Anda di halaman 1dari 12

PELUANG DAN TANTANGAN

MENINGKATKAN KEJADIAN
KEMBAR PADA SAPI POTONG

Mariyono, D.M. Dikman, L. Affandhy dan Y.N. Anggraeny

Loka Penelitian Sapi Potong

Surabaya, 23 Nopember 2009


LATAR BELAKANG
• Kelahiran kembar jarang terjadi; diharapkan meningkatkan produktivitas.
• Superovulasi merupakan cara meningkatkan jumlah oocyt yang diproduksi
oleh ovarium
• Peluang kembar dapat ditingkatkan a.l. 1. Seleksi genetik, 2. Perlakuan
hormonal, dan 3. rekayasa biotek; memasukkan beberapa embrio ke dalam
rahim.
• Ovum yang berlebihan bermanfaat pada koleksi ET; pada penelitian ini
jumlah embrio bisa lebih dari 3 dan dapat menimbulkan kematian embrio
dini.
• Superovulasi dapat dilakukan dengan menggunakan hormon Pregnant Mare
Serum Gonadotrophin (PMSG), Follikel Stimulating Hormone (FSH) atau
Human Menopouse Gonadotrophin (HMG).
• Untuk memperoleh teknologi inovatif yang mudah dan murah, maka mulai
2008, Tim Peneliti Loka Penelitian Sapi Potong melakukan penelitian
pendahuluan melalui 2 cara yaitu eksplorasi, koleksi dan seleksi genetik
pembawa sifat beranak kembar, dan perlakuan hormonal untuk
meningkatkan jumlah sel telur (PGF2α dan FSH).
• Tujuan penelitian adalah untuk menentukan dosis yang tepat untuk
menghasilkan kelahiran kembar 2 s.d. 3 anak.
Penelitian 1. Seleksi Genetik untuk
meningkatkan sifat kelahiran kembar

• Diharapkan dapat menghasilkan sapi pejantan dan induk yang


membawa sifat kembar
• Di kandang percobaan Loka Penelitian Sapi Potong, s.d. Nopember
2009 telah terkoleksi 30 ekor induk dan turunannya yang diduga
membawa sifat kembar. Dilakukan perkawinan antara sapi-sapi
tersebut; saat ini telah bunting 2 ekor.
• Membutuhkan waktu lama dan biaya pengembangan populasi mahal;
namun apabila dapat menghasilkan pejantan pembawa sifat kembar
akan lebih cepat dampaknya terhadap peningkatan sifat kembar
melalui perkawinan IB
• Terus dilakukan eksplorasi lokus pembawa sifat kembar
Penelitian 2. Penggunaan hormon
PGF2 dan PMSG
• Dilakukan di kandang percobaan Loka Penelitian Sapi Potong pada 2008
• 16 ekor sapi PO induk dibagi menjadi dua perlakuan dosis hormon.
• Hormon yang digunakan adalah Pregnant Mare Super Gonadotropin
(PMSG) dengan dosis 800 IU dan 1000 IU. Sinkronisasi birahi
menggunakan PGF2. Sepuluh hari setelah birahi diberikan PMSG.
• 2-3 bulan dilakukan pememeriksaan kebuntingan.
• Hasil pemeriksaan kebuntingan (PKB) pada hari ke-60 diperoleh hasil
bahwa ternak yang bunting pada perlakuan PMSG 800 IU dan 1000 IU
masing masing 3 dan 6 ekor; sedangkan jumlah ternak yang tidak bunting
adalah 5 dan 2 ekor.
• S.d. 22 Nopember telah lahir kembar dua sebanyak 3 induk, lahir tunggal 3
induk dan 3 induk bunting 9 bulan; belum diketahui kembar atau tidak
• Biaya hormon cukup murah yaitu Rp 300 ribu atau Rp 400 ribu per ekor
untuk masing-masing perlakan.
• Upaya untuk mempermurah adalah meningkatkan kebuntingan, kejadian
kembar, menunggu birahi alamiah dan penggunaan hormon produksi
dalam negeri.
Penelitian 3. Penggunaan hormon
GnRH, Prostaglandin dan PMSG
• Dilakukan di kandang percobaan Loka Penelitian Sapi Potong pada 2009
• 30 ekor sapi PO induk dibagi menjadi tiga perlakuan dosis hormon PMSG
dosis 1000 IU, 1300 IU dan 1600 IU.
• Sinkronisasi birahi dengan cara menyuntikkan hormon GnRH dan
Prostaglandin secara intramuskuler. Hari 1 (injeksi GnRH I), Hari 8
(Injeksi Prostaglandin), Hari 10 (Injeksi GnRH II) dan Hari 11 (24 jam
setelah Injeksi GnRH II) sapi ovulasi (birahi).
• Penyuntikan PMSG pada hari ke-21 (10 hari setelah terjadi birahi) dan
langsung dicampur dengan pejantan.
• Jumlah CL (Corpus luteum) yang terdeteksi melalui palpasi rektal berkisar
antara 2 s.d. 7 buah.
• PKB telah dilakukan terhadap 9 induk dan 7 induk terdeteksi bunting. 21
induk telah kawin namun belum dilakukan PKB. Kelahiran dan
keberhasilan perkawinan akan terdeteksi pada TA 2010 atau setelah alat
deteksi kebuntingan dibeli (USG)
• Biaya lebih mahal dan metode lebih rumit dibandingkan dengan Penelitian
ke-2; namun peluang pengembangan masih mungkin jika hasil
kebuntingan dan kejadian kelahiran kembar tinggi
Penelitian 4. Penggunaan Hormon FSH

• Dilakukan pada 2009 di kandang percobaan Loka Penelitian Sapi


Potong 18 ekor, dan di peternak kota Madia Probolinggo 9 ekor.
• Tahapan penyerentakan birahi dilakukan sebelum perlakuan
superovulasi menggunakan hormon GnRH dan PGF2α.
• Penyuntikan FSH dilakukan secara intra muscular selama 4 hari
berturut – turut dengan dosis menurun. Superovulasi dengan
menggunakan FSH dilakukan pada hari ke 10 setelah munculnya
birahi.
• 3 level dosis FSH yaitu 80 mg, 120 mg, dan 160 mg.
• Jumlah CL (Corpus luteum) yang terdeteksi melalui palpasi rektal
berkisar antara 2 s.d. 7 buah.
• Metode rumit dan hormon yang digunakan mahal
• PKB belum dilakukan, menunggu umur kebuntingan > 2 bulan
Permasalahan yang mungkin timbul
dan alternatif pemecahannya
• Kemampuan teknisi untuk deteksi kebuntingan kembar belum dikuasai;
masih terbatas untuk deteksi corpus luteum pada hari 19-20 pasca
birahi.
• Deteksi kembar memerlukan alat bantu yang cukup mahal (USG), atau
menunggu saat kelahiran.
• Adanya kemungkinan abortus pada kebuntingan 7 bulan diduga
kekurangan homon penguat kebuntingan (progesteron). Perlu antisipasi
penggunaan hormon preparat penguat kebuntingan, utamanya pada
induk yang kurus.
• Bobot badan anak lebih rendah dibandingkan dengan kelahiran tunggal
sehingga pada saat melahirkan perlu penanganan khusus.
• Pedet yang baru lahir perlu mendapatkan bantuan untuk segera
mendapatkan susu induk. Pedet kembar terkadang lebih lambat berdiri
dibandingkan dengan kelahiran tunggal.
• Agar prertumbuhan pedet normal, periode anestrus post partum induk
normal (<90 hari), maka pakan induk selama bunting tua dan saat
menyusui perlu diperhatikan lebih baik.
Rencana Tindak Lanjut
• Hasil penelitian masih sangat dini sehingga belum dapat
direkomendasikan dosis dan metode yang paling efisien untuk
menghasilkan kelahiran kembar 2-3; menunggu kelahiran s.d. 2010.
• Terus dicoba penggunaan hormon lokal dan penyederhanaan metode
• Saat ini transfer teknologi masih terbatas atas permintaan pengguna
dengan dilengkapi nota kesepahaman tertentu yang akan diatur lebih
lanjut.
• Apabila hasil penelitian telah dapat dipertanggungjawabkan secara
teknis dan ekonomis, transfer teknologi akan segera dilakukan kepada
departemen teknis guna penerapan lebih luas di masyarakat.
Dukungan pakan yang bagus, pertumbuhan
anak normal
Pakan kurang, berat lahir dan pertumbuhan
lebih lambat

GR 09971

GR 06-11

GR 07415
GR 7-6-16 GR 06-12
GR 7-6-17
Kelahiran yang lemah, abortus
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai