Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PLH

NAMA ANGGOTA
KELOMPOK:
- Fakhri fayadhi
- Farid Nurachman
- Faris herdiansyah
- Fida afdhalia
- Idah ( ketua )
- Intan apriani
PENYEBAB DAN CARA PENANGGULANGAN
TSUNAMI
Tsunami terjadi karena adanya gangguan impulsif terhadap air laut
akibat terjadinya perubahan bentuk dasar laut secara tiba-tiba. Ini
terjadi karena tiga sebab, yaitu : gempa bumi, letusan gunung api dan
longsoran (land slide) yang terjadi di dasar laut. Dari ketiga penyebab
tsunami, gempa bumi merupakan penyebab utama. Besar kecilnya
gelombang tsunami sangat ditentukan oleh karakteristik gempa bumi
yang menyebabkannya.

Bagian terbesar sumber gangguan implusif yang menimbulkan tsunami


dahsyat adalah gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Walaupun erupsi
vulkanik juga dapat menimbulkan tsunami dahsyat, seperti letusan
gunung Krakatau pada tahun 1883.

Gempa bumi di dasar laut ini menimbulkan gangguan air laut, yang
disebabkan berubahnya profil dasar laut. Profil dasar laut iniumumnya
disebabkan karena adanya gempa bumi tektonik yang bisa
menyebabkan gerakan tanah tegak lurus dengan permukaan air laut
atau permukaan bumi. Apabila gerakan tanah horizontal dengan
permukaan laut, maka tidak akan terjadi tsunami.

Apabila gempa terjadi didasar laut, walaupun gerakan tanah akibat


gempa ini horizontal, tetapi karena energi gempa besar, maka dapat
meruntuhkan tebing-tebing (bukit-bukit) di laut, yang dengan
sendirinya gerakan dari runtuhan in adalah tegak lurus dengan
permukaan laut. Sehingga walaupun tidak terjadi gempa bumi tetapi
karena keadaan bukit/tebing laut sudah labil, maka gaya gravitasi dan
arus laut sudah bisa menimbulkan tanah longsor dan akhirnya terjadi
tsunami. Hal ini pernah terjadi di Larantuka tahun 1976 dan di Padang
tahun 1980.

Gempa-gempa yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami


adalah :
1. Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
2. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km.
3. Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 Skala Richter.
4. Jenis pensesaran gempa tergolong sesar naik atau sesar turun. Gaya-
gaya semacam
ini biasanya terjadi pada zona bukaan dan zona sesar.

Cara penanggulangan tsunami, yaitu :


1.Melaksanakan evakuasi secara intensif.
2.Melaksanakan pengelolaan pengungsi.
3.Melakukan terus pencarian orang hilang, dan pengumpulan jenazah.
4.Membuka dan hidupkan jalur logistik dan lakukan resuplay serta
pendistribusian
logistik yang diperlukan.
5.Membuka dan memulihkan jaringan komunikasi antar daerah atau
kota.
6.Melakukan pembersihan kota yang hancur dan penuh puing dan
lumpur.
7.Menggunakan dana pemerintah untuk penanggulangan bencana dan
gunakan pula dengan
tepat sumbangan dana baik dari dalam maupun luar negeri.
8.Menyambut dengan baik dan libatkan unsur civil society.
Penaggulangan Bencana Gempa Bumi dan
Penanganan Korban

Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang


menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara
tiba-tiba.

Penyebab Terjadinya Gempa Bumi

1. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi


2. Aktivitas sesar di permukaan bumi
3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan
tanah
4. Aktivitas gunung api
5. Ledakan nuklir

Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa


dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran
tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan
sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat
memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan
tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga
menyebabkan bencana ikutan berupa kebakaran, kecelakaan industri
dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun
tanggul penahan lainnya.

Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana Gempa Bumi

1. Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa


khususnya di daerah rawan gempa.
2. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas
bangunan.
3. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
4. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
5. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat
kepadatan hunian di daerah rawan gempa bumi.
6. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan
lahan.
7. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya
gempa bumi dan cara – cara penyelamatan diri jika terjadi gempa
bumi.
8. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan,
kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan
pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.
9. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan
peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
10. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota
keluarga dalam menghadapi gempa bumi.
11. Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan
pelatihan pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.
12. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian,
dan peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
13. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota
keluarga dalam menghadapi gempa bumi.

Dari berbagai bencana alam yang terjadi, umumnya manajemen


penanganan bencana masih bersifat ‘konvensional’. Yakni, hanya
bertumpu pada bantuan yang sifatnya kedaruratan dari pada
pengurangan faktor resiko. Contohnya adalah penanganan korban
gempa bumi.

Menyelaraskan Paradigma
Kondisi yang justru dianggap paling sulit bagi tim penyelamat (SAR)
ataupun tim relawan dalam penanganan korban bencana alam,
misalnya penanganan korban gempa bumi – adalah melawaan
paradigma yang sudah melekat kuat dalam benak masyarakatnya.

Bahwa paradigma yang telanjur diyakini oleh masyarakat dalam


memandang  bencana sebagai suatu takdir dan suratan Tuhan, secara
tak langsung menyulitkan manajamen penanganan bencana ketika
mereka dituntut bertindak cepat.

Yang harus dilakukan oleh manajemen penanganan bencana nasional


adalah dengan tidak menyerang paradigma yang berakar kuat di
masyarakat, selain juga usaha pemerintah untuk melakukan proses
sosialisasi kepada masyarakat umum.

Hingga yang patut direalisasikan adalah penyelarasan paradigma


supaya sejalan dengan domain pemikiran kebijaksanaan nasional agar
bencana tersebut tidak terlampau merugikan dampaknya. Ide
pemikiran ini diharap dapat menekan efek bencana tidak terlampau
besar. Contohnya adalah ketika dilakukan penanganan korban gemba
bumi.

Mitigasi Bencana

Umumnya semua negara maju yang rawan bencana sudah memikirkan


penanganan bencana berupa mitigasi atau tindakan preventif. Antara
lain di Cina, India, Jepang, Singapura, Pakistan, Sri Lanka, Korea Selatan,
Thailand dan Malaysia.

Indonesia pun kini tengah menuju mitigasi/tindakan preventif. Yakni


mitigasi pembangunan struktural dan non struktural di daerah rawan
gempa dan bencana alam lainnya.  Hingga penanganan korban gempa
bumi, misalnya – dapat segera dilakukan.
Tindakan mitigasi struktural contohnya dengan pemasangan sistem
informasi peringatan dini tsunami, yang bekerja setelah terjadi gempa.
Dan mitigasi non struktural adalah penataan ulang tata ruang area
rawan bencana.

Program Nasional Indonesia

Berdasarkan catatan dalam Natural Disaster Reduction (2007) Indonesia


adalah negara tersering mengalami gempa bumi se-Asia Tenggara.
Artinya Indonesia adalah negara rawan gempa. Dan selekasnya
penanganan korban gempa bumi harus cepat teratasi.

Beberapa langkah yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanganan


Bencana baik tingkat Nasional dan Daerah telah diusahakan sekeras
mungkin. Contohnya pemetaan daerah rawan bencana gempa,
regionalisasi daerah bencana gempa, penetapan daerah yang menjadi
wilayah basis pencapaian lokasi bencana gempa, serta penetapan
daerah lokasi evakuasi saat dilakukan penanganan korban gempa
bumi. 

Anda mungkin juga menyukai