Anda di halaman 1dari 3

UNIT LAYANAN PENGADAAN

Pengaturan pengadaan barang dan jasa diatur dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 dan
Perpres No. 8 Tahun 2006. Dalam pengelolaan pengadaan dikenal istilah Panitia
pengadaan, Unit Layanan Pengadaan dan Pejabat Pengadaan.

Panitia Pengadaan adalah bentuk organisasi pengadaan yang utama dalam Keppres No.
80 Tahun 2003 karena untuk semua pengadaan wajib dibentuk panitia pengadaan.
Sedangkan untuk Unit Layanan Pengadaan, dapat dibentuk oleh Pengguna Anggaran,
Gubernur, Bupati, Walikota, dll untuk melaksanakan semua pengadaan di instansinya.
ULP berkedudukan di kantor pusat Kementerian/Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian/Sekretariat Lembaga Tinggi Negara/Komisi/Tentara Nasional
Indonesia/Kepolisian/BHMN/BUMN/Provinsi/Kabupaten/Kota/BUMD.

Tujuan pembentukan ULP adalah:


1. Untuk membuat proses pengadaan barang/jasa pemerintah menjadi lebih terpadu,
efektif, dan efisien.
2. Meningkatkan efektifitas tugas dan fungsi Eselon I Teknis/Satminkal/Satuan
Kerja Perangkat Daerah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi.
3. Menjamin persamaan kesempatan, akses, dan hak bagi penyedia barang/jasa agar
tercipta persaingan usaha yang sehat.
4. Menjamin proses pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilakukan oleh aparatur
yang professional

Oleh karena itu, semua pihak perlu mendorong pembentukan Unit Layanan Pengadaan,
terutama menghadapi kendala terbatasnya personel yang diyakini memahami pengadaan.

Sebagaimana diketahui, pengelola memiliki tugas:

1. menyusun jadual dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan;


2. menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri (HPS);
3. menyiapkan dokumen pengadaan;
4. mengumumkan pengadaan barang/jasa melalui media cetak dan papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan jika memungkinkan melalui
media elektronik;
5. menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi;
6. melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;
7. mengusulkan calon pemenang;
8. membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada pengguna
barang/jasa.

Berdasarkan Keppres 80 Tahun 2003, seseorang dapat diangkat sebagai pengelola


pengadaan apabila ybs:

1. memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan


tugas;
2. memahami keseluruhan pekerjaan yang akan diadakan;
3. memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas panitia/pejabat pengadaan
yang bersangkutan;
4. memahami isi dokumen pengadaan/ metoda dan prosedur pengadaan;

Dengan tugas-tugas dan tuntutan seperti di atas, diperkenalkan sistem sertifikasi untuk
pengelola pengadaan yang ditujukan untuk mengukur kompetensi dalam bidang
pengadaan barang/jasa pemerintah.

Dengan mengacu kepada kerangka SKKNI (BNSP), unit-unit kompetensi yang


dikembangkan meliputi 19 (sembilan belas) unit kompetensi, yaitu:

1. Melakukan pengadaan sederhana;


2. Menata asset;
3. Mengadakan barang dan jasa;
4. Menentukan kebutuhan barang dan jasa;
5. Menyusun permintaan penawaran;
6. Menerima dan memilih penawaran;
7. Menatausahakan kontrak;
8. Mengelola resiko kontrak
9. Menentukan pengaturan pengelolaan kontrak;
10. Mengelola pencapaian kinerja kontrak;
11. Menyelesaikan kontrak;
12. Memimpin pengelola kontrak;
13. Melepaskan aset strategis;
14. Merencanakan pengadaan barang/aset yang strategis;
15. Mengatur pengadaan barang/aset yang strategis;
16. Menegosiasi pengadaan barang/aset yang strategis;
17. Menentukan arah kebijakan pengadaan barang/aset yang strategis;
18. Menentukan konteks pengadaan;
19. Mengevaluasi dan memperbaiki kinerja pengadaan.

Apabila dicermati tugas-tugas pengelola pengadaan di atas serta arah kebijakan


pengembangan SDM pengadaan, maka sertifikasi yang saat ini dilaksanakan di bawah
koordinasi Bappenas barulah tahap awal untuk masuk ke dalam SKKNI yang diatur oleh
BNSP

Anda mungkin juga menyukai