Anda di halaman 1dari 13

LEASING

PENDAHULUAN
Awal Mula Leasing di Indonesia

Tidak dapat dipungkiri modal merupakan salah satu sarana penting dalam
rangka pembiayaan suatu korporasi. Secara umum, dengan melihat pada neraca
korporasi, pada sisi kanan neraca selalu terdapat 2 (dua) komponen utama, yakni
adanya hutang dan modal. Hutang dan modal inilah yang akan digunakan oleh
korporasi untuk membiayai aktivitas-aktivitasnya guna menghasilkan barang dan/atau
jasa yang pada akhirnya dapat memberikan keuntungan atau laba bagi korporasi
tersebut.

Dalam dunia usaha telah dikenal adanya Sewa Guna Usaha yang dapat
dijadikan sebagai alternatif pembiayaan terutama dalam hal penyediaan barang modal
atau peralatan perlengkapan lainnya. Dalam tulisan ini penulis hendak menjelaskan
secara sederhana hal-hal sehubungan dengan Sewa Guna Usaha ini dan apa
keuntungan yang dapat diperoleh oleh korporasi dengan adanya atau menggunakan
Sewa Guna Usaha untuk mencukupi barang modal atau peralatan yang dibutuhkan.
Terjadinya transaksi Sewa Guna Usaha dilatarbelakangi karena tidak cukupnya dana
korporasi (biasa disebut lessee) untuk membeli barang modal sehingga membutuhkan
bantuan dari lembaga pembiayaan (biasa disebut lessor).

Secara umum Sewa Guna Usaha adalah equipment funding, yaitu kegiatan
pembiayaan dalam bentuk barang modal atau peralatan yang digunakan dalam proses
produksi. Walaupun menyandang kata sewa, Sewa Guna Usaha berbeda dengan
sewa-menyewa sebagaimana yang dikenal secara umum oleh masyarakat. Sewa Guna
Usaha ini telah memiliki payung hukum dengan adanya: (i) Keputusan Presiden No. 61
Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan; (ii) Surat Keputusan Menteri Keuangan No.
1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan jo. Keputusan Menteri Keuangan No. 468 tahun 1995; dan (iii) Keputusan
Menteri Keuangan No. 1169 tahun 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha
LANDASAN TEORI
Pengertian Leasing

Leasing adalah segala kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk


penyediaan barang-barang modal yang penggunaannya diserahkan pada suatu
perusahaan, melalui pembayaran secara berkala dalam jangka waktu tertentu.
Lease(Sewa GunaTanah) adalah Kontrak yang menetapkan syarat-syarat
pengalihan hak pengalihan harta atau aktiva kepada lease oleh pemiliknya, yaitu
Lessor.

Dalam kegiatan leasing ada dua pihak yang terkait langsung :

Perusahaan yang kegiatannya melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan


barang-barang modal untuk digunakan perusaahan lain. Jenis perusahaan
demikian disebut Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company).
Selanjutnya bertindak sebagai pihak yang menyewakan atau sebagai Lessor.

Perusahaan yang menerima hak untuk menggunakan barang-barang modal,


bertindak sebagai Penyewa Guna Usaha atau disebut Lesse .

Jenis Leasing

Jenis Leasing ada 2 (dua) macam, yaitu:

a. Financial Lease atau Capital Lease

Finance lease adalah sewa guna usaha dimana lesse mempunyai hak opsi
untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama,
yang dapat dibedakan lagi menjadi :

Direct Finance Lease


Direct finance lease adalah dimana penyewa guna usaha belum pernah
memiliki barang modal yang menjadi objek sewa guna usaha sehingga atas
permintaanya perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal tersebut.

Sales and Lease Back

Sales and lease back adalah dimana penyewa guna usaha terlebih dahulu
menjual barang modal yang sudah dimilikinya kepada perusahaan sewa guna
usaha dan atas barang modal yang sama ini kemudian dilakukan kontrak sewa
guna usaha antara penyewa guna usaha (pemilik semula) dengan perusahaan
sewa guna usaha.

b. Operating Lease (Sewa Menyewa Biasa)

Operating Lease adalah sewa guna usaha yang pada dasarnya seperti sewa
menyewa biasa dimana penyewa tidak mempunyai hak opsiuntuk membeli
objek sewa guna usaha.

Perlakuan Perpajakan

1. Finance Lease

a. Perlakuan Pajak bagi Lessor

- Penghasilan lessor yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran finance
lease yaitu berupa imbalan jasa leasing dikurangi dengan angsuran pokok. Dalam hal
sewa-guna-usaha sindikasi, imbalan jasa bagi masing-masing anggota dihitung secara
proporsional sesuai dengan perjanjian antar anggota sindikasi yang bersangkutan.
- Lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang di leasing.
- Dalam hal masa leasing lebih pendek dari masa yang telah ditentukan, DJP
melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor.
- Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya 2,5% (dua setengah persen) dari
rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang finance lease.
- Kerugian yang diderita karena piutang leasing yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang telah dibentuk
pada awal tahun pajak yang bersangkutan.
- Dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak
sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud, maka sisanya dihitung
sebagai penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka
kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari penghasilan
bruto.
- Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap bulan adalah jumlah PPh terutang
berdasarkan Laporan Keuangan Triwulanan terakhir yang disetahunkan, dibagi dua
belas. Dalam hal lessor juga melaksanakan kegiatan operating lease, maka laporan
keuangan triwulanan dimaksud adalah laporan keuangan triwulanan gabungan.

b. Perlakuan Pajak bagi Lessee

- selama masa leasing, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal
yang dileasing, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli.
- Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee
melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual value)
barang modal yang bersangkutan.
- Pembayaran leasing oleh lessee merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi leasing tersebut memenuhi ketentuan
yang berlaku.
- Dalam hal masa leasing lebih pendek dari masa yang telah ditentukan, DJP
melakukan koreksi atas pembebanan biaya leasing.
- Dalam hal terjadi transaksi sale and lease back, harus diperlakukan sebagai 2 (dua)
transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa-guna-usaha.
Transaksi penjualan barang modal kepada lessor diperlakukan sebagai penarikan
aktiva dari pemakaian oleh sebab biasa.
- Lessee tidak memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran leasing.
- Atas penyerahan jasa ini dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

2. Operating Lease

a. Perlakuan Pajak bagi Lessor


- seluruh pembayaran operating lease yang diterima lessor merupakan obyek Pajak
Penghasilan.
- Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang di leasing tersebut.
- Lessor tidak diperkenankan membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu.

b. Perlakuan Pajak bagi Lessee


- pembayaran operating lease yang dibayar oleh lessee adalah biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
- Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang dileasing.
- Lessee wajib memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran operating lease yang
dibayarkan kepada lessor.
- Atas penyerahan jasa ini terhutang Pajak Pertambahan Nilai.

Keunggulan Leasing

1. Tanpa ada uang muka. Sebagian terbesar pembelian harta yang dibiayai dengan
menuntut agar sebagian dari harga beli dibayar langsung oleh peminjam pada
saat transaksi dilakukan. Hal ini memberi perlindungan tambahan bagi kreditor
apabila terjadi kemancetan pembayaran dan pengembalian aktiva. Sebaliknya,
kontrak Lease sering kali dibuat sedemikian rupa sehingga 100% nilai aktiva
dibiayai melalui Lease. Aspek ini membuat leasing menjadi alternatif yang
menarik bagi Perusahaan yang tidak memiliki Kas yang cukup untuk membayar
Uang Muka atau Perusahaan yang ingin menggunakan modal yang tersedia
untuk tujuan operasi serta investasi yang lain.

2. Menghindarkan resiko pemilikan. Ada banyak resiko dalam pemilikan harta.


Resiko ini meliputi kerugian karena bencana, keausan, kondisi perekonomian
yang berubah, dan kerusakan fisik. Lesse boleh menghentikan Lease, meskipun
biasanya dikenakan denda tertentu, dan dengan demikian menghindarkan
penanggungan resiko dari kejadian ini. Keluwesan ini sangat penting bagi
perusahaan dimana inovasi dan perubahan Teknologi membuat kegunaan
peralatan atau fasilitas tertentu menjadi sangat tiadak pasti.

Lessor juga meraih manfaat dari Meleasing hartanya ketimbang menjualnya.

Keunggulan-keunggulan Lease bagi si Lessor meliputi yang berikut:

1. Meningkatkan Penjualan. Dengan menawarkan produknya melalui Leasing


kepada pelanggan potensial, pabrik atau penyalur dapat meningkatkan
penjualannya dalam jumlah besar. Seperti diatas para pelanggan mungkin tidak
mau atau tidak mampu membeli harta tersebut.

2. Keringanan Pajak. Banyak ketentuan pajak yang memberikan keringan bagi


pemilik harta.

Contoh : Sebelum Tax Reform Act th 1986, Undang-undang pajak memberikan


kredit pajak investasi yang memperbolehkan pemilik harta mengkreditkannya ke
hutang pajak penghasilan entah pada periode berjalan ataupun pada periode
mendatang dengan ketentuan bahwa harta tersebut tetap dimilikinya, Jika
seorang Lessor menjual aktiva tersebut, maka keringanan pajak itu ikut bersama
barangnya, tetapi perjanjian Lease dapat menetapkan siapa yang akan
memperoleh manfaat tersebut. Keluwesan ini membuat kredit pajak menjadi
unsur penting dalam negosiasi Lease.

3. Kelangsungan Hubungan Dengan Lease. Apabila harta dijaul, pembeli kerap


kali tidak mengadakan transaksi lagi dengan penjualnya. Akan tetapi dalam
situasi Leasing, Lessor dan Lesse tetap berhubungan selama periode tertentu,
dan hubungan bisnis jangka panjang kerap kali dapat dibina melalui Leasing.
4. Nilai sisa Dipertahankan. Dalam banyak perjanjian Lease, Lessor beruntung dari
kondisi ekonomi yang membuat nilai residu yang besar pada ahir periode Lease.
Lessor dapat Me-Lease aktiva itu kembali kepada Lease lain atau menjualnya
dan memperoleh keuntungan pada saat itu juga. Banyak Lessor telah menikmati
laba yang besar dari kenaikan nilai residu yang tidak diperkirakan.

Alasan Perusahaan Memilih Leasing :

1. Leasing meningkatkan arus kas (cash flow)


Leasing dapat memfasilitasi 100% pembiayaan tanpa pembayaran uang muka.
Besarnya cicilan dapat diatur sesuai dengan kemampuan keuangan anda.

2. Leasing mempertahankan sumber pembiayaan yang lain.


Pembelian barang modal melalui leasing tidak mengganggu fasilitas kredit (credit
line) yang perusahaan miliki untuk tetap digunakan untuk keperluan lain. Apabila
perusahaan membeli barang modal menggunakan fasilitas kredit bank, maka
plafon fasilitas kredit bank anda akan berkurang. (contoh: penggunaan kartu
kredit)

3. Leasing memudahkan proses upgrade barang modal.


Sekarang fitur mesin-mesin pabrik berganti setiap 2 (dua) tahun, model
kendaraan setiap tahun. Tiap tahun model berkembang dan menerapkan
teknologi dan fitur-fitur yang lebih canggih. Leasing dengan opsi (Operational
Lease) memudahkan proses upgrade barang modal perusahaan, supaya tidak
ketinggalan zaman.

4. Leasing menghemat biaya operasional


Leasing memungkinkan perusahaan membayar cicilan sesuai kemampuan dan
tujuan keuangan perusahaan.

5. Leasing menyediakan bunga tetap


Skema bunga tetap memudahkan perusahaan dalam membuat proyeksi
anggaran keuangan.
6. Leasing menyediakan pilihan
Perusahaan dapat memilih barang modal yang ingin dibiayai plus garansi
kerusakan yang berlaku dari manufaktur tetap merupakan hak perusahaan.
Perusahaan Leasing dapat membantu memberikan fasilitas pembiayaan barang
modal tersebut.

7. Leasing membantu mengasuransikan inflasi


Skema bunga rendah dan tetap (low & fixed rate) memberikan proteksi terhadap
kenaikan harga barang modal di masa mendatang.

8. Leasing membantu perusahaan dalam pembiayaan beberapa barang modal


sekaligus Karena cicilan yang dapat diatur sesuai kemampuan perusahaan,
leasing membantu perusahaan dalam pembelian beberapa barang modal
sekaligus.

9. Leasing memberikan flexibilitas


Leasing memberikan flexibilitas kepada perusahaan untuk membeli, refinancing
(sale & lease back), upgrade atau mengembalikan barang modal. Fitur ini dapat
ditemui pada leasing dengan opsi (Operating lease).

10. Leasing memberikan keuntungan pajak


Sesuai hukum pajak, pembayaran cicilan dapat dipotong langsung sebagai biaya
usaha sebagai pengurang penghasilan, dus perusahaan dapat mengurangi
pembayaran pajak tanpa melanggar hukum. Fitur ini dapat ditemui pada leasing
dengan opsi (Operating lease)

Proses Pengajuan Leasing

1. Prakarsa leasing dan permohonan leasing dari nasabah diajukan ke perusahaan


sewa guna usaha
2. Selanjutnya perusahaan sewa guna usaha akan menganalisa dan mengevaluasi
kriteria dari nasabah yang akan menjadi pertimbangan diberi atau ditolaknya
pemutusan leasing tersebut,

3. Analisa dan evaluasi yang akan dilakukan adalah mengenai penilaian yang
sesama terhadapa watak, kemampuan, modal,agunan, kondisi atau prospek
usaha nasabah dan penilaian terhadap sumber pelunasan yang dititikberatkan
pada hasil usaha atau penghasilan dari pemohon serta menyajikan aspek yuridis
untuk melindungi perusahaan sewa guna usaha.

4. berdasarkan analisa dan evaluasi, pejabat yang berwenang dari perusahaan akan
memutuskan persetujuan atau penolakan pengajuan leasing tersebut.

Sebelum memberikan putusan, pejabat pemutus dan pelaksana administrasi dari


persahaan sewa guna usaha bertanggungjawab meneliti dan memastikan bahwa
dokumen-dokumen yang mendukung pemberian putusan adalah lengkap, masih
berlaku, sah, dan berkekuatan hukum.

Dokumen-dokumen yang perlu dilengkapi :

1. Akta Pendirian Perusahaan dan Surat Pengesahan dari Departemen Hukun dan
HAM

2. Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP)

3. Dokumen bukti pemilikan agunan, yang aslinya sudah dicek kebenaran dan
keabsahannya dan bukti penilaian jaminan

4. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

5. NPWP
6. Laporan keuangan selama 3 tahun terakhir (disarankan audited). Untuk
perusahaan baru dilengkapi laporan-laporan riwayat bisnis sebelumnya atau
riwayat kepengurusan perusahaan tersebut

7. Salinan rekening koran selama 3 bulan terakhir

8. Dokumen mengenai identitas nasabah yang aslinya sudah dicek kebenarannya

9. Bukti-bukti negosiasi yang telah disetujui dan ditandatangani nasabah

10. Kelengkapan dokumen paket leasing sesuai dengan jenis sewa guna usaha.

Perjanjian Leasing

Setiap leasing yang disetujui dan disepakati wajib dituangkan dalam perjanjian secara
tertulis. Bentuk dan format perjanjian harus memenuhi keabsahan dan persyaratan
hukum. Memuat jumlah, jangka waktu, tata cara pembayaran kembali, tujuan
penggunaan, dan perjanjian tersebut harus ditandatangani oleh nasabah.

Dokumen – dokumen dalam perjanjian ini mencakup identitas atau legalitas nasabah
dan usahanya. Surat permohonan, laporan analisis dan evaluasi yang dilakukan
perusahaan sewa guna usah tehadap perusahaan yang akan menerima leasing,
perjanjian dan pencairan, jaminan dan pengikatnya, pembinaan, pengawasan,
penyelamatan atau penyelesaian. Jika ada dokumen yang tertunda, maksimal
penudaan adalah 30 hari. Pengecekan keabsahan dokumen dilakukan setidaknya 1
tahun sekali, yang harus berkekuatan hukum jika terjadi gejala pemburukan tingkat
kolektibilitas.

Semua dokumen dan perjanjian harus berada dalam perusahaan sewa guna usaha
(lessor) sampai tenggat waktu perjanjian leasing berakhir. Jika tenggat waktuperjanjian
leasing telah berakhir, maka lessor wajib mengembalikan semua dokumen kepada
lessee.
Berakhirnya perjanjian leasing bisa terjadi dengan cara baik-baik yaiuti dasar hubungan
hukum selesai karena lesse telah melunasi hutangnya kepada lessor atau ”over
kontrak”

Berakhirnya perjanjian leasing dengan cara tidak baik yaitu karna buruknya tingkat
kolektibilitas sehingga menyebabkan upaya penyelesaian sengketa, eksekusi jaminan,
dan pemberesan (penagihan kekurangan atau pengembalian kelebihan).

Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee disebut “lease agrement”

Isi kontrak yang di buat secara umum antara lain:

• Nama alamat Lessee

• Jenis barang modal yang diinginkan

• Jumlah atau nilai barang yang di leasingkan

• Syarat pembayaran

• Syarat kepemilikan

• Biaya-biaya yang dikenakan

• Sangsi apabila lessee ingkar janji

• Dan lain-lain

Kelengkapan legal dokumen :

1. surat kuasa

2. pernyataan jaminan

3. surat pernyataan bersama


4. surat persetujuan

5. dll

Hal yang perlu diperhatikan :

1. Perlindungan terhadap kerahasiaan data nasabah

2. laporan atau pemberitahuan yang layak diterima nasabah

3. denda atau pinalty terhadap keterlambatan pembayaran angsuran

4. pembatasan-pembatasan yang ada didalam perjanjian pembiayaan yang dapat


menyebabkan perjanjian berakhir

KESIMPULAN

Dalam realitasnya, leasing merupakan suatu akad untuk menyewa sesuatu


barang dalam kurun waktu tertentu. Leasing bergerak di bidang pembiayaan untuk
keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Leasing ini ada dua
katagori global, yaitu operating lease dan financial lease. Operating lease merupakan
suatu proses menyewa suatu barang untuk mendapatkan hanya manfaat barang yang
disewanya, sedangkan barangnya itu sendiri tetap merupakan milik bagi pihak pemberi
sewa. Sewa jenis pertama ini berpadanan dengan konsep ijarah di dalam syariah Islam
yang secara hukum Islam diperbolehkan dan tidak ada masalah.

Adapun financial lease merupakan suatu bentuk sewa dimana kepemilikan


barang tersebut berpindah dari pihak pemberi sewa kepada penyewa. Bila dalam masa
akhir sewa pihak penyewa tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut tetap
merupakan milik pemberi sewa (perusahaan leasing). Akadnya dianggap sebagai akad
sewa. Sedangkan bila pada masa akhir sewa pihak penyewa dapat melunasi cicilannya
maka barang tersebut menjadi milik penyewa. Biasanya pengalihan pemilikan ini
dengan alasan hadiah pada akhir penyewaan, pemberian cuma-cuma, atau janji dan
alasan lainnya. Intinya, dalam financial lease terdapat dua proses akad sekaligus :
sewa sekaligus beli. Dan inilah sebabnya mengapa leasing bentuk ini disebut sebagai
sewa-beli. Leasing dalam tulisan ini dikhususkan pada pembahasan financial leasing
atau sewa-beli ini.

Anda mungkin juga menyukai