Anda di halaman 1dari 3

HUMAN TRAFFICKING

Oleh:
LASYITHA ANINDIYA
PSIKOLOGI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Dulu kita mengenal istilah perbudakan dari cerita-cerita sejarah. Manusia yang kurang
beruntung dalam hidupnya, yang tidak bisa memperjuangkan hak-hak hidupnya, dianggap
sebagai budak. Budak ini sama halnya seperti barang yang menjadi hak milik. Orang-orang
memperjual belikan budak seperti memperjual belikan barang dagangan di pasar. Mungkin
kita sudah sangat yakin kalau perbudakan memang sudah dihapuskan dari bumi. Namun kini
kita mengenal istilah yang punya kosa kata baru, yakni human trafficking. Human
Trafficking bisa jadi sebuah morphing dari kata perbudakan. Kata trafficking dalam kamus
bisa berarti menukarkan barang atau jasa dengan uang. Jadi kata yang tepat memang Human
Trafficking yang berarti perdagangan manusia namun orang sering menyingkatnya menjadi
Trafficking saja.
Protokol PBB menyebutkan pengertian human trafficking sebagai perekrutan,
pengangkutan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan seseorang, melalui penggunaan
ancaman atau tekanan atau bentuk-bentuk lain dari kekerasan, penculikan, penipuan,
kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan atau memberi/menerima
pembayaran atau memperoleh keuntungan sehingga mendapatkan persetujuan dari seseorang
yang memegang kendali atas orang lain tersebut, untuk tujuan eksploitasi.
Video kasus yang disuguhkan menunjukkan dengan jelas betapa kejamnya human
trafficking tersebut terhadap kehidupan orang yang menimpanya. Mereka seolah tidak
memiliki hak untuk membela diri, untuk hidup bebas, layaknya orang lain yang hidup
normal. Saya jadi berpikir, sebegitu menarikkah uang bagi mereka yang menjadi dalang di
balik kasus ini (trafficker), hingga mereka tega memperlakukan manusia lain layaknya
binatang? Sungguh diluar batas pemikiran kita, Tapi hal itu adalah wajar bagi mereka yang
haus harta dan kekayaan.
Dan sekali lagi, wanita dan anak-anak adalah korban empuk dari kejahatan human
trafficking ini. Dan alasan yang paling logis menurut saya adalah karena dalam benak tiap
orang (terutama yang menganut paham komunis), pria dianggap inferior dibanding wanita.
Wania bagi mereka adalah kaum lemah, yang sangat bergantung, dan tidak bisa membela
hak-haknya. Makanya tidak heran bila di China sana janin bayi perempuan dijadikan
makanan.
Modus tindak pidana trafficking sangat beragam, mulai dari dijanjikan pekerjaan,
penculikan, korban, menolong wanita yang melahirkan, penyelundupan bayi, hingga
memperkejakan sebagai PSK komersil. Umumnya para korban baru menyadari bahwa
dirinya merupakan korban trafficking setelah tidak mendapatkan perlakuan yang tidak
manusiawi, alias dieksploitasi di negeri rantau.
Setelah menonton semua video tersebut, muncul pertanyaan dari saya. Pertanyaan
saya lebih kepada mengapa dalam video tersebut seolah-olah kasus human trafficking hanya
terjadi di Negara-negara Asia? Apakah di barat sana tidak terjadi human trafficking?
Jawabannya kembali kepada masalah ekonomi. Human trafficking terjadi karena alasan
ekonomi. Seseorang yang kuat dalam hal ekonomi memperdagangkan orang yang lemah
dalam hal ekonomi. Tujuan human trafficking sendiri juga dikarenakan masalah uang. Nah,
sementara Negara barat dikenal sebagai Negara yang maju. Di Negara maju, umumnya
tingkat ekonomi masyarakatnya adalah menengah ke atas. Sangat jarang oeng yang miskin di
negara-negara tersebut. Mungkin, menurut hemat saya, alasan ini lah yang menjadikan
kenapa di negara barat human trfafficking bukan menjadi kejahatan utama. Tapi tidak
menutup kemungkinan human trafficking benar-benar tidak ada di sana. Hanya saja, human
trafficking lebih marak di negara Asia, yang notabene kebanyakan nrgaranya adalah negara
yang masih berkembang, yang masih banyak orang miskin di sana-sini.
Pernah tahu kasus penjualan diri lewat sistus jejaring social (friendster dan facebook)
yang dulu marak diberitakan? Para perempuan tunasusila seperti menjajakan dirinnya lewat
tulisan-tulisan dan foto-foto di situs jejaring sosial tersebut. Cara seperti ini awalnya berasal
dari Amerika, dan baru-baru ini sudah banyak orang Indonesia yang menirunya. Ini adalah
perluasan dari cara lama, yaitu menjual diri di pinggir-pinggir jalan, seperti yang banyak
terlihat. Lalu, apakah menjual diri sendiri termasuk pada human trafficking? Saya punya
pendapat sendiri bahwa kasus menjual diri seperti itu tidak termasuk pada human trafficking.
Karena, setahu saya human trafficking adalah kejahatan dimana di dalamnya terkandung
unsur pemaksaan dan perebutan hak asasi. Pada kasus ini, tidak ada unsur pemaksaan sama
sekali. Ia menjual diri karena ia yang menginginkan, terlepas dari motif yang mendasarinya.
Makanya saya berkesimpulan bahwa menjual diri tidak termasuk human tarafficking.
Lalu bagaimana dengan kasus yang belakangan marak diperbincangakan, yaitu
mengenai penjualan organ tubuh manusia? Apakah hal itu termasuk dalam kasus human
trafficking? saya menjawab: IYA! Alasan saya menjawab iya, karena apa yang saya tahu
bahwa makna human trafficking adalah penjualan manusia untuk dapat menukarnya dengan
uang. Penjualan manusia ini sendiri termasuk pada organ tubuhnya. Dan ternyata, pendapat
saya juga diperkuat oleh protokol PBB. Dalam protocol PBB disebutkan bahwa trafficking
bertujuan untuk eksploitasi. Eksploitasi dapat meliputi, paling tidak, adalah: Pertama,
eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk-bentuk lain dari eksploitasi seksual.
Kedua, kerja atau pelayanan paksa. Ketiga, perbudakan atau praktek-praktek yang serupa
dengan perbudakan. Keempat, penghambaan. Kelima, pengambilan organ-organ tubuh.
Kelima bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh Trafficker tidak semuanya ditampilkan
dalam video kasus yang disuguhkan. Walau begitu, kami, terutama saya, sudah sangat
terenyuh mendapati satu lagi kegilaan manusia. Setiap manusia, siapa pun ia, pria atau
wanita, kaya atau miskin, dan sebagainya, memiliki hak untuk hidup, untuk membela diri.
Tapi sayangnya tidak begitu dengan kenyataan yang ada. Bayangkan jika manusia yang
bersifat bebas dikekang sedemikian rupa, apa yang terjadi? Pemberontakan! Dan bunuh diri
adalah salah satu bentuk pemberontakan mereka. Begitulah, sangat banyak orang yang egois
di dunia ini. Yang hanya mementingkan diri sendiri, kehidupan dunianya, tanpa memikirkan
nasib orang lain.
Kini yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana memberantas human trafficking? apa
yang bisa kita lakukan? Siapa yang bertanggung jawab atas masalah ini? Semoga penegak
hukum mampu, setidaknya mengurangi terjadinya tindak human trafficking meski hingga
kini belum sepenuhnya mampu menghilangkan traffick jam yang kasat mata.

***

Anda mungkin juga menyukai