Anda di halaman 1dari 33

Permendagri 79 Tahun 2007

Ratminto
Pengantar
ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN
URUSAN PEMERINTAHAN

CONCURRENT
ABSOLUT (Urusan bersama
(Mutlak urusan Pusat) Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)

- Hankam PILIHAN/OPTIONAL WAJIB/OBLIGATORY


(Sektor Unggulan) (Pelayanan Dasar)
- Moneter
Contoh: kesehatan,
- Yustisi Contoh: pertanian,
pendidikan, lingkungan
industri, perdagangan,
hidup, pekerjaan umum,
- Politik Luar Negeri pariwisata, kelautan dsb
dan perhubungan

- Agama

SPM
(Standar Pelayanan Minimal)
DISTRIBUSI URUSAN PEMERINTAHAN
ANTAR TINGKAT PEMERINTAHAN
Kriteria Distribusi Urusan Pmerintahan Antar Tingkat Pemerintahan :
1. Externalitas (Spill-over)
Siapa kena dampak, mereka yang berwenang mengurus
2. Akuntabilitas
Yang berwenang mengurus adalah tingkatan pemerintahan yang
paling dekat dengan dampak tersebut (sesuai prinsip demokrasi)
3. Efisiensi

 Otonomi Daerah harus mampu menciptakan pelayanan publik yang


efisien dan mencegah High Cost Economy
 Efisiensi dicapai melalui skala ekonomis (economic of scale)
pelayanan publik
 Skala ekonomis dapat dicapai melalui cakupan pelayanan
(catchment area) yang optimal
BAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG DILAKSANAKAN
OLEH MASING-MASING TINGKATAN PEMERINTAHAN
BERDASARKAN 3 KRITERIA

1. Pusat: Berwenang membuat norma-norma,


standar, prosedur, Monev, supervisi, fasilitasi dan
urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas
nasional.
2. Provinsi: Berwenang mengatur dan mengurus
urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas
regional (lintas Kab/Kota)
3. Kab/Kota: Berwenang mengatur dan mengurus
urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas
lokal (dalam satu Kab/Kota)
Hubungan Antar Tingkatan
Pemerintahan
1. Adanya interkoneksi dan interdependensi antar tingkatan
Pemerintahan dalam mengatur dan mengurus urusannya.
Contoh 1:
 Urusan Pendidikan Dasar & SLTP 
Kab/Kota Ada hubungan
 Urusan SLTA oleh Provinsi interkoneksi dan
interdependensi
 Urusan PT oleh Pemerintah Pusat

Contoh 2:
 Jalan Kab/Kota oleh Ada hubungan
Pemkab/Kota interkoneksi dan
 Jalan Prov oleh Pemprov interdependensi
 Jalan negara oleh Pem. Pusat
MATRIK PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
KONKUREN/BERSAMA/BIDANG LAIN
DAERAH
PROVINSI KAB/KOTA
PUSAT (SKALA PROVINSI) (SKALA KAB/KOTA)
WAJIB PILIHAN WAJIB PILIHAN
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Politik luar • Perencanaan & • Pertambangan • Perenc. & • pertanian,
negeri; pengendalian • Perikanan pengendalian • pertanahan,
pembangunan • Peranian] pemb. • kehutanan
2. Pertahanan;
• Perenc., • Perkebunan • Perenc., pemanfa. • perkebunan
3. Keamanan; pemanfaatan dan & pengawasan
• Kehutanan • indag
4. Yustisi; pengawasan tata • Pariwisata. tata ruang. • kelautan &
5. Moneter dan ruang. • Penyelengg.
• Penyelengg. perikanan,
fiskal nasional; Keteriban umum &
• pertam-bangan
Ketertiban umum & ketentraman masy.
6. Agama ketentraman masy. • Penyediaan & energi,
• Penyediaan sarana dan • koperasi,
sarana dan prasarana umum • penanaman
prasarana umum • Penanganan bid. modal,
• Penanganan bid. Kes. • pariwisata,
Kesehatan • Penyelenggaraan • kebudayaan
• Penyelengg. pendidikan. • dll.
pendidikan dan • Penanggulangan
alokasi SDM masalah sosial
potensial. • Pelayanan bid.
ketenagakerjaan
(1) (2) (3) (4) (5)

• Penanggulangan • Fasilitasi •Pertambangan


masalah sosial lintas pengeb. •Perikanan
kab./kota Koperasi, UKM •Peranian]
• Pelayanan bid. • Pelayanan •Perkebunan
Ketenagakerjaan lintas pertanahan •Kehutanan
kab./kota • Pelayanan
•Pariwisata..
• Pengendalian LH kepend. & capil
• Pelayanan pertanahan • Pelayanan
• Pelayanan adum
kependudukan dan capil pemerintahan.
• Pelayanan adum pem. • Pelayanan adm.
• Pelayanan adm. Penanaman
Penannaman modal modal
termasuk lintas • Penyelengg.
kab./kota Pelayanan
• Penyelenggaraan dasar lainnya
pelayanan dasar lainnya dan
yg blm dilaks oleh • Urusan wajib
kab./kota dan lainnya yang
• Urusan wajib lainnya yg diamanatkan
diamanatkan oleh per- per-uu-an.
uu-an.
Standar Pelayanan Minimal
(SPM)

Dasar Hukum:

1. Pasal 11 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (3) UU No. 32


Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
telah diubah dengan UU No. 8 Tahun 2005;

2. PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman


Penyusunan Standar Pelayanan Minimal
UU NO.32/2004 (1)

 Dasar hukum penyusunan SPM adalah pasal 11 ayat


(4):
 ”Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat
wajib yang berpedoman pada standar
pelayanan minimal dilaksana- kan secara bertahap dan
ditetapkan oleh Pemerintah”.

 Dioperasionalkan dalam PP No. 65 tahun 2005


tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal.
 Dengan demikian maka SPM yang telah disusun oleh
Departemen/LPND dan Pemda perlu disesuaikan kembali.
UU NO.32/2004 (2)

 Urusan Wajib Daerah Kabupaten/Kota menurut Pasal 14 ayat (1):


1. perencanaan dan pengendalian pembangunan
2. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
3. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat
4. penyediaan sarana dan prasarana umum
5. penanganan bidang kesehatan
6. penyelenggaraan pendidikan
7. penanggulangan masalah sosial
8. pelayanan bidang ketenagakerjaan
9. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah
10. pengendalian lingkungan hidup
11. pelayanan pertanahan
12. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
13. pelayanan administrasi umum pemerintahan
14. pelayanan administrasi penanaman modal
15. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya
16. urusan wajib lainnya yg diamanatkan oleh peraturan per-
UU-an.
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
(pasal 1 PP No. 65/2005)

• SPM adalah Ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan


dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal

• Urusan Wajib adalah urusan pemerintahan yang berkaitan


dengan hak dan pelayanan dasar warga negara yang
penyelenggaraannya diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan kepada Daerah untuk perlindungan hak konstitusional,
kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat, serta
ketentraman dan ketertiban umum dalam rangka menjaga
keutuhan NKRI serta pemenuhan komitmen nasional yang
berhubungan dengan perjanjian dan konvensi internasional.
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
(pasal 1 PP No. 65/2005)

• Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang


mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan.

• Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan


kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran
sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM
tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat
pelayanan.
PENYUSUNAN SPM

UU No. 32/2004 Petunjuk Teknis


PP No. 65/2005
UU No. 8/2005 Mendagri

Penyusunan SPM oleh Tim Konsultasi SPM


Menteri/Pimpinan LPND konsultasi Koor. Mendagri
Anggota unsur:
1. Depdagri
2. Bappenas
Penetapan SPM dgn rekomendasi 3. DepKeu
Permen terkait 4. menPAN
5. LPND terkait

DPOD Disampaikan Ditjen Otda


melalui Sek. DPOD

Pembuatan Juknis SPM


dgn Permen terkait

Tahap penerapan
Penerapan SPM oleh
Pemda.
PENERAPAN SPM

BERDASARKAN:
PP No. 65 TAHUN 2005
PERMENDAGRI No. 6 Tahun 2007
PERMENDAGRI No. 79 Tahun 2007
PENERAPAN SPM

Juknis SPM
Departemen terkait
Tahap penyusunan

Penyusunan
Perencanaan dan
Anggaran Pemda

Penyusunan
 RPJMD 5 Tahun
 Renstra SKPD

Penyusunan  Diinformasikan kpd masy


Pedoman Mendagri
 RKPD  Didukung dgn sistem informasi
mengenai
 Renja SKPD  Bekerja sama dgn Pemda lain
Analisis keuangan
dan potensi daerah  KUA  Bekerja sama dengan pihak swasta
 RK SKPD
1 Tahun
Penerapan SPM
• Pemda menerapkan SPM sesuai ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Menteri;
• SPM yang telah ditetapkan pemerintah menjadi salah satu acuan
bagi Pemda untuk menyusun perencanaan dan penganggaran
penyelenggaraan pemerintahan daerah;
• Pemerintahan daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang
memuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada
batas waktu pencapaian SPM sesuai dengan Peraturan Menteri‘
• Rencana pencapaian SPM dituangkan dalam RPJMD dan Renstra
SKPD;
• Target tahunan pencapaian SPM dituangkan ke dalam RKPD,
Renja SKPD, KUA, RKA-SKPD sesuai klasifikasi belanja daerah
dengan memprtimbangkan kemampuan keuangan daerah.
Mekanisme Penerapan
SPM
Pemda menyusun
rencana pencapaian SPM
Dituangkan dalam
Mengacu pada

Rencana Pembangunan
Target tahunan Batas waktu Jangka Menengah Daerah
pencapaian SPM pencapaian (RPJMD)
SPM
Rencana Strategis Satuan
Dituangkan dalam Kerja Perangkat Daerah
(Renstra SKPD)

Kebijakan Umum Anggaran (KUA)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Klasifikasi belanja daerah


(RKPD) dengan pertimbangan
kemampuan keuangan
Rencana Kerja Satuan Kerja daerah
Perangkat Daerah (Renja SKPD)
Berdasarkan
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD)
Lintas Daerah dan Kerjasama
SPM
• Adanya dampak lintas daerah dan/atau untuk
efisiensi, daerah wajib mengelola pelayanan
publik secara bersama-sama dengan daerah
sekitar sesuai peraturan perundang-
undangan
• Dalam pengelolaan pelayanan dasar
bersama-sama rencana pencapaian SPM
perlu
– Disepakati bersama
– Kesepakatan menjadi dasar rencana dan
anggaran kontribusi masing-masing daerah
• Dalam pencapaian SPM, Pemda dapat
bekerjasama dengan swasta
Pembinaan SPM
• Menteri/Pimpinan LPND melakukan
pembinaan kepada Pemda dalam
penerapan SPM
• Pembinaan berupa
– Fasilitasi
– Pemberian orientasi umum
– Petunjuk teknis
– Bimbingan teknis
– Pendidikan dan pelatihan
Pembinaan SPM (lanjutan)
• Bantuan teknis lain
– Perhitungan sumber daya dan dana yang dibutuhkan
untuk mencapai SPM, termasuk kesenjangan
pembiayaan
– Penyusunan rencana pencapaian SPM dan penetapan
target tahunan pencapaian SPM
– Penilaian prestasi kerja pencapaian SPM
– Pelaporan prestasi kerja pencapaian SPM
• Pembinaan penerapan SPM terhadap
– Pemda Propinsi oleh pemerintah
– Pemda Kabupaten/Kota oleh Gubernur sebagai wakil
pemerintah di daerah
Pengembangan Kapasitas
SPM
• Menteri/Pimpinan LPND berkewajiban melakukan
pengembangan kapasitas untuk mendukung
penerapan dan pencapaian SPM;

• Pengembangan kapasitas difasilitasi oleh


Menteri/Pimpinan LPND melalui peningkatan
kemampuan sistem, kelembagaan, personil,
keuangan baik di tingkat pemerintah maupun
pemerintahan daerah;

• Fasilitasi pengembangan kapasitas berupa;


Pemberian orientasi umum; Petunjuk teknis;
Bimbingan Teknis; Pendidikan dan pelatihan;
dan/atau bantuan lainnya.
Fasilitasi Pengembangan Kapasitas
diberikan dalam rangka :

• Penyusunan RPJMD yang memuat rencana


penerapan dan pencapaian SPM dan
menuangkannya menurut skala prioritas dalam
APBD;

• Penyusunan sistem monitoring dan evaluasi untuk


mengukur kinerja SKPD dalam penerapan dan
pencapaian SPM secara nasional dan daerah;

• Pemberdayaan Pemerintahan daerah untuk


membangun kerjasama dan/atau kemitraan antar
daerah maupun antar daerah dengan pihak swasta
dan/atau masyarakat dalam penerapan dan
pencapaian SPM;
Fasilitasi Pengembangan Kapasitas
diberikan dalam rangka :

• Penyusunan strategi agar daerah mampu


mengembangkan penerapan dan pencapaian SPM
terpadu satu pintu;

• Pengembangan inovasi dan kreatifitas pemerintahan


daerah dalam penerapan dan pencapaian SPM;

• Penyusunan kebijakan pemberian penghargaan bagi


pemerintahan daerah untuk meningkatkan kualitas
penerapan dan pencapaian SPM;

• Penyusunan sub sistem informasi penerapan dan


pencapaian SPM bagi pemerintahan daerah yang
terintegrasi dengan sistem informasi manajemen pada
pusat.
Pembinaan dan Pengawasan

• Menteri/Pimpinan LPND melakukan


pembinaan dan pengawasan teknis
atas penerapan dan pencapaian SPM
Pemerintahan daerah;
• Untuk mendukung penerapan dan
pencapaian SPM Menteri/Pimpinan
LPND menyusun petunjuk teknis
yang ditetapkan dengan Peraturan
Menteri/Pimpinan LPND;
Monitoring dan Evaluasi
• Pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi
penerapan dan pencapaian SPM pemerintah
daerah;
• Monitoring dan evaluasi umum terhadap kinerja
penerapan dan pencapaian SPM pemerintah
daerah dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri
dibantu oleh Tim Konsultasi Penyusunan SPM;

• Tim Konsultasi Penyusunan SPM


menyampaikan hasil monitoring dan evaluasi
umum kinerja penerapan dan pencapaian SPM
pemerintah daerah kepada DPOD untuk
selanjutnya dilaporkan kepada presiden.
Teknis Operasional
Permendagri 79 Tahun 2007

Lampiran 2

Lampiran 3
Contoh SPM Kesehatan (Kepmenkes Nomor
1457/MENKES/SK/X/2003 Tentang SPM
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota)

 Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 (95 %);


 Ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk (100
%);
 Cakupan kunjungan neonatus (90 %);
 Cukupan bayi berat lahir rendah/BBLR
yang ditangani (100 %);
PERMENKES 741/2008
Contoh SPM Diknas (Kepmendiknas Nomor
129a /U/2004 tentang SPM Bidang
Pendidikan)
 95 persen anak dalam kelompok usia 7-12 tahun
bersekolah di SD/MI.
 90 persen dari jumlah guru SD yang diperlukan
terpenuhi.
 Jumlah siswa SD/MI per kelas antara 30 - 40
siswa.
 95 persen dari lulusan SD melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah
Tsanawiyah (MTs).
Contoh SPM LH (KepmenLH Nomor 197
Tahun 2004 Tentang SPM Bidang di Daerah
Kabupaten/Kota
 Jumlah kendaraan wajib uji yang secara administratif terdaftar di
Kabupaten/Kota yang bersangkutan dipantau emisinya (100 %);
 Jumlah kendaraan tidak wajib uji yang secara administratif terdaftar
di Kabupaten/Kota yang bersangkutan dipantau emisinya (5 %);
 Jumlah usaha dan atau kegiatan sumber tidak bergerak yang
memenuhi persyaratan administratif dan teknis pengendalian
pencemaran udara (100 %);
 Kualitas udara yang memenuhi baku mutu udara ambient sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku (100 %).
SPM LH 2008 (Psl 3)
SPM LH 2008 (Psl 3)

Anda mungkin juga menyukai