NIM : 09110794
KELAS : IKP 3b
RETINOPATI DIABETES
1
Kapan penderita diabetes akan dilakukan skrining retinopati? Orang
dengan diabetes tipe 1 umumnya tidak mungkin tak terdiagnosis untuk jangka
waktu yang lama. Oleh karena itu apabila penderita diabetes berusia lebih dari 10
tahun, skrining untuk komplikasi harus dilakukan dalam waktu 5 tahun sejak
diagnosis awal diabetes.
Di lain pihak, orang dengan diabetes tipe 2 telah menderita diabetes
selama bertahun-tahun tanpa mengetahuinya. Pada saat penegakkan diagnosis,
30% dari orang dengan diabetes tipe 2 sudah memiliki komplikasi. Untuk alasan
ini, penting untuk mencari komplikasi pada diabetes tipe 2 pada saat penegakkan
diagnosis.
Setelah skrining awal, penderita diabetes harus dinilai setiap 1 atau 2 tahun
setelah skrining awal, tergantung pada keadaan retina. Namun, penilaian mungkin
perlu dilakukan lebih sering jika terdapat komplikasi atau jika penderita telah
menderita diabetes untuk waktu yang lama.
Sebelum retinopati ini dibahas, masalah penglihatan kabur (blurred vision)
pada penderita diabetes harus didiskusikan. Adalah hal yang penting untuk
menanyakan penderita diabetes tentang gejala penglihatan kabur ini. Pada
penglihatan kabur, penderita mengalami perubahan osmotik di dalam lensa karena
fluktuasi kadar glukosa darah, dengan kata lain lensa berubah bentuk, kemudian
penglihatan menjadi kabur. Gejala klinis ini seringkali menakutkan penderita
diabetes karena mereka mengira itu adalah gejala awal dari kebutaan. Mereka
harus diberitahu sebelumnya bahwa penglihatan akan menjadi lebih kabur
beberapa minggu setelah kadar glukosa darah berada pada keadaan stabil. Juga
mereka harus disarankan untuk tidak perlu memakai kacamata selama periode ini.
Penglihatan kabur juga bisa disebabkan oleh manifestasi penyakit mata
yang lain: kemungkinan penyakit mata lain ini dapat disingkirkan dengan
pemeriksaan oftalmologi.
Pada suatu waktu, sekitar 30% persen penderita diabetes menderita
beberapa jenis retinopati. Tetapi penting untuk diketahui bahwa hanya 6-13%
retinopati yang akan mengarah ke kebutaan. Karena itu, jika seseorang memiliki
sedikit saja proses mikroaneurisma di mata, hal ini tidak berarti itu adalah tanda
awal dari kebutaan, hanya sebagian kecil (dengan persentase yang kecil) dari
2
penderita yang memiliki retinopati yang mengarah ke kebutaan. Oleh karena itu
sekali derajat retinopati diketahui pada penderita diabetes, mereka harus
diyakinkan bila perlu mengenai kemungkinan ini.
Ada banyak faktor risiko yang mempengaruhi perkembangan retinopati,
meliputi:
Kontrol glikemik yang buruk. Pada halaman selanjutnya akan
disajikan data dari uji klinis mayor yang menunjukkan fakta
konklusif.
Semakin lama seseorang menderita diabetes, semakin besar
kemungkinan mereka untuk menderita retinopati diabetes. Kontrol
glilemik dan lama seseorang menderita diabetes adalah dua
prediktor paling penting untuk kemungkinan retinopati diabetes.
Prediktor penting lainnya merupakan risiko retinopati diabetes,
tetapi memiliki tingkatan risiko lebih rendah, yakni: hipertensi,
kolesterol tinggi dan penyakit ginjal.
Kehamilan adalah faktor risiko lain. Bagaimana faktor kehamilan
mempengaruhi retinopati akan dibahas pada pemaparan
selanjutnya.
Dalam penelitian kohort preventif primer dari lembaga DCCT, orang-
orang dengan diabetes tipe 1 menerima terapi insulin intensif-dimana mereka
memasuki uji klinis tanpa retinopati-ternyata pemberian insulin intensif
mengurangi risiko retinopati sampai dengan 76%. Partisipan yang telah memiliki
retinopati pada saat mengikuti penelitian juga menunjukkan penurunan signifikan
pada risiko progresivitas retinopati mereka.
Ini adalah hasil yang sangat memotivasi dalam terapi insulin intensif dan
merupakan landasan kuat bagi pengetatan pengendalian diabetes pada penderita
diabetes mellitus tipe 1.
Hasil yang sama dengan lembaga DCCT juga ditemukan di Inggris uji
klinis mayor yang dilaksanakan di Inggris pada penderita diabetes tipe 2 yang
dikenal sebagai UK Prospective Diabetes Study (UKPDS).
Selain menunjukkan bahwa kontrol glukosa darah intensif menurunkan
risiko retinopati sampai dengan 30%, uji klinis mayor ini menyediakan kejadian
3
empiris tentang pentingnya kontrol tekanan darah dan khususnya pentingnya
penurunan tekanan darah dalam mengurangi edema makula.
Tajam penglihatan adalah tes yang penting tetapi sering tidak dilakukan. Tes
tajam penglihatan ini harus dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus dalam
prosedur pemeriksaan.
Penurunan tajam penglihatan merupakan tanda peringatan bahwa
penurunan status retinopati mungkin terjadi. Penurunan tajam penglihatan, yang
tidak dapat dikoreksi oleh lubang pin (pin-hole) atau kacamata, dapat merupakan
suatu edema makula. Penurunan tajam penglihatan yang tidak dapat dikoreksi
dengan pin-hole ini juga dapat merupakan tanda perburukan katarak atau
degenerasi makula. Bila tajam penglihatan menurun hingga 6 / 24, kesempatan
memperbaiki tajam penglihatan menggunakan terapi laser berkurang secara
signifikan.
Sebuah metode sederhana untuk mendiagnosis retinopati adalah dengan
funduskopi langsung menggunakan oftalmoskop. Penting untuk diingat bahwa
retina harus diperiksa dalam keadaan pupil berdilatasi. Penegakan diagnosis
retinopati dengan oftalmoskop melalui pupil yang tidak dilatasi tidak dapat
diterima karena saat pupil berkonstriksi terhadap cahaya oftalmoskop, mengurangi
luas retina yang dapat diperiksa. Dokter mata juga dapat menggunakan
funduskopi tidak langsung dalam keadaan pupil tidak perlu berdilatasi.
Dalam beberapa situasi, terutama di mana eksistensi pemeriksa yang
kompeten dan berpengalaman merupakan hal sulit, dapat digunakan kamera
retina. Foto-foto retina kemudian dapat dibaca kemudian oleh orang yang
berpengalaman dalam diagnosis dan penatalaksanaan retinopati.
Memvisualisasikan retina pada orang tua atau orang-orang dengan
neuropati otonom mungkin akan sulit karena pupil sulit berdilatasi. Pengujian
tekanan intra-okular harus dilakukan secara berkala.
Ada berbagai klasifikasi dari retinopati, yakni retinopati diabetes non-
proliferatif atau retinopati diabetes proliferatif dengan atau tanpa edema makula.
Dalam setiap kelas terdapat berbagai tingkat keparahan retinopati:
Minimal NPDR
Mild NPDR
4
Moderat NPDR
Severe NPDR.
Setiap kelas didefinisikan oleh karakteristik klinis tertentu. Ini tidak berarti
bahwa NPDR ringan lebih dari NPDR minimal atau NPDR moderat lebih dari
NPDR ringan dan seterusnya, melainkan bahwa setiap kelas memiliki tanda-tanda
klinis tertentu yang menjadi ciri retinopati kelas tertentu. Masing-masing kelas ini
dapat dengan atau tanpa edema makula - didefinisikan sebagai pembengkakan
diantara dua lempeng optik dari makula.
Retinopati proliferatif diklasifikasikan sebagai berisiko tinggi atau PDR
tingkat lanjut. Pada pembacaan gambar retina, ditentukan bagian retina kiri atau
kanan. Kemudian dapat dilihat bagian yang menonjoladalah pembuluh vena,
pembuluh yang lebih kecil merupakan arteriole,lempeng optik juga perlu
diperhatikan.
Makula atau bagian dari mata diperlukan untuk penglihatan sentral dan
dikelilingi dua diameter lempeng optik di lateral dari batas lempeng.
Seperti disebutkan sebelumnya, ada tingkat yang berbeda dari retinopati
dalam klasifikasi Retinopati Diabetik Non-Proliferatif.
Pada tingkat minimal NPDR, hanya terdapat satu atau dua
microaneurisma.
Pada mild NPDR, ada beberapa mikroaneurisma dan perdarahan
titik (dot haemorrhage) atau perdarahan bercak (blot
haemorrhage).
Dalam moderate NPDR, terdapat eksudat keras - deposit lipid.
Karakteristik dari severe NPDR adalah sebagai berikut:
Lingkaran vena (venous looping)
Perdarahan multiple
Eksudat lunak multipel atau bercak kapas (cotton wool spot) yang
menunjukkan area iskemia.
Intra-retinal microvascular abnormalities (IRMA).
Tindakan rujuk harus dilakukan secepatnya ke dokter mata karena lesi ini
mengancam penglihatan penderita hingga dapat mengakibatkan kebutaan.
5
Diklasifikasikan sebagai retinopati proliferatif bila ada kapal baru pada
disk dan di tempat lain. Kapal baru yang lemah dan cenderung untuk berdarah ke
dalam dan di belakang vitreous humor menyebabkan gangguan penglihatan,
detasemen retina dan bahkan kebutaan.
Retinopati diklasifikasikan sebagai retinopati proliferatif jika terdapat
pembentukan pembuluh darah baru pada lempeng optik dan di lain tempat di
retina. Pembuluh darah baru ini rapuh sehingga mudah mengalami perdarahan di
dalam dan di belakang badan vitreus sehingga menurunkan tajam penglihatan,
ablasio retina, dan kebutaan.
Retinopati proliferatif bersifat dapat mengakibatkan kebutaan dan butuh
tindakan rujuk ke dokter mata sesegera mungkin. Karakteristik retinopati diabetes
proliferatif adalah:
Pembuluh darah baru pada lempeng optik atau pembuluh darah
baru di retina.pembuluh darah baru ini rapuh sehingga mudah
berdarah.
Perdarahan pre-retina.
Pada retinopati proliferatif tingkat lanjut (advanced proliferative
retinopathy), jaringan ikat fibrosa atau jaringan skar lama dapat menyebabkan
pelepasan retina dan akhirnya kebutaan. Dalam tingkat terparah retinopati,
perdarahan masif dapat terjadi dalam badan vitreus. Penderita sering mengeluh
ada tanda hitam berjalan pada penglihatan mereka. Sebagian dari darah ini akan
diserap kembali tetapi jika penglihatan tidak membaik beberapa bulan setelah
perdarahan badan vitreus, harus dilakuakan vitrektomi untuk mengangkat darah
yang masih mengisi badan vitreus. Cairan badan vitreus diganti dengan gas atau
gel untuk mempertahankan bentuk bola mata.
Makula edema adalah pembengkakan makula; tajam penglihatan
berkurang dan terapi laser diperlukan. Dalam situasi ini, rujukan segera ke dokter
mata sangat penting. Baru-baru ini, dokter mata telah menggunakan steroid injeksi
intra-vitreal untuk mengurangi edema makula. Edema makula hampir mustahil
untuk didiagnosis menggunakan oftalmoskopi langsung.
Walaupun edema makula merupakan retinopati, banyak dokter masih
menggunakan istilah makulopati untuk menggambarkan lesi di sekitar makula.
6
Hal ini sering dikaitkan dengan penurunan tajam penglihatan, dapat
mengakibatkan kebutaan dan perlu ditangani segera oleh dokter spesialis mata.
Angiogram fluoresensi memberikan informasi rinci mengenai tingkat
keparahan dari retinopati. Indikasi untuk melakukan angiografi fluorosensi
adalah:
Mengetahui lokasi pembuluh darah baru
Penurunan tajam penglihatan.
Karena kemajuan teknologi, angiografi fluorosensi tidak digunakan seperti
yang sering digunakan di beberapa negara. Pada angiogram fluorosensi,
perdarahan titik dan perdarahan bercak akan tampak lebih jelas. Kebocoran masif
pembuluh darah di retina juga dapat dilihat dengan angiogram fluoresensi.
Beberapa uji klinis penting telah menetapkan pengobatan untuk retinopati
diabetes. Meskipun dilakukan bertahun-tahun yang lalu, uji klinis ini masih
memiliki pengaruh besar pada cara penatalaksanaan komplikasi diabetes.
Salah satu hasil paling penting dari uji klinis ini adalah penemuan terapi
laser yang memiliki potensi untuk menghindari kebutaan.
Retina diintervensi dengan cara berbeda sesuai jenis retinopati oleh laser.
Pada retinopati proliferatif, diperlukan terapi laser pan-retina atau memiliki pola
tertentu di retina. Pada kasus edema makula, diperlukan terapi laser fokus atau
terapi laser menggunakan pembatas (grid).
Pada terapi laser berpola, retina perifer menjadi target. Pada fotografi
retina, titik berwarna kuning menunjukkan laser yang ditujukan ke retina.
Laser fokal atau menggunakan pembatas yang diperlukan untuk
menargetkan lesi seperti eksudat keras atau eksudat lembut di sekitar makula.
Dalam situasi ini, seorang dokter mata, yang sangat berpengalaman dalam
melakukan terapi laser, diperlukan untuk memastikan bahwa makula, dan dengan
demikian tajam penglihatan tidak terkena fokus laser.
Ada efek samping dari terapi laser yang perlu didiskusikan dengan pasien
sebelum menjalani terapi laser.
Dalam terapi laser “pengeboman” (bombing) seluruh retina atau berpola
untuk retinopati proliferatif, penglihatan perifer bisa hilang dan dapat
mengakibatkan rabun senja. Dalam kasus ini, orang harus disarankan untuk tidak
7
mengemudi di malam hari. Mereka juga akan merasa lebih sulit untuk melihat bila
berpindah dari lingkungan terang ke gelap (misalnya memasuki bioskop) karena
mata yang menerima terapi laser kurang mengalami penurunan kemampuan untuk
beradaptasi dengan cepat dari lingkungan dengan cahaya terang ke lingkungan
gelap.
Beberapa orang yang menjalani terapi laser akan mengalami kehilangan
persepsi warna. Pada kenyataannya, penglihatan dapat memburuk setelah terapi
laser. Namun, terapi laser dapat menstop perkembangan retinopati dan
menyelamatkan penglihatan untuk jangka panjang. Ada beberapa aspek tambahan
untuk pengobatan retinopati. Orang dengan retinopati memerlukan kontrol
tekanan darah yang agresif. Hal ini sangat penting dalam mengurangi edema
makula.
Seperti yang terlihat di penelitian DCCT, tindak lanjut penelitian EDIC
dan UKPDS dan penelitan monitoring, penting untuk meningkatkan kontrol
glukosa darah. Ini membantu untuk memperlambat progresivitas retinopati.
Perbaikan dalam kadar HbA1c memiliki efek positif pada pengurangan risiko
progresivitas retinopati.
Namun, kontrol glikemik harus ditingkatkan secara bertahap karena
perubahan yang cepat dalam kadar glukosa darah dapat memperburuk retinopati.
Perburukan retinopati bersifat sementara jika kontrol kadar glukosa darah
dipertahankan.
Kadar lipid harus dalam batas normal. Penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan aspirin tidak meningkatkan risiko perdarahan retina.
Hal khusus yang harus diperhatikan adalah pengaruh kehamilan pada
retinopati diabetes. Kehamilan dapat menyebabkan perburukan sementara
diabetes retinopati, tetapi umumnya tidak menyebabkan perburukan permanen.
Idealnya seorang wanita harus memiliki penilaian status retina sebelum hamil.
Jika kehamilan tidak direncanakan, penilaian status retina harus dilakukan
sesegera mungkin. Keadaan retina harus diperiksa kembali pada kehamilan
trimester kedua dan ketiga. Retinopati diabetes tidak menjadi masalah dalam
diabetes gestational.
8
Pada orang tua, kehadiran katarak dan faktor-faktor yang berkaitan dengan
usia, seperti pupil yang sulit berdilatasi, membuat penglihatan fundus menjadi
lebih sempit.
Operasi katarak dapat menyebabkan edema makula. Dengan demikian
sangat penting untuk memeriksa keadaan retina selama dilakukan operasi katarak.
Pada orang tua, NPDR dengan edema makula merupakan penyebab utama
kebutaan. Pelajaran kunci yang perlu diingat adalah:
Seiring berjalannya waktu, sekitar 100% dari penderita diabetes
akan memiliki kemungkinan menderita retinopati.
Kontrol glikemik yang buruk mengakibatkan semakin tinggi risiko
retinopati.
Ada berbagai tingkatan retinopati, yang diklasifikasikan sesuai
dengan tanda-tanda klinis. Dengan penatalaksanaan yang baik,
sebagian besar orang dengan retinopati tidak akan mengalami
kebutaan.
Dari hasil penelitian, terbukti bahwa terapi laser terbukti mencegah
kebutaan. Jika terapi laser dilakukan ketika penglihatan masih
jelas, pengobatan lebih efektif
Karena retinopati bersifat asimtomatik dalam tahap awal,
pemeriksaan rutin mata oleh praktisi yang berpengalaman dalam
penyakit mata diabetes adalah suatu keharusan.
9
DIAGNOSA KEPERAWATAN
10
PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM “DIABETES
MELLITUS”
insulin medical
insulin ↓
pe↓ insulin
langerhans
Defisiensi Insulin
pemakaian cadangan
11
polipagi,polidipsi, batas ginjal > 180 mg dari gliserol menurun
/habis
poliuri
terkontrol
Cairan
Pernapasan Kussmaul
Perub.nutrisi kurang
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=4&ved=0CC0QFjAD&url=http%3A
%2F%2Frumahdiabetes.com%2F2008%2F08%2Fretinopati-
diabetikhttp://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=+proliferatif+retinopati+diabetik+dengan+perdarahan+vitreus+pada+okula+dekstr
a
http://www.f-buzz.com/2008/09/09/penyakit-mata-retinopati-diabetes/
12
Sumber: Anonim. Retinopati Diabetes. www.siteadvisor.cn/sites/idf.org
/downloads/edu_modules_sec5. Diakses Desember 2006.
13