PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU KONVERSI HUTAN ALAM PRIMER
DAN LAHAN GAMBUT
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Dalam rangka menyeimbangkan dan menselaraskan pembangunan
ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan serta upaya penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang dilakukan melalui penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, dengan ini menginstruksikan:
Kepada : 1. Menteri Kehutanan;
2. Menteri Dalam Negeri; 3. Kepala Badan Pertanahan Nasional; 4. Gubernur; 5. Bupati/Walikota;
Untuk:
PERTAMA : Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai
tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing untuk melakukan penundaan pemberian izin baru yang berdampak terhadap konversi hutan alam primer dan lahan gambut yang berada di Hutan Konservasi, Hutan Lindung, Hutan Produksi (Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Biasa, Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi) dan Area Penggunaan Lain. KEDUA : Penundaan pemberian izin baru sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA, tidak berlaku bagi: a. perpanjangan izin penggunaan kawasan hutan yang telah ada sepanjang izin di bidang usahanya masih berlaku; -2 -
b. Pemohon yang telah mendapatkan persetujuan
prinsip pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan; dan c. pelaksanaan pembangunan nasional yang bersifat vital, yaitu: geothermal, minyak dan gas bumi, ketenagalistrikan, lahan untuk padi dan tebu.
KETIGA : Menteri Kehutanan:
a. menetapkan peta indikatif dan tabel hutan alam primer dan lahan gambut melalui koordinasi dengan dengan Kementerian/Lembaga terkait selambat- lambatnya 1 (satu) bulan setelah Instruksi Presiden ini dikeluarkan; b. memperbaharui peta indikatif dan tabel hutan alam primer dan lahan gambut sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan; dan c. melakukan penundaan terhadap penerbitan izin baru yang berdampak terhadap konversi hutan alam primer dan lahan gambut yang berada di Hutan Konservasi, Hutan Lindung, Hutan Produksi (Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Biasa, Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi) berdasarkan peta indikatif dan tabel sebagaimana dimaksud pada huruf a.
KEEMPAT : Kepala Badan Pertanahan Nasional melakukan
penundaan terhadap penerbitan izin baru hak guna usaha pada Area Penggunaan Lain yang berpenutupan hutan alam primer dan lahan gambut berdasarkan peta indikatif dan tabel sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA. -3 -
KELIMA : Para Gubernur melakukan penundaan penerbitan
rekomendasi/pencadangan izin baru yang berdampak terhadap konversi hutan alam primer dan lahan gambut yang berada di Hutan Konservasi, Hutan Lindung, Hutan Produksi (Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Biasa, Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi) dan Area Penggunaan Lain berdasarkan peta indikatif dan tabel sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA.
KEENAM : Para Bupati/Walikota melakukan penundaan penerbitan
izin lokasi dan izin usaha baru yang berdampak terhadap konversi hutan alam primer dan lahan gambut yang berada di Hutan Konservasi, Hutan Lindung, Hutan Produksi (Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Biasa, Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi) dan Area Penggunaan Lain berdasarkan peta indikatif dan tabel sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA.
KETUJUH : Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap Gubernur dan Bupati/Walikota dalam pelaksanaan Instruksi Presiden ini.
KEDELAPAN : Penundaan pemberian izin baru, hak guna usaha,
rekomendasi/pencadangan pemberian izin baru, dan pemberian izin lokasi dan izin usaha baru sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA, Diktum KEEMPAT, Diktum KELIMA, dan Diktum KEENAM dilakukan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak Instruksi Presiden ini dikeluarkan -4 -
KESEMBILAN : Pelaksanaan Instruksi Presiden ini dilaporkan oleh
Menteri Kehutanan kepada Presiden setiap 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu diperlukan berdasarkan laporan pelaksanaan dari Kepala Badan Pertanahan Nasional, Gubernur, dan Bupati/Walikota.
KESEPULUH : Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh
tanggung jawab.
Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal
dikeluarkan.
Dikeluarkan di Jakarta pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,