Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No.

1, 2008, halaman 1-6 ISSN : 1410 – 0177


Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003

Analisa Zat Pengawet dan Protein dalam Makanan Siap Saji Sosis

Elidahanum Husni, Asmaedy Samah dan Reci Ariati


Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang

Diterima tanggal : 02 Juli 2007 disetujui : 13 Agustus 2007

Abstract

A qualitative analysis has been done for nitrite and nitrate preservative which were used on sausage founded in
some markets in Padang. The preservative in samples were extracted by mixing with water. Then, the result of
the extraction were identified with colour reaction. Analysis of preservative in samples were compared with
standard preservative substance. As the conclusion, from three samples that had been analyzed on sausage fast
food, the preservative agent were nitrite and nitrate. Analysis of protein with thin layer chromatography method,
was found unpreservative meat protein contains more amino acids than preservative and prepared meat protein
with other ways.

Keywords :

Pendahuluan Pembentukan nitroksida akan banyak bila hanya


menggunakan garam nitrit, karena itu biasanya
Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan digunakan campuran garam nitrit dan garam nitrat.
pada makanan (food additive) saat ini sering Garam nitrat akan tereduksi oleh bakteri
ditemui pada makanan dan minuman. Salah satu menghasilkan nitrit. Penggunaan natrium nitrit
bahan tambahan pada makanan adalah pengawet sebagai pengawet untuk mempertahankan warna
bahan kimia yang berfungsi untuk memperlambat daging dan ikan, ternyata menimbulkan efek yang
kerusakan makanan, baik yang disebabkan mikroba membahayakan kesehatan, karena nitrit dapat
pembusuk, bakteri, ragi maupun jamur dengan cara berikatan dengan amino dan amida yang terdapat
menghambat, mencegah, menghentikan proses pada protein daging membentuk turunan
pembusukan dan fermentasi dari bahan makanan nitrosoamin yang bersifat toksis. Nitrosoamin
(Winarno dan Jenni, 1983). merupakan salah satu senyawa yang diduga dapat
menimbulkan kanker (Winarno, 1984).
Daging termasuk makanan yang mengandung
protein. Protein merupakan salah satu zat makanan Berdasarkan hal di atas, maka dilakukan penelitian
yang penting bagi tubuh, mempunyai fungsi untuk menganalisa adanya pengawet nitrit dan
sebagai pertumbuhan sel, pengganti sel yang rusak nitrat yang digunakan sebagai pengawet pada sosis
dan sebagai bahan bakar dalam tubuh manusia. yang beredar di pasaran dan menganalisa
Oleh sebab itu kekurangan protein dapat proteinnya secara kromatografi lapis tipis.
menyebabkan gangguan pada manusia (Rodwell, et
al., 2000). Tinjauan Pustaka

Daging mudah rusak. Untuk penyimpanan yang Bahan makanan umumnya terdiri dari zat-zat kimia
lama perlu digunakan pengawet. Nitrat dan nitrit yang terbentuk secara alami ataupun sintetis dalam
merupakan salah satu zat pengawet yang digunakan beragam kombinasi dan berperan sama pentingnya
dalam proses pengawetan daging untuk bagi kehidupan. Unsur-unsur gizi yang perlu ada
memperoleh warna yang baik dan mencegah dalam makanan adalah karbohidrat, protein,
pertumbuhan mikroba (Norman, 1988). mineral, lemak dan komponen minor lainnya
seperti vitamin dan enzim. Senyawa dan unsur
Garam nitrit dan nitrat mekanismenya belum tersebut dibutuhkan sebagai makanan bagi sel-sel
diketahui, tetapi diduga bahwa nitrit bereaksi tubuh seperti sel saraf, darah dan sel-sel otot untuk
dengan gugus sulfihidril (-SH) dan membentuk bersma-sama membentuk tubuh (Taylor, 1980).
garam yang tidak dapat dimetabolisme oleh
mikroba dalam keadaan anaerob. Dalam daging, Sosis adalah suatu makanan yang terbuat dari
nitrit akan membentuk nitroksida. Nitroksida daging cincang, lemak hewan dan rempah serta
dengan pigmen daging akan menjadi bahan-bahan lain. Sosis umumnya dibungkus dalam
nitrosomioglobin yang berwarna merah cerah. suatu pembungkus yang secara tradisional

1
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-6 ISSN : 1410 – 0177
Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003

menggunakan usus hewan, tetapi sekarang sering Bahan pengawet yang sering digunakan ialah asam
kali menggunakan bahan sintetis, serta diawetkan asetat, asam benzoat, asam propionat, asam sorbat
dengan suatu cara, misalnya dengan pengasapan. dan senyawa epoksida. Sedangkan zat pengawet
Pembuatan sosis merupakan suatu teknik produksi anorganik yang sering digunakan adalah sulfit,
dan pengawetan makanan yang telah dilakukan nitrit dan nitrat (Buckle, 1987).
sejak sangat lama. Dibanyak negara, sosis
merupakan topping populer untuk pizza Syarat-syarat bahan pengawet diantaranya adalah
(Anonymous). harus bekerja menghambat dan mematikan
mikroorganisme, tidak boleh merangsang rasa dan
Pemberian bahan tambahan pada makanan dan bau, stabil secara fisika dan kimia, dapat bekerja
minuman sudah menjadi hal biasa dilakukan oleh lama, tidak boleh mengurangi khasiat makanan,
masyarakat. Bahan tambahan makanan berarti mudah didapat, bersifat efektif dalam jumlah kecil
bahan apapun yang biasanya tidak dimakan sendiri dan tidak boleh terurai dalam tubuh menjadi zat-zat
sebagai suatu makanan dan biasanya tidak yang lebih toksis daripada bahan pengawet murni.
digunakan sebagai bahan-bahan khas untuk
makanan, baik mempunyai nilai gizi atau tidak, Di negara-negara yang telah maju, suatu zat
yang bila ditambahkan dengan sengaja pada pengawet sintetik harus melalui berbagai prosedur
makanan untuk teknologi termasuk (organoleptik) pengujian sebelum dapat digunakan sebagai zat
dalam pembuatan, pengolahan, penyiapan, pengawet makanan. Dalam memproses zat
perlakuan, pengepakan, pengemasan, pengangkutan pengawet sintetik juga sering terjadi kontaminasi
atau penanganan makanan atau dapat diharapkan (pengotoran). Ini bukanlah suatu jaminan zat
(secara langsung atau tidak langsung) terhadap pengawet yang diperoleh dari sumber-sumber alami
makanan itu atau hasil sampingannya menjadi adalah murni. Untuk penyesuaian dengan
bagian komponen makanan itu atau mempengaruhi penggunaannya dalam pengolahan secara baik,
ciri-ciri makanan itu. Pada dasarnya bahan penggunaan bahan-bahan pengawet ini seharusnya
tambahan dapat dibagi menjadi dua bagian besar, tidak menimbulkan penipuan, tidak menurunkan
yaitu : nilai gizi dari bahan makanan, tidak memungkinkan
a. Aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan pertumbuhan organisme-organisme yang
dengan sengaja dengan maksud tertentu, menimbulkan keracunan bahan makanan,
misalnya untuk meningkatkan konsistensi, nilai sedangkan pertumbuhan mikroorganisme-
gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman atau mikroorganisme lainnya tertekan yang
kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan menyebabkan pembusukan menjadi nyata (Buckle,
lain sebagainya. 1987).
b. Aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat
dalam makanan dalam jumlah sangat kecil Setiap negara mempunyai peraturan masing-masing
sebagai akibat dari proses pengolahan. mengenai pemakaian zat pengawet pada makanan,
Berdasarkan fungsinya bahan tambahan makanan minuman dan obat-obatan yang tujuannya
dapat digolongkan antara lain antioksidan, pengatur melindungi produk dari hal-hal negatif yang dapat
keasaman, pemanis buatan, pemutih dan pematang, timbul dari pemakaian zat pengawet. Saat ini aturan
pengawet, penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, zat pengawet di Indonesia diatur dalam peraturan
pewarna dan lain-lain (Winarno, 1984). Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
72/Menkes/Per/IX/88 Tahun 1988 tentang bahan
Zat pengawet ialah bahan kimia yang berfungsi tambahan makanan (Depkes RI, 1995).
untuk membantu, mempertahankan bahan makanan
dari serangan mikroba pembusuk, baik bakteri, ragi Terjadinya pengaruh zat pengawet dalam tubuh
maupun jamur dengan cara menghambat, kemungkinan adanya efek karsinogen dan toksisitas
mencegah, menghentikan proses pembusukan, zat pengawet. Misalnya pemecahan misteri kanker,
fermentasi, pengasaman atau kerusakan komponen diduga ada kemungkinan suatu senyawa dalam
lain dari bahan makanan. Aktifitas-aktifitas zat makanan atau lingkungan yang mudah
pengawet tidak sama, misalnya ada yang efektif menimbulkan kanker pada hewan maupun
terhadap bakteri, ragi atau kapang. Zat pengawet tumbuhan. Ini dimulai dari iritasi yang secara akut
terdiri dari senyawa organik dan senyawa dan kronis akan menjadi kanker. Pemakaian setiap
anorganik (Winarno, 1983). substansi yang dapat menimbulkan kanker pada
manusia atau hewan dilarang pada semua tingkatan
Zat pengawet organik lebih banyak dipakai konsentrasi (Doul, et al., 1986).
daripada zat pengawet anorganik karena bahan ini
mudah didapat. Bahan organik ini digunakan dalam Toksisitas bahan makanan menguji bahan makanan
bentuk asam maupun dalam bentuk garamnya. (termasuk air minum) terhadap kemungkinan

2
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-6 ISSN : 1410 – 0177
Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003

adanya zat berbahaya yang dikandungnya, misalnya keseimbangan cairan dalam dalam jaringan dan
zat warna atau zat pengawet serta zat-zat tambahan pembuluh darah, yaitu dengan menimbulkan
lainnya. Bahan-bahan kimia ini ditambahkan pada tekanan osmotik koloid yang dapat menarik cairan
makanan untuk dimakan oleh sejumlah besar dari jaringan ke dalam pembuluh darah (Rodwell,
masyarakat, umumnya zat-zat itu diuji secara et al., 2000).
ekstensif dan dievaluasi secara ketat. Selain itu,
karena toksisitasnya rendah LD50 yang tepat Kebutuhan manusia akan protein adalah 1 g/kg
biasanya tidak dibutuhkan. Misalnya pada penderita berat badan perhari, sedangkan ibu yang
keracunan natrium nitrit, kematian terjadi sebagai mengandung atau menyusui serta anak-anak yang
akibat gagal pernapasan atau kadang-kadang juga dalam masa pertumbuhan harus ditambah protein
dari akibat gagal jantung (Sartono, 2001). ekstra. Kekurangan konsumsi protein dapat
mengakibatkan berbagai penyakit diantaranya
Analisa kualitatif zat pengawet dapat dilakukan kuashiorkor, marasmus dan busung lapar (West dan
dengan menggunakan beberapa pereaksi warna. Todd, 1959).
Analisa kualitatif nitrit dapat menggunakan HCl
0,1N; FeSO4 0,5 N; BaCl2; AgNO3 0,1 N; KI 0,1 N;
NH4Cl padat dan KMnO4. Sedangkan untuk nitrat Metodologi Penelitian
digunakan reagen difenilamina, FeSO4 dan H2SO4.
Zat pengawet yang dianalisa direaksikan dengan Penelitian dilaksanakan di laboratorium Kimia
reagen di atas, kemudian warna yang terbentuk Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi Universitas
dibandingkan dengan pembanding murni yang juga Andalas dari bulan April dan Juli 2007.
telah direaksikan dengan reagen yang sama (Vogel, Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
1985). antara lain alat-alat gelas yang biasa digunakan di
laboratorium, timbangan analitik, hotplate,
Kromatografi lapis tipis digunakan secara luas sentrifuge, bejana kromatografi dan lain-lain.
untuk analisa kualitatif atau pemisahan campuran
dalam jumlah yang kecil. Analisa ini bekerja Bahan-bahan yang digunakan adalah sosis dengan 3
berdasarkan pada distribusi fasa cair-padat. Sebagai macam merk, daging sapi, aquadest, etanol 96%,
fasa padat berupa lapisan tipis bubur alumina atau butanol, metanol, asam asetat 2%, ninhidrin 1%,
silica gel yang menempel pada permukaan natrium nitrit, kalium nitrat, natrium bikarbonat,
selembar lempeng kaca, sedangkan sebagai fasa asam klorida 0,1 N, asam klorida 6 N, besi (II)
cairnya adalah eluen yang digunakan untuk sulfat 0,5 N, asam sulfat 1 N, asam asetat 2 N,
membawa zat yang diperiksa bergerak melalui fasa barium klorida, perak nitrat 0,1 N, kalium iodida
padat. 0,1 N, kalium permanganat, amonium klorida
padat, besi (III) klorida, larutan kanji, asam sulfat
Protein merupakan zat makanan yang amat penting pekat, natrium hidroksida 0,1 N dan difenilamina.
bagi tubuh karena disamping berfungsi sebagai
bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat Sampel berupa sosis dengan 3 macam merk yang
pembangun dan pengatur. Protein merupakan akan diuji didapat dari swalayan yang ada di Kota
sumber sejumlah asam amino yang mengandung Padang Sumatera Barat. Sampel terlebih dahulu
unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak diekstrak dengan cara masing-masingnya ditimbang
atau karbohidrat. Molekul protein juga sebanyak 30 gram, lalu diblender sambil
mengandung fosfor dan belerang. Sebagai zat ditambahkan air secukupnya sampai sampel
pembangun, protein merupakan bahan pembentuk tersebut halus, kemudian dipindahkan ke dalam
jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada gelas piala. Masing-masing sampel dimasukkan ke
masa pertumbuhan proses pembentukan jaringan dalam tabung reaksi lalu disentrifus dengan
terjadi secara besar-besaran, pada masa kehamilan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit. Sampel akan
protein membentuk jaringan baru dan embrio. memisah menjadi 2 lapisan, ambil lapisan bening.
Protein juga mengganti jaringan tubuh yang rusak
dan yang perlu dirombak. Fungsi utama protein Pemeriksaan nitrit dilakukan dengan mereaksikan
bagi tubuh adalah untuk membentuk jaringan dan sampel dengan 2 tetes HCl 0,1 N; FeSO 4 yang
mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein diasamkan dengan asam asetat encer atau asam
juga digunakan sebagai bahan bakar apabila sulfat encer, BaCl2, AgNO3 0,1 N; KI 0,1 N;
kebutuhan energi tubuh tidak terpenuhi oleh KMnO4 yang diasamkan dengan asam asetat atau
karbohidrat dan lemak. Protein ikut pula mengatur asam sulfat encer dan NH4Cl secara berlebihan,
berbagai proses di dalam tubuh, baik langsung kemudian reaksi yang terjadi diamati. Pemeriksaan
maupun tidak langsung dengan membentuk zat nitrat dilakukan dengan mereaksikan sampel
pengatur proses di dalam tubuh. Protein mengatur dengan 2 tetes H2SO4 pekat, FeSO4 sambil

3
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-6 ISSN : 1410 – 0177
Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003

ditambahkan 3-5 tetes larutan H2SO4 pekat secara sampai tanda batas, kemudian plat dikeluarkan dari
perlahan-lahan sepanjang sisi tabung uji, serta bejana dan dikeringkan. Semprotkan pereaksi
dengan pereaksi difenilamina sambil diteteskan ninhidrin lalu panaskan di atas hotplate sampai
H2SO4 pekat, kemudian reaksi yang terjadi diamati terlihat warna biru-ungu. Nilai Rf dari masing-
(Vogel, 1985). masing noda ditentukan dan kemudian
dibandingkan dengan nilai Rf dari pembanding
Untuk hidrolisis protein, sampel dan pembanding (daging sapi) (Gritter, 1991).
(daging sapi) dihidrolisis dengan menggunakan
HCl 6 N, dihaluskan sedemikian rupa dan masing-
masing ditimbang sebanyak 100 mg lalu dimasukan Hasil dan Pembahasan
ke dalam ampul, tambahkan 2 ml HCl 6 N untuk
masing-masing ampul, tutup ampul dengan Penelitian ini menggunakan sampel 3 merek sosis
menggunakan nyala api oksidasi. Oven selama 6 yang umumnya beredar dipasaran dengan Nomor
jam pada suhu 1100C, didapatkan campuran dari BPOM RI MD.214810023414 (Sampel A), BPOM
asam amino yang telah terhidrolisis (Bodanszky, RI MD. 215109005043 (Sampel B) dan BPOM RI
1998). MD. 215109032043 (Sampel C) dimana pada label
tidak dicantumkan adanya pengawet. Sebelum
Hidrolisat yang didapat ditambahkan dengan diidentifikasi, zat pengawet yang berada dalam
natrium bikarbonat sampai pH-nya netral. bentuk campuran dengan bahan tambahan lain
Kemudian masing-masing dilarutkan dalam diekstraksi terlebih dahulu dan direaksikan dengan
metanol lalu ditotolkan pada plat KLT sedemikian pereaksi warna. Sampel dan pembanding masing-
rupa. Plat dikeringkan diudara terbuka, selanjutnya masing direaksikan dengan zat-zat pereaksi
dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang tersebut. Hasil reaksi dapat dilihat pada Tabel 1 dan
telah dijenuhkan dengan eluen. Sebagai eluen Tabel 2, dimana terlihat bahwa sampel C lebih
digunakan etanol 96% : air (70 : 30) dan butanol : cepat memberikan reaksi jika dibandingkan dengan
asam asetat : air (80 : 20 : 20). Eluen dibiarkan naik sampel A dan sampel B

Tabel 1. Hasil pengamatan reaksi warna dari zat pengawet nitrit pada sampel dan
pembanding

Sampel
No Pemeriksaan Nitrit Pembanding (natrium nitrit)
A B C

1 HCl 0,1 N Gelembung - - +

2 FeSO4 + H2SO4 Cincin coklat - - +

3 BaCl2 Tidak mengendap +++ +++ +++

4 AgNO3 0,1 N Endapan putih +++ +++ +++

5 KI 0,1 N + pasta kanji Biru + ++ +++

6 KMnO4 Warna KMnO4 hilang + ++ +++

7 NH4Cl padat Gelembung + ++ ++

Tabel 2. Hasil pengamatan reaksi warna dari zat pengawet nitrat pada sampel dan
pembanding
Sampel
Pembanding
No Pemeriksaan Nitrat
(kalium nitrat)
A B C
1 H2SO4 pekat Gelembung + ++ +++

4
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-6 ISSN : 1410 – 0177
Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003

2 Difenilamina + H2SO4 pekat Biru + ++ +++


3 FeSO4 + H2SO4 pekat Cincin coklat - - -
Dari Tabel 1 dan Tabel 2 di atas terlihat bahwa Selanjutnya dilakukan identifikasi protein dalam
sampel C mempunyai kadar pengawet yang lebih sosis sampel dengan pembanding daging alami
tinggi jika dibandingkan dengan sampel lainnya. (daging sapi sebelum diolah). Sampel dan
Walaupun ada beberapa uji yang memberikan hasil pembanding terlebih dahulu dihidrolisis dan
negatif, hal ini mungkin disebabkan adanya ion-ion didapatkan asam-asam amino. Asam amino hasil
pengganggu lainnya yang ikut larut dalam sampel hidrolisis sampel dibandingkan dengan hasil
sehingga ikut bereaksi dan konsentrasi nitrit dan hidrolisis pembanding menggunakan metoda
nitrat yang terdapat dalam sampel berbeda-beda kromatografi lapis tipis dengan eluen etanol 96% :
atau sedikit yang dapat mempengaruhi kecepatan air (70 : 30) dan eluen butanol : asam asetat : air
reaksi. (80 : 20 : 20) dan hasilnya disajikan dalam Tabel 3
dan Tabel 4.

Tabel 3. Hasil pengukuran nilai Rf dari protein sosis dan protein daging pembanding
dengan menggunakan eluen etanol 96% : air (70 : 30).

Pembanding Sampel A Sampel B Sampel C


No
Wn Rf Wn Rf Wn Rf Wn Rf

1 Bu 0,62 Bu 0,80 Bu 0,84 Bu 0,16

2 Bu 0,68 Bu 0,98 Bu 0,99 Bu 0,29

3 Bu 0,74 Bu 0,82

4 Bu 0,81

5 Bu 0,86
Keterangan : Wn = warna noda Bu = biru-ungu

Tabel 4. Hasil pengukuran nilai Rf dari protein sosis dan protein daging pembanding
dengan menggunakan eluen butanol : asam asetat : air (80 : 20 : 20).

No Pembanding Sampel A Sampel B Sampel C

Wn Rf Wn Rf Wn Rf Wn Rf

1 Bu 0,15 Bu 0,13 Bu 0,14 Bu 0,15

2 Bu 0,29 Bu 0,76 Bu 0,28 Bu 0,32

3 Bu 0,35 Bu 0,95 Bu 0,45 Bu 0,48

4 Bu 0,46 Bu 0,86

5 Bu 0,61

6 Bu 0,95
Keterangan :

5
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-6 ISSN : 1410 – 0177
Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003

Wn = warna noda
Bu = biru-ungu

Tabel di atas memperlihatkan bahwa daging sapi


alami yang berfungsi sebagai pembanding lebih
banyak mengandung asam amino jika dibandingkan
dengan daging yang sudah diawetkan dan diolah Daftar Pustaka
sedemikian rupa. Sampel A, B dan C merupakan
daging olahan yang telah mengalami perlakuan Anonymous, Sosis,
yang ekstrim untuk diproduksi. Disamping untuk http//id.wikipedia.org/wiki/sosis.
mengawetkan, penambahan zat-zat kimia ini juga Bodansky M., Kimia Peptida, ITB, Bandung, 1998.
untuk menambah cita rasa, juga untuk memberikan Buckle, K.A., Ilmu Pangan, terjemahan Hari
hasil yang baik pada produk sehingga kemungkinan Purnomo, UI Press, Jakarta, 1987.
untuk rusaknya protein lebih besar dibandingkan Doul J., C.D. Klassen and M.O. Amdur, Chemistry
dengan daging yang tidak diolah. Carsinogen in Casarett and Doull’s.
Hanbook of Toxicology The Basic Science
Asam amino yang dihasilkan dari proses hidrolisis of Poisons, 2nd Ed., Mac Millan Publishing
ini seharusnya lebih banyak, tetapi tidak semua Co., New York, 1986.
asam amino yang dapat terlihat pada plat KLT. Hal Norman W., Teknologi Pengawetan Makanan, Edisi
ini kemungkinan disebabkan oleh proses hidrolisis 3, terjemahan Muchji Muljohardjo, UI Press,
yang kurang sempurna, baik itu lamanya waktu Jakarta, 1988.
hidrolisis, suhu serta penambahan HCl untuk Rodwell, W.V., A.P. Mayes, K.D. Gramer and R.K.
menghidrolisis. Selain itu ada asam amino yang Murray., Harper’s Review of Biochemistry,
sangat tahan terhadap hidrolisis dan memerlukan 20th Ed., Aplleton and Lange, USA, 2000.
waktu 48 jam atau lebih untuk pemutusan secara Sartono, Racun dan Keracunan, Widia Medika,
sempurna seperti valin dan isoleusin, tetapi ada Jakarta, 2001.
juga asam amino yang perlahan-lahan rusak dalam Stahl, E., Thin Layer Chromatography A
proses ini seperti serin dan treonin (Rodwell, et al., Laboratory Handbook, 2nd, Springer Verlag,
2000). New York, 1968.
Vogel, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Penggunaan natrium nitrit sebagai pengawet untuk Makro dan Semimikro, Edisi V, UI Press,
mempertahankan warna daging dan ikan, ternyata Jakarta, 1985.
menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan, Winarno, F.G. dan B.S.L. Jenni, Kerusakan Bahan
karena nitrit dapat berikatan dengan amino dan Pangan dan Cara Pencegahannya, Galia
amida yang terdapat pada protein daging Indonesia, Bogor, 1983.
membentuk turunan nitrosoamin yang bersifat Winarno, F.G., Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia,
toksis. Nitrosoamin merupakan salah satu senyawa Jakarta, 1984
yang diduga dapat menimbulkan kanker (Windholz, Windholz M., Susan B., Lorraine Y.S. and
et al., 1976). Nitrosoamin ini bentuknya bermacam- Margaret N.F., The Merck Index, an
macam diantaranya metil alkil nitrosoamin, siklik Encyclopedia of Chemical and Drugs, 9th Ed,
nitrosoamin, aril alkil nitrosoamin dan diaril Merck and Co. Inc., Rahwee, N.J. USA,
nitrosoamin (Stahl, 1968). 1976.
West E.S., and W.R. Todd, Texbook of
Kesimpulan Biochemistry, 2nd Ed., The Mac Millan Co.,
New York, 1959.
Ketiga sampel yang diuji dengan metoda reaksi
warna mengandung nitrit dan nitrat sebagai
pengawet, walaupun produk tersebut tidak
mencantumkan adanya pengawet pada komposisi
produk. Sedangkan analisa protein dengan metoda
kromatografi lapis tipis (KLT) menunjukkan bahwa
daging tanpa olahan mengandung lebih banyak
asam amino (menunjukkan bahwa mutu proteinnya
lebih tinggi) jika dibandingkan dengan daging yang
diawetkan dan diolah sedemikian rupa.

Anda mungkin juga menyukai