PBL 16
PBL 16
Appendiks atau usus buntu, ialah sebahagian dari colon yang bercabang dan
berbentuk tube. Appendiks terletak di bahagian kanan bawah rongga abdomen.
Appendix mengandungi tisu khas yang menghasilkan antibody tetapi hal yang
sebenarnya ialah tiada siapa yang mengetahui apa fungsi utamanya. Walau bagaimana
pun, hal yang pasti adalah kita boleh hidup tanpa nya, tanpa menyebabkan konsekuensi
terhadap seseorang.
APPENDIKSITIS
Appendicitis adalah suatu peradangan yang mengenai appendiks dan memerlukan
perawatan yang segera.. Di Amerika, seorang dari 15 orang akan mengalami
appendiksitis. Dapat mengenai semua peringkat umur namun lebih sering pada usia 15
hingga 30 tahun dan jarang pada usia bawah 2 tahun.
PENYEBAB APPENDIKSITIS
Radang pada appendiks umumnya disebabkan oleh banyak factor. Antaranya
ialah penyakit cacing, parasit, cancer primer, striktur, factor penyumbatan (obstruksi)
pada lapisan lumen appendiks oleh tinja yang telah tercemari oleh bakteri/kuman
Escherichia Coli atau memakan cabai atau jambu beserta bijinya sering kali tak tercerna
dalam tinja dan menyelinap kesaluran appendiks dan hyperplasia jaringan limfoid.
GEJALA KLINIS
Tanda klasik appendiksitis : -
Rasa tidak aman pada periumbilikus
Aneroksia, mual, muntah atau hilang selera makan
Nyeri tekan pada kuadrant kanan bawah, yang berubah menjadi
Rasa pegal dalam atau nyeri
Susah untuk membuang flatus
Diare atau konstipasi
Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual-muntah,
nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun
tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat
meriang, atau mual-muntah saja.
2. Appendiksitis kronik.
Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi
nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang
timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri
itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada
apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Anamnesis
Pasien ditanya keluhan utamanya dan intensitas atau kualitas dari nyeri yang dialami,
kebiasaan seharian seperti memakai cabai, pekerjaannya, pernah melakukan tindakan
operatif atau tidak, pengambilan ubat atau narkoba, alcohol, merokok dan riwayat
keluarga untuk memahami situasi penyakit yang dialami oleh pasien, onset, daerah
keluhan, pola perubahan penyakit derajat berat sakit dan symptom yang untuk
diagnosa difrensial dan pengobatan yang dialami.
Pemeriksaan fisik.
Penyebaran rasa nyeri penting kerana akan bergantung pada arah posisi/letak usus
buntu itu sendiri terhadap usus besar. Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran
kencing ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan
mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri
muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang
lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik begitu.
Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium darah, jika tiada infeksi nilai sel darah masih
normal dan dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga
sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka
kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
Tes urine dilakukan jika diduga adanya infeksi traktus kemih dengan menilai
eritrosit, leukosit dan bacteria di urine. Test ini menunjukan nilai abnormal jika adanya
peradangan atau batu di ginjal atau dikantung kemih dan sering dikatakan appendiksitis.
Pemeriksaan radiologi.
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya obstruksi, perforasi, benda asing,
fecalith dan appendicolith. Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan
diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan
diagnosis apendisitis dengan memperlihatkan inflamasi. Tingkat keakuratan yang paling
tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan kerana gambaran apendiks dapat terlihat jelas
appendiksitis.
Cairan barium dimasukan ke dalam colon dari anus untuk memenuhi colon untuk
pemeriksaan foto roentgen barium enema. Melalui pemeriksaan ini, dapat dinilai
peradangan appendiks ke colon serta menolak penyakit lain yang menyerupai
appendiksitis seperti penyakit Crohn`s. Pada pasien yang tidak hamil, pemeriksaan CT
Scan berguna untuk mendiagnose appendiksitis dan abses serta dapat juga menolak
penyakit lain yang menyerupai appendiksitis.
Laproskopi ialah perasi bedah dengan memasukan tuba fibroptic yang kecil
dengan kamera ke dalam rongga abdomel lewat lubang yang telah dibuat pada dinding
abdomen. Ini membolehkan doctor melihat secara terus keadaan appendiks serta organ
abdomen dan pelvic yang lain. Jika didapati adanya appendiksitis, appendiks yang
meradang itu dapat dibuang pada waktu yang sama. Proses ini memerlukan anestesi
umum.
PENILAIAN APPENDIKS
Berdasarkan gejala klinis dan symptom yang didapat, dokter akan memberi
nombor, sama ada sedang, berat atau menghampiri, pasien akan didiagnos
mempunyai appendiksitis.
A= Anorexia
S = Shift in white blood cell count to the right. (perubahan leukosit ke kanan)
Nilai total maksimum yang boleh didapat ialah 10. Nilai 8-10 diduga mendapat
appendiksitis dan segera diuruskan untuk appendiktomi atau operasi untuk
membuang appendiks.
Skor Pediatrik Appendiksitis (PAS Scoring) turut digunakan untuk menilai
appendiksitis pada anak-anak berusia 4-15 tahun. Menggunakan skor MANTRELS,
dengan 8 gejala dan symptom dan diberi nilai 1 atau 2 jika positive.
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
PERAWATAN
Kesulitan mendiagnose appendiks adalah kerana adanya variasi pada letaknya
appendiks itu sendiri dan mempunyai lapisan membrane mesentry. Jika mesentri
appendiks itu besar, ia membolehkan ia bergerak ke sekitar. Boleh juga kerana appendiks
pasien itu lebih besar dan panjang daripada biasa. Mesentery yang besar dan appendiks
yang panjang membolehkan appendiks turun ke bawah ke dalam pelvic organ atau ke
belakang colon. Untuk itu, inflamasi appendiks akan menyerupai inflamasi organ lain.
Jika mempunyai abses atau pus, ia akan di drainage keluar dahulu. Antibiotika
diberi sebelum appediktomi untuk mengelakkan peronitis. Anastatik umum diberi dan
dikeluarkan melalui insisi 4 inci menggunakan laproscopi atau terapi bedah yang lain.
Pasien sudah bias bergerak dalam tempoh 12 jam dan sudah boleh memulakan aktiviti
harian seperti biasa dalam 2-3 minggu.
Jika pasien diduga mempunyai symptom yang tidak memerlukan terapi operasi
dan dapat sembuh secara medik, dia akan diberi antibiotika. Jika mempunyai inflamasi,
pasien diberi antibiotika da cairan secara intravenous. Tetapi secara umumnya,
appendiksitis biasanya tidak dapat dirawat dengan antibiotika sahaja dan memerlukan
terapi bedah.
KESIMPULAN