Anda di halaman 1dari 12

BAB I.

PENDAHULUAN

Manusia pada hakekatnya mahluk sosial yang hadir dan berkembang dalam
lingkungan sosial di mana dirinya hidup. Ia tidak akan menjadi manusia
kalau dirinya tidak mampu beriteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Interaksi manusia dengan lingkungan sosial menuntut manusia untuk
memampukan dirinya. Dan untuk itu manusia harus memiliki
kemampuan,potensi jiwa badan. Artinya manusia harus memiliki
kemampuan berpikir dan kesehatan lahiriah untuk menyatakan dan
membentuk dirinya dalam lingkungan sosial. Di sini kita menemukan relasi
in se manusia dengan pendidikan dan kesehatan. Pendidikan dibutuhkan
untuk mengembangan daya kritis rasional, estitika,moral dan emosional
dalam mengenal dan beradaptasi dengan lingkungan sosial yang akan
membentuk diri dan sekaligus merubah lingkungannya. Dan daya tunjang
yang paling dasar dalam proses pengembangan intelektual adalah kesehatan
jiwa badan manusia. Individu harus memiliki kesehatan utuh untuk
melangkah secara efektif dalam proses pendidikan dan pembentukan dirinya.
Oleh karena itu, faktor pendidikan dan kesehatan adalah dua sisi mata uang
yang tidak bisa terpisahkan dalam proses memanusiakan manusia.
Pendidikan tidak cukup mampu membebaskan manusia tanpa ditunjangi
kesehatan yang memadai. Demikian sebaliknya kesehatan tidak cukup
menghantar manusia kepada pengenalan diri sebagai manusia tanpa
pendidikan.

Oleh karena itu upaya mengentaskan kemiskinan masyarakat sebenarnya


tidak terpisahkan dari usaha memenuhi kebutuhan dasar manusia
(pendidikan dan kesehatan). Kata lain pembangunan yang paling strategis
dan penting untuk memberantas kemiskinan adalah mengembangkan sistem
pendidikan dan kesehatan yang mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyat.

Bertolak dari kesadaran ini, negara yang adalah organisasi kontrak sosial
rakyat memiliki tanggungjawab penuh untuk melayani kebutuhan dasar
manusia (pendidikan dan kesehatan). Negara harus membangun dengan
mulai meletakkan dasar yang kuat pada kehidupan rakyatnya, yaitu
menciptakan manusia sehat dan memiliki kesadaran berpikir cerdas lagi
inovatif.

1
BAB II

MASALAH KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN


NASIONAL.

2.1 Pelayanan Publik: Peraturan dan Program Pemerintah

Acuan pemerintahah dalam menjalankan fungsi pelayanan publik mesti


dijalankan, antara lain dengan dengan mengacu pada konstitusi dan
peraturan perundang-undangan lainnya, seperti asas umum penyelenggaraan
Negara, yang telah diatur dalam UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam UU ini,
pasal 3, dinyatakan 7 asas umum penyelenggaraan Negara: (1) kepastian
hokum; (2) tertib penyelenggaraan Negara; (3) asas kepentingan umum; (4)
keterbukaan; (5) proporsionalitas; (6) profesionalitas, dan; (7) akuntabilitas.
UU No. 28/1999 tersebut juga memuat hak masyarakat dalam
penyelenggaraan Negara, antara lain hak untuk memperoleh pelayanan yang
sama dan adil dari Penyelenggara Negara.

Diskursus tentang RUU tentang (Standar) Pelayanan Publik, setidaknya


sudah menguat sejak 2 tahun lalu. Dari aspek legal-formal, sejumlah
peraturan telah dikeluarkan dalam kaitan pelayanan publik, yakni:
- Instruksi Presiden No.1 Tahun 1995 tentang Perbaikan Mutu Pelayanan
Aparatur Pemerintahan Kepada Masyarakat;
- Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintahan;
- Keputusan Men.PAN Nomor 63 tahun 2003 tentang Pedoman Umum
Pelayanan publik;
- Keputusan Men.PAN Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Umum
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat;
- Keputusan Men.PAN Nomor 26 Tahun 2004 tentang Petunjuk Teknis
Transparansi dan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan publik;
- Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur negara No.81 Tahun 1993
tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum;
- Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara kepada Pemerintah
Daerah menjelaskan 17 langkah strategik peningkatan pelayanan publik
serta program aksi apa yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah;

2
Dari pemantauan media, problematik yang perlu diatur secara jelas dalam
peraturan perundang-undangan maupun peraturan kebijakan (Beleidsregel),
antara lain:
1. standar minimum, apa-apa yang mesti menjadi standar pelayanan yang
bersifat umum;
2. akuntabilitas penanggungjawab dan pelaksana pelayanan publik. Hal ini
perlu dirumuskan, jangan sampai beban dan tanggungjawab hanya diemban
oleh pegawai lapangan, melainkan juga mengatur para pejabat dieselon yang
tinggi;
3. mekanisme pengaduan, keluhan, komunikasi atau gugatan hukum
terhadap pejabat atau institusi yang diklaim tidak melakukan tugas dan
pelayanan kepada publik sebagaimana mestinya. Selanjutnya, juga perlu
diatur penerapan sanksi baik administratif dan sanksi pidana kepada pihak
yang telah lalai ataupun dengan sengaja tidak melakukan fungsinya. Tentu
saja perlu ditindaklanjuti bukan hanya sebatas sanksi melainkan perbaikan
dan peningkatan pelayanan serta menyelesaikan masalah yang muncul;
4. keterlibatan optimum dari masyarakat dalam bentuk pengawasan, dan jika
diperlukan keterlibatan kelompok-kelompok masyarakat dalam perencanaan
pelayanan publik yang akan dilakukan aparat;

2.2 Pendidikan.

Pengantar Pendidikan merupakan faktor penentu generasi masa depan di


setiap negara. Negara yang ingin bangsanya maju harus berupaya untuk
menghilangkan cara-cara illegal dalam sektor pendidikan. Namun sangat
disayangkan, hal ini sering dinodai oleh praktek-praktek korupsi. Dalam
buku ini membahas mengenai ketidakjujuran, pencurian, kecurangan,
penggelapan, pemborosan, mismanagement dan berbagai penyimpangan
lainnya dalam departemen dan institusi pendidikan. Beberapa contoh praktek
korupsi yang dipaparkan antara lain di Alabama, Arizona, Arkansas,
California, Colorado, dan wilayah negara bagian Amerika Serikat lainnya.
Tindakan korupsi di lembaga pendidikan mempengaruhi keberlangsungan
proses pendidikan. Praktek korupsi yang terjadi misalnya penggelapan dana
hibah pendidikan yang seharusnya dialokasikan untuk pengembangan sarana
pendidikan tetapi mengalir ke pihak-pihak yang hanya mementingkan
kepuasan pribadi semata. Walaupun hal ini tidak sepenuhnya merupakan hal
yang patut diungkapkan, tetapi faktanya tetap menunjukkan bahwa korupsi
merupakan masalah serius yang menjadi perhatian dan topik penting

3
diantara permasalahan lainnya dalam lembaga pendidikan. Realitanya adalah
korupsi telah menyatu dalam keseharian dan menjadi kebiasaan, tetapi
semuanya tertutup oleh kepuasan dan kenyamanan pribadi. Jika hal ini terus
terjadi, peserta didik yang menjadi sasaran kerugian dan merupakan
pengingkaran terhadap konstitusi dan kepercayaan publik.

Sistem pendidikan nasional yang terus berubah seturut pergantian kekuasaan


negara mengindikasikan bahwa negara belum mampu menemukan satu
model pendidikan yang menjamin pemenuhan kebutuhan dasar rakyat,-
bahkan menjadikan pendidikan sebagai komoditas politik kekuasaan. Suatu
kegagalan awal pendidikan nasional kita. Pergantian kurikulum setiap kali
pergantian kabinet melahirkan kebingungan bagi Pendidik. Pendidik
menyibukan diri dengan tuntutan kurikulum dan lupa untuk berpikir
bagaimana mencerdaskan peserta didik. Seolah-olah kurikulum itu mutlak
mampu mencerdaskan dan membebaskan peserta didik dari kemiskinan ilmu
pengetahuan.

Isi kurikulum itu sendiri tidak menjawabi kebutuhan dasar peserta didik.
Karena sampai saat ini kurikulum pendidikan nasional kuat berorientasi pada
mempersiapkan peserta didik untuk bersaing dengan peradaban modern
( globalisasi, industrialisasi, teknologi informasi dan komunikasi). Dampak
langusng bahwa begitu banyak Output pendidikan yang memiliki
kemampuan menguasai peradaban modern, tapi tidak mampu menciptakan
lapangan kerja baru.
Kuatnya orientasi pada lapangan kerja global, menyebabkan proses
pendidikan lebih banyak menekankan perkembangan IQ (intelegent
Quetient). Dan mengabaikan perkembangan otak kanan ( OQ = emitional
Quetient) yang mencakup kebutuhan estitika, moral, nilai dan olah fisik).

Kendala serius lainya pada tingkat implementasi lapangan adalah alokasi


anggaran yang sangat kecil ( Kabupaten Sikka alokasi anggaran pendidikan
= 10 persen dan anggaran kesehatan 5 perse). Hal ini berpengaruh kuat pada
proses pelayanan kepada rakyat yang mencakup sarana/fasilitas terbatas, dan
kurangnya tenaga pendidik di pedesaan.

2.3 Bidang Kesehatan

Indonesia termasuk negara berkembang sangat rentan terhadap berbagai


macam penyakit. Hal ini tersebab karena kondisi riil masyarakat Indonesia
yang miskin dan memiliki standart hidup (gisi) rendah. Kemiskinan ( gisi

4
buruk) menjadi kandungan yang siap setiap saat melahirkan penyakit.
Karena itu tidak mengejutkan kalau penyakit –penyakit menyerang
masyarakat meningkat jumlahnya setiap tahun seiring meningkatkan jumlah
angka kemiskinan. Kondisi ini semakin terpuruk oleh sistem pelayanan yang
kaku dan tertutup ( salah urus). Sistem pelayanan lebih tercurah pada upaya
pelayanan pengobatan, ketimbang pencegahan dini melalui pendidikan
kesehatan masyarakat. Jadi pelayan kehatan lebih berperan sebagai agen
penyakit daripada agen keshatan publik.

Pada sisi lain alokasi anggaran untuk kesehatan sangat kecil. Hal ini
bersentuhan langsung pada kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan
rakyat. Seperti kekurangan sarana/fasilitas kesehatan, obat dan tenaga
kesehatan. Keterbatasan pelayanan ini menyebabkan angka kematian
terutama kaum marginal –miskin semakin meningkat setiap saat. Mereka
hanya pasrah dan siap menjemput kematian.

BAB III.

TAWARAN MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN DAN


KESEHATAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR
RAKYAT.

3.1 Bidang Pendidikan

a. Perubahan Paradigma Pendidikan Nasional.


Sistem pendidikan nasional yang gagal memenuhi kebutuhan dasar rakyat
berawal dari paradigma pendidikan nasional yang berorientasi pada
pengembangan ilmu pengetahun yang bersifat kompetitf global. Dimana
pendidikan nasional diarahkan pada menjawabi kebutuhan dunia modern
yang bercirikan pasar bebas, industri, teknologi canggih. Konsep dasar ini
menyeret pendidik pada satu pola pemikiran pragmatis –politis,
menempatkan kebutuhan peradaban modern tersebut sebagai materi dan isi
ilmu pengetahuan yang harus diberikan kepada peserta didik. Pada kondisi
ini hakekat pendidikan dicampakkan keluar dari dirinya. Pendidikan
seyogyanya proses mengenal diri dan mengolah persoalan sosial di
lingkungannya, sehingga pada gilirannya nanti menemukan jawaban sendiri.
Seorang siswa SMA di perkampungan hutan Papua , diberi pendidikan
komputer,pasar bebas dan teknologi canggih, sementara remaja itu sendiri

5
belum mengenal dan melihat alat komputer itu di lingkungannya. Setiap hari
ia hanya mengalami persoalan hidup komunitas yang berpindah tempat
tinggal dan memburuh binatang untuk kebutuhan makanan. Sistem
pendidikan ini tidak menjawabi kebutuhan riil peserta didik. Sebenarnya,
remaja itu harus mendapatkan pendidikan tentang masalah yang
dihadapinya. Sehingga dengan kesadaran itu, ia mampu berpikir untuk
menemukan diri dan terbebaskan dari kemiskinan yang menghimpitnya.

Karena itu sudah saatnya, pemerintah pusat harus merubah paradigma


pendidikan nasional kepada paradigma baru yaitu mengembangkan sistem
pendidikan nasional yang mengarah pada proses pengenalan diri dan
pembentukan kesadaran kritis untuk menyelesaikan persoalan sosial yang
dihadapi di komunitas di mana manusia hidup. Belajar dari pengalaman
hidup di komunitasnya dan kemudian berpikir bagaimana menemukan
pemecahan masalah diri dan komunitasnya ( refleksi- aksi refleksi). Dalam
sistem pendidikan semacam ini proses belajar-mengajar berubah dari sistem
Banking concept of education ( pendidik adalah penabung dan peserta didik
adalah bank yang siap diisi) kepada satu sistem dan proses belajar dialogis,
dimana guru lebih berperan fasilitator dan teman dialog untuk meramu
pikirin peserta didik. Atau dengan bahasa Sokrates “Pendididik berperan
sebagai bidan yang siap membantu melahirkan ilmu pengetahuan peserta
didik. Pendidik bukan menjadi sumber ilmu pengetahuan, tapi anak didiklah
yang menjadi sumber ilmu pengetahuan”.

b. Sistem pendidikan partisipatif


Sistem pendidikan yang terjelma pada kurikulum pendidikan nasional belum
mampu menjawabi kebutuhan dasar rakyat. Hal ini tersebab oleh proses
perumusan kebijakan tidak melibatkan semua pihak terutama masyarakat
kecil. Mekanisme representasi (eksekutif –legislatif) plus akademisi yang
lasim dilakukan selama ini perlu dikaji kembali. Rakyat harus terlibat aktif.
Untuk melibatkan masyarakat dalam proses menghasilkan kebijakan
pelayanan pendidikan, maka hal yang perlu dilakukan adalah: Pertama,
Pemerintah pusat harus segera membuka ruang bagi otonomisasi
pendidikan. Daerah harus diberi wewenang yang cukup untuk merumuskan
sistem pendidikan bagi rakyatnya. Dengan sistem ini, maka rakyat memiliki
ruang lebar untuk melibatkan diri dalam proses perancangan kebijakan
pendidikan. Kedua, Perlu ada dewan atau komisi/komite pendidikan di
tingkat daerah yang secara khusus bekerja merumuskan sistem pendidikan di
daerah. Peran dewan pendidikan daerah ini mencakup 1) melakukan
pengkajian kebutuhan dasar rakyat daerah ( budaya, ekonomi,

6
politik,sosial) .2) Merumuskan dan membahas bersama eksekutif dan
legislatif untuk menghasilkan kebijakan pendidikan daerah. 3).Melakukan
pengawasan pelaksanaan pendidikan di daereah.

c. Alokasi anggaran.
anggaran untuk pendidikan sampai saat ini belum cukup untuk
mengembangkan sistem pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhan
dasar rakyat. anggaran ini berkaitan erat dengan kualitas mutu pendidikan,
terutama penyediaan sarana , fasilitas plus tenaga pendidik. Karena itu
pemerintah perlu meningkatkan lagi alokasi dana untuk pendidikan.
Untuk itu, hal paling penting adalah pengawasan terhadap pelaksaan di
lapangan. Penambahan angka anggaran harus diikuti dengan mengatur
sistem pengawasan yang bersifat indipenden dan accuntabel. Pengawasan ini
harus melibatkan rakyat dengan membentuk team pengawas pendidikan
inidipenden di daerah.

d. Mengembangkan wadah pendidikan alternatif rakyat.


Civil Society harus mulai mengembangkan sistem pendidikan pembanding
pendidikan formal state. Wadah ini merupakan pendidikan alternatif yang
langsung menjalankan proses pendidikan di tengah komunitas terutama
komunitas terpinggir (kaum urban,buruh,petani,nelayan dan kelompok
masyarakat rentan lainnya. Keutamaan pendidikan ini adalah
mengembangkan sistem pendidikan yang mengacu dan bersumber pada
masalah-masalah riil komunitas. Anak didik harus mulai mengenal diri plus
lingkungan yang menindasnya, sembari belajar akan potensi lokal yang
menopang kehidupan masyarakat. Pada tingkat lanjut, peserta dihantar pada
proses belajar ilmu pengetahun yang bersentuhan dengan arus global.

3.2. Kebijakan pelayanan kesehatan partisipatif.

a. Mengembangkan sistem pelayanan berbasis rakyat.


Pengembangan sistem pelayanan berbasis kebutuhan rakyat dimaksud
adalah menciptakan satu sistem yang bersumber pada persoalan-persoalan
kesehatan riil masyarakat setempat. Untuk itu pemerintahan daerah harus
membentuk team multi pihak yang berperan melakukan kajian di lapangan
dan kemudian merumuskan dalam satu sistem pelayanan kesehatan rakyat
daerah. Yang terjadi selama ini, sistem pelayanan kesehatan di daerah selalu

7
mengacu pada pedoman pelayanan nasional. Akibatnya, banyak masalah
kesehatan rakyat setempat yang tidak teratasi karena tidak terkaver dalam
prgram pelayanan nasional.
b. Alokasi anggaran kesehatan
Untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan rakyat, hal yang paling
berpengaruh adalah anggaran biaya kesehatan yang mencakup sarana-
prasara/fasilitas, tenaga medis. Kenyataan bahwa pelayanan kesehatan tidak
mampu menjangkau rakyat di desa terpencil. Untuk mengefektifkan
pelaksaaan di lapangan, maka sangat perlu membentuk satu sistem
pengawasan indipenden yang melibatkan masyarakat setempat. Dan di
tingkat daerah/kabupaten perlu membentuk satu dewan kesehatan daerah
yang secara khusus mendeteksi perkembangan pelayanan kesehatan
masyarakarat.
c. Mengembangkan sistem kesehatan prefentif.
Pemerintah harus mulai mengembangkan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, tidak hanya terbatas pada penyuluhan kesehatan yang sering
dilakukan oleh petugas kesehatan, tapi pendidikan kesehatan harus
mendapatkan alokasi anggaran khusus dan terprogram secara kontinue.
Program ini langsung pada masyarakat desa (kampung) dengan sasaran
utama memberikan pendidikan tentang pentingnya kesehatan untuk
kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat. Dan untuk bisa efektif
dan menjangkau wilayah nusantara, maka melibatkan semua stakeholder.

d. Mengembangkan kesehatan alami.


Kesehatan alami dimaksud adalah perawatan kesehatan dengan
menggunakan obat-obat ramuan tradisional. Ini sangat membantu
masyarakat kecil di desa yang jauh dari pusat pelayanan medis dan sekaligus
mengembangkan budidaya tanaman obat tradisional yang berdampak lanjut
pada konservasi alam-lingkungan. Karena itu pemerintah harus
mengalokasikan secara khusus untuk kesehatan alami ini. Apabila
masyarakat sadar dan tahu tentang pengobatan ini, dapat membantu rakyat
kecil mengatasi kesehatan secara cepat,mudah dan murah

8
BAB IV

PENDEKATAN PELAYANAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN.

Model pendekatan yang pas adalah multipihak. Semua komponen terlibat


pada setiap
tahapan proses mulai dari pengkajian, perencanaan,
perancangan,pembahasan dan
penetapan. Masing-masing pihak harus mendapat mandat dan peran secara
jelas untuk
menjamin akuntabilitas publik.

Jika dikaitkan dengan sifat pelayanan publik, maka jaminan-jaminan


tersebut mesti dilaksanakan pada pelayanan yang bersifat umum. Menurut
Sri Redjeki Hartono, pelayanan publik dapat diklasifikasikan dua kategori
berdasarkan sifatnya, yakni: Pertama, bersifat umum, pelayanan yang
diberikan kepada siapapun yang membutuhkan pelayanan, diberikan oleh
instansi publik yang diberikan wewenang untuk itu, seperti: pelayanan untuk
memperoleh dokumen pribadi antara lain dokumen jati diri, dokumen status
seseorang, dan dokumen tentang pembuktian pemilikan benda-benda tetap
dan benda-benda bergerak. Kedua, bersifat khusus, pelayanan yang timbul
karena adanya suatu hubungan hukum diantara institusi publik tertentu
dengan kelompok masyarakat atau publik tertentu. Keduanya, hanya dapat
dijalankan oleh aparat dan administrasi Negara yang professional.

Dengan memperhatikan sifatnya, maka dapat dapat disusun standar


minimum pelayanan publik untuk pelayanan yang bersifat umum. Standar
minimum, dapat mencakup: prosedur dan waktu. Untuk hal-hal yang dapat
diklasifikasikan sebagai hak-hak dasar masyarakat, perlu juga dimuat
rumusan perolehannya secara cuma-cuma, gratis, tanpa biaya. Jika pun
dipungut biaya, maka prinsip yang tak boleh diabaikan seperti yang telah
dikemukakan mesti ada jaminan keterjangkauan biaya bagi masyarakat
secara luas, dan pemberian fasilitas kepada masyarakat miskin, marjinal dan
terpinggirkan

9
BAB V. KESIMPULAN

Pendidikan dan kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus


dipenuhi agar manusia menemukan diri sebagai manusia. Negara memiliki
tanggungjawab utama untauk mengatasi lewat pengembangan pendidikan
dan pelayanan kesehatan berbasis kebutuhan rakyat. Untuk itu perlu segera
merubah tata kelola kebijakan pelayanan pendidikan dan kesehatan rakyat

10
DAFTAR PUSTAKA

PITER EMBU GUSI


YAYASAN FLORES SEJAHTERA (SANRES) –MAUMERE –FLORES-NTT

http/pelayanan public .co.id

http/Wikipedia blog spot..

http/pelayanan public untuk masyarakat.com.

11
12

Anda mungkin juga menyukai