Anda di halaman 1dari 33

DIAGNOSA KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN
RESPIRATOR
PROSES PERNAFASAN

 VENTILASI
 DIFUSI
 PERFUSI
 PENGATURAN PERNAFASAN
 VENTILASI
 Merupakan kemampuan paru melakukan
proses inspirasi dan ekspirasi
 DIFUSI
 Proses pertukaran gas dari alveolus dengan
kapiler paru
 PERFUSI
 Kemampuan sirkulasi paru untuk mengangkut
dan mengantarkan oksigen dan karbondioksida
ke dan dari jaringan
 PENGATURAN PERNAFASAN
 Berada di medula oblongata dan pons
Mekanisme terjadinya proses
pernafasan
 PROSES VENTILASI
 Kepatenan jalan nafas
 Kemampuan pengembangan paru
 Keadaan otot pernafasan
 Perbandingan volume udara paru yang normal
 PROSES DIFUSI
 Suhu
 Ketebalanmembran
 Beda konsentrasi gas
 KONTROL / PENGATURAN
PERNAFASAN
 Dipengaruhi oleh berbagai rangsang
 Rangsang kimia ( perubahan CO2,O2 dan pH )
 Rangsang non kimia
Gangguan yang timbul pada
klien dengan Respirator
 Yang menyebabkan ventilasi alveoli tidak
adekuat
 Yang menurunkan difusi gas melalui
membran alveoli
 Yang menurunkan pengangkuatan O2 dari
paru ke jaringan
Diagnosa yang timbul pada klien
dengan respirator
 Gangguan pembersihan jalan nafas b.d penumpukan
sputum, obstruksi muntahan, ketidakmampuan batuk
 Gangguan efektifitas pola pernafasan b.d
ketidaksesuaian kadar 02/C02 pasien, penurunan
pengembangan paru, kelumpuhan pusat pernafasan,
gangguan otot-otot pernafasan, obstruksi respirator
 Gangguan pertukaran gas b.d penurunan luas
permukaan alveolus, penurunan pengangkutan gas,
penurunan curah jantung, edema paru
Gangguan Pembersihan jalan
nafas
 Dx ini timbul bila kondisi ventilasi pasien, kemampuan
inspirasi dan ekspirasi, terganggu.
 Penyebab terjadinya gangguan ini:
 Reaksi tubuh akibat intubasi : terjadi
ketidakmampuan batuk untuk mengeluarkan
sputum, peningkatan produksi mukosa akibat
adanya benda asing pada trakhea
 Reaksi tubuh akibat radang, sehingga terjadi
hipersekresi mukus
 Adanya benda lain yang menyumbat, seperti
muntahan yang dapat terjadi akibat pemberian
makanan cair > 300cc sekali pemberian serta
tanpa pengecekan residu lambung, sekret
yang mengering
Masalah ini ditandai dengan data
pasien :
 Sistem alarm berbunyi
 Suara nafas : penumpukan sputum terdengar
 Suara nafas menurun ( pada obstruksi jalan nafas /
kolaps paru )
 Pasien gelisah
 Usaha nafas klien meningkat : penggunaan otot
tambahan pernafasan
 AGD : PC02 meningkat, pO2 dan pH menurun
 TUJUAN
 Kebersihan jalan nafas pasien dapat terjaga
 RENCANA TINDAKAN
 Kaji kepatenan jalan nafas
 R/ Obstruksi dapat disebabkan dari penumpukkan

sekresi, perdarahan, spasme jalan nafas


 Evaluasi pengembangan dada,kaji suara nafas kedua paru
 R/ Pengembangan dada yang simetris dan suara nafas

yang seimbang pada kedua belah paru menunjukkan


ETT berada tepat dan tidak ada obstruksi. Obstruski paru
( akibat pneumonia dan atelektasis ) dapat menimbulkan
suara ronkhi dan wheezing
 Catat adanya batuk yang berlebihan, peningkatan dispnea,
bunyi alarm, adanya sekret pada ETT, peningkatan ronkhi
 R/ Pasien yang diintubasi mengalami batuk yang
tidak efektif, sehingga penumpukan sekret terjadi
 Monitor sistem humidifikasi dan temperatur
 R/ Pengentalan sekret dapat timbul akibat sistem
humidifikasi kurang
 Suksion sesuai kebutuhan
 R/ Suksion tidak boleh rutin, karena banyak
memiliki efek yang negatif
 Ajarkan teknik batuk efektif, nafas dalam, pursed lip
breathing, Bila pasien kooperatif
 R/ Meningkatkan kemampuan pengeluaran sekret
secara efektif, menimbulkan retarded ekspirasi
sehingga menurunkan kolaps paru
 Ubah posisi secara periodik
 R/ Meningkatkan drainase sekret dan ventilasi
ke seluruh bagian paru, menurunkan resiko
atelektasis
 Anjurkan pasien untuk minum banyak
sesuai kondisi
 R/ Meningkatkan keenceran sekret
 KOLABORASI
 Lakukan bronkial washing,phisioterapi dada
 Membantu mengencerkan, meningkatkan
mobilisasi sekret sehingga mudah dikeluarkan
 Berikan bronkodilator mukolitik sesuai
indikasi, evaluasi efektifitasnya
 R/Meningkatkan keenceran sekret dan
melebarkan jalan nafas
 EVALUASI
 Sistem alarm tidak berbunyi
 Suara sekret -
 Suara paru : bronkovesikuler / vesikuler
 Suara nafas klien normal, pasien tidak gelisah
 AGD dalam batas normal
Gangguan efektifitas pola
pernafasan
 Dx timbul jika frekuensi pernafasan pasien tidak sesuai
dengan normal yang tidak disebabkan oleh sistem
kompensasi tubuh ataupun disengaja
 Penyebab timbulnya gangguan adalah
 Ketidaksesuaian kadar 02/C02 pasien, pengaturan
pernafasan sangat ditentukan oleh kadar CO2-O2
pasien sehingga bila tidak sesuai dengan keadaan
biasa pasien akan dapat meningkatkan atau
menurunkan frekuensi dan kedalamannya
 Penurunan pengembangan paru dapat terjadi akibat
kolaps paru ( barotrauma atau atelektasis ),
sehingga volume residu menurun. Tubuh akan
mengkompensasinya dengan meningkatkan
frekuensi dan usaha pernafasan
 Gangguan otot pernafasan. Pasien dengan
respirator dapat mengalami ketergantungan alat
sehingga terjadi distrofi otot. Dapat juga timbul
karena kelumpuhan otot sehingga tidak timbul
pergerakan dada
 Gangguan respirator dapat timbul karena terlepas,
tertekuku, atau ketidaksesuaian jenis / pola
respiratir
 Masalah ini ditandai dengan :
 Sistem alarm berbunyi
 Takipnea atau bradipnea
 Perubahan kedalaman pernafasan
 Menurunnya kapasitas volume paru
 AGD : kadar pH,pC02,p02 tidak sesuai
 Suara nafas menurun, pengembangan paru
menurun
 Tidak timbul nafas spontan yang
berkepanjangan
 TUJUAN
 Pola nafas pasien efektif
RENCANA TINDAKAN
 Kaji alasan sistem alarm berbunyi
 R/ Mengetahui penyebab berbunyinya alarm sangat
penting bagi perawat untuk merawat pasien
 Evaluasi pola nafas pasien
 R/ Pasien dengan respirator dapat mengalami
dispnea, yang merupakan salah satu upaya ( jika
dapat spontan ) untuk mengatasi masalah hipoksia
 Hitung pola nafas pasien 1 menit dan bandingkan
dengan standar frekuensi yang di set, sesuaikan
kondisi pasien dengan respirator
 Pada pola respirator support / intermitten dapat
terjadi ketidaksinkronan dari pasien apabila
pasien tidak kooperatif
 Jelaskan pada pasien jenis respirator yang akan
digunakan
 R/ Penggunaan respirator IMV, PS harus sinkron
dengan pernafasan pasien sehingga dengan
penjelasan yang baik pasien dapat mengontrol
pernafasannya
 Posisikan pasien semi fowler
 R/ Posisi semi fowler dapat menurnkan fungsi paru
sebagai reservoar, meningkatkan volume residu
paru, dan menurunkan tahanan abdomen pada
diafragma, sehingga pengembangan paru
meningkat
 Isi cuff ETT dengan tepat. Cek kondisi cuff
setiap 4-8 jam atau setelah cuff dikempiskan
 R/ Pengisian cuff harus tepat agar tidak ada
kebocoran, agar volume tidal yang diinginkan dapat
tercapai
 Siapkan ambubag disamping pasien
 Dapat segera membantu pasien bernafas apabila
terjadi gangguan pada respirator, atau saat pasien
dilepaskan sementara waktu dari respirator
KOLABORASI
 Kaji seting respirator dan sinkronkan respirator
sesuai indikasi
 R/Seting respirator dilakukan sesuai dengan kondisi
pasien
 Observasi konsentrasi oksigen ( Fi02 )
 R/Fi02 disesuaikan untuk menjaga saturasi dan
kadar O2 darah
 Kaji volume tidal pasien, gunakan alat dan cara
dengan benar,catat bila ada gangguan
 R/Monitor inspirasi dan ekspirasi pasien agar dapat
mengetahui adanya kebocoran alat atau penurunan
pengembangan paru
 Catat tahanan jalan nafas
 R/ Tahanan jalan nafas relatif sama. Bila meningkat
dapat mengindikasikan : spasme bronkus,
penumpukan sekret, atelektasis, ARDS, edema
pulmonal, pneumothoraks
 Monitor laju inspirasi gas
 R/ Gangguan laju inspirasi gas dapat mengakibatkan
perbandingan inspirasi-ekspirasi tidak 1:2, dapat
menimbulkan penumpukan atau penurun CO2
 Cek kepatenan sirkuit alat dari kemungkinan
tertekuk, penumpukan air, bocor, buang cairan
di sirkuit alat, perhatikan agar tidak ada cairan
yang masuk kembali ke pasien
 Cek sistem alarm, hindari mematikan atau
mengecilkan volume alarm
 R/Alarm adalah sistem untuk memberikan
peringatan adanya masalah pada respirator /
pasien, sehingga dapat memberikan tanda
awal bagi perawat
 EVALUASI
 Sistem alarm tidak berbunyi
 Pola nafas dalam batas normal atau sesuai
dengan seting respirator
 Suara nafas vesikuler
 Program penyapihan dapat dilakukan sesuai
dengan waktu
 AGD dalam batas normal atau sesuai yang
diinginkan
Gangguan pertukaran gas
 Dx ini timbul jika kadar gas darah / AGD diluar
batas normal, atau pasien menunjukkan adanya
gangguan oksigenasi jaringan
 Penyebab timbulnya gangguan ini adalah :
 Penurunan luas permukaan alveolus, dapat terjadi
akibat kerusakan parenkim paru karena penyakit-
penyakit dasar, keracunan oksigen konsentrasi
tinggi atau kolaps paru
 Penurunan pengangkutan gas, akibat dari
peningkatan tekanan intratorakal atau kadar Hb
yang turun
 Penurunan curah jantung sehingga
pertukaran gas pada jaringan menurun dapat
menimbulkan asidosis metabolik
 Udema paru akan menimbulkan pergerakan
gas melewati membran alveolus-kapiler tidak
efektif
 Masalah ini ditandai dengan :
 Kadar AGD : PC02 meningkat, Ph dan p02
menurun
 Sianosis
 Kulit lembab dan dingin
 Suara nafas ronkhi + atau menurun
 Penurunan tekanan darah
 Kadar Hb < 12-16gr%
 Rontgen menunjukkan paru kolaps, infiltrasi
luas, udema paru
 TUJUAN
 Pertukaran gas efektif
 RENCANA TINDAKAN
 Kajistatus pernafasan, catat adanya peningkatan
usaha nafas atau frekuensi nafas
 R/ Takipnea adalah kompensasi dari hipoksia dan frekuensi
usaha pernafasan menunjukkan tingkat hipoksia yang terjadi
 Catat suara nafas : menurun, ronkhi atau wheezing
 R/ Suara nafas menurun terjadi akibat penurunan
pengembangan paru, ronkhi akibat kerusakan jaringan paru
atau penumpukan cairan di alveolus, wheezing karena
penyempitan jalan nafas
 Kaji kesadaran pasien
 R/Penurunan kesadaran dapat timbul akibat kadar
oksigen otak menurun
 Kaji irama dan frekuensi denyut jantung
 R/Hipoksemia dapat menimbulkan iritabilitas
miokardium, yang dapat mencestuskan aritmia
 Berikan posisi semi fowler
 R/ Dapat meningkatkan pengembangan paru
 Kaji CVP pasien, kadar Hb
 R/Penurunan volume tubuh pasien dapat dimonitor
melalui CVP, pemantauan Hb mengantisipasi
pengangkutan gas
 KOLABORASI
 CekAGD pasien setelah 15-30 menit setelah
perubahan jenis / pola respirator
 R/ Pengecekan kadar AGD dapat menunjukkan efektifitas
respirator yang diset pada pasien
 Monitor kadar saturasi oksigen
 R/ Kadar oksigen saturasi dapat menunjukkan kemampuan
pertukaran gas
 Berikan cairan atau transfusi sesuai indikasi
 R/ Dapat meningkatkan kemampuan perfusi paru tubuh
 Cek seting respirator: frekuensi atau tidal volume
 R/ Penurunan pertukaran gas dapat timbul apabila volume
udara semenit tidak mencukupi kebutuhan tubuh
 EVALUASI
 AGD dalam batas normal
 Sianosis –
 Kulit hangat
 Hemodinamik dalam batas normal
 Rontgen normal
KESIMPULAN
 Pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
pasien dengan respirator adalah masalah
yang sangat mendasar
 Perlu peran perawat dalam menangani
atau mencegah timbulnya masalah
tersebut

Anda mungkin juga menyukai