Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
pemberlakukan AC FTA.
Pada tahun 2004-2005, neraca perdagangan Indonesia dengan China hanya mencapi
sekitar 800 juta Dolar AS. Namun sejak perdagangan bebas itu diberlakukan, nilai
neraca perdagangan itu meningkat 300% menjadi sekitar 2,4 miliar Dolar AS. Hampir
semua nilai neraca perdagangan yang naik dari pemberlakukan perdagangan bebas itu
merupakan hasil produksi sektor perkebunan.
6. A C FTA Untungkan Perdagangan Regional
Pembentukan ACFTA akan menciptakan kawasan dengan 1,7 miliar
konsumen, suatu kawasan dengan produk domestik bruto (PDB) sekitar US$ 2,0
triliun dan total perdagangan setiap tahunnya mencapai nilai US$ 1,23 triliun.
Penghapusan rintangan perdagangan antara ASEAN dan Cina akan membantu
menurunkan biaya, meningkatkan volume perdagangan dan meningkatkan efisiensi
ekonomi. ACFTA tersebut akan menjamin stabilitas di Asia Timur dan memberikan
kesempatan baik negara anggota ASEAN maupun Cina untuk mempunyai peranan
lebih besar dalam perdagangan internasional yang memberikan keuntungan bersama.
7. A C FTA dapat memunculkan kreasi-kreasi yang inovatif, baik dari sisi produk
maupun pemasaran .
Kreasi-kreasi inovatif tersebut diharapkan berujung pada tumbuhnya jiwa
kreatif sekaligus kompetitif pada diri pengusaha Indonesia. Sehingga sumber daya
manusia yang ada di Indonesia dapat bersaing dengan negara lain. Saat ini saja di
wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah adalah salah
satu daerah di Indonesia yang sangat mampu untuk melakukan persaingan itu.
8. Indonesia akan memiliki pemasukan tambahan dari PPN produk-produk baru
yang masuk ke Indonesia .
Tambahan pemasukan itu seiring dengan makin banyaknya obyek pajak dalam
bentuk jenis dan jumlah produk yang masuk ke Indonesia. Beragamnya produk China
yang masuk ke Indonesia dinilai berpotensi besar mendatangkan pendapatan pajak
bagi pemerintah
Di produk hilir minyak sawit, China menerapkan tarif impor industrial tall oil fatty
acids sebesar 16% , tarif industrial fatty alcohols sebesar 13%, dan tarif impor palmitic acid
5,5%. Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan menjelaskan pemberlakuan AC-FTA jelas
menguntungkan perdagangan ekspor CPO Indonesia ke China yang merupakan pasar CPO
terbesar di dunia. Selama ini, Indonesia lebih banyak mengekspor minyak sawit dalam bentuk
mentah, karena China menerapkan tarif lebih tinggi kepada produk turunan CPO Indonesia.
Pada 2009, pasar minyak nabati China mencapai 30 juta ton di mana minyak kedelai
memiliki porsi 40%, minyak sawit 24%, minyak kanola 17%, dan minyak kacang 7,5%.
Pemberlakuan tarif FTA sebesar 0% membuat produk CPO Indonesia dan turunannya
lebih kompetitif dengan Malaysia. Selain itu, produk minyak sawit Indonesia dapat
menyaingi komoditi minyak nabati lain seperti minyak kedelai, minyak kanola, dan minyak
bunga matahari.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai perdagangan ekspor CPO
Indonesia ke China sebesar US$ 119,8 juta pada 2006, selanjutnya meningkat menjadi US$
158,2 juta pada 2007. Pada 2008, nilainya bertambah menjadi US$ 240 juta