Hukum Dan Pengusaha
Hukum Dan Pengusaha
Dibuat oleh:
2. Perumusan Masalah
Di tengah fluktuasi kondisi perekonomian Indonesia yang tengah bangkit,
pengetahuan mendasar tentang hukum dagang , baik dari KUHD maupun KUHPerdata
sangat diperlukan. Hal itu penting untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya
maslah hukum akibat penyimpangan praktek kegiatan perdagangan dan industry. Oleh
karena itu, untuk membentuk seorang pengusaha yang baik diperlukan adanya
pengetahuan atau dasar dasar hukum yang cukup disertai nilai moral yang baik dari
pengusaha tersebut. Lalu bagaimana caranya hukum di Indonesia dapat ditegakkan
mengingat bahwa pengusaha dan penegak hukum dapat dengan mudah memainkan
hukum demi kepentingan pribadi mereka.
3. Pembahasan
Sebagai pengusaha, teori hukum sangatlah penting diukur dari besar kecilnya
perusahaan, sensitivitas produk terhadap hukum dan bagaimana tipe dari badan usaha
tersebut. Pengusaha perlu tahu apa hak dan kewajiban mereka terhadap Negara,
masyarakat dan hukum.
Pada prakteknya, uang suap masih merupakan tradisi yang masih susah diubah.
Dari pengusaha kecil sampai taipan taipan ekonomi mengeluarkan uang “amplop” demi
kemudahan bisnis mereka. Dalam pengertian agama Islam, suap diistilahkan
dengan risywah. Dalam bahasa Arab, risywah bermakna upah atau pemberian yang
diberikan untuk suatu maslahat. Al Fayumi mengatakan bahwa risywah adalah
pemberian seseorang kepada hakim atau yang lainnya supaya memberikan keputusan
yang menguntungkannya atau membuat orang yang diberi melakukan apa yang
diinginkan oleh yang memberi.1 Dalam pengertian agama suap adalah haram,
sedangkan dalam bahasa sehari-hari, menyuap bisa diartikan sebagai membeli hak atau
kewenangan seseorang yang berkuasa dengan tujuan agar tersuap melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan hak atau kewenangannya. Dalam UU No. 11 tahun 1980,
tentang tindak pidana suap dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu:
1. Memberi atau atau menjanjikan sesuatu dengan maksud membujuk agar
seseorang berlawanan dengan kewenangan/kewajibannya yang menyangkut
kepentingan umum.
1
Aris Munandar, Hati-hati dengan Uang Suap. Diakses: 20 Agusus 2010, Sumber:
http://pengusahamuslim.com/baca/artikel/741/hatihati-dengan-uang-suap
2. Menerima sesuatu atau janji yang diketahui dimaksudkan agar si penerima
melawan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan
umum.2
2
M.Zamroni S.H., M.H, Suap-Menyuap. Diakses 21 Agustus 2010. Sumber: http://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:vxPFUL-VHpkJ:www.bintorolawfirm.com/the-news/116-suap-
menyuap.pdf+penyuapan+uu&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShovatIZyjEvieC4IfbrlDDdkXviNFaxm7qozC
cTzU6LBrhAKgghsJWeN2nScLzNnQVUIYYNAUwy-az0eM5CHk9zzHkZJw63q-1m428_GcXigh7-
8l674DfYsWr6wtlp2JQAb5g&sig=AHIEtbT4ABgj4QbTuQk6s0rpP5GrPWkjMw
dipandang perbuatan suapnya merugikan keuangan atau perekonomian negara, maka
pelakunya bisa dikenakan pasal-pasal mengenai tindak pidana korupsi.3
Praktik suap-menyuap juga terjadi pada sumbu-sumbu ekonomi dan
menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Alhasil, pengusaha membebankan dananya ke
pos-pos tertentu di internal perusahaannya, sebab tak mungkin menggesernya dengan
menambah harga produk. Dalam kaitan ini, bagaimana mungkin menaikkan
kesejahteraan karyawan bila potensi laba dipangkas?
Tidak mudah menghapus praktik-praktik tak terpuji itu. Para pemilik
kewenangan sudah kepalang tidak memakai nurani. Mereka yang seharusnya melayani
malah menuntut agar dibayar. Kolusi tak lagi berlangsung di bawah meja, tetapi
mejanya juga dibawa.4
4. Kesimpulan
Kita sebetulnya telah memiliki sistem dan lembaga yang mengawasi penyimpangan
peraturan. Tak kalah dibandingkan dengan negara lain. Kelemahan utama terletak pada
pelaksanaan peraturan. Tak ada rasa ewuh pakewuh atau tega-teganya menerapkan
multitafsir atas pasal-pasal tertentu.
Selain itu, selalu terjadi pembiaran dalam ketidakharmonisan peraturan. Satu
instansi bersikeras tidak ada penyelewengan, melainkan hanyalah perbedaan dalam
sistem akuntansi. Sungguh sangat ironis, sebab perbedaan ini tak pernah diselesaikan
hingga ketidakcocokan perhitungan menjadi abadi.
Semua pihak punya kewajiban menghentikan budaya suap. Pengusaha saja tidak
akan mampu, sebab tak semua pengusaha mau bertindak mulia. Di lain pihak, birokrat
sulit diharapkan bertindak jujur, sebab bukti-buktinya telah terlampau banyak.
Bila pemerintah dewasa ini membuat lembaga ekstra untuk melakukan pembenahan di
bidang hukum maupun birokrasi, maka masyarakat mesti membangun fungsi
pengawasan dan pelaporan. Bila dalam prakteknya masyarakat selalu melaporkan
3
Surabaya Pagi Online, Suap dalam KUHP dan UU Tipikor. Diakses: 25 Agustus 2010. Sumber:
http://www.surabayapagi.com/index.php?p=detilberita&id=43590
4
Sinar Harapan, Menjalankan Bisnis Tanpa Suap. Diakses 24 Agustus 2010. Sumber:
www.Sinarharapan.co.id
kehilangan ke penyidik, mengapa penyelewengan tidak dikeluhkan di media dan
penegak yang berwenang?
Bila pengusaha ditekan untuk menghindari budaya suap, maka hal itu akan
menjadi hal yang hampir mustahil karena birokrat sendiri sering mencari cari cara
untuk memeras pengusaha. Dan sesungguhnya, dalam praktek nyata, pengusaha akan
lebih diuntungkan bila semua aspek birokrasi dijalankan dalam rel yang sesungguhnya.
Sehingga pajak tidak dikorupsi, perijinan tidak dipersulit dan usaha tidak dipersusah
dengan aturan-aturan baru yang cenderung menyulitkan pengusaha.
Kesimpulannya, budaya suap harus segera diakhiri dengan berbagai cara. Paling
akhir melalui dunia pendidikan, di mana anak didik diajarkan untuk tidak menerima
uang hasil korupsi.
Daftar Pustaka
Aris Munandar, Hati-hati dengan Uang Suap. Diakses: 20 Agusus 2010, Sumber:
http://pengusahamuslim.com/baca/artikel/741/hatihati-dengan-uang-suap
Sinar Harapan, Menjalankan Bisnis Tanpa Suap. Diakses 24 Agustus 2010. Sumber:
www.Sinarharapan.co.id
Surabaya Pagi Online, Suap dalam KUHP dan UU Tipikor. Diakses: 25 Agustus 2010.
Sumber: http://www.surabayapagi.com/index.php?p=detilberita&id=43590