Anda di halaman 1dari 5

Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ

akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Proteinuria adalah tanda pentig preeklampsia, dan
apabila tidak terdapat proteinuria, diagnosisnya dipertanyakan. Proteinuria didefenisikan sebagai
terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg/dl (+1 pada dipstick)
secara menetap pada sampel urin. Pada kenyataannya, preeklampsia secara klinis mulai tampak
hanya menjelang akhir suatu proses patofisiologis yang mungkin sudah dimulai 3 sampai empat
bulan sebelum timbulnya hipertensi. Kriteria minimum untuk menegakkan diagnosa
preeklampsia adalah hipertensi ditambah proteinuria minimal. Semakin parah hipertensi atau
proteinurianya, semakin pasti diagnosis preeklampsi. Demikian juga temuan laboratorium pada
tes fungsi ginjal, hati dan hematologis meningkatkan kepastian preeklampsia.

Kombinasi proteinuria dan hipertensi selama kehamilan secara nyata meningkatkan


resiko mortalitas dan morbiditas peinatal. Hasil dari sebuah studi prospektif selama 13 tahun
yang dilaporkan oleh Friedman dan Neff (1976) pada lebih dari 38.000 kehamilan, dimana
hipertensi saja berkaitan dengan kematian janin sebesar 3 kali lipat. Memburuknya hipertensi,
terutama apabila disertai oleh proteinuria, merupakan pertanda buruk. Naeye dan Friedman
dalam Knuppel (1999) menyimpulkan bahwa 70 % peningkatan kematian janin pada para wanita
di atas disebabkan infark besar pada plasenta, ukuran plasenta yang terlalu kecil, dan solusio
plasenta. Faktor lain yang menunjukkan keparahan hipertensi adalah disfungsi jantung dengan
edem paru serta pertumbuhan janin terhambat yang nyata.

Pada preeklampsia sering dijumpai perburukan patologis fungsi sejumlah organ dan
sistem, mungkin akibat vasospasme dan iskemia. Wanita dengan preeklampsia berat-eklampsia
biasanya mengalami odem paru setelah melahirkan dapat terjadi gangguan penglihatan pada
preeklampsia berat tersendiri atau bersama dengan kejang, walaupun jarang, keluhan nyeri
kepala, perubahan fungsi dan integritas hepar dapat terjadi. Keterlibatan hepar pada
preeklampsia adalah hal yang serius dan sering ditandai oleh tanda-tanda keterlibatan organ lain,
terutama ginjal dan otak, bersama dengan hemolisis dan trombositopenia. Keadaan ini sering
disebut sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzimes, low platelet count).
DEFINISI
Hipertensi didiagnosis apabila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih dengan
menggunakan fase V korotkoff untuk menentukan tekanan diastolik. Preeklampsia adalah
kumpulan gejala yang timbul akibat kehamilan dan berakhir setelah terminasi kehamilan.
Preeklampsia bukan merupakan penyakit melainkan reaksi tubuh untuk mempertahankan
kebutuhan janin.

A. Preeklampsia
Kriteria minimum :
- TD ≥ 140/90 mmHg
- Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ + 1 pada dipstick

Kriteria diagnosis PEB :


- TD sistolik > 160-180 ; diastolik > 110 mmHg
- Proteinuria > 5 g/ 24 jam
- Oligouria (<500 ml/24 jam)
- Gangguan cerebral atau visual
- Edema pulmonum
- Nyeri epigastrik atau kwadran atas kanan
- Gangguan fungsi hati tanpa sebab yang jelas
- Trombositopenia
- PJT/Restriksi pertumbuhan/Oligohidramnion
- Kreatinin serum meningkat

B. Impending Eklamsia
Impending eklamsia adalah preeklamsia disertai gejala beberapa gejala nyeri kepala
hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan kenaikan tekanan darah yang
progesif. Impending eklamsia ditangani sebagai eklamsia.
C. Eklampsia
Eklamsia adalah Kejang yang tidak disebabkan hal-hal lain pada seorang wanita hamil
selain preekalmpsia seperti epilepsi atau defisit neuorolgis lainnya.

ETIOLOGI
Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui walaupun diyakini bahwa preeklampsia
berhubungan erat dengan plasenta. Hipotesis yang penting pada patogenesis preeklampsia adalah
terdapatnya senyawa yang dihasilkan jaringan uteroplasenta yang masuk kedalam sistem
sirkulasi ibu dan menyebabkan kerusakan endotel. Perubahan endotel yang terjadi dianggap
sebagai penyebab 11 utama timbulnya gejala preeklampsia seperti hipertensi, proteinuria, dan
aktivasi sistem hemostasis.

KOMPLIKASI
Komplikasi tergantung dari derajat preeklamsia atau eklamsia. Yang termasuk
komplikasi antaralain atonia uteri. Sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzimes, low
platelet count), ablasia retina, KID, gagal ginjal, perdarahan otak, edema paru, gagal jantung,
hingga syok dan kematian.

PENGELOLAAN KEHAMILAN
Pada umumnya PEB pada kehamilan < 28 minggu dan > 35 minggu dilahirkan,
sedangkan pada kehamilan antara 28-35 minggu masih kontroversi antara ekspektatif yaitu
menunda persalinan sambil diberikan pematangan paru versus tindakan aktif untuk melahirkan
tanpa memandang usia kehamilan.
INDIKASI MELAHIRKAN JANIN SELAMA PERIODE EKSPEKTATIF PADA
PREEKLAMPSIA BERAT

Indikasi melahirkan janin selama periode ekspektatif pada pasien PEB antara
lain:
a. Indikasi Janin
1. Usia kehamilan > 35 minggu
2. Usia kehamilan < 35 minggu dengan paru janin yang sudah matang atau selesai
pemberian steroid
3. TBA < 5 th persentil
4. adanya oligohidramnion berat
5. tes kesejahteraan janin yang abnormal
6. ketuban pecah
b. Indikasi Ibu
1. Persalinan pretem atau perdarahan pervaginam
2. Eklampsia atau encepalopati
3. Udem paru atau gagal ginjal
4. Oliguria menetap setelah diterapi
5. Trombositopenia menetap
6. Nyeri epigastrium berat atau keluhan serebral
7. Keinginan ibu
8. Hipertensi berat yang tidak responsif dengan pemberian terapi yang maksimal

Hingga saat ini waktu untuk terminasi kehamilan pada PEB preterm masih menjadi
perdebatan. Oleh karena penyembuhan preeklampsia hanya dengan melahirkan janin, maka
terdapat kesepakatan umum untuk terminasi pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu atau jika
terdapat bukti adanya distress janin atau ibu sebelum waktu itu. Akan tetapi belum ada
kesepakatan mengenai terminasi kehamilan pada pasien PEB sebelum usia kehamilan 34
minggu.Manajemen aktif pada PEB sebelum usia kehamilan 34 minggu akan meningkatkan
mortalitas dan morbiditas perinatal karena prematuritas. Dengan demikian akan memperpanjang
perawatan janin pada neonatal intensive care unit. Sebaliknya, manajemen ekspektatif dapat
menimbulkan kematian janin intra uterin dan peningkatan morbiditas maternal.
Dengan monitoring ketat terhadap janin dan ibu akan dapat menurunkan komplikasi janin
dan ibu pada preeklampsia preterm. Pemantauan janin antenatal pada PEB preterm mencakup
penghitungan gerak janin oleh ibu, NST dan/atau profil biofisik setiap hari dan USG untuk
memantau pertumbuhan janin 2 kali seminggu. Sedangkan pemantauan ibu mencakup kontrol
ketat tekanan darah, gejala sakit kepala, gangguan penglihatan dan nyeri epigastrium, nyeri
perut, perdarahan pervaginam dan pemeriksaan laboratorium hemoglobin, hematokrit dan
trombosit setiap hari, fungsi hepar 2x seminggu.

Anda mungkin juga menyukai