Dapus 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR-FAKTOR RISIKO EPILEPSI PADA ANAK

DI BAWAH USIA 6 TAHUN


( Risk Factors of Epilepsy on Children Below 6 Years Age )
Tesis
http://eprints.undip.ac.id/18016/1/Tri_Budi_Raharjo.pdf

Fenobarbital sebagai obat antidepresi


http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/319865255.pdf

Epilepsi Dapat Disembuhkan


7 October 2010 | Artikel | 1 Comment

“ Budi, kita main bola lagi yuk ?! “

Slogan iklan ini mungkin tak asing bagi anda. Menceritakan kehidupan seorang anak penderita
epilepsy yang tetap dapat hidup normal bersama teman-temannya –bahkan ikut bermain bola-
walaupun ia divonis dokter sebagai penderita epilepsy.

Penderita epilepsy memang cenderung mempunyai stigma sosial kurang baik di mata
masyarakat. Mitos yang menyebutkan bahwa penyakit ini dapat ditularkan lewat buih atau busa
air liur yang keluar sewaktu penyakit ini kambuh, membuat orang cenderung menjauh. Padahal,
mitos tersebut jauh dari kebenaran.

Epilepsi dapat terjadi di semua tingkatan umur. Bayi, anak-anak hingga orang dewasapun bisa
mengalaminya. Deteksi serta perawatan yang lebih dini bagi penyandang epilepsi, terutama
sejak balita , sangat efektif menyembuhkannya dari penyakit epilepsi secara total. Karena makin
lama epilepsi tidak diobati, maka sel-sel otak yang mengalami kerusakan akan semakin banyak.
Orangtua perlu mewaspadai gerakan-gerakan yang dilakukan oleh balita sejak lahir. Apabila
buah hati kita sering melakukan gerakan-gerakan yang aneh tanpa sebab dan berulang-ulang
maka segera hubungi dokter untuk menanyakannya.

EPILEPSI

Pada tahun 2000, diperkirakan penyandang epilepsi di seluruh dunia berjumlah 50 juta orang, 37
juta orang di antaranya adalah epilepsi primer, dan 80% tinggal di negara

berkembang. Laporan WHO (2001) memperkirakan bahwa rata-rata terdapat 8,2 orang
penyandang epilepsi aktif di antara 1000 orang penduduk, dengan angka insidensi 50 per

100.000 penduduk. Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara
berkembang

Epilepsi atau lebih dikenal dengan penyakit ayan adalah merupakan satu manifestasi dari
lepasnya muatan listrik yang berlebihan dan mendadak dari sekumpulan sel-sel otak atau dari
seluruh otak, sehingga penerimaan serta pengiriman impuls dalam atau dari luar otak ke bagian-
bagian lain dalam tubuh terganggu. Andaikata otak kita anggap sebagai pusat computer yang
secara elektronik mengendalikan seluruh aktivitas badan kita, lepasnya muatan listrik secara
tidak terprogram ini mengakibatkan kejang-kejang yang bisa dimulai dari lengan atau tungkai
kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Epilepsy bukan termasuk penyakit menular, bukan penyakit jiwa, bukan penyakit yang
disebabkan ilmu klenik dan bukan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Walaupun penyebab
epilepsy pada bayi masih sulit untuk dirumuskan para dokter atau lazim disebut idiopatik, namun
terdapat beberapa factor yang diduga sebagai penyebabnya, antara lain yaitu : faktor
genetik/turunan (meski relatif kecil antara 5-10 persen), kelainan pada menjelang hingga sesudah
persalinan, cedera kepala, radang selaput otak, tumor otak, kelainan pembuluh darah otak,
adanya genangan darah/nanah di otak . Selain itu, setiap penyakit atau kelainan yang
mengganggu fungsi otak dapat pula menyebabkan kejang. Bisa akibat trauma lahir, trauma
kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, hipoksia (kekurangan oksigen dalam
jaringan), gangguan elektrolit, gangguan metabolisme, gangguan peredaran darah, keracunan
obat atau zat kimia, alergi dan cacat bawaan.

Epilepsi terdiri dari beberapa jenis, yaitu epilepsi tonik-klonik / mayor, epilepsi absans/ petit mal,
epilepsi mioklonik, epilepsi atonik, epilepsi parsial sederhana, epilepsi parsial komplek.

Epilepsi tonik-klonik atau mayor adalah tipe epilepsi yang cukup sering ditemui . Biasanya pada
beberapa penderita akan merasakan adanya gejala peringatan sebelum datangnya kejang, yang
disebut dengan aura, seperti berteriak , perasaan tidak enak, sesuatu yang menjalar dari dalam
tubuh, dan sebagainya. Kemudian penderita akan kehilangan kesadarannya secara mendadak
sehingga ia terjatuh dan dapat mengalami luka-luka, lalu mulai timbul kejang kaku dan diikuti
kejang klonik ( rangkaian kontraksi dan relaksasi otot diluar kesadaran/ involunter serta
bergantian secara cepat.) , nafas berhenti, lidah tergigit kadang-kadang sampai mengeluarkan
darah, dan jika kejang juga mengenai otot-otot pengunyah di sekitar mulut, kelenjar liur pun
seperti diperah sehingga isinya keluar berupa buih atau busa di mulut. Bahkan bisa terjadi
inkontinensia urine ( ngompol). Biasanya kejang ini berlangsung selama 1-3 menit. Setelah
terjadi serangan, kesadaran penderita akan pulih secara berangsur-angsur, badan terasa rileks,
lemas, dan lelah sehingga ia tertidur, kemudian setelah bangun, ia akan merasa kebingungan.

Epilepsi petit mal atau ayan kecil biasanya banyak dikeluhkan oleh guru di sekolah karena anak
didiknya tiba-tiba melamun dengan ekspresi wajah yang kosong, atau mata melirik ke atas,
berkedip-kedip, mulut yang tiba-tiba komat-kamit di luar kehendak, yang lamanya berlangsung
sangat singkat, antara 5-30 detik. Sehingga, dapat terjadi gangguan belajar pada anak karena ia
sulit untuk memusatkan perhatian pada pelajaran.

Vonis epilepsi sangat menakutkan bagi kebanyakan masyarakat , sehingga dokter pun akan
melakukan pemeriksaan yang teliti untuk sampai pada kesimpulan epilepsi. Beberapa
pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan jasmani, pemeriksaan darah di laboratorium,
pemeriksaan radiologis, dan pemeriksaan EEG ( Elektro Encephalogram). EEG sangat berguna
dalam membantu menegakkan diagnosa karena beberapa kelainan dapat dijumpai pada
penderita epilepsi. Rekaman EEG terkadang juga mampu menentukan fokus serta jenis epilepsi.
Walaupun pada 8-12% dari penderita epilepsi mempunyai rekaman EEG yang normal.

Pengobatan epilepsi sendiri terdiri dari pengobatan kausal, pengobatan rumat dengan
menggunakan obat-obatan anti epilepsi serta pembedahan. Pengobatan kausal dilakukan
apabila terdapat penyakit yang masih aktif seperti tumor otak, perdarahan otak dan lainnya.
Pengobatan rumat adalah pengobatan yang dilakukan secara rutin , umumnya berkisar antara 2-
4 tahun bebas serangan kejang, penderita diharapkan patuh minum obat dan kontrol secara
berkala untuk memantau kadar obat dalam darah. Pengobatan rumat dapat mencegah dan
meminimalisir kekambuhan kejang sampai penderita dinyatakan sembuh oleh dokter yang
merawat.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, epilepsi bukanlah penyakit kutukan atau penyakit yang
mudah menular sehingga penderitanya harus dijauhi. Orangtua penderita epilepsi tidak boleh
over protektif, penderita epilepsi tetap diperbolehkan untuk melakukan olahraga walaupun
dengan pengawasan orangtua, ia juga dianjurkan untuk mengikuti kegiatan sosial atau sekolah.
Diharapkan ia tidak akan minder disebabkan oleh penyakitnya itu. Di rumah, orangtua perlu
menyediakan makanan dengan gizi cukup dan seimbang dengan memperbanyak sayur serta
buah-buahan.

YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT ANAK KEJANG


1) Tetap tenang dan kuasai diri

2) Kendorkan pakaian di area leher, termasuk ikat pinggang

3) Tempatkan anak di lantai, taruh bantal atau sesuatu yang lembut di bawah kepala

4) Hindarkan anak dari benda-benda berbahaya yang dapat melukai dirinya

5) Baringkan anak menghadap ke satu sisi

6) Setelah sadar, miringkan tubuhnya dan bantu untuk memulihkan pernafasan

7) Segera bawa anak ke rumah sakit apabila serangan kejang berlangsung lebih dari lima
menit atau anak terluka selama mendapatkan serangan atau ada kemungkinan anak menelan
cairan.

8) Jangan mencoba membuka mulutnya untuk meletakkan sesuatu. Bila ia mungkin menggigit
lidahnya selama serangan, menyisipkan benda di mulutnya kemungkinan tak banyak membantu.
Tindakan itu dapat mematahkan gigi anak.

9) Jangan melawan gerakan-gerakannya hanya untuk mencoba membaringkannya ke lantai

10) Jangan lupa untuk selalu menyimpan nomer telefon darurat seperti dokter atau rimah sakit
di tempat yang mudah dijangkau, sehingga jika terjadi serangan mendadak tak perlu bingung
mencarinya. .

TERAPI PEMBEDAHAN PADA EPILEPSI

Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat penderita terbebas dari serangan,
khususnya serangan kejang, sedini/seawal mungkin. Penderita dengan epilepsi, pilihan terapi
pertamanya adalah dengan obat anti epilepsi (OAE), beberapa penderita dapat terkontrol
kejangnya dengan obat. Menurut ahli bedah syaraf dari Universitas Diponegoro Semarang,
Zainal Muttaqin, besarnya jumlah penyandang epilepsi di Indonesia belum diimbangi dengan
penanganan menyeluruh. Penyandang epilepsi berkisar 1% dari total jumlah penduduk, atau
sebanyak 2 juta jiwa. Sebanyak 70% di antaranya dapat disembuhkan dengan menggunakan
pengobatan secara teratur. Sementara 30% belum mampu diobati dengan mengonsumsi obat.
Untuk yang 30 % penyandang epilepsi ini dapat dibantu melalui operasi bedah syaraf dengan
tingkat keberhasilan 90 %. Terapi bedah epilepsi ini dilakukan oleh seorang spesialis bedah
syaraf yang mempunyai keahlian bedah epilepsi.

Bedah syaraf bagi penyakit epilepsi telah dimulai sejak 15 tahun lalu di negara maju. Terutama
epilepsi yang diakibatkan gangguan pada otak samping atau lobus temporalis. Di Jepang saja,
setidaknya 150 operasi dilakukan setiap tahunnya. Sementara itu, di Indonesia baru dimulai
sekitar tahun 1999. Untuk mendukung keberhasilan terapi ini, dilakukan seleksi dan berbagai
pemeriksaan yang ketat terhadap calon yang akan menjalani pembedahan. (Dr. Meti Dewi
Hastuti)
http://hilalahmar.com/artikel/epilepsi-dapat-disembuhkan

hub dukungan kelg thd penderita epilepsi


Epilepsi Syndromes

Ada lebih dari 40 jenis epilepsi, termasuk: Ketidakhadiran kejang, kejang lemah, epilepsi
Rolandic jinak, tidak adanya masa kanak-kanak, kejang klonik, kejang parsial kompleks, epilepsi
lobus frontal, kejang demam, kejang infantil, Juvenile myoclonic Epilepsi, Juvenile Tidak Epilepsi,
lennox -gastaut sindrom, Landau-Kleffner Sindrom, kejang myoclonic, mitokondria Gangguan,
Progresif myoclonic Epilepsies, Psikogenik Kejang, Reflex Epilepsi, Rasmussen Sindrom, Simple
kejang parsial, sekunder Generalized Kejang, Temporal Lobe Epilepsi, kejang Toni-klonik, tonik
kejang, Psikomotor Kejang , limbik Epilepsi, Parsial-Mulai Kejang, umum-onset kejang, Status
epilepticus, perut Epilepsi, Akinetic Kejang, kejang Auto-ekonomi, Massive Bilateral myoclonus,
Catamenial Epilepsi, Drop kejang, kejang Emosional, kejang fokus, kejang Gelastic, Jacksonian
Maret, Lafora Penyakit, kejang Motor, kejang Multifocal, kejang Neonatal, kejang Nocturnal,
kejang fotosensitif, kejang Pseudo, kejang sensoris, kejang Halus, Sylvan Kejang, kejang
Penarikan, Visual Reflex Kejang antara lain.

Setiap jenis epilepsi menyajikan dengan kombinasi yang unik dari jenis kejang, usia onset khas,
temuan EEG, pengobatan, dan prognosis. Klasifikasi yang paling luas dari epilepsies. Gen ini
mengkodekan berbagai reseptor asetilkolin nikotinat.

* Jinak epilepsi lobus centrotemporal masa kanak-kanak atau epilepsi rolandic jinak adalah
epilepsi terkait lokalisasi idiopatik yang terjadi pada anak-anak berusia antara 3 dan 13 tahun
dengan onset puncak pada akhir masa kanak-kanak prepubertal. Selain gangguan kejang
mereka, pasien tersebut sebaliknya normal. Sindrom ini fitur kejang parsial sederhana yang
melibatkan otot-otot wajah dan sering menyebabkan air liur. Meskipun sebagian besar episode
singkat, kejang terkadang menyebar dan generalisasi. Kejang biasanya malam hari dan terbatas
untuk tidur. EEG dapat menunjukkan discharge spike yang terjadi selama kulit kepala
centrotemporal atas sulkus pusat otak (sulkus Rolandic) yang cenderung terjadi selama
mengantuk atau tidur ringan. Kejang berhenti dekat pubertas. Kejang mungkin memerlukan
pengobatan antikonvulsan, tapi kadang-kadang jarang cukup untuk memungkinkan dokter untuk
menunda pengobatan.

* oksipital jinak epilepsi masa kanak-kanak (BOEC) adalah epilepsi terkait lokalisasi idiopatik
dan terdiri dari kelompok berkembang sindrom. Kebanyakan berwenang termasuk dua subtipe,
sebuah subtipe awal dengan onset antara 3-5 tahun dan onset terlambat antara 7-10 tahun.
Kejang pada BOEC biasanya fitur gejala visual seperti scotoma atau benteng (bintik-bintik atau
garis berwarna cerah) atau amaurosis (kebutaan atau penurunan penglihatan). Kejang
melibatkan satu setengah tubuh, hemiconvulsions, atau terpaksa mata penyimpangan atau
memutar kepala adalah umum. pasien yang lebih muda biasanya mengalami gejala yang mirip
dengan migrain dengan mual dan sakit kepala, dan pasien yang lebih tua biasanya mengeluh
gejala visual lebih. EEG dalam BOEC menunjukkan paku mencatat dari oksipital (belakang
kepala) daerah. EEG dan pola genetik menunjukkan transmisi autosomal dominan seperti yang
dijelaskan oleh Ruben et al Kuzniecky. Akhir-akhir ini, sekelompok epilepsies Panayiotopoulos
disebut sindrom yang memiliki beberapa fitur klinis BOEC tetapi memiliki lebih banyak jenis
temuan EEG diklasifikasikan oleh beberapa orang sebagai BOEC.

* epilepsi Catamenial (CE) adalah ketika kejang biasanya terjadi di sekitar's siklus menstruasi
seorang wanita.

* Anak tidak ada epilepsi (CAE) adalah epilepsi umum idiopatik yang mempengaruhi anak-
anak usia antara 4 dan 12 tahun, walaupun puncak onset adalah sekitar 5-6 tahun. Pasien-
pasien mengalami kejang tidak berulang, episode singkat tidak responsif menatap, kadang-
kadang dengan fitur motor ringan seperti mata berkedip atau mengunyah halus. Temuan EEG di
CAE digeneralisasi 3 Hz spike dan debit gelombang. Beberapa terus mengembangkan kejang
tonik-klonik umum. Kondisi ini membawa prognosis yang baik karena anak-anak biasanya tidak
menunjukkan penurunan kognitif atau defisit neurologis, dan kejang di sebagian berhenti secara
spontan dengan onging pematangan.

* Sindrom epilepsi parah Dravet myoclonic masa kanak-kanak (SMEI). Ini sindrom epilepsi
umum dibedakan dari epilepsi myoclonic jinak oleh beratnya dan harus dibedakan dari sindrom
Lennox-Gastaut dan epilepsi Doose's myoclonic-astatic. Awal adalah pada tahun pertama
kehidupan dan puncak gejala sama sekitar 5 bulan umur dengan demam status epilepticus
hemiclonic atau umum. Anak laki-laki dua kali lebih sering terkena sebagai perempuan.
Prognosis buruk. Kebanyakan kasus sporadis. Sejarah keluarga epilepsi dan kejang demam
hadir di sekitar 25 persen dari kasus.

* Epilepsi lobus frontal, biasanya berhubungan dengan epilepsi atau kriptogenik lokalisasi
gejala, timbul dari lesi menyebabkan kejang yang terjadi pada lobus frontal otak. Epilepsies ini
bisa sulit untuk mendiagnosis karena gejala kejang dengan mudah dapat menjadi bingung
dengan mantra nonepileptic dan, karena keterbatasan EEG, akan sulit untuk "melihat" dengan
kulit kepala EEG standar.

* epilepsi tidak Juvenile adalah epilepsi umum idiopatik dengan onset kemudian CAE,
biasanya dalam masa remaja prepubertal, dengan tipe kejang yang kejang yang paling sering
absen. kejang tonik-klonik Generalized dapat terjadi. 3 Hz spike-wave atau beberapa discharge
spike dapat dilihat pada EEG. Prognosis dicampur, dengan beberapa pasien pergi ke sebuah
sindrom yang buruk dapat dibedakan dari JME.

* Juvenile myoclonic epilepsi (JME) adalah epilepsi umum idiopatik yang terjadi pada pasien
berusia 8 sampai 20 tahun. Pasien memiliki kognisi normal dan sebaliknya neurologis utuh.
Kejang yang paling umum adalah tersentak myoclonic, meskipun kejang tonik-klonik umum dan
kejang tidak mungkin terjadi juga. Myoclonic tersentak biasanya cluster di pagi hari setelah
kebangkitan. EEG mengungkapkan umum 4-6 Hz debit atau discharge gelombang spike spike
ganda. Menariknya, pasien tersebut sering pertama kali didiagnosis ketika mereka pertama
mereka kejang tonik-klonik umum di kemudian hari ketika mereka mengalami kurang tidur
(misalnya, tahun pertama di perguruan tinggi setelah begadang belajar untuk ujian). penarikan
Alkohol juga dapat menjadi faktor utama dalam serangan terobosan juga. Risiko kecenderungan
untuk mengalami kejang adalah seumur hidup, namun mayoritas mengalami kejang terkontrol
baik dengan obat-obatan antikonvulsan dan menghindari precipitants kejang.

* Lennox-Gastaut sindrom (LGS) adalah epilepsi umum yang terdiri dari tiga serangkai
keterlambatan perkembangan atau demensia masa kanak-kanak, kejang umum campuran, dan
EEG menunjukkan pola sekitar 2 Hz "lambat"-gelombang spike. Onset terjadi antara 2-18 tahun.
Seperti dalam sindrom Barat, hasil LGS dari penyebab idiopatik, gejala, atau kriptogenik, dan
banyak pasien pertama memiliki sindrom Barat. Pihak berwenang menekankan jenis kejang yang
berbeda sebagai penting dalam LGS, namun sebagian besar memiliki astatic kejang (serangan
drop), kejang tonik, kejang tonik-klonik, kejang tidak adanya atipikal, dan kadang-kadang, kejang
parsial kompleks. Antikonvulsan biasanya hanya sebagian yang berhasil dalam pengobatan.

* Ohtahara Sindrom tapi parah bentuk yang jarang dari sindrom epilepsi dikombinasikan
dengan cerebral palsy dan sering ditandai dengan kejang yang biasanya dimulai pada beberapa
hari pertama kehidupan. Penderita tren akan sangat cacat dan kehidupan singkat mereka
(mereka tidak mungkin untuk mencapai dewasa).

* epilepsi membaca Utama adalah epilepsi refleks diklasifikasikan sebagai epilepsi terkait
lokalisasi idiopatik. Membaca pada individu yang rentan memicu serangan karakteristik.

* epilepsies myoclonic Progresif mendefinisikan sekelompok epilepsies umum gejala ditandai


dengan demensia progresif dan kejang mioklonik. kejang tonik-klonik mungkin terjadi juga.
Penyakit biasanya diklasifikasikan ke dalam kelompok ini adalah Unverricht-Lundborg penyakit,
epilepsi myoclonus dengan serat merah compang-camping, penyakit Lafora, lipofucinosis ceroid
neuronal, dan sialdosis.

* Rasmussen's Encephalitis adalah epilepsi terkait lokalisasi-gejala yang merupakan


peradangan, lesi progresif mempengaruhi anak-anak dengan onset sebelum usia 10. Kejang
mulai sebagai terpisah kejang parsial parsial sederhana atau kompleks dan dapat berlanjut ke
epilepsia partialis continuata (sederhana status epilepticus parsial). Neuroimaging menunjukkan
ensefalitis peradangan di salah satu sisi otak yang dapat menyebar jika tidak dirawat. Demensia
dan hemiparesis masalah lain. Penyebabnya diduga melibatkan serangan immulogical terhadap
reseptor glutamat, suatu neurotransmitter umum dalam otak.

* Gejala-Gejala terkait epilepsies terkait lokalisasi lokalisasi epilepsies dibagi dengan lokasi di
otak lesi epilepsi, karena gejala kejang lebih erat terkait dengan lokasi otak bukan penyebab lesi.
Tumor, malformasi atriovenous, malformasi gua, trauma, dan infark cerebral semua bisa
penyebab fokus epilepsi di daerah otak yang berbeda.

* Epilepsi lobus temporal (TLE), sebuah epilepsi terkait lokalisasi-gejala, adalah epilepsi umum
sebagian besar orang dewasa yang mengalami kejang kurang terkontrol dengan obat-obat
antikonvulsan. Dalam kebanyakan kasus, daerah epileptogenic ditemukan di garis tengah
(mesial) struktur temporal (misalnya, hipokampus, amigdala, dan gyrus parahippocampal).
Kejang dimulai pada akhir masa kanak-kanak dan remaja. Sebagian besar pasien mengalami
kejang parsial kompleks kadang-kadang didahului dengan aura, dan beberapa pasien TLE juga
menderita sekunder kejang tonik-klonik umum. Jika pasien tidak merespon cukup untuk
perawatan medis, operasi epilepsi mungkin dipertimbangkan.

* Sindrom Barat adalah tiga serangkai keterlambatan perkembangan, kejang kejang disebut
kekanak-kanakan, dan EEG menunjukkan pola disebut hypsarrhythmia. Onset terjadi antara 3
bulan dan 2 tahun, dengan onset puncak antara 8-9 bulan. sindrom Barat mungkin timbul dari
penyebab idiopatik, gejala, atau kriptogenik. Penyebab paling umum adalah tuberous sclerosis.
Prognosis bervariasi dengan penyebab yang mendasari. Secara umum pasien yang masih hidup
pada umumnya tetap dengan kerusakan kognitif yang signifikan dan kejang berkelanjutan dan
dapat berkembang ke eponymic sindrom, sindrom Lennox-Gastaut.
http://www.news-medical.net/health/Epilepsy-Syndromes-%28Indonesian%29.aspx

Anak kena epilepsi?

Tak jarang banyak orangtua yang frustasi begitu mengetahui anak mereka mengidap epilepsi
atau kita lazim menyebutnya ayan.

Bayangan kejang-kejang mendadak yang menakutkan dan masa depan suram langsung
berkelebatan.
Meski tak ada pengobatan yang benar-benar menyembuhkan epilepsi, dengan bantuan
pengobatan yang benar, sekitar 80% anak-anak yang mengidap penyakit ini mampu hidup
normal.

"Kita tak punya obat untuk menyembuhkan epilepsi, dan malangnya terapi serangan mendadak
praktis tak ada. Cuma ada cara bagaimana mengelola serangan itu," kata William R. Turk, MD,
Kepala Divisi Neurology di Nemours Children's' Clinic, Jacksonville, Florida. "Tapi pada anak,
tetap ada peluang. Jika orangtua dapat memberikan pengobatan tepat, serangan mendadak
mungkin bisa dienyahkan."

Pandangan yang selama ini berkembang, epilepsi adalah sebuah penyakit turunan yang menular
dan tidak bisa diobati. Ternyata hal ini dibantah oleh dua dokter anak yang merupakan pakar
saraf anak FKUI/RSCM Jakarta, yakni Dr. Hardiono S Pusponegoro, Sp A dan Dr. Irawan
Mangunatmadja, Sp A. Menurut kedua pakar tersebut, epilepsi bisa disembuhkan dengan total
dan hanya 1% dari total penyandang epilepsi di Indonesia yang diturunkan secara genetika atau
keturunan. Dan deteksi serta perawatan yang dini bagi penyandang epilepsi, terutama sejak
balita sangat efektif menyembuhkannya dari penyakit epilepsi secara total.

Dr. Hardiono pernah memiliki pasien yang berobat padanya sejak kecil, dan sampai pasien itu
SMA semua berjalan dengan baik karena ia tidak pernah kambuh di muka umum bahkan sangat
jarang walaupun tidak di muka umum. Namun sayangnya ketika pasien itu memasuki kelas II
SMU, ia harus bunuh diri karena tidak kuat menahan sanksi sosial dari masyarakat yang
mengucilkkannya karena menganggap penyakit epilepsi yang diderita pasien tersebut menular
dan semacam kutukan.

Hal ini tentunya sangat disayangkan oleh kedua dokter dan tidak sepatutnya terjadi. Oleh karena
itu Anda harus mengubah cara pandang dan lebih aktif melakukan pendeteksian dini sejak balita
agar epilepsi yang diderita balita Anda bisa diatasi dengan baik.

Salah satu cara yang paling ampuh adalah dengan memperhatikan gerakan-gerakan yang
dilakukan balita Anda sejak lahir. Kalau saja balita Anda sering melakukan gerakan-gerakan yang
aneh tanpa sebab dan berulang-ulang maka segera hubungi dokter anak Anda untuk
menanyakannya. Kemudian perhatikan juga jika ia mulai sering terkejut (kaget) tanpa sebab yang
jelas dan mengulangi sampai beberapa kali.

Penyebab epilepsi pada bayi masih sulit untuk dirumuskan para dokter dan lazim disebut
idiopatik, namun yang pasti mereka tidak melihat kaitan yang jelas antara orangtua yang epilepsi
dengan anak-anak mereka yang menyandang epilepsi juga seperti digembar-gemborkan saat ini.
Selain itu juga sangat kecil jumlah penyandang epilepsi akibat keturunan. Maka sejak kini, jangan
kucilkan siapapun yang menyandang epilepsi karena hal ini tidak ada bedanya dengan penyakit-
penyakit yang lainnya. Apalagi jika ia anak Anda atau orang yang dekat di hati Anda.

"Epilepsi
Bisa Disembuhkan"

Sekitar 400.000 anak di AS mengidap epilepsi, dan mereka dapat mengendalikan serangan
mendadak itu serta mampu hidup normal.
Lalu bagaimana jika anak kena serangan mendadak? Biasanya serangan ini berlangsung amat
cepat, dan Anda tak punya cukup banyak waktu untuk berbuat sesuatu. Peristiwa kejang-kejang,
dengan mulut mengeluarkan busa, seringkali menjadi momen yang mencekam bahkan
menakutkan. Tapi sebagai orangtua, Anda harus sigap jika serangan itu sewaktu-waktu datang.
http://bima.ipb.ac.id/~anita/anak_kena_epilepsi.htm

Pengobatan

OAE sebenarnya hanya diberikan kepada anak yang diagnosis epilepsinya sudah tegak.
Meskipun demikian,pemberian OAE tetap akan dipertimbangkan,jika resiko berulangnya kejang
cukup besar berdasarkan pemeriksaan EEG yang tidak normal (banyak fokus kejang),atau
kejang berlangsung lama (lebih dr 30 menit),meski baru pertama kali kejang dan diagnosis
epilepsinya belum tegak.

Sebagian besar jenis epilepsi pada anak memerlukan pengobatan jangka panjang. Pengobatan
sebaiknya dilakukan sampai 2 tahun bebas kejang,yang dihitung dari kejadian kejang yang
terakhir.

Pengobatan epilepsi seharusnya dimulai dengan memberikan 1 macam OAE terlebih dahulu dan
dimulai dari dosis minimal. Orang tua sebaiknya menanyakan kepada dokter,apa yang harus
dikerjakan apabila anaknya kejang dan mengajarkan hal tersebut kepada anggota keluarga
lainnya yang tinggal serumah. OAE tidak termasuk golongan obat hipnotik-sedatif atau obat
narkotik. Dengan demikian,meskipun OAE dikonsumsi dalam jangka panjang,tetap tidak akan
menimbulkan efek ketergantungan. Diskusikan dengan dokter, obat-obat atau vitamin lain yang
akan diberikan untuk anak,untuk mengetahui apakah obat tersebut dapat mempengaruhi kerja
OAE. Obat seperti dekongestan,asetosal,dan obat herbal dapat berinteraksi dengan OAE.

Selama anak minum OAE,perlu dilakukan pemantauan efek samping obat. Pemantauan dapat
dilakukan dengan melihat gejala klinis efek samping obat,dengan pemeriksaan darah
lengkap,fungsi hati dan ginjal. Sampai saat ini masih banyak orang tua yang mengkhawatirkan
anaknya harus minum obat seumur hidup. Sebenarnya sebagian besar anak tidak harus minum
OAE selama itu,sebab hampir 70% pasien epilepsi anak dapat terkontrol dengan OAE. Memang
ada juga jenis epilepsi tertentu,yaitu juvenile myoclonic epilepsy yang mengenai anak diatas 5
tahun,dengan bentuk serangan berupa kaget seluruh tubuh yang sering berulang,dan
memerlukan pengobatan seumur hidup. Jenis epilepsi lain yang gejala klinisnya berat juga
memerlukan pengobatan yang lebih lama,bahkan harus dengan lebih dari 1 macam OAE.
http://klinik-sehat.com/2010/04/15/epilepsi-pada-anak-2/

http://oktobee.comoj.com/?
Menangani_Anak_Penderita_Epile
psi
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?
judul=Peran%20Orang%20Tua
%20terhadap%
20Perkembangan%20Anak%20dan
%20Remaja&&nomorurut_artikel=375

http://www.irwanashari.com/epilepsi-pada-
anak-dan-penangannya/

Anda mungkin juga menyukai