KabarIndonesia - Kasus ledakan tabung gas yang marak terjadi
belakangan ini membuat Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto merasa prihatin. Agar ke depan kasus tersebut tidak terulang kembali, setidaknya Pemprov DKI akan melakukan langkah antisipasi. Salah satunya dengan memerintahkan para lurah untuk melakukan penyuluhan atau sosialisasi tentang cara penggunaan gas yang tepat dan mengetahui indikasi tabung yang rusak sebelum terjadi ledakan. Selain itu, juga akan meminta pada PT. Pertamina sebagai badan usaha milik negara (BUMN) yang bertanggung jawab atas konversi gas agar lebih hati-hati dalam memilih mitra perusahaan produsen gas.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto, menjelaskan, untuk mencegah
semakin banyaknya jumlah ledakan tabung gas di Jakarta diusulkan tiga langkah antisipasi. Yaitu, dari sisi masyarakat pengguna tabung gas, diharapkan agar paham dan mengetahui cara pemakaian tabung gas dengan benar dan tepat. Pengguna gas juga harus mengetahui indikasi-indikasi apabila tabung gas tersebut ada gangguan, sehingga segera tidak menggunakannya untuk menghindari ledakan tabung.
"Jadi warga harus benar-benar paham mengenai pemakaian,
pemeliharaan, dan indikasi gangguan bila tabung gas tersebut rusak," kata Prijanto di Balaikota DKI, Kamis (27/5). Selanjutnya, Pemprov DKI akan memerintahkan para lurah untuk melakukan penyuluhan mengenai cara pemakaian, pemeliharaan dan pengetahuan indikasi tabung gas rusak atau tidak. Sehingga warga yang menggunakan tabung gas mendapatkan pemahaman yang cukup terhadap cara pemakaian dan indikasi gangguan tabung.
Setidaknya, lurah diminta mengumpulkan seluruh ketua Rukun
Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) untuk memberikan sosialisasi mengenai tabung gas. Selanjutnya, ketua RT dan RW memberikan sosialisasi kepada warga di lingkungannya.
"Jika warga sudah paham betul mengenai pemakaian dan
pemeliharaan gas, mereka bisa semakin berhati-hati menggunakan tabung gas sehingga ledakan bisa dicegah," tegasnya.
Langkah selanjutnya, dilihat dari sisi Pertamina sebagai BUMN yang
mengatur kebijakan konversi gas dan pengawas distribusi gas ke warga di seluruh Indonesia, termasuk Jakarta. Prijanto meminta Pertamina lebih selektif memilih mitra pengusaha produsen gas. Produsen gas yang dipilih haruslah perusahaan yang mematuhi standar yang ditentukan dalam memproduksi gas ke dalam tabung. Jika tidak akan membahayakan warga.
Sekretaris Eksekutif Himpunan Masyarakat Konsumen Gas
Indonesia (Himkogasi), Bahrowi, mengatakan, kebijakan konversi gas yang dilakukan selama ini tidak diiringi dengan pengawasan yang baik. Sehingga di lapangan banyak ditemukan tabung gas ukuran 3 kilogram yang masih memiliki kelemahan. Tentunya kelemahan ini bisa dilihat dari pemberian kuota produksi tabung gas pada pabrik tidak selektif dalam penunjukannya. Kemudian tabung gas yang diproduksi dan dipasarkan ke warga tidak melewati tahap quality control atau pengawasan kualitas oleh Pertamina, sehingga banyak yang rusak. Sehingga, ketika terjadi banyak ledakan tabung gas di DKI maka pihak yang harus bertanggung jawab, menurutnya, adalah Pertamina. Karena BUMN ini merupakan sumber relugasi konversi gas. Karena itu, Bahrowi menegaskan sudah sepatutnya Pemprov DKI menuntut secara pro aktif kepada aparat keamanan, Pertamina dan instansi terkait di pemerintahan pusat, untuk segera mengevaluasi pelaksanaan regulasi tersebut.
"Evaluasi antara lain soal kepastian jumlah produsen gas resmi
Pertamina dan hasil produksinya. Sebab, saat ini sudah banyak produsen tabung gas palsu atau tabung gas oplosan yang memproduksi tabung berisi air dan gas. "Itu yang sering mengakibatkan kecelakaan," terangnya.
Pemprov DKI juga perlu melibatkan elemen masyarakat seperti
Himkogasi untuk mendesak Pertamina agar memeriksa dan menarik seluruh tabung gas 3 kilogram di wilayah DKI Jakarta. Hal itu dilakukan untuk mengetahui secara pasti kondisi tabung gas yang baik atau bermasalah. Dengan begitu, peristiwa ledakan dapat dihindari. (*)