Anda di halaman 1dari 4

FAKTOR PENYEBAB KERUSAHAN DI INDONESIA

1.Kepentingan Ekonomi
Dalam mengelola hutan kepentingan ekonomi kelihatannya masih lebih dominan daripada
memikirkan kepentingan kelestarian ekologi. Akibatnya agenda yang berdimensi jangka panjang
yaitu kelestarian ekologi menjadi terabaikan. Proses ini berjalan linear dengan akselerasi
perekonomian global dan pasar bebas. Pasar bebas pada umumnya mendorong setiap negara
mencari komposisi sumberdaya yang paling optimal dan suatu spesialisasi produk ekspor.
Negara yang kapabilitas teknologinya rendah seperti Indonesia cenderung akan membasiskan
industrinya pada bidang yang padat yaitu sumber daya alam. Hal ini ditambah dengan adanya
pemahaman bahwa mengexploitasi sumber daya alam termasuk hutan adalah cara yang paling
mudah dan murah untuk mendapatkan devisa ekspor. Industrialisasi di Indonesia yang belum
mencapai taraf kematangan juga telah membuat tidak mungkin ditinggalkannya industri padat
seperti itu. Kemudian beban hutang luar negeri yang berat juga telah ikut membuat Indonesia
terpaksa mengexploitasi sumber daya alamnya dengan berlebihan untuk dapat membayar hutang
negara. Inilah yang membuat ekspor non- migas Indonesia masih didominasi dan bertumpu pada
produk-produk yang padat seperti hasil-hasil sumber daya alam. Ekspor kayu, bahan tambang
dan eksplorasi hasil hutan lainnya terjadi dalam kerangka seperti ini. Ironisnya kegiatan-kegiatan
ini sering dilakukan dengan cara yang exploitative dan disertai oleh aktivitas-aktivitas illegal
yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar atau kecil bahkan masyarakat yang akhirnya
memperparah dan mempercepat terjadinya kerusakan hutan.
2.Penegakan Hukum yang Lemah
Menteri Kehutanan Republik Indonesia M.S.Kaban SE.MSi menyebutkan bahwa lemahnya
penegakan hukum di Indonesia telah turut memperparah kerusakan hutan Indonesia. Menurut
Kaban penegakan hukum barulah menjangkau para pelaku di lapangan saja. Biasanya mereka
hanya orang-orang upahan yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-
harinya. Mereka hanyalah suruhan dan bukan orang yang paling bertanggungjawab. Orang yang
menyuruh mereka dan paling bertanggungjawab sering belum disentuh hukum. Mereka biasanya
mempunyai modal yang besar dan memiliki jaringan kepada penguasa. Kejahatan seperti ini
sering juga melibatkan aparat pemerintahan yang berwenang dan seharusnya menjadi benteng
pertahanan untuk menjaga kelestarian hutan seperti polisi kehutanan dan dinas kehutanan.
Keadaan ini sering menimbulkan tidak adanya koordinasi yang maksimal baik diantara
kepolisian, kejaksaan dan pengadilan sehingga banyak kasus yang tidak dapat diungkap dan
penegakan hukum menjadi sangat lemah.
Kerusakan hutan akan menimbulkan beberapa dampak negatif yang besar di bumi:
1.Efek Rumah Kaca (Green house effect).
Hutan merupakan paru-paru bumi yang mempunyai fungsi mengabsorsi gas Co2. Berkurangnya
hutan dan meningkatnya pemakaian energi fosil (minyak, batubara dll) akan menyebabkan
kenaikan gas Co2 di atmosfer yang menyelebungi bumi. Gas ini makin lama akan semakin
banyak, yang akhirnya membentuk satu lapisan yang mempunyai sifat seperti kaca yang mampu
meneruskan pancaran sinar matahari yang berupa energi cahaya ke permukaan bumi, tetapi tidak
dapat dilewati oleh pancaran energi panas dari permukaan bumi. Akibatnya energi panas akan
dipantulkan kembali ke permukaan bumi oleh lapisan Co2 tersebut, sehingga terjadi pemanasan
di permukaan bumi. Inilah yang disebut efek rumah kaca. Keadaan ini menimbulkan kenaikan
suhu atau perubahan iklim bumi pada umumnya. Kalau ini berlangsung terus maka suhu bumi
akan semakin meningkat, sehingga gumpalan es di kutub utara dan selatan akan mencair. Hal ini
akhirnya akan berakibat naiknya permukaan air laut, sehingga beberapa kota dan wilayah di
pinggir pantai akan terbenam air, sementara daerah yang kering karena kenaikan suhu akan
menjadi semakin kering.
3.Kepunahan Species
Hutan di Indonesia dikenal dengan keanekaragaman hayati di dalamnya. Dengan rusaknya hutan
sudah pasti keanekaragaman ini tidak lagi dapat dipertahankan bahkan akan mengalami
kepunahan. Dalam peringatan Hari Keragaman Hayati Sedunia dua tahun yang lalu Departemen
Kehutanan mengumumkan bahwa setiap harinya Indonesia kehilangan satu species (punah) dan
kehilangan hampir 70% habitat alami pada sepuluh tahun terakhir ini.

FLORA DI PAPARAN SUNDA


Flora-fauna Asiatis, berada di Paparan Sunda yang meliputi Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa
dan Pulau Bali. Paparan Sunda ini sekitar 140 juta tahun yang lalu merupakan bagian dari benua
Asia. Oleh karena itu, flora-fauna di paparan Sunda memiliki kesamaan dengan flora-fauna yang
hidup di benua Asia. Flora-fauna tipe Asiatis ini dipisahkan oleh garis “Wallacea”

Flora Asiatis:
1. Raflesia Arnoldi: Tanaman ini merupakan tumbuhan parasit obligat yang lterkenal karena
memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Bunga
hanya berumur sekitar satu minggu (5-7 hari) dan setelah itu layu dan mati. Bunga
merupakan parasit tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak bertangkai. Diameter bunga
ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga
menghisap unsur anorganik dan organik dari tanaman inang Tetrasigma.
2. Anggrek: Anggrek merupakan sejenis tumbuhan berbunga yang sering ditanam sebagai
tanaman hiasan. Tumbuhan berbunga mulai muncul pada Zaman Kapur. Tanaman anggrek
ini tersebar luas mulai dari Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua, hingga ke Australia. Cara
hidupnya secara epifit dengan menempel pada batang atau cabang pohon di hutan-hutan dan
tumbuh subur hingga 600 meter di atas permukaan laut.
3. Daun Sang: Tumbuhan ini hanya dijumpai di daerah Besitang tepatnya di kawasan 242 Aras
Napal, dan beberapa daerah disekitar kawasan tersebut. Persebaran tidak luas dan bersifat
endemik tidak ditemukan ditempat lain.
70% TERUMBU KARANG DUNIA ALAMI KERUSAKAN

Kerusakan terumbu karang di perairan dunia kian hari kian memprihatinkan. 70% terumbu
karang dunia dalam keadaan rusak parah. kondisi ini lebih parah dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya.

Salah satu faktor diduga menjadi penyebab kerusakan terumbu karang ini adalah polusi,
pemancingan yang berlebihan, (Over Fishing) pemanasan global dan dampak pembangunan.

Terumbu karang atau Coral Reefs adalah bentuk kehidupan laut yang paling tua keeradaannya
dan paling beraneka ragam janis-jenisnya. tumbuhan ini sangat berperan dalam rantai ekosistem
hewan dan tumbuhan laut dan berperan menjadi penyedia makanan karena merupakan tempat
berlindungya plankton dan ikan-ikan kecil.

bagi lingkungannya terumbu karang mampu mengurangi Runn Off bahan material dasar laut.

Para ahli meyakini pemanasan global menjadi penyebab punahnya terumbu karang dan naknya
suhu air dan konsentrasi co2 sehingga mempercepat kerusakan terumbu karang.

"Terumbu karang butuh perhatian kita agar keberadaannya tidak punah," sekitar 65% terumbu
karang yang berada di laut persia telah rusak . di perairan laut Asia Selatan dan tenggara
mencapai 40% sampai 48% di laut Caribia, Sebanyak 80 - 90% Coral Elkhorh dan
Staghorn spesies yang paling banyak di temukan disana diketahui telah mati.

Anda mungkin juga menyukai