Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH IKLAN TELEVISI*

Oleh S. Bekti Istiyanto, S.Sos**

Pendahuluan
Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang luar
biasa. Hanya dalam beberapa tahun muncul lima stasiun swasta RCTI, SCTV, TPI, AN
TV, dan INDOSIAR. Ke lima stasiun swasta ini saling bersaing membuat sajian
informasi, hiburan dan pendidikan. Tentu saja perkembangan seperti itu tidak dapat
dilepaskan dari dukungan dana yang besar. Dan sumber terbesar untuk mendapatkan dana
ini, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan. Apalagi dengan munculnya televisi swasta,
dipastikan jumlah iklan yang beredar akan sangat besar karena memang dibutuhkan oleh
pengelola media massa, seperti televisi. Akibatnya, televisi ibarat pasar bebas hasil
produk yang ditawarkan langsung kepada masyarakat.

Permasalahan
Tentu saja iklan di televisi ini akan dipastikan mempunyai dampak yang besar
buat masyarakat. Hotman Siahaan mengatakan bahwa iklan mempunyai dampak yang
besar terhadap pola pemikiran dan pola konsumsi masyarakat, bahkan bisa menjadi
racun bagi masyarakatnya (Citra, 12/5/1996). Apalagi dalam waktu dekat ini akan
muncul dan beroperasi lima stasiun televisi baru, bisa dibayangkan seperti apa wajah
Indonesia ke depan.
Dunia kita sekarang ini adalah dunia iklan. Betapa tidak, dari kita bangun tidur
sampai menjelang tidur lagi informasi hasil produk atau informasi dalam bentuk iklan
telah demikian merasuk pemikiran kita. Dengan ditambah media massa yang semakin
canggih, maka dapat dibayangkan penikmat media massa alias konsumen komunikasi
akan terus dijejali memorinya dengan berbagai jenis iklan yang ditayangkan/disiarkan.
Periklanan secara definisi dapat dimengerti dari Philip Kotler dalam Manajemen
Pemasaran berarti sebagai bentuk penyajian tidak personel dan promosi ide, barang atau
jasa oleh seorang sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Pihak yang
mengeluarkan uang tersebut tidak hanya perusahaan bisnis tapi bisa juga musium,
profesional, dan organisasi sosial yang mengiklankan tujuan-tujuan mereka pada berbagai
masyarakat yang dituju (1995:740). Artinya, setiap orang atau lembaga baik produksi
atau jasa yang ingin hasil produknya diketahui masyarakat membutuhkan iklan sebagai
sumber informasi. Di sinilah berlaku hukum simbiosis mutualisme antara pihak
masyarakat sebagai konsumen yang menginginkan informasi terbaru dan dibutuhkannya
dengan pihak produsen sebagai penghasil produk tersebut.
Di sinilah muncul bahayanya bila setiap konsumen tidak mewaspadai barang apa
saja yang mestinya benar-benar mereka butuhkan, tidak seperti orang jaman sekarang
yang terpenting punya dan banyak tanpa tahu benar apakah barang tersebut memang
mereka butuhkan atau tidak. Bisa jadi karena terpaan informasi iklan yang semakin
gencar dan terus menerus mereka semakin konsumtif membelanjakan uangnya hanya
demi gengsi dan status tanpa tahu kegunaan yang semestinya.
Untuk kebanyakan masyarakat tradisional Indonesia yang juga lebih banyak
tinggal di daerah pedesaan, bisa berdampak secara negatif atas informasi melalui iklan
ini. Mereka akan menuntut dan membebani diri mereka sendiri untuk memenuhi dan
menggunakan hasil informasi produk iklan yang mereka terima tanpa melihat
kemampuan yang semestinya. Mereka berbondong-bondong ke kota hanya
menghabiskan persediaan uangnya karena kepuasan membeli barang yang sesuai iklan
televisi dan kemudian memamerkan ke tetangga dan masyarakat mereka dan akhirnya
mereka akan kebingungan karena anggran rumah tangganya yang defisit dan tidak
jelasnya kegunaan barang yang mereka punyai tadi.
Maka filter yang utama yang akan mampu membentengi masyarakat agar kebal
dan tidak setiap informasi yang masuk mereka telan, adalah dengan pemberdayaan
masyarakat, terutama dari faktor pendidikan. Mereka harus dibekali kesadaran betapa
pentingnya kebutuhan utama itu mesti dipenuhi dulu, termasuk pendidikan keluarga,
setelah itu baru kebutuhan sekunder. Sehingga dengan itu, ada tawaran alternatif nilai-
nilai yang akan dijadikan sandaran keputusan. Artinya, masyarakat harus didewasakan
dan mampu berpikir secara jernih dalam memuaskan seleranya adalah sesuai keperluan
yang pokok tidak asal-asalan saja.
Penutup
Iklan bagaimanapun juga tetap kita perlukan. Dan kita tahu bahwa setiap
informasi menggunakan media massa televisi akan lebih mengena karena faktor
teknologi dan keunggulan media televisi dalam menyampaikan setiap bentuk informasi
ke tengah masyarakat bahkan bisa secara langsung. Tapi bila tidak digunakan
sebagaimana mestinya artinya sesuai dengan kebutuhan utama/pokok justru akan menjadi
bumerang dan racun buat masyarakat itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai