TRAUMA THORAKS
1
Trauma Thoraks
I. Pendahuluan
Thoraks berisi organ-organ vital paru dan jantung. Pernapasan berlangsung
dengan bantuan gerak dinding dada. Paru-paru dibentuk oleh jutaan alveolus yang
mengembang dan mengempis tergantung pada pengembangan atau pengempisan
dinding dada. Pada saat kita melakukan gerakan inspirasi maka akan terjadi kontraksi
otot-otot pernapasan yaitu m.interkostalis dan diafragma, hal tersebut menyebabkan
rongga dada membesar dan paru-paru mengembang dan udara pun terhisap masuk dari
luar ke dalam alveolus melalui trakea dan bronkus.
Sebaliknya jika m.interkostalis melemas, dinding dada mengecil kembali seperti
semula dan udara akan terdorong keluar. Sementara itu karena tekanan intraabdomen,
diafragma akan naik ke atas. Ketiga faktor tersebut diatas yaitu kelenturan dinding
dada, kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdomen akan menyebabkan
terjadinya proses ekspirasi ketika m.interkostalis dan diafragma tidak berkontraksi.
Sehingga gerakan ekspirasi adalah gerakan pasif.
Jika seseorang mengalami kegagalan pernapasan maka diperlukan bantuan segera
berupa napas buatan yang dapat dilakukan dengan bantuan alat otomatis seperti
ventilator atau dengan cara manual yaitu dengan pemberian bantuan napas buatan mulut
ke mulut. Tekanan udara yang diberikan ke dalam paru-paru dalam pernapasan buatan
harus dapat melebihi kelenturan dari dinding dada, kekenyalan jaringan paru, dan
tekanan intraabdomen.
Bila terdapat lubang di dinding dada atau di pleura viseralis maka hal tersebut
akan menyebabkan udara akan masuk ke cavum pleura dan menyebabkan terlepasnya
hubungan antara pleura parietalis yang meliputi dinding throraks dengan pleura
viseralis yang meliputi jaringan paru sehingga pada saat gerakan inspirasi dan dinding
dada membesar, paru tidak ikut bergerak. Hal ini biasa didapatkan pada kejadian
pneumothoraks dan dapat diatasi dengan dipasang drain tertutup (WSD) untuk
mengeluarkan udara yang ada di dalam cavum pleura.
II. Etiologi
Trauma pada thoraks kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang
pada umumnya berupa trauma tumpul. Trauma tajam thoraks dapat disebabkan oleh
tikaman dan tembakan. Cedera pada thoraks sering disertai dengan cedera pada perut,
kepala dan ekstremitas sehingga merupakan cedera majemuk.
Left Haemothorax
4
Haemothorax masive
Torakotomy
5
4) Pneumothoraks desak / ventil pneumothoraks : Pneumothoraks desak
terjadi karena terjadinya mekanisme katup pada luka di dinding thoraks atau luka
di pleura viseralis. Tekanan pada rongga pleura akan semakin tinggi secara
progesif karena penderita berusaha mendapatkan oksigen dengan melakukan
inspirasi kuat sehingga udara masuk dari paru ke dalam rongga pleura tetapi
ketika penderita melakukan ekspirasi udara yang telah ada dalam rongga pleura
tidak dapat keluar karena adanya mekanisme katup. Mediastinum akan terdesak
ke sisi yang sehat dan memperburuk keadaan umum penderita karena paru sisi
yang sehat tertekan. Penderita pneumothoraks ventil biasanya akan meninggal
dengan cepat bila tidak segera ditolong karena pembuluh vena besar terutama
v.cava superior dan v.cava inferior terdorong atau terlipat oleh desakan paru yang
sakit, sehingga darah tidak dapat kembali ke jantung. Gejala dan tanda yang dapat
ditemukan pada pasien dengan ventil penumothoraks adalah pengembangan
thoraks satu sisi (pernapasan pada sisi yang sakit tertinggal), suara nafas
berkurang, sesak napas progesif, emfisema sub-kutis (bila disertai trauma pada
dinding thoraks), trakea terdorong ke sisi yang sehat. Pertolongan pertama yang
dapat dilakukan dalam keadaan ini adalah dengan melakukan tusukan dengan
jarum yang berongga (jarum dari spuit) di ICS II, setelah itu dapat dipasang
WSD di dekat apex paru.
Pada pneumothoraks ventil yang traumatik dapat terjadi emfisema karena adanya
tekanan yang tinggi dalam rongga pleura sehingga udara ditekan masuk ke
jaringan lunak (kulit/subkutis) melalui luka dan dapat naik ke daerah wajah. Leher
dan wajah dapat terlihat membengkak seperti terjadi edema hebat. Pada perabaan
dapat terjadi krepitasi yang mungkin meluas ke jaringan sub-kutis thoraks.
6
5) Thoraks instabil / Flail Chest : Flail chest biasa terjadi karena trauma
tumpul misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, dimana terjadi fraktur iga
multiple pada dua tempat yang menyebabkan suatu segmen dinding dada terlepas
dari kesatuannya sehingga beberapa iga menusuk ke dalam paru dan
menyebabkan rasa nyeri saat benapas. Pada flail chest terjadi pernapasan
paradoksal artinya pada saat inspirasi dada yang sakit tidak akan mengalami
pengembangan dan pada saat ekpirasi justru mengalami pengembangan, hal ini
disebabkan oleh karena pada saat inspirasi iga yang patah akan tertarik ke dalam
menusuk paru karena tekanan negatif dalam rongga pleura, dan saat ekspirasi iga
yang patah akan terdorong keluar karena tekanan positif dalam rongga pleura.
Penderita akan menjadi sesak napas karena gerakan pernapasan paradoksal
7
tersebut menimbulkan rasa nyeri saat inspirasi sehingga penderita tidak dapat
bernapas dalam padahal pada saat tersebut penderita sangat membutuhkan zat
asam/oksigen, lama kelamaan penderita akan menjadi sianosis, paru dapat
mengalami atelektasis karena tidak mengembang/kolaps, hipoksia, dan
hiperkapnia, laju pernapasan dapat mencapai 40x/menit atau lebih (bila pasien
tidak pingsan/sadar, sedangkan bila dalam keadaan tidak sadar, pasien tampak
berupaya bernapas dengan keras tetapi hanya sedikit udara yang
dikeluarkan/mengalir; juga dapat dilihat gerakan napas paradoksal) Penanganan
pada kejadian flail chest yang pertama kali dilakukan adalah dengan memfiksasi
iga yang patah agar tidak bergerak, dapat dipakai kasa yang ditutup plester
yang kuat atau dapat juga dengan menggunakan traksi pada tulang iga yang patah.
Prinsip dari pertolongan pada flail chest adalah mencegah gerakan iga yang tidak
beraturan pada saat gerakan pernapasan berlangsung, sehingga iga tidak
menusuk ke paru dan tidak timbul rasa sakit dan akhirnya penderita dapat
bernapas dengan normal kembali, mengurangi ruang rugi (dead space) pada
pernapasan serta menangani contusio paru yang terjadi akibat trauma. Rasa sakit
dapat dihilangkan dengan pemberian analgetik
Flail Chest
8
Open pneumothorax
A. Inspirasi : udara masuk melalui luka dan menggeser mediastinum kesisi yang
sehat krn tekanan inspirasi tidak seimbang dikiri dan kanan
B. Ekspirasi : udara keluar dari luka, mediastinum pindah ke sisi yang luka.
Pernapasan disisi yang tidak luka tentu terganggu dan ventilasi jauh dari
optimal.
9
III. PEMERIKSAAN FISIK :
• INSPEKSI
o Menentukan laju pernapasan (RR)
o Melihat dinding dada asimetri? Gerakan paradoks dinding dada
o Luka memar, jejak seatbelt, jejak stir
• PALPASI
o Deviasi trakea
o Gerakan dinding dada adequat dan simetris
o Kelenturan dinding dada atau iga indikasi fraktur
o Subcutaneus emphysema
• PERKUSI
o Pekak ( dullness)
• AUSKULTASI
o Bunyi suara napas normal, keras kiri dan kanan sama. Terutama di apex,
axilla dan dipunggung belakang
10
IV. Pemeriksaan Penunjang
• CT scan
• Angiography
• Oesophagoscopy / oesophagram
• Bronchoscopy
11
Penyaliran antar iga (WSD)
12