Anda di halaman 1dari 3

Tausiyah Untuk pejuang forkad 2010….

Di akhir amanah

Sa’d bin Abi Waqqash ra. Menceritakan tentang saudaranya, Umair bin Abi Waqqash ra., ketika
melihat saudaranya itu bersembunyi (di tengah-tengah pasukan) saat Rasulullah saw.
menginspeksi (memeriksa barisan) untuk berangkat menuju Badr. Saya berkata kepadanya, “Ada
apa denganmu wahai saudaraku?” Ia menjawab, “Aku takut kalau Rasulullah saw melihatku, lalu
menganggapku masih kecil, sehingga tidak mengijinkanku untuk turut berperang, padahal aku
sangat merindukan peperangan ini. Semoga Allah memberikan mati syahid kepadaku.” Sa’d bin
Abi waqqash ra. menyambung ceritanya dengan mengatakan, “ternyata Rasulullah saw
melihatnya dan benarlah ia, beliau menganggapnya masih kecil, seraya bersabda, ’pulanglah!’
Umairpun menangis mendengar keputusan Rasulullah saw. tersebut. Akhirnya, Rasulullah saw
mengijinkannya untuk ikut berperang.”

Sa’d melanjutkan ceritanya, “maka kemudian saya ikatkan sarung pedangnya, agar tak lepas dari
tangan, karena kecilnya usia saudaraku. Pada akhirnya iapun mendapatkan keinginannya untuk
syahid di medan perang Badr. Kala itu usianya baru 16 tahun. Ia dibunuh oleh Amr bin Wud.”

Sahabatku,
Mendengar kisah sahabat tersebut, rasa-rasanya kita masih belum pantas dikatakan sang pejuang
Islam. Di usianya yang dini, jauh di bawah kita, ia dengan semangat penuh mampu
menyumbangkan jiwanya untuk kejayaan Islam.

Sahabat,
Begitulah Umair bin abi Waqqash, ia ingin cepat-cepat menyumbangkan nyawanya di jalan
Allah, ia di usianya yang dini ingin segera berjumpa dengan Rabbnya untuk menikmati
keindahan dan kenikmatan alam yang kekal nan abadi. Inilah adanya dan seharusnya.

Sahabat,
Di momen akhir kepengurusan ini bukanlah momen kita untuk berhenti dari gerak kita
menyumbangkan secuil kontribusi yang kita mampu untuk Islam. Namun ini karena keterburu-
buruan kita untuk segera membuat planning baru untuk melangkah dalam perjuangan
secara lebih baik dan lebih tertata lagi. Momen akhir kepengurusan ini bukanlah momen
bahagia untuk kita bersandar di kursi malas dengan ditemani secangkir kopi dan sebuah koran
pagi, namun ini adalah karena kita ingin cepat-cepat seperti apa yang telah dituliskan
dalam Al-Qur’an “Fa idza faraghta fanshab, maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

Sahabatku,
Hanya semangat keimananlah yang terus memotivasi kita untuk selalu mencoba memberikan
kontribusi untuk da’wah ini. Hanya ketulusan karena Allah-lah yang tetap memberikan semangat
bagi kita untuk menyumbangkan secuil lelah-lelah kita untuk peradaban Islam. Hanya karena
ijin-Nya lah kita tetap berada dalam barisan yang telah difirmankan oleh Allah swt. “kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar”. Untuk itulah wahai sahabat, beristiqomahlah dalam jalan ini,
tetapkanlah hati kita untuk berada dalam pasukan orang-orang yang terpilih, berazamlah untuk
menetapkan jiwa kita masuk dalam golongan para penyeru kebaikan. “maka sembahlah Dia, dan
bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan”

Sahabat sekalian,
Sudah banyak keluh dan kesah yang kita ungkapkan, sudah segunung cucuran keringat yang
telah mengalir dari dahi-dahi kita, telah setumpuk lembaran-lembaran uang yang telah terkuras
dari kantong kita. Namun, tiada kata kita untuk berhenti memberikan yang lebih lagi, tiada
ungkap kita untuk tidak memberikan yang lebih besar lagi. Hingga suatu saat nanti nyawa pun
akan kita sumbangkan. Karena, balasan yang akan kita dapatkan bukanlah angan-angan belaka,
hadiah yang akan kita terima nanti bukanlah dongeng yang tanpa kepastian. Surga, ya surga.
Yang di dalamnya adalah keabadian penuh kenikmatan. Adalah hasil akhir nanti keindahan tanpa
batas yang penuh keridhaan sang pemilik keindahan. Subhanallah.

Sahabatku,
Lelah-lelah yang kita berikan, yang kadang dibarengi oleh keluh kesah, kepenatan,
kebimbangan, dan kepayahan, adalah sebuah irama perjuangan yang memperindah langkah ini.
Bahkan canda tawa, senyum yang membanggakan, dan kehingar-bingaran hati karena prestasi,
adalah nada yang senantiasa mengiringi perjalanan kita menempuh jalan panjang. Irama dan
nada ini adalah suatu histori yang nantinya akan kita ceritakan kepada generasi muda penerus,
adalah kisah-kisah apik yang akan menghiasi buku harian perjuangan dan nantinya akan dibaca
oleh beribu-ribu mata muda pewaris para nabi. Buatlah ukiran yang terbaik, buatlah lukisan yang
menarik, buatlah untuaian kata yang terindah, karena kita diciptakan untuk menjadi umat yang
terbaik. Dan karena kita diciptakan untuk diuji siapa dari kita yang lebih baik amalnya.

Sahabatku ,
Allah swt. Telah berfirman “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan
Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki” Kita berharap
suatu saat nanti juga mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Khalid bin Walid ra. Beliau
mengatakan kata-kata yang sangat masyhur, “Suatu malam yang sangat dingin dan mencekam, di
tengah pasukan Muhajirin yang paginya akan berperang dengan musuh, adalah lebih aku cintai
daripada suatu malam, dimana aku diberi hadiah pengantin yang aku cintai, atau diberi hadiah
budak.”

Sahabat,
Mulai saat ini kita ungkapkan bersama, “adalah lebih aku cintai, berlelah-lelah untuk
mengadakan syiar-syiar, berlelah-lelah untuk mengadakan agenda-agenda da’wah, berlelah-lelah
untuk MEMBINA, MENGKADER, daripada duduk-duduk di kosan menikmati tontonan TV
piala dunia.”

Mari, jadikan diri kita insan militan, jadikan pribadi kita pribadi yang qur’ani, jadikan mental
kita mental yang tangguh. Sepertihalnya ketangguhan dan militansi para sahabat dan generasi
seperti mereka dalam berjuang di medan da’wah. Dan ketangguhan ini bukanlah datang dengan
tiba-tiba, namun dengan proses tarbiyah yang Rasulullah saw lakukan. Jadikan diri kira diri yang
dipenuhi oleh keimanan kepada Allah, jiwa yang melambung tinggi mencapai kemuliaan dengan
pemahaman yang benar tentang hakikat kehidupan dunia dan akhirat. Benak kita dilingkupi cita-
cita untuk mencapai surga dengan kenikmatannya, berkumpul bersama para Nabi, Rasul-rasul
Allah, mujahidin, dan orang-orang shalih, dan keinginan untuk berjumpa dan menatap wajah
Allah swt.

QUIZ FORKAD : potongan potongan terjemahan ayat di atas(cari sendiri, ada lima)
termasuk surat apa saja hayo….
Kirim jawaban anda ketik : [nama]_selalu_istiqomah (spasi)jawaban 1. …., 2…….,3……
4……5……
Kirim ke penghuni langit sebagi janji kita untuk tetap istiqomah.

Anda mungkin juga menyukai