Metode Penelitian April 2010
Metode Penelitian April 2010
cc
(a) (b)
Sumber : www.googleearth.com
Gambar 3. Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat
dengan laut dengan panjang garis pantai 114,1 Km. 10 kecamatan tersebut adalah
Sindang, dan Sukra. Oleh karena itu, sebagian masyarakatnya telah sejak lama
45
Nelayan yang menggunakan perahu tanpa motor kecil tercatat sebanyak 80 unit,
motor tempel sebanyak 5 628, dan kapal motor sebanyak 320 (Jawa Barat Dalam
Angka, 2009). Daya jangkau motor tempel yang hampir seragam telah
Bulan ini merupakan bulan awal dari kwartal kedua. Mengamati perkembangan
produksi dalam periode kwartalan dari tahun 2004 hingga 2007, biasanya pada
kwartal kedua dan keempat jumlah produksi ikan lebih banyak. Namun pada
tahun 2008, jumlah produksi pada kwartal kedua berada pada posisi terendah.
Data yang diperlukan untuk memenuhi tujuan penelitian harus digali dari
sumber primer. Data statistik yang bersifat ofisial, relatif tidak menangkap secara
melekat pada spesifikasi model ekonometrika yang dijelaskan pada subbab 4.4.2.
yang dipandu dengan kuesioner yang tersaji pada Lampiran 1. Pertanyaan dalam
bagian berikutnya.
Data primer diambil dengan cara survey, yaitu mengambil contoh (sample)
dari populasi. Populasi target dalam penelitian ini adalah nelayan pemilik alat
tangkap legal dan terlarang. Dimana alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
mencakup mini trawl (dogol dan arad), jaring insang lingkar, jaring insang klitik,
jaring insang tiga lapis, bahan peledak dan bahan peracun. Di luar jenis alat
bahwa sumber data sekunder yang memberikan informasi mengenai pemilik alat
tangkap terlarang tampaknya tidak tersedia. Oleh karena itu, jumlah contoh akan
dan nelayan anak buah kapal (ABK). Nelayan pemilik adalah nelayan yang
memiliki asset perikanan seperti kapal dan alat tangkap, sedangkan nelayan ABK
adalah pekerja pada nelayan pemilik. Tidak jarang, nelayan pemilik mencurahkan
waktunya untuk turut menangkap ikan bersama ABK. Oleh karena itu, perlu
dipilih nelayan mana yang dapat memberikan informasi mengenai pilihan mereka
terhadap jenis alat tangkap, dan posisi ini berada pada nelayan pemilik.
47
å
n = ................................ ................................ .................... (4.1)
å
dimana :
n = jumlah contoh nelayan yang akan diambil
N = populasi rumah tangga nelayan di Kabupaten Indramayu
e = batas maksimum kesalahan yang masih diterima
jumlah nelayan contoh yang akan dijadikan responden sebanyak 99.98 nelayan
Nelayan contoh tersebut akan diambil dari tiga desa yang dilaporkan
Indramayu, 100 contoh nelayan yang ditentukan sebelumnya akan diambil dari
tiga desa, yaitu Desa Eretan Kulon, Desa Ilir dan Desa Cangkring. Ketiga desa
tersebut berada pada kecamatan yang berbeda-beda. Bila data populasi nelayan
yang berada di desa tersebut tersedia, maka 100 nelayan contoh tersebut akan
Pengambilan nelayan contoh akan dilakukan secara acak dari tiga desa kerangka
antara pengguna alat tangkap legal dan terlarang, maka akan dipilih nelayan
contoh yang memiliki kesamaan ßear Tonnage (GT) kapal atau perahu.
48
!"#$
nelayan dapat mengambil periode tahunan, bulanan, mingguan hingga trip harian.
usahanya. Ciri usaha ini diperkirakan dapat menimbulkan lemahnya kualitas data
kondisi demikian, rekaman keuntungan usaha nelayan dalam penelitian ini akan
berlakunya mekanisme bagi hasil yang biasa terjadi dalam ekonomi nelayan.
dimana :
ʌ = keuntungan nelayan ke-m pengguna alat tangkap ke-n (ribu rupiah)
TR = penerimaan total nelayan ke-m pengguna alat tangkap ke-n
(ribu rupiah)
TC = biaya total nelayan ke-m pengguna alat tangkap ke-n (ribu rupiah)
´ = persentase bagi hasil antara nelayan pemilik dengan nelayan anak
buah kapal (persen)
m = indeks nelayan, untuk m = 1 hingga 100
n = indeks jenis alat tangkap, untuk n = alat tangkap legal dan terlarang
49
dengan jumlah hasil tangkapan ikan yang dihitung melalui persamaan (4.3) :
dimana :
Pimn = harga ikan jenis ke-i yang dijual oleh nelayan ke-m pengguna alat
tangkap ke-n (ribu rupiah per kilogram)
Qimn = jumlah ikan jenis ke-i yang ditangkap oleh nelayan ke-n
pengguna alat tangkap ke-n (kilogram)
dimana :
tentang Penyelenggaraan dan Retribusi TPI, retribusi dari TPI ditetapkan sebesar
5 persen dari hasil penjualan, TR. Berdasarkan peraturan ini, maka cara
perahu motor tempel. Perawatan perahu dilakukan jika diperlukan saja yaitu
menambal yang bocor dan mengecat. Perawatan jaring dilakukan terutama untuk
menambal bagian yang robek. Penambalan jaring yang robek biasanya dikerjakan
merupakan tugas dari setiap nelayan yang ikut operasi penangkapan. Pekerjaan
dipakai oleh perusahaan adalah metode penyusutan garis lurus (straight line
direkam melalui peubah L. Setelah dilakukan survey, mungkin peubah L ini akan
nelayan.
untuk melihat perbedaan tingkat keuntungan dari dua jenis umum alat tangkap
tersebut. Pengujian tersebut didasarkan pada hasil uji t stastistik seperti disajikan
Y1 Y 2
2 2
>n1 1 .þ1 >n2 1 .þ2 1 1
thitung = 2 ................................ ...... (4.5)
>n1 n2 2 n1 n2
dimana :
ʌ1 = Rata-rata keuntungan nelayan pengguna alat tangkap terlarang
ʌ2 = Rata-rata keuntungan nelayan pengguna alat tangkap legal
S1 = Standar deviasi keuntungan nelayan pengguna alat tangkap
terlarang
S2 = Standar deviasi keuntungan nelayan pengguna alat tangkap legal
n1 = Jumlah contoh (sample) nelayan pengguna alat tangkap terlarang
n2 = Jumlah contoh (sample) nelayan pengguna alat tangkap legal
persen. Kriteria pengujian yang akan digunakan adalah pengujian dua pihak,
yaitu,
Ho atau hipotesa yang diajukan adalah terdapat perbedaan yang nyata antara
dirangking menurut tiga tingkatan : tidak pernah, sering dan sangat sering.
52
Menurut Green (2003), peubah terikat seperti itu merupakan peringkat (ranking),
dan nilai-nilai yang dipilih bukan kuantitatif tetapi hanya sebuah ordering.
terikatnya saja.
teoritis dan empiris. Melalui persamaan (3.7a) dan (3.7b), secara teoritis
kurangnya merespon beberapa peubah, seperti harga ikan, hasil tangkapan atau
produksi, ketersediaan biomassa ikan, biaya per unit penggunaan alat tangkap,
dan biaya per unit tindakan penghindaran terhadap upaya pengawasan, efektivitas
pengembangan model yang dilakukan oleh Sumaila dan Keith (2006), disamping
faktor tersebut, perlu dipertimbangkan faktor moral dan tekanan sosial yang
berpotensi menjadi pertimbangan nelayan dalam memilih alat tangkap legal dan
terlarang, dan mengacu pada pengalaman Kuperan dan Sutinen (1998) serta
diamati dan sebaliknya sulit untuk diamati. Peubah harga ikan, hasil tangkapan
besarnya keuntungan nelayan atas penggunaan alat tangkap legal dan terlarang.
Oleh karena itu, peubah penjelas tersebut dianggap sudah terwakili oleh peubah
Berdasarkan logika ini, upaya pemerintah tersebut dapat diwakili oleh penilaian
(sanksi pidana dan denda) dari aturan tersebut. Kemudian, Pemerintah Kabupaten
Oleh karena itu, peubah yang dapat mewakili upaya tersebut dapat diukur dengan
Peubah yang cukup sulit diamati adalah moral, tekanan sosial dan
legitimasi. Peubah moral dan tekanan sosial menampilkan bentuk peubah yang
rumit untuk diukur secara kuantitatif dan menampilkan ekspresi persepsi atau
opini, oleh karena itu diperlukan peubah yang dapat mewakilinya (proxy). Belajar
dari pengalaman penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peubah moral dapat
diwakili oleh lamanya pendidikan formal yang telah ditempuh nelayan, dan
konseptual, peubah tekanan sosial dapat dijelaskan dengan baik, namun secara
mengacu pada pengalaman Kuperan dan Sutinen (1998) serta Eggert dan Lokina
(2008), mereka menggunakan ukuran peubah legitimasi sebagai jenis data interval
dengan skala empat digit, dimana skor tertinggi menampilkan sangat setuju.
selain dari kegiatan penangkapan ikan. Beban rumahtangga dapat diwakili oleh
menjelaskan frekuensi penggunaan alat tangkap legal dan terlarang. Secara visual,
+ - +/- +
- -
- +
KBATL FREK* KBATT
- -
-
MP HKM FPAT
55
dimana :
FREK* = Frekuensi nelayan untuk menggunakan alat tangkap terlarang
(0 = tidak pernah, 1 = sering, dan 2 = sangat sering)
KBATL = Keuntungan bersih nelayan pengguna alat tangkap legal
(rupiah)
KBATT = Keuntungan bersih nelayan pengguna alat tangkap terlarang
(rupiah)
PI = Pendapatan istri nelayan (rupiah)
PNJ = Pinjaman rumahtangga nelayan (rupiah)
JAK = Jumlah anggota keluarga (orang)
POF = Pendapatan nelayan diluar penangkapan ikan (rupiah)
MP = Manfaat peraturan alat tangkap (1 = tidak layak, 2 = kurang
layak, 3 = layak, 4 = sangat layak)
HKM = Sanksi pidana dan denda atas penggunaan alat tangkap
terlarang (1 = tidak layak, 2 = kurang layak, 3 = layak, 4 =
sangat layak)
FPAT = Patroli atau kegiatan pengawasan terhadap alat tangkap
terlarang (1 = tidak pernah, 2 = jarang, 3 = sering, 4 = sangat
sering)
PDK = Lamanya pendidikan formal nelayan (tahun)
PGL = Pengalaman kerja sebagai nelayan (tahun)
|j = Parameter ke-', untuk ' = 0 hingga 12
i = Indeks nelayan yang diamati
tingkat kepatuhan nelayan terhadap regulasi alat tangkap. Namun, seperti akan
kualitatif. Nilai FREK* = 0 diberikan kepada nelayan yang dalam satu tahun
penuh tidak pernah menggunakan jenis alat tangkap terlarang. Nilai FREK* = 1
diberikan kepada nelayan yang mana dalam satu tahun menggunakan alat tangkap
kepada nelayan yang yang menggunakan jenis alat tangkap terlarang selama 11
Peubah PI, PNJ, JAK dan POF merupakan operasionalisasi dari faktor lingkungan
ekonomi nelayan, dan peubah MP, HKM dan FPAT merupakan operasionalisasi
dari faktor pengawasan dan penegakan aturan. Penjelasan dibalik hipotesa pada
KBATL, PI, POF, MP, HKM, FPAT dan PDK. Tingginya keuntungan bersih
yang diperoleh alat tangkap legal akan memberikan insentif ekonomi bagi nelayan
mengurangi atau tidak menggunakan sama sekali alat tangkap terlarang. Peubah
57
bahwa ketika dalam rumahtangga nelayan terdapat alternatif pendapatan lain, baik
yang dihasilkan oleh istri nelayan dan pekerjaan nelayan pada usaha diluar
penangkapan ikan, maka nelayan cenderung tidak akan menggunakan alat tangkap
memperoleh pendapatan yang lebih besar. Asumsi ini melekat juga pada hipotesa
terkait pengaruh peubah PNJ dan JAK. Peubah MP, HKM dan FPAT adalah
peubah penjelas yang mewakili kegiatan pengawasan dan penegakan aturan alat
tangkap. Peubah yang mewakili pengawasan dan penegakan aturan alat tangkap
(MP, HKM dan FPAT) diduga berpengaruh negatif terhadap FREK*. Apabila
manfaat bagi mereka, maka hal ini akan memberikan insentif bagi nelayan untuk
Apabila nelayan menilai bahwa sanksi pidana dan denda yang diberikan kepada
pengguna alat tangkap terlarang tersebut layak, maka hal ini akan memberikan
yang harus dihabiskan dalam tahanan, dan lebih dari itu mereka harus
FREK* adalah KBATT, PNJ dan JAK. Tingginya keuntungan bersih yang
diperoleh dari alat tangkap terlarang akan memberikan insentif ekonomi bagi
cara menambah frekuensi penggunaan alat tangkap terlarang. Peubah PNJ dan
JAK diduga berpengaruh positif terhadap FREK*. Dalam pengertian bahwa ketika
rumahtangga nelayan memiliki beban ekonomi yang cukup besar, maka mereka
akan memilih alat tangkap terlarang yang diasumsikan dapat memberikan hasil
tangkapan yang lebih besar dibandingkan alat tangkap legal. Asumsi ini muncul
dari sifat teknis alat tangkap terlarang yang memiliki kemampuan untuk
menghasilkan by catch (hasil tangkapan diluar target) yang cukup besar. PNJ dan
JAK memberikan insentif bagi nelayan untuk memperoleh pendapatan kas dengan
termasuk kategori peubah pilihan multinomial yang berurut atau ordered data.
59
Karena itu, model ordered probit dan ordered logit menjadi alternatif untuk
probit dan logit. Sedikit perbedaannya adalah, dalam model probit dan logit
peubah terikatnya memiliki sifat dikotomi atau biner, misalnya keputusan ³ya´
atau ³tidak´, sedangkan dalam ordered probit dan logit, peubah terikatnya
dispesifikasi pada persamaan (4.6). Perbedaan antara probit dan logit terlihat dari
perlakuannya terhadap distribusi error term. Dalam model probit error termnya
diestimasi berada pada interval 0 dan 1. Oleh karena itu, menurut Thomas (1997),
model logit dipandang lebih realistik dibanding probit, dan Green (2009)
mengenai prosedur estimasi model ordered logit disajikan pada subbab prosedur
$$$
Bagian ini menyajikan penjelasan prosedur untuk mengestimasi
penjelas yang tersaji pada persamaan (4.6). Peubah FREK* tidak dapat diamati
60
secara langsung (unobservable), sehingga mengacu pada Green (2003) yang perlu
Term â adalah parameter yang belum diketahui dan harus diestimasi dengan
f
Prob (FREKi = 0|8i) = ................................ ........... (4.9a)
f | f
f f
Prob (FREKi = 1|8i) =
f |
f | f
........... (4.9b)
Prob (FREKi = 2|8i) = 1 ................................ .. (4.9c)
|Ë
dan besaran parameter model tidak dapat diinterpretasikan secara langsung dari
hasil estimasi model ordered logit. Tanda dan besaran parameter dugaan digali
dari efek marjinal (marginal effect). Efek marjinal sembilan peubah, 8, terhadap
sering menggunakan alat tangkap terlarang tidak sama dengan parameter dugaan
RProb(FREK = 0|8i)/R8i = ........................... (4.10a)
Ë
Ë
RProb(FREK = 1|8i)/R8i =
Ë
Ë
RProb(FREK = 2|8i)/R8i = ............................. (4.10c)
Ë
analisa terhadap tujuan kedua dan ketiga rencana penelitian ini. Program
ditunjukkan oleh f(y|ë). Fungsi ini mengidentifikasi proses penghasilan data (data
generating process) yang mendasari sampel data yang diamati, dan pada saat yang
'oint density) dari proses ini adalah perkalian dari kepadatan individual seperti
f(y1, «, yn|ë) =
= L(ë|y)................................ ............... (4.12)
Gabungan kepadatan adalah fungsi likelihood yang diartikan sebagai fungsi dari
fungsi dari data yang dikondisikan oleh parameter. Oleh karena itu, fungsi
likelihood ditulis secara terbalik sebagai fungsi dari parameter yang dikondisikan
oleh data. Meskipun fungsinya sama, akan tetapi harus ditekankan bahwa fungsi
likelihood ditulis untuk menegaskan daya tarik parameter dan informasi dalam
ln L(ë |y) = ¿
f(yi |ë) ................................ ................................ .. (4.13)
ln L(ë |y, 8) = ¿
f(yi|xi, ë)
= -1/2 ¿
+ (yi - xi')2/ 2] ................... (4.14)
( $
nelayan yang telah valid. Kriteria validitas tersebut didasarkan pada aspek
ekonomi, statistik dan ekonometrik. Model yang valid adalah model dimana tanda
dan ekonometrik.
marjinal tidak memberikan makna secara ekonomi. Proses ini dapat mengurangi
kesalahan secara statistik dan ekonometrika. Kemudian setelah tahap ini dicapai,
pertama dilakukan untuk memvalidasi data yang bersifat interval, dan pengujian
63
menggunakan data skala interval dan sebagian menggunakan data skala rasio.
Pada persamaan (4.4.), peubah yang menggunakan data skala interval adalah
peubah MP, HKM, FPAT. Data skala interval ini digunakan oleh Kuperan dan
Sutinen (1998), Eggert dan Lokina (2008), serta Lee dan Kang (2009).
untuk mengestimasi model ordered probit, sedangkan Lee dan Kang (2009)
kualitas data sebelum digunakan untuk menguji hipotesa. Oleh karena itu, untuk
menguji validitas data, penelitian ini akan menggunakan teknik korelasi product
moment.
terdapat tiga pendekatan untuk menguji hipotesa dari model ekonometrika yang
diestimasi dengan metode maximum likelihood, yaitu : likelihood ratio test, wald
konseptual.
Pertama, likelihood ratio test. Diketahui bahwa ë adalah vektor parameter yang
pada persamaan (4.15). Fungsi tersebut harus berada antara 0 dan 1. Kedua
likelihood positif, dan tidak dapat lebih besar dari . Apabila V kecil, maka
Kedua, `ald test. Kekurangan praktis dari likelihood ratio test biasanya
adalah memerlukan pendugaan kedua macam restriksi dan vektor parameter yang
tidak direstriksi. Dalam model yang komplek, satu atau penduga lainnya akan
sulit dihitung, namun terdapat dua alternatif prosedur pengujian, yaitu Wald dan
Lagrange Multiplier test. Kedua pengujian tersebut berbasis pada penduga yang
dugaan yang diperoleh tanpa restriksi, dan hipotesa yang direstriksi adalah :
H0 :c(ë) = q
Sebaliknya, apabila hipotesanya keliru, maka c(ë) ± q harus melampaui nol. Alat
untuk memformalisasikan gagasan ini adalah `ald test. Pengujian ini analog
dengan chi-square statistic, dimana jika c(ë) ± q adalah berdistribusi normal, maka
nilai Wald yang besar akan mengarah pada penolakan hipotesis. Wald dihitung
Ketiga, Lagrange Multiplier test. Pengujian ini mengacu pada model yang
lagrangenya adalah :
nilai dari fungsi likelihood. V akan bernilai kecil, dan oleh karena itu dapat diuji
secara langsung. Dimana H0:V = 0, yang mengarah pada lagrange multiplier test.
66
È# $$5
È# $5
Sebuah mesin dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari 2000 dengan harga
perolehan Rp 150.000.000,00. Masa manfaat mesin tersebut adalah 4 tahun (tarif
penyusutannya 50%). Maka perhitungan penyusutannya adalah sbb :
%
# $& )
1
mengalihkan nilai sisa bukunya tidak dapat diakui sebagai biaya, dan
bagi penerimanya merupakan penghasilan.
@ @
@
@
Ê
ÊÊÊÊ Ê
Ê
ÊÊ
ÊÊÊ
ÊÊ
Ê
¹
@ @
@ Ê
Ê
ÊÊÊÊÊÊÊ ÊÊÊÊ ÊÊ
Ê Ê! ÊÊ Ê
ÊÊ
"#$ÊÊ%
Ê! Ê
Ê
ÊÊ Ê&ÊÊ
Ê$ÊÊÊ Ê Ê
Ê Ê& ÊÊ Ê
'ÊÊ
ÊÊ(Ê)Ê"$ÊÊ Ê
Ê' *
Ê ÊÊ Ê
Ê( Ê $ÊÊÊ Ê
Ê+
ÊÊÊÊÊ Ê,Ê
'Ê
' Ê Ê
Ê $ÊÊÊ
Ê
ÊÊÊÊÊÊÊ ÊÊÊ
ÊÊÊÊÊÊÊÊÊÊÊ
Ê"#ÊÊ"Ê+Ê&Ê+Ê-Ê
Ê". Ê
Ê
ÊÊÊÊÊÊÊ ÊÊÊ
ÊÊÊÊÊÊÊÊÊÊÊ
Ê"#ÊÊ"Ê+Ê&Ê+ÊÊ
Ê"# Ê
Ê
ÊÊÊÊÊÊÊ ÊÊ,Ê
ÊÊÊÊÊÊÊÊÊÊÊ
Ê"#ÊÊ"Ê+Ê&Ê+ÊÊ
Ê" #
In common speech, depreciation is the reduction in the cost of an asset used for
business purposes during certain amount of time due to usage, passage of time,
wear and tear, technological outdating or obsolescence, depletion, inadequacy, rot,
rust, decay or other such factors.
The use of depreciation affects the financial statements and in some countries the
taxes of companies and individuals. The recording of depreciation will cause an
expense to be recognized, thereby lowering stated profits on the income
statement, while the net value of the asset (the portion of the historical cost of the
asset that remains to provide future value to the company) will decline on the
balance sheet. Depreciation reported for accounting and tax purposes may differ
substantially.
70
þalvage value is the estimated value of an asset at the end of its useful life. In
accounting, the salvage value of an asset is its remaining value after depreciation.
This is also known as residual value or scrap value. It is the net cash inflow that
occurs when the asset is liquefied at the end of its life. Salvage value can be
negative if the residual asset requires special treatment to terminate²for example,
used nuclear materials or CRT's containing lead.
Ê
Ê
%$#,#5
71
This table illustrates the straight-line method of depreciation. Book value at the
beginning of the first year of depreciation is the original cost of the asset. At any
time book value equals original cost minus accumulated depreciation.
If the vehicle were to be sold and the sales price exceeded the depreciated value
(net book value) then the excess would be considered a gain and subject to
depreciation recapture. In addition, this gain above the depreciated value would be
recognized as ordinary income by the tax office. If the sales price is ever less than
the book value, the resulting capital loss is tax deductible. If the sale price were
ever more than the original book value, then the gain above the original book
value is recognized as a capital gain.
menjadi perkiraan terbaik dari nilai akhir atau dapat ditentukan oleh badan
pengawas seperti IRS.
Within the tax system, when a person donates a car he or she receives a tax
deduction. The value of this deduction depends on the salvage value of the car.
This salvage value is determined to be the current fair market value that could be
obtained had the car been sold on that day rather than donated.
'Ê
Ê
Ê
Ê
Ê
Jump to: navigation, search
:
is one of the constituents of a leasing calculus or operation. It
describes the future value of a good in terms of percentage of depreciation of its
initial value.
Example: A car is sold at a list price of $20,000 today. After a usage of 36 months
and 50,000 miles its value is contractually defined as 50%or $10,000. The
credited amount, on which the interest is applied, thus is $20,000 present value
minus $10,000 future value.
Residual values are contractually dealt with either in terms of closed contracts or
open contracts.
The residual value derives its calculation from a base price, calculated after
depreciation.
The formula to calculate the residual value can be seen with the next example:
A company owns a machine which was bought for 20,000¼. This machine has a
useful life of 5 years which has just ended. The company knows that if its sells the
machine now it will be able to recover 10% of the price of acquisition.
Sebuah perusahaan memiliki mesin yang dibeli untuk 20.000 ¼. Mesin ini
memiliki masa manfaat 5 tahun yang baru saja berakhir. Perusahaan tahu bahwa
jika perusahaan menjual mesin sekarang akan dapat memulihkan 10% dari harga
perolehan.