Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

THAHARAH (BERSUCI)

Kata thaharah menurut bahasa artinya sama dengan Nazharah (bersih dari kotoran).
Adapun menurut syara’, terdapat beberapa pengertian diantaranya yaitu “suatu perbuatan
yang karenanya seseorang diperbolehkan mengerjakan shalat”. Seperti wudlu’, mandi,
tayammum dan menghilangkan najis. Adapun kata thaharah menunjukkan arti “air suci, sisa
dari air yang digunakan bersuci”(seperti air yang yang ada disuatu tempat yang telah dipakai
mengambil wudlu’).

Air yang dianggap sah untuk dipakai bersuci ada 7(tujuh) macam sebagai berikut:

1. Air hujan

2. Air laut (air asin)

3. Air sungai/bengawan (air tawar)

4. Air sumur

5. Air sumber

6. Air es

7. Air embun

Ketujuh air diatas telah tercakup pada suatu pengertian yakni semua air yang datang
dari langit dan yang keluar dari tanah dengan segala macam warna keadaan wujud air
tersebut dari asal kejadiannya.

Kemudian air-air diatas terbagi menjadi empat bagian:

1. Air yang suci dan mensucikan

Berfungsi untuk membersihkan kepada yang lain, tidak makruh menggunakannya


dan lepas dari qayyid (batasan) yang megikat dalam segala keberadaannya. Disebut juga
air “mutlak”. Seperti air sumur dalam keadaannya sebagai air mutlak.
2. Air suci yang mensucikan

Air ini adalah makruh dalam menggunaannya pada anggota badan, bukan makruh
untuk mensucikan pakaian. Yaitu air yang dipanaskan dengan sengatan terik matahari.
Menurut tinjauan syara’, hanya makruh menggunakan air yang dipanaskan dengan terik
matahari, apabila air tersebut ditempatkan dalam wadah yang terbuat dari emas dan
perak, karena kejernihan kedua tempat tadi (sehingga bisa menjamin akan timbulnya
sesuatu yang bisa membahayakan kesehatan). Adapun jika air panas tadi talah berubah
menjadi dingin lagi, maka hukumnya tidak makruh. Imam Nawawi cenderung mengatakan
tidak makruh secara mutlak (baik ada ketentuan syarat seperti diatas atau tidak). Bahkan
makruh pula hukumnya menggunakan air yang sangat panas atau sangat dingin.

3. Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan pada yang lain

Yaitu air mustakmal (air yang sudah dipakai menghilangkan hadats, atau najis
dengan catatan, jika air tersebut tidak berubah dan tidak bertambah kadar beratnya dari
asal mulanya (sebelum dipakai) setelah diperkirakan adanya air yang meresap pada
sesuatu yang dicuci)

4. Air suci yang terkena najis (yang tidak dapat dima’fu)

Air ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian sebagai berikut:

a. Air yang kurang dari 2 kullah yang kemasukan najis, baik air berubah atau tidak.

Dikecualikan masuknya bangkai (binatang) yang tidak mempunyai darah yang


mengalir ketika sedang dibunuh, atau dibelah anggota tubuhnya, seperti lalat, semut
dll, sepanjang binatang tadi tidak dimasukkan kedalam air secara sengaja dan tidak
bisa merubah keadaan air tersebut, maka hukum airnya tetap suci. Begitu juga apabila
najis tidak dapat ditemukan (dilihat atau diraba), maka dalam hal ini kedua-duanya
tidak bisa membuat najis atau menajiskan air yang sedikit.

b. Air yang banyak 2 kullah atau lebih, lalu berubah sebab terkena sesuatu, baik berubah
sedikit atau banyak.
Adapun ukuran air 2 kullah itu ialah 500 kati negeri Baghdad (menurut pendapat
shahih).

Ukuran air 2 kullah sebagaimana diterangkan oleh sebagian ulama adalah sebagai
berikut:

1) Imam Nawawi menentukan : 174, 580 liter/ 55,9 c3

2) Imam Rafi’I menentukan : 176, 245 liter/ 56,1 cm3

3) Kati Irak sekitar : 245, 325 liter/ 62,4 cm3.

A. WUDLU’

Wudlu’ menunjukkan nama suatu perbuatan. Sedangkan Wadlu’ menunjukkan nama suatu
benda yang digunakan untuk berwudlu’ yaitu air.

Ada 6 (enam) fardlu wudlu’ yaitu:

1. Niat, menurut syara’, niat adalah didalam hati yang maksudnya seraya dibarengkan
dengan mengerjakannya. Jadi, apabila maksudnya tidak disertai sekaligus dengan
mengerjakannya, maka disebut Azam. Niat dilakukan bersamaan pada saat membasuh
permulaan sebagian dari wajah , bukan sebelum selasai secara keseluruhan dan juga
bukann sesudahnya. Niat tersebut yakni untuk menghilangkan hadats atau niat
menunaikan syarat diperkenankannya mengerjakan sesuatu yang dibutuhkan harus
berwudlu’, atau niat menunaikan fardlu wudlu’ saja.

2. Membasuh bagian muka secara keseluruhan. Batas-batasnya yaitu dari atas kebawah
mulai dari tempat tumbuhnya rambut kepala (menurut ukuran umumnya orang) sampai
pada bagian bawah kedua janggut (dimana kedua tulang yang padanya tumbuh gigi
bagian bawah yang kedua tulang itu permulaannya bertemu didagu, sedang pada bagian
akhirnya ada di sek tar telinga). Adapun batas lebar muka yaitu batas antara kedia telinga.
Dan apabila pada bagian wajah ditumbuhi rambut baik lebat ataupun jarang, maka wajib
membasuhnya hingga air sampai pada kulit yang ada pada bagian bawah rambut.

3. Membasuh kedua tangan sampai siku. Wajib pula membasuh bagian-bagian yang ada
didua tangan , seperti rambut, uci-uci (daging yang tumbuh), jari tambahan dan kuku-
kuku. Wajib pula menghilangkan kotoran/benda yang terdapat di kuku atau bagian bawah
kuku yang dapat mencegah air sampai pada kuku.
4. Mengusap sebagian dari kepala, setidaknya mengusap sebagian rambut yang masih ada
pada batas-batas kepala. Dan seandainya ada orang tidak mengusap kepala, tetapi
sebagai gantinya ia membasuhnya, atau hanya meletakkan saja tangannya yang sudah
dibasahi tanpa menggerak-gerakkannya, maka boleh saja.

5. Membasuh dua kaki beserta dua mata kaki. Wajib pula membasuh apa-apa yang
terdapat pada dua kaki tersebut, seperti rambut, uci-uci dan jari tambahan sebagaimana
pada saat membasuh kedua tangan.

6. Harus tertib sewaktu mengerjakan wudlu’, sesuai ketentuan urutan-urutan pada fardlu-
fardlu wudlu’. Jika seorang yang berwudlu’ lupa akan tertib, maka tidak cukup (tidak sah)
wudlu’nya.

Adapun Sunnat-sunnat wudlu’ ada 10 (sepuluh) yaitu:

1. membaca basmalah (pada saat permulaan wudlu’)

2. membasuh kedua telapak tangan hingga kebatas dua pergelangan

3. berkumur sesudah membasuh kedua telapak tangan ( sunnah pula meghirup air kedalam
hidung sehabis berkumur)

4. meratakan usapan keseluruh kepala

5. mengusap kedua telinga secara keseluruhan (baik pada bagian muka atau bagian yang
dalamnya atau lipatan-lipatan yang tidak tampak dimuka)

6. memasukkan air kedalam sela-sela jenggot yang lebat bagi orang laki-laki

7. memasukkan air ke sela-sela jari-jari tangan dan kaki

8. mendahulukan tangan maupun kaki yang kanan daripada yag sebelah kiri.

9. mengulang basuhan dan usapan sebanyak 3 (tiga) kali

10. muwalah ( susul-menyusul secara segera) atau “tatabu”( berturut-turut), yaitu


pembasuhan atau pengusapan antara dua anggota badan tidak sampai terjadi tenggang
waktu yang cukup lama.

B. MANDI

Menurut bahasa “mandi” adalah mengalirnya air pada sesuatu (baik di badan
atau lainnya) secara mutlak (baik dengan niat atau tidak disertai niat). Adapun pengertian
mandi menurut syara’ ialah mengalirnya air pada seluruh anggota badan disertai dengan niat
yang dikhususkan sesuai dengan apa yang menyebabkan orang itu mandi.
Perkara yang mennyebabkan orang itu mandi ada 6 (enam):

tiga diantaranya sama-sama terdapat pada laki-laki dan permpuan. Yaitu:

1. bertemunya dua alat kelamin

2. keluarnya air mani

3. mati, kecuali mati syahid

Dan tiga perkara ini hanya terdapat pada kaum wanita

4. haid (keluarnya darah dari seorang perempuan yang mencapai usia 9 tahun)

5. nifas (keluarnya darah dari seorang perempuan beriringan sehabis melahirkan anak)

6. melahirkan yang dibarengi dengan basah-basah. Sedang menurut pendapat tershahih


meskipun melahirkan tidak disertai basa-basah diwajibkan mandi.

Fardlu mandi ada 3 (tiga):

1. niat, orang yang junub harus niat menghilangkan janabah (hadats besar), orang yang haid
atau nifas harus niat menghilangkan hadats haid atau nifas.

Niat harus dibarengkan dengan memulai membasuh yang pertama kali pada anggota badan
bagian atas atau anggota bagian bawah

2. menghilangkan najis, apabila pada anggota badan terdapat najis maka najis tersebut
harus dihilangkan terlebih dahulu lalu hadats.

3. meratakan air sampai keseluruh rambut dan kulit badan.

Sunnah mandi ada 5 (lima):

1. membaca basmalah

2. wudlu’ dahulu sebelum mandi

3. meratakan pembasuhan dengan tangan keseluruh anggota badan (menggosok-gosok


badan)

4. muwalah (susul menyusul dengan urut dan segera)


5. mendahulukan bagian anggota badan yang sebelah kanan daripada ynag sebelah kiri dari
dua belahan badan)

Mandi-mandi yang disunnahkan ada 17 yaitu:

1. mandi jum’at bagi orang yang hendak melakukan ibadah shalat jum’at ( waktunya mandi
semenjak munculnya fajar shadiq)

2. mandi dua hari raya, yaitu ‘Idul Adha dan ‘Idul Fithri (mulai masuk nya mandi adalah
tengah malam)

3. mandi karena hendak melakukan shalat Istisqa’

4. mandi karena hendak melakukan shalat gerhana bulan

5. mandi karena hendak melakukan shalat gerhana matahari

6. mandi karena habis memandikan mayat

7. mandi bagi seorang kafir yang masuk islam (muallaf)

8. mandi bagi orang yang sembuh dari gila dan dan sakit ayan

9. mandi sewaktu hendak melakukan ibadah ihram

10. mandi sewaktu masuk kota mekkah ( hendak melakukan ibadah ihram atau umrah)

11. mandi karena hendak wuquf dipadang ‘Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah

12. mandi karena bermalam di Muzdalifah dan karena hendak melempar 3 jumrah pada hari
tasyrik yang juga 3 hari.

13. mandi karena hendak melakukan thawaf.

C. TAYAMMUM

“Tayammum menurut bahasa ialah kesengajaan atau maksud. Sedang menurut


syara’ tayammum adalah mendatangkan debu yang suci sampai kewajah dan kedua tangan,
sebagai ganti wudlu’ atu mandi atau membasuh anggota disertai dengan ketentuan-
ketentuan khusus.

Syarat-syarat tayammum itu ada 5 (lima):

1. terdapat halangan, baik sebab beperpegian atau sebab sakit


2. masuk waktunya shalat (tidak dianggap sah tayammum untuk melakukan shalat sebelum
masuk melakukan shalat)

3. harus mencari air terlebih dahulu sesudah masuk waktu shalat.

4. keterhalangan menggunakan air, misalnya karena ada kekhawatiran menggunakan air atas
lenyapnya nyawa atau fungsi anggota badan. Atau tempat dimana air berada, dan jika
diambilnya air itu, maka takut terancam jiwanya oleh binatang buas atau oleh musuh atau
ia mengkhawatirkan keselamatan harta bendanya dari pencuri atau orang yang hendak
ghasab.

5. memakai debu yang suci lagi tidak basah

Fardlu tayammum ada 4 (empat), yaitu:

1. niat.

Lafadz niat tayammum;

Atau

Wajib hukumnya niat dilakukan secara bersamaan dengan melakukan pemindahan debu
untuk wajah dan kedua tangan dan harus senantiasa menyertakan niat sampai mengusap
sebagian dari wajah.

2. mengusap wajah

3. mengusao kedua tangan sampai kedua siku

4. tertib.

Sunnah tayammum ada 3;

1. membaca bismillah

2. mendahulukan tangan sebelah kanan dari pada sebalah kiri dan juga mendahulukan
bagian atas wajah dari pada bagian bawah

3. muwalah

Anda mungkin juga menyukai