Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PRAPASCA MAGISTER HUKUM

Hukum Administrasi Negara

Dibuat oleh:

Dhika Bramantia S.T., MBA

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010/2011
1. Pendahuluan
Hukum dan ekonomi adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Pada
dasarnya menurut teori dari structural-fungsionalisme dari Talcott Parsons (1902-
1979), memang pada dasarnya hukum tidak ada dalam kerangka sosiologis dari
rumusan Talcott Parsons tetapi kita dapat menempatkannya pada subsistem social. Dari
situ dapat dimengerti bahwa hukum dan ekonomi saling mengontrol dan
mengkondisikan. Segala hal yang berhubungan dengan sub system ekonomi dikontrol
oleh aspek hukum dan social dalam masyarakat sedangkan segala perubahan yang
terjadi dalam aspek ekonomi akan berpengaruh terhadap aspek social dan hukum dalam
masyarakat. Dalam hal ini, pengusaha sebagai subjek hukum harus dapat menerima
bahwa segala sesuatu dalam urusan investasi, perdagangan sampai perjanjian kontrak
diatur dalam KUHD dan KUHPerdata. Hal inilah yang mendorong terjadinya
penyelewengan hukum dalam bisnis atau praktek-praktek bisnis yang hanya
mementingkan profit tanpa mengindahkan aturan-aturan hukum yang berlaku.
Terciptanya situasi ekonomi dan hukum yang kondusif akan menarik kehadiran
investor dan para pelaku bisnis. Hal ini dapat membantu pembangunan jika semua
pihak yang berkepentingan yaitu pengusaha atau pelaku ekonomi dan para penegak
hukum dapat menyadari hak dan kewajibannya secara baik. Melihat dari sisi
pengusaha, seharusnya pengusaha yang baik tidak hanya mengejar profit semata tetapi
juga memperhitungkan aspek social dan bagaimana ia menjalankan bisnis sesuai
hukum dan ketentuan yang berlaku.
Pada prakteknya, seorang pengusaha akan dihadapkan pada masalah hukum tiap
kali ia menjalankan bisnisnya. Hanya saja, teori yang dihadapkan pengusaha jarang
diterapkan oleh para penegak hukum di Indonesia dan hal ini kemudian membentuk
lingkaran kesinambungan dimana pengusaha sendiri juga ikut berperan dalam
pelanggaran hukum di Indonesia.

2. Perumusan Masalah
Di tengah fluktuasi kondisi perekonomian Indonesia yang tengah bangkit,
pengetahuan mendasar tentang hukum dagang , baik dari KUHD maupun KUHPerdata
sangat diperlukan. Hal itu penting untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya
maslah hukum akibat penyimpangan praktek kegiatan perdagangan dan industry. Oleh
karena itu, untuk membentuk seorang pengusaha yang baik diperlukan adanya
pengetahuan atau dasar dasar hukum yang cukup disertai nilai moral yang baik dari
pengusaha tersebut. Lalu bagaimana caranya hukum di Indonesia dapat ditegakkan
mengingat bahwa pengusaha dan penegak hukum dapat dengan mudah memainkan
hukum demi kepentingan pribadi mereka.

3. Pembahasan
Sebagai pengusaha, teori hukum sangatlah penting diukur dari besar kecilnya
perusahaan, sensitivitas produk terhadap hukum dan bagaimana tipe dari badan usaha
tersebut. Pengusaha perlu tahu apa hak dan kewajiban mereka terhadap Negara,
masyarakat dan hukum.
Pada prakteknya, uang suap masih merupakan tradisi yang masih susah diubah.
Dari pengusaha kecil sampai taipan taipan ekonomi mengeluarkan uang “amplop” demi
kemudahan bisnis mereka. Dalam pengertian agama Islam, suap diistilahkan
dengan risywah. Dalam bahasa Arab, risywah bermakna upah atau pemberian yang
diberikan untuk suatu maslahat. Al Fayumi mengatakan bahwa risywah adalah
pemberian seseorang kepada hakim atau yang lainnya supaya memberikan keputusan
yang menguntungkannya atau membuat orang yang diberi melakukan apa yang
diinginkan oleh yang memberi.1 Dalam pengertian agama suap adalah haram,
sedangkan dalam bahasa sehari-hari, menyuap bisa diartikan sebagai membeli hak atau
kewenangan seseorang yang berkuasa dengan tujuan agar tersuap melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan hak atau kewenangannya. Dalam UU No. 11 tahun 1980,
tentang tindak pidana suap dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu:
1. Memberi atau atau menjanjikan sesuatu dengan maksud membujuk agar
seseorang berlawanan dengan kewenangan/kewajibannya yang menyangkut
kepentingan umum.

1
Aris Munandar, Hati-hati dengan Uang Suap. Diakses: 20 Agusus 2010, Sumber:
http://pengusahamuslim.com/baca/artikel/741/hatihati-dengan-uang-suap
2. Menerima sesuatu atau janji yang diketahui dimaksudkan agar si penerima
melawan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan
umum.2

Penyuapan juga dikenal pada pasal 12 huruf a UU No. 31 tahun 1999


sebagaimana diubah dengan UU No. 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, yang dikatakan sebagai "pemberian suap". Pasal 12 huruf a itu penerima suap
bisa dikenai pidana penjara seumur hidup atau 4 hingga 20 tahun penjara dan Rp 200
juta hingga Rp 1 miliar.
Pada bagian penjelasan pasal 12 huruf a ini dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan "pemberian" dalam ayat ini diartikan luas, yang dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah "gratification" yang meliputi pemberian berupa uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lain. 
Dengan adanya praktek suap yang tidak hanya terjadi antara pengusaha-aparat
tetapi juga antar internal lembaga hukum, maka sangatlah susah bagi pengusaha untuk
menghindari praktek haram tersebut. Tetapi bagaimanapun juga, pengusaha juga perlu
berbenah diri karena ancaman hukum dari penggunaan uang suap menurut UU No. 31
tahun 1999 sangatlah berat. Meskipun menurut beberapa pengusaha ancaman
hukumnya masihlah terlalu ringan. Pada contohnya adalah kasus Artalita Suryani,
Gayus Tambunan dll. Oknum aparat yang menurut sudut pandang pengusaha dapat
dibeli juga merupakan salah satu factor pendorong terjadinya praktek hukum yang tidak
sah.
Mengenai perbuatan memberi suap atau menerima suap, kapan diterapkan pasal
KUHP dan kapan dikualifikasikan sebagai tindak pidana korupsi, haruslah terjawab
apakah ada hubungannya dengan kerugian yang sangat bagi keuangan dan
perekonomian negara yang pada akhirnya menghambat pembangunan nasional. Kalau

2
M.Zamroni S.H., M.H, Suap-Menyuap. Diakses 21 Agustus 2010. Sumber: http://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:vxPFUL-VHpkJ:www.bintorolawfirm.com/the-news/116-suap-
menyuap.pdf+penyuapan+uu&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShovatIZyjEvieC4IfbrlDDdkXviNFaxm7qozC
cTzU6LBrhAKgghsJWeN2nScLzNnQVUIYYNAUwy-az0eM5CHk9zzHkZJw63q-1m428_GcXigh7-
8l674DfYsWr6wtlp2JQAb5g&sig=AHIEtbT4ABgj4QbTuQk6s0rpP5GrPWkjMw
dipandang perbuatan suapnya merugikan keuangan atau perekonomian negara, maka
pelakunya bisa dikenakan pasal-pasal mengenai tindak pidana korupsi.3
Praktik suap-menyuap juga terjadi pada sumbu-sumbu ekonomi dan
menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Alhasil, pengusaha membebankan dananya ke
pos-pos tertentu di internal perusahaannya,  sebab tak mungkin menggesernya dengan
menambah harga produk. Dalam kaitan ini, bagaimana mungkin menaikkan
kesejahteraan karyawan bila potensi laba dipangkas?
Tidak mudah menghapus praktik-praktik tak terpuji itu. Para pemilik
kewenangan sudah kepalang tidak memakai nurani. Mereka yang seharusnya melayani
malah menuntut agar dibayar. Kolusi tak lagi  berlangsung di bawah meja, tetapi
mejanya juga dibawa.4

4. Kesimpulan
Kita sebetulnya telah memiliki sistem dan lembaga yang mengawasi penyimpangan
peraturan. Tak kalah dibandingkan dengan negara lain. Kelemahan utama terletak pada
pelaksanaan peraturan. Tak ada rasa ewuh pakewuh atau tega-teganya menerapkan
multitafsir atas pasal-pasal tertentu.
Selain itu, selalu terjadi pembiaran dalam ketidakharmonisan peraturan. Satu
instansi bersikeras tidak ada penyelewengan, melainkan hanyalah perbedaan dalam
sistem akuntansi. Sungguh sangat ironis, sebab perbedaan ini tak pernah diselesaikan
hingga ketidakcocokan perhitungan menjadi abadi.
Semua pihak punya kewajiban menghentikan budaya suap. Pengusaha saja tidak
akan mampu, sebab tak semua pengusaha mau bertindak mulia. Di lain pihak, birokrat
sulit diharapkan bertindak jujur, sebab bukti-buktinya telah terlampau banyak.
Bila pemerintah dewasa ini membuat lembaga ekstra untuk melakukan pembenahan di
bidang hukum maupun birokrasi, maka masyarakat mesti membangun fungsi
pengawasan dan pelaporan. Bila dalam prakteknya masyarakat selalu melaporkan

3
Surabaya Pagi Online, Suap dalam KUHP dan UU Tipikor. Diakses: 25 Agustus 2010. Sumber:
http://www.surabayapagi.com/index.php?p=detilberita&id=43590

4
Sinar Harapan, Menjalankan Bisnis Tanpa Suap. Diakses 24 Agustus 2010. Sumber:
www.Sinarharapan.co.id
kehilangan ke penyidik, mengapa penyelewengan tidak dikeluhkan di media dan
penegak yang berwenang?
Bila pengusaha ditekan untuk menghindari budaya suap, maka hal itu akan
menjadi hal yang hampir mustahil karena birokrat sendiri sering mencari cari cara
untuk memeras pengusaha. Dan sesungguhnya, dalam praktek nyata, pengusaha akan
lebih diuntungkan bila semua aspek birokrasi dijalankan dalam rel yang sesungguhnya.
Sehingga pajak tidak dikorupsi, perijinan tidak dipersulit dan usaha tidak dipersusah
dengan aturan-aturan baru yang cenderung menyulitkan pengusaha.
Kesimpulannya, budaya suap harus segera diakhiri dengan berbagai cara. Paling
akhir melalui dunia pendidikan, di mana anak didik diajarkan untuk tidak menerima
uang hasil korupsi.

Daftar Pustaka
Aris Munandar, Hati-hati dengan Uang Suap. Diakses: 20 Agusus 2010, Sumber:
http://pengusahamuslim.com/baca/artikel/741/hatihati-dengan-uang-suap

Sinar Harapan, Menjalankan Bisnis Tanpa Suap. Diakses 24 Agustus 2010. Sumber:
www.Sinarharapan.co.id

Surabaya Pagi Online, Suap dalam KUHP dan UU Tipikor. Diakses: 25 Agustus 2010.
Sumber: http://www.surabayapagi.com/index.php?p=detilberita&id=43590

M.Zamroni S.H., M.H, Suap-Menyuap. Diakses 21 Agustus 2010. Sumber:


http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:vxPFUL-
VHpkJ:www.bintorolawfirm.com/the-news/116-suap-
menyuap.pdf+penyuapan+uu&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShovatIZyjEvieC4
IfbrlDDdkXviNFaxm7qozCcTzU6LBrhAKgghsJWeN2nScLzNnQVUIYYNAUwy-
az0eM5CHk9zzHkZJw63q-1m428_GcXigh7-
8l674DfYsWr6wtlp2JQAb5g&sig=AHIEtbT4ABgj4QbTuQk6s0rpP5GrPWkjMw

Anda mungkin juga menyukai