1
2) Diskon Pembelian (Purchase Discounts)
dilakukan oleh penjual agar pembeli dapat melunasi utangnya sebelum tanggal
jatuh tempo atau melunasi dalam jangka waktu diskon
Contoh :
Perusahaan ABC membeli barang dengan nilai faktur Rp. 2.000.000.- pada
tanggal 2 Mei 2009 dengan syarat pembayaran 2/10,n/30. Hitunglah jumlah yang harus
dibayar oleh Perusahaan ABC apabila ingin mendapatkan diskon !
3) Retur Pembelian
Pengembalian barang yang telah dibeli karena barang tidak sesuai dengan pesanan
atau barang mengalami kerusakan.
4) Transaksi Penjualan
dapat dilakukan dengan tunai
kredit
sebagian tunai dan sisanya kredit
5) Penjualan Tunai
6) Penjualan Kredit
7) Diskon Penjualan
8) Retur Penjualan
9) Biaya Angkut
pada saat membeli atau menjual barang dagang, biasanya perlu mengeluarkan
ongkos angkut dari toko atau sampai gudang pembeli, sehingga ini akan
menambah harga perolehan dari barang tersebut.
Harga Perolehan Barang Dagang = Harga Barang itu sendiri + ongkos angkut +
2
Syarat penyerahan barang yang umum terjadi :
a. Franko Gudang Pembeli (Free on Board Destination) FOB
Destination
Barang yang diperjualbelikan akan menjadi hak milik pembeli pada saat barang
tersebut sampai di gudang pembeli.
Segala bentuk resiko yang timbul selama barang dalam perjalanan, menjadi
tanggung jawab penjual termasuk ongkos angkut barang tersebut.
b. Franko Gudang Penjual (Free on Board Shipping Point) FOB Shipping
Point
Barang yang diperjualbelikan akan menjadi hak milik pembeli pada saat barang
tersebut keluar dari gudang penjual.
Segala bentuk resiko yang timbul selama barang dalam perjalanan, menjadi
tanggung jawab pihak pembeli, termasuk ongkos angkut.
3
AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
Contoh Kasus :
PD SEKALI
Neraca Saldo
4
30 Nopember 1998
Kas 114.000
Piutang dagang 56.000
Persediaan barang dagangan 200.000
Asuransi dibayar dimuka 36.000
Tanah 3.000.000
Gedung 6.000.000
Akumulasi Depresiasi Gedung 2.000.000
Utang Dagang 40.000
Modal, Adi 7.366.000
9.406.000 9.406.000
5
6 Des. Biaya angkut Rp. 25.000
Kas Rp. 25.000
(pembay. Biaya angkut)
6
Informasi penyesuaian pada 31 Desember 1998 adalah sebagai berikut :
• Persediaan barang dagangan per 31 Des 1998 adalah Rp. 50.000
• Asuransi dibayar dimuka Rp. 12.000
• Biaya Advertensi dibayar dimuka Rp. 6.000
• Gaji pegawai yang masih harus dibayar Rp. 9.000
• Biaya sewa yang masih harus dibayar Rp. 4.000
• Biaya depresiasi gedung adalah 10% setahun (disusut setiap bulan)
Jurnal penyusutan :
a. HPP
31 Des. HPP Rp. 200.000
Persediaan Rp. 200.000
b. Biaya Asuransi
31 Des. Biaya Asuransi Rp. 24.000
Ass. Dibyr dimuka Rp. 24.000
c. Biaya Advertensi
31 Des. Advertensi dibyr dimukaRp. 6.000
Bi. Advertensi Rp. 6.000
d. Biaya Gaji
31 Des. Gaji Pegawai Rp. 9.000
Utang gaji Rp. 9.000
7
e. Biaya Sewa
31 Des. Biaya Sewa Rp. 4.000
Utang sewa Rp. 4.000
f. Biaya Depresiasi
31 Des. Depresiasi gedung Rp. 50.000
Ak. Depr. Gedung Rp. 50.000
8
Selain membedakan organisasi bisnis dari sisi kepemilikannya, kita juga dapat
membedakannya atas dasar bidang usaha yang dikelola. Secara umum kita dapat
mengelompokkannya, yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan perusahaan
industri dan pengolahan.
a) Perusahaan jasa adalah organisasi bisnis yang aktivitasnya memberikan layanan
jasa kepada para pelanggannya. Mereka memberi layanan jasa kepada masyarakat
dan sebagai imbalanannya perusahaan memperoleh penghasilan. Penghasilan
tersebut bersumber dari hasil penjualan jasa. Untuk memberikan layanan itu
diperlukan biaya baik berupa perlengkapan yang diperlukan untuk memberikan
layanan jasa itu maupun dalam bentuk lain. Akuntansi jenis perusahaan ini relatif
sederhana, karena tidak banyak jenis transaksi yang terjadi di perusahaan.
b) Perusahaan dagang adalah suatu organisasi bisnis yang aktivitas utamanya adalah
membeli barang dagangan dan menjualnya kembali kepada pelanggan tanpa ada
upaya untuk mengolah atau mengubah wujud barang dagangan itu. Sebelum
dijual pada umumnya barang itu dipilih dan dipilah atau disortir terlebih dulu
untuk menentukan kualitas dan harganya. Dibandingkan dengan perusahaan jasa,
9
perusahaan dagang lebih rumit, karena jenis transaksi ekonominya relatif lebih
banyak dan kompleks. Oleh karena itu, akuntansi jenis perusahaan ini relatif
lebih rumit dibandingkan dengan akuntansi perusahaan jasa.
SISTEM PENCATATAN
1. Sistem Perpetual
10
Sistem perpetual ini juga bisa diterapkan oleh perusahaan selain yang dicontohkan di atas
dikarena penggunaan wide spreadsheet yang disediakan oleh komputer dan penggunaan
scanner untuk mengidentifikasi setiap item persediaan. Perlakuan akuntansi untuk sistem
pencatatan persediaan perpetual adalah sebagai berikut :
e. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold) diakui
bersamaan dengan pengakuan penjualan dan akun persediaan akan di kredit
f. Akun persediaan adalah akun pengendali yang didukung dengan buku besar pembantu
untuk setiap jenis/item persediaan.
Disebut sistem periodik karena penghitungan jumlah dan nilai persediaan hanya akan
diketahui pada akhir periode saja untuk penyiapan pembuatan laporan keuangan. Setiap
terjadi transaksi pembelian barang maupun penjualan barang akun persediaan tidak
pernah dimutasi atau tidak pernah di Debit jika ada pembelian atau diKredit jika ada
penjualan. Akun persediaan akan diperbaharui nilainya hanya pada akhir periode saja
sebelum penyusunan laporan keuangan melalui penghitungan fisik persediaan (stock
opname) di gudang.
Saat ini sangat sedikit perusahaan yang menerapkan sistem periodik kecuali untuk
perusahaan kecil yang menjual barang barang tertentu secara eceran dengan harga yang
murah misal permen, korek api, dan lain lain. Perlakuan akuntansi untuk sistem
pencatatan persediaan periodik adalah sebagai berikut :
11
c) Beban angkut pembelian akan didebit pada akun Beban Angkut Pembelian.
d) Retur dan potongan pembelian akan dikredit ke akun Retur dan Potongan Pembelian.
f) Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold) dihitung pada
akhir periode setelah melakukan penghitungan fisik dan penilaian persedian akhir.
Contoh: Toko Pakaian “Cantik ” adalah perusahaan dagang yang menjual pakaian jadi
untuk anak-anak. Persediaan celana jeans merk “LEVIS” ukuran L yang dimiliki pada
awal periode 2007 adalah 5 potong dengan biaya per potong Rp. 35.000,-. Sedangkan
transaksi yang terjadi yang berhubungan dengan persediaan celana jeans di atas adalah
sebagai berikut :
Berikut pencatatan transaksi di atas dan perhitungan saldo persediaan menurut kedua
sistem pencatatan persediaan :
12
Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan menggunakan sistem pencatatan
periodik sebagaimana dalam ilustrasi 5.1.
13
14