konsep Plan of Action dari ASC-PoA dan ASEAN Socio-cultural
Community (AScC-PoA). Kedua konsep ini telah disahkan oleh para pemimpin
ASEAN dalam KTT ASEAN ke-10 di Vientiane, Laos November 2004.
Disepakatinya ASC-PoA ini menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam memimpin
proses perumusan sesuai mandat KTT ASEAN ke-9 di Bali. Di samping itu, ASC-
PoA menunjukkan tingkat kedewasaan dari negara anggota ASEAN karena
mekanisme resolusi konflik dapat diimplementasikan berdasarkan prinsip we-feeling
ASEAN sebagai komunitas bangsa-bangsa. Keputusan Indonesia menjadi bagian dari
upaya multilateral untuk mengatasi, antara lain, masalah penyebaran senjata nuklir,
10
Nurdiansyah, loc.cit.
terorisme internasional, dan perubahan iklim menunjukkan bahwa Indonesia berpihak
kepada cara-cara multilateral untuk menyelesaikan masalah-masalah internasional.
Hal ini secara jelas menunjukkan komitmen Indonesia untuk tetap menjadi bagian dari
kolaborasi internasional guna menciptakan lingkungan global yang lebih stabil dan
aman. Tentu tanpa harus mengorbankan kepentingan nasional Indonesia.
Indonesia juga menjadi salah satu promotor utama penyelesaian masalah-
masalah regional. Pengakuan yang semakin kuat dari negara-negara anggota ASEAN
terhadap peran regional Indonesia memberi modal bagi Indonesia untuk memperkuat
posisi regionalnya dan menjadi bagian penting dalam penyelesaian masalah-masalah
baru regional. Salah satu contohnya adalah kasus Vietnam dengan Kamboja,
Thailand, dan Myanmar.
Indonesia sebagai salah satu aktor penting di ASEAN pada masa pergolakan
Vietnam dan Kamboja, menggagasi solusi perdamaian bagi keduanya utamanya
menyangkut saran kepada Vietnam untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri
Kamboja dalam bentuk apapun khususnya bantuan politik maupun militer pada salah
satu kubu yang sedang berseteru. Indonesia mengusulkan supaya rakyat Kamboja
diberikan kebebasan penuh dan kesempatan untuk memilih pemimpin untuk
mengarahkan revolusi Kamboja ke arah yang dikehendaki.11
Perkembangan politik Myanmar mempengaruhi citra ASEAN di mata dunia
internasional dan menjadi kendala dalam kerjasama ASEAN dengan beberapa negara
mitra wicara terutama Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada dan Uni
Eropa. ASEAN secara terus menerus selalu mengangkat isu Myanmar pada setiap
Pertemuan para Menlu ASEAN dan pada tingkat Kepala Negara/Pemerintahan.
Dalam kaitan ini, Indonesia selalu bersikap kritis terhadap tindakan Myanmar yang
menghambat proses rekonsiliasi dan demokrasi. Namun demikian, Indonesia berulang
kali juga menyampaikan baik dalam forum bilateral maupun ASEAN bahwa
Indonesia siap sedia membantu Myanmar dalam melaksanakan tahapan Roadmap to
Democracy khususnya pelaksanaan Pemilu pada tahun 2010.

B. Bidang Ekonomi

11
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Hubungan Indonesia-Vietnam, diunduh pada 18 Desember
2010, <http://www.deplu.go.id/vientiane/Pages/CountryProfile.aspx?l=id>
Peran Indonesia di bidang ekonomi di ASEAN memang belum menunjukkan
sesuatu yang signifikan mengingat lemahnya daya tawar ekonomi Indonesia terutama
setelah krisis ekonomi tahun 1998. Namun, pasca resesi tahun 2008 yang menerjang
sektor ekonomi di hampir semua negara, Indonesia bersama India dan China adalah
tiga negara yang berhasil menangani masalah ini lebih baik sehingga tidak
menimbulkan efek bagi ekonomi dalam negerinya. Bersamaan dengan meningkatnya
kestabilan ekonomi itu, daya tawar ekonomi Indonesia mulai naik dan membuat posisi
Indonesia diperhitungkan. Masuknya Indonesia sebagai anggota G20 juga turut
menaikkan posisi Indonesia di tingkat regional karena dianggap mampu menyalurkan
aspirasi dari negara berkembang dan kawasan regional mengenai pemulihan pasca-
resesi dan perkembangan ekonomi dunia mendatang.
Di G20, di antara negara-negara anggota ASEAN, Indonesia diharapkan
mampu membawa kepentingan regionalnya ke tingkat internasional agar ASEAN
dapat meningkatkan nilai transaksi ekonomi regionalnya yang selama ini jauh
dibawah organisasi-organisasi regional lainnya. Data dari ASEAN Affairs pada 2009
menunjukkan bahwa perdagangan intra-ASEAN hanya mencakup 20-30% dari
keseluruhan perdagangan ASEAN (kecuali untuk Myanmar). Sementara untuk
perdagangan yang dilakukan dengan negara-negara di luar ASEAN mencapai 70-
80%.
Untuk mengatasi hal ini, ASEAN secara regional mulai meningkatkan
transaksi dalam regionnya melalui pelaksanaan program AFTA yang sejak awal
perencanaannya belum terimplementasikan secara efektif. ASEAN Free Trade Area
(AFTA) adalah suatu perjanjian di bawah payung ASEAN yang disetujui pada tahun
1992 sebagai suatu program jangka panjang mengenai perdagangan di kawasan Asia
Tenggara. Pada awal disetujuinya perjanjian ini, Indonesia bersama Malaysia dan
Thailand menyampaikan kekhawatirannya terhadap pemotongan tariff dan
pembentukan area perdagangan bebas yang langsung diimplementasikan dalam
waktu dekat dan memilih pendekatan yang lebih gradual sehingga semua negara bisa
mempersiapkan diri untuk melindungi pasar nasional dan industri dalam negeri
mereka. 12
Usulan Indonesia tersebut, sedikit banyak, mampu membantu negara-negara di
ASEAN yang pasar dalam negerinya masih riskan untuk melaksanakan perdagangan

12
D. F. Anwar, Indonesia in ASEAN : Foreign Policy and Regionalism, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994, hlm.
69-70.
bebas. Diharapkan ketika semua pasar dalam negeri negara-negara di ASEAN sudah
siap maka AFTA akan berjalan sesuai dengan perkiraan.
Melalui Common Effective Preferential Tariff (CEPT) yang disetujui pada
tahun 1993, negara-negara di ASEAN wajib menurunkan tariff mereka hingga 0-5%.
Dan pada Januari 2010, ASEAN-6, yang berisi Indonesia, Brunei Darussalam,
Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, diharuskan mengeliminasi semua pajak
ekspor-impornya kecuali pada produk-produk agrikultur yang sensitif dan sangat
sensitif. 13
Selama lima belas tahun semenjak AFTA dicanangkan, negara-negara ASEAN
lambat dalam pengaplikasian CEPT. Ini disebabkan oleh berbedanya regulasi dan
tariff dari masing-masing negara yang membuat penyeragaman tariff menjadi lebih
sulit. Tetapi ASEAN berharap dapat mencapai integrasi ekonomi pada tahun 2015. 14
Untuk itu, peran Indonesia dalam meingkatkan nilai transaksi di dalam
ASEAN penting. Sebagai presiden ASEAN pada 2011, Indonesia harus bisa
menjalankan target untuk mereduksi tariff bagi negara diluar ASEAN-6 sekaligus
membawa kepentingan ekonomi ASEAN di ajang G20.

C. Bidang Pertahanan dan Keamanan


Pada awalnya ASEAN dibentuk tidak untuk melakukan hubungan militer dan
politik, namun dengan berjalannya waktu, hubungan militer dan politik di ASEAN
sangat diperlukan untuk kemajuan ASEAN sendiri. Peran Indonesia di ASEAN dalam
bidang militer sangat aktif, meskipun sistem persenjataan militer di Indonesia paling
minim di ASEAN, namun hal ini tidak menyurutkan langkah Indonesia di ASEAN
dalam bidang militer hal ini terbukti dengan rangking militer dunia menunjukan
bahwa Indonesia mendapat kan rangking 14 dibawah Italia dan diatas Pakistan. Dan
di sini jelas tertulis bahwa Indonesia merupakan negara dengan kekuatan militer
terbesar di ASEAN dan ke 6 terbesar di Asia, Indonesia memiliki 2122 pasukan darat
dengan artileri dan kendaraan berat, 313 angkatan udara, 111 angkatan laut, dan
104.496.911 pasukan infantri. Militer Indonesia sudah memiliki hubungan baik
dengan Vietnam sejak tahun 1978 dan terus bertambah dengan negara-negara di
ASEAN lain pada tahun-tahun berikutnya. Meskipun ASEAN bukanlah sebuah

13
ASEAN Free Trade Area, diunduh pada 17 Desember 2010, <http://www.matrade.gov.my/cms/content.jsp?
id=com.tms.cms.article.Article_hide_ASEANFreeTradeArea>
14
Microsoft ® Encarta ® 2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation.
organisasi tentang aliansi pertahanan atau milter, namun kerja sama militer antara
Indonesia dan negara-negara di ASEAN sering terjadi dan termasuk pertukaran wakil
wakil di bidang militer di lembaga-lembaga pertahanan nasional, konsultasi keamanan
secara periodik, dan serangkaian latihan militer gabungan15.
Pada tahun 1970 di Kamboja terjadi kudeta. Pada waktu itu Kamboja dipimpin
oleh Pangeran Norodom Sihanouk. Pada tanggal 18 Maret 1970 ketika Pangeran
Norodom Sihanouk berada di luar negeri, keponakannya yang bernama Pangeran
Sisowath Sirik Matak bersama Lo Nol melakukan kudeta atau perebutan kekuasaan.
Sejak peristiwa tersebut terjadi perang
saudara yang berlangsung lama dan berlarut-larut. Keadaan Kamboja menjadi porak
poranda, rakyatnya sangat menderita.
Melihat kejadian yang berlarut-larut di Kamboja tersebut, Indonesia berusaha
untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai atau berperang dengan cara
mempertemukan mereka dalam suatu perundingan. Akhirnya, dibentuklah Jakarta
Informal Meeting (JIM). Artinya, pertemuan tidak resmi yang diadakan di Jakarta
tahun 1988. Pertemuan di Jakarta dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas
sebagai penengah di antara pihak-pihak yang bertikai. Dengan adanya pertemuan
tersebut pihak-pihak yang bertikai bersepakat untuk melakukan perdamaian.
Pertemuan di Jakarta itu kemudian ditindaklanjuti dengan diselenggarakannya
perundingan perdamaian di Paris, Prancis pada tahun 198916.
Setelah invasi Vietnam ke Kamboja pada tahun 1979, ASEAN mengadakan
pertemuan di Bali untuk menjanjikan dukungan keamanan negara-negara di ASEAN,
namun pembicaraan ini hanya menyinggung sedikit permasalahan tentang militer.
yang menghasilkan kesepakatan damai Kamboja Vietnam pada tahun 1991. Disini
militer vetnam merasa kagum dengan militer Indonesia terutama pada Jenderal
Murdani. Menurut Jenderal Murdani
ditemukan banyak kesamaan antara angkatan bersenjata Vietnam dan Indonesia,
Vietnam dan Indonesia telah berperang melawan kekuasaan kolonial
untuk kemerdekaan mereka, dan keduanya memiliki banyak
kesamaan berdasarkan doktrin militer mereka pada prinsip-prinsip perang gerilya17.

15
http://www.country-data.com/cgi-bin/query/r-6353.html
16
Peran Indonesia di Asia Tenggara, diunduh pada 18 Desember 2010,
<http://www.crayonpedia.org/mw/BAB.3_PERAN_INDONESIA_DI_ASIA_TENGGARA>
17
http://www.country-data.com/cgi-bin/query/r-6353.html
Peranan militer Indonesia tidak hanya sampai disitu, ketika terjadi pergolakkan
di Thailand pada tahun 2006 yang lalu Indonesia juga turut membantu menyelesaikan
masalah tersebut. Indonesia yang sering mengalami gangguan baik dari dalam
maupun luar negara namun dapat menyelesaikannya dengan baik dan dewasa
tentunya dinantikan keterlibatnya  untuk membantu negara sahabat dalam
menyelesaikan permasalahan dalam negeri mereka. Negara-negara ASEAN
melihat Indonesia sebagai negara yang mampu menengahi permasalahan di ASEAN.
Dalam sebuah konferensi pers di sela-sela pertemuan para Menlu ASEAN di Nusa
Dua Bali  2 September lalu, Thailand menyampaikan apresiasi mereka terhadap
peranan Indonesia yang mampu menengahi berbagai permasalahan di ASEAN, serta
dukungan Indonesia kepada Thailand dalam menyelesaikan permasalahan di negara
itu dan juga bantuan Indonesia dalam menjelaskan permasalahan di Thailand Selatan
kepada dunia. Peranan Indonesia seperti itu diharapkan akan menciptakan kestabilan
di ASEAN sekaligus mengangkat nama Indonesia di forum dunia18.
Indonesia berperan penting dengan pengadaan program ZOPFAN (Southeast
Asian Zone of Peace, Freedom, and Neutrality) dan NFZ (southeast asian nuclear free
zone) yang disepakati pada deklarasi kualalumpur pada tahun 1971 dan disetujui
semua negara ASEAN19.
Dengan adanya PT PINDAD sebuah industri yang memproduksi senjata dan
peralatan perang yang banyak digunakan oleh militer-militer di negara di ASEAN
membuktikan bahwa Indonesia turut membantu dengan ekonomi militer nya untuk
memajukan ASEAN di bidang pertahanan dan keamanan. Untuk saat ini peranan
militer Indonesia di ASEAN lebih berfokus pada penanganan teroris internasional,
kemanusiaan, dan latihan bersama.
Pemberantasan terorisme merupakan salah satu bentuk kerjasama di bawah
mekanisme AMMTC. Untuk memperkuat kerjasama, ASEAN telah menyusun dan
menandatangani ASEAN Convention on Counter Terrorism (ACCT), saat KTT
ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina, pada tanggal 13 Januari 2007. Konvensi ini
merupakan instrumen penting kerjasama ASEAN yang memberikan dasar hukum
yang kuat guna meningkatkan kerjasama untuk pencegahan, penanggulangan dan

18
Voice of Indonesia, Konflik Dalam Negeri Thailand Serta Peranan Indonesia Sebagai Anggota ASEAN, 2010,
diunduh pada 19 Desember 2010, <http://id.voi.co.id/voi-dignitorial/6486-konflik-dalam-negeri-thailand-serta-
peranan-Indonesia-sebagai-anggota-ASEAN.html>
19
ASEAN, diunduh pada 19 Desember 2010, <http://countrystudies.us/Indonesia/98.htm>
pemberantasan terorisme. ACCT belum berlaku efektif karena baru diratifikasi oleh
Singapura dan Thailand.
Untuk mendorong proses ratifikasi dan sebagai langkah implementasi dari
Cetak Biru Komunitas Politik Keamanan ASEAN, saat SOMTC ke-9 di Nay Pyi Taw,
Myanmar, tangal 30 Juni 2009, disepakati ASEAN Comprehensive Plan of Action on
Counter Terrorism (ACPoA on CT). Kesepakatan ACPoA on CT perlu dicatat pula
sebagai keberhasilan Indonesia mengingat dalam kerangka SOMTC, Indonesia
menjadi lead shepherd pembahasan terorisme.

D. Bidang Sosial dan Budaya


Peranan Indonesia di Asean dalam bidang sosial budaya terlihat sangat jelas,
pertukaran antar pelajar Indonesia – Malaysia atau Indonesia – Singapura masih terus
berjalan. Selain itu, kita masih menjalin kerjasama ekspor impor beras ke negara-
negara di lingkup ASEAN seperti Vietnam dan Thailand. Di bidang olahraga, kita
masih menjadi salah satu negara yang diperhitungkan di ASEAN, terutama dalam
cabang bulutangkis dan baru-baru ini, sepakbola. Kita juga tetap dipercaya untuk
menyelenggarakan SEA Games, dan mengadakan kompetisi olahraga dalam negeri
yang terbuka untuk umum seperti Sudirman Cup, Indonesia Open, dan sebagainya.
Dalam budaya dapat dikatakan Indonesia menjadi negara tujuan utama. Dunia
internasional telah mengakui negara kita sebagai negara multikultural yang beradat
Timur paling kental di Asia Tenggara. Dengan berbagai macam kesenian yang kita
punyai, mulai dari wayang kulit, reog, tari-tarian, Indonesia memperoleh eksistensi
yang signifikan di dunia. Bahkan salah satu produk budaya kita, batik, telah menjadi
simbol nyata dan ciri khas dari Indonesia.
Berbagai program di ASEAN ini bertujuan sebagai pembentuk identitas dan
penguat ketahanan sosial-budaya negara. Ketahanan sosial-budaya bisa dipahami
sebagai kondisi dinamik sosial budaya bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang memiliki kapabilitas untuk mengembangkan kekuatan nasional
dalam menghadapi segala tantangan dari luar maupun dari dalam. Sebagai bangsa
Indonesia, identitas dalam budaya sangat dibutuhkan. Kasus klaim budaya tidak perlu
terjadi lagi, konflik berkepanjangan antara Indonesia – Malaysia harus diselesaikan
tanpa perlu mengkambinghitamkan apapun. 20

20
Asep Purnama Bahtiar, ‘42 Tahun ASEAN’, Koran Tempo, 8 Agustus 2009, diunduh pada 18 Desember 2010,
<http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/08/08/Opini/krn.20090808.173313.id.html>
BAB III
KESIMPULAN
Peran Indonesia dalam ASEAN tidak lepas dari kebijakan politik luar negeri
Indonesia yang memprioritaskan ASEAN dalam agendanya. Karena kondisi geografis
Indonesia, negara-negara anggota ASEAN merupakan negara tetangga terdekat Indonesia dan
secara tidak langsung kondisi kawasan Asia Tenggara akan mempengaruhi kondisi
perpolitikan Indonesia.
Indonesia banyak berkontribusi dalam penyelesaian masalah regional ASEAN, seperti
misalnya dalam penyelesaian masalah di Kamboja, Thailand dan Myanmar. Indonesia pun
masih dipandang sebagai tonggak dari ASEAN dalam berbagai bidang baik itu politik dan
keamanan maupun ekonomi.
Posisi dan peran Indonesia dalam ASEAN harus diintegrasikan ke dalam kerangka
hubungan internasional di kawasan Asia Pasifik dan tidak terbatas pada konteks lingkaran
konsentris kawasan tertentu, melainkan juga pada tataran isu, yang berarti politik luar negeri
Indonesia harus mencerminkan sikap akomodatif terhadap masalah-masalah demokratisasi,
hak asasi manusia dan masalah-masalah internasional.
Peran Indonesia sebagai jangkar stabilitas keamanan dan perdamaian di ASEAN
maupun di Asia Pasifik akan menjadi semakin penting dalam merespons dinamika global di
masa depan. Peran Indonesia tersebut akan menjadi elemen penting ketika struktur keamanan
secara multilateral semakin terintegrasi. Respons dunia terhadap kemajuan demokrasi
Indonesia juga harus menjadi refleksi bagi revitalisasi masa depan politik luar negeri
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, D. F. Indonesia in ASEAN : Foreign Policy and Regionalism, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1994.
ASEAN Free Trade Area, diunduh pada 17 Desember 2010,
<http://www.matrade.gov.my/cms/content.jsp?
id=com.tms.cms.article.Article_hide_ASEANFreeTradeArea>
ASEAN, diunduh pada 19 Desember 2010, <http://countrystudies.us/Indonesia/98.htm>
Bahtiar, Asep P. ‘42 Tahun ASEAN’, Koran Tempo, 8 Agustus 2009, diunduh pada 18
Desember 2010,
<http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/08/08/Opini/krn.20090808.173313.id.
html>
http://www.country-data.com/cgi-bin/query/r-6353.html
KapanLagi.com, Jepang Andalkan Peran Indonesia di ASEAN, 2007, diunduh pada 20
Desember 2010, <http://berita.kapanlagi.com/politik/nasional/jepang-andalkan-peran-
Indonesia-di-asean-zrglswe.html>
Lindberg, L. N. & Stuart A. Scheingold, Regional Integration, Presidens and Fellows of
Harvard, Massachusset, 1997
Microsoft ® Encarta ® 2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation.
Nurdiansyah, Dadan Bagaimana Peran Indonesia dalam ASEAN?, diunduh pada 18
Desember 2010, <http://www.scribd.com/doc/23430462/Bagaimana-Peran-Indonesia-Dalam-
ASEAN>
Peran Indonesia di Asia Tenggara, diunduh pada 18 Desember 2010,
<http://www.crayonpedia.org/mw/BAB.3_PERAN_INDONESIA_DI_ASIA_TENGGARA>
Perkembangan Lembaga-Lembaga Internasional dan Peran Indonesia dalam Kerjasama
Internasional, diunduh pada 19 Desember 2010,
<http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Perkembangan_Lembaga-
Lembaga_Internasional_dan_Peran_Indonesia_dalam_Kerjasama_Internasional_9.2_(BAB_
14)>
Voice of Indonesia, Konflik Dalam Negeri Thailand Serta Peranan Indonesia Sebagai
Anggota ASEAN, 2010, diunduh pada 19 Desember 2010, <http://id.voi.co.id/voi-
dignitorial/6486-konflik-dalam-negeri-thailand-serta-peranan-Indonesia-sebagai-anggota-
ASEAN.html>
Young Ju, Moon, ‘Peran Indonesia dalam Pembentukan dan Pengembangan ASEAN’, 2008,
diunduh pada 19 Desember 2010, Universitas Indonesia E-print Library

Anda mungkin juga menyukai