Anda di halaman 1dari 69

PERENCANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DAN IMPLEMENTASINYA DI SD NEGERI CANDIREJO

KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN

(PLANNING LEARNING OF MOSLEM RELIGION EDUCATION AND

IMPLEMENTATION AT SD NEGERI CANDIREJO NGAGLIK SLEMAN)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar


Sarjana Ilmu Agama Islam Prodi Tarbiyah

Oleh :

Muh Hudam
07422078

JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2010

i
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Muh Hudam


NIM : 07422078

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Ilmu Agama Islam

Judul Skripsi : Rencana Pembelajaran Pendidikan


Agama Islam dan Implementasinya di
SD N Candirejo Ngaglik Sleman

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi ini merupakan hasil karya
sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan
Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan hasil karya orang lain, maka
saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi
berasarkan aturan tata tertib yang berlaku di Universitas Islam Indonesia

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tidak dipaksakan.

Penulis,

Muh Hudam

ii
RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DAN IMPLEMENTASINYA DI SDN CANDIREJO NGAGLIK

SLEMAN

Oleh :
Muh Hudam
07422078

telah dimunaqosyahkan di depan


Dewan Munaqosyah Skripsi Pogram Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta,
dan dinyatakan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

TIM PENGUJI SKRIPSI


Nama Jabatan Tanda Tangan
Drs.M.Hajar Dewantoro,M.Ag. Ketua
Drs.Nanang Nuryanta,M.Pd. Sekretaris
Dr.Drs.H.Ahmad Darmadji,M.Pd. Penguji I
Drs.H.Hujair A.H.Sanaky,M.Si Pembimbing/Penguji II
Yogyakarta, 16 Februari 2010
Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia

Drs. H. Fajar Hidayanto, MM.

iii
ABSTRAK

MUH HUDAM. Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan


Implementasinya di SDN Candirejo Sardonoharjo Ngaglik Sleman. Skripsi.
Yogyakarta: Jurusan Tarbiyah, Fakultas Ilmu Agama Islam, 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara
kritis tentang Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan
implementasinya di SDN Candirejo Sardonoharjo Ngaglik Sleman. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan menjadi rujukan bagi guru mata
pelajaran agama Islam dalam membuat rencana pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, tidak hanya mampu membuat rencana pembelajaran saja, akan tetapi juga
mampu menerapkan rencana pembelajaran pendidikan Islam pada proses belajar
mengajar.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar di
SDN Candirejo Sardonoharjo Ngaglik Sleman. Pendekatan yang digunakan
adalah pedagogik dan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data dilakukan
dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan dari
makna itulah ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Bentuk Rencana Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo Sardonoharjo Ngaglik Sleman telah
berwujud buku kerja guru yang dalam pengisiannya diserahkan sepenuhnya
kepada guru, komponen rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan pada
mata pelajaran umum di SDN Candirejo Sardonoharjo Ngaglik Sleman terdapat
dasar tauhid, ini yang merupakan kekhasan dari rencana pembelajaran di SDN
Candirejo Sardonoharjo Ngaglik Sleman. Komponen yang belum ada pada
rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo Sardonoharjo
Ngaglik Sleman adalah kompetensi dasar, standar kompetensi, dan deskripsi
materi. Dalam penyusunan rencana pembelajaran, guru Pendidikan agama Islam
di SDN Candirejo Sardonoharjo Ngaglik Sleman merasa kesulitan, karena guru
belum mendapatkan keterangan mendalam seputar rencana pembelajaran. Hal ini
pula yang menyebabkan guru tidak selalu menyusun rencana pembelajaran. (2)
Penerapan dari Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDIT
Hidayatullah berlangsung lancar dan efektif Hasil dari proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo Sardonoharjo Ngaglik Sleman
dengan menggunakan rencana pembelajaran adalah Siswa lebih aktif untuk
bertanya, selama proses pembelajaran guru menggunakan metode yang bervariasi,
siswa lebih fokus selama proses pembelajaran, waktu yang ada dapat digunakan
dengan baik, dan dengan kegiatan pembuka pemahaman siswa terdapat
kesinambungan.

iv
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmatNya, baik yang dapat terlihat
maupun yang tidak, baik yang lampau maupun yang sekarang.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad saw yang telah diutus oleh Allah swt untuk membawa
agama yang hak bagi seluruh umat manusia, juga kepada seluruh keluarganya,
para sahabatnya, serta segenap umatnya.
Penulis memanjatkan syukur alhamdulillah ke hadapan Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Implementasinya di SDN Candirejo Sardonoharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten
Sleman ”. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa
terima kasih kepada :
1. Bapak Drs.H. M. Fajar Hidayanto, MM selaku Dekan .
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Tarbiyah Fakultas Ilmu Agama Islam
Yogyakarta.
3. Bapak Drs.H. Hujair A. H. Sanaky, MSI., selaku dosen pembimbing,
yang telah memberi bimbingan dengan penuh kesabaran.
4. Ibu Dra.Sri Haningsih, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan studi ini.

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta karyawan Fakultas Ilmu Agama
Islam.

v
6. Ibu Dra.Marmiyati, selaku Kepala SDN Candirejo Ngaglik Sleman
Yogyakarta.
7. Bapak Drs.Japar, selaku Guru Pendidikan Agama Islam SDN
Candirejo Ngaglik Sleman Yogyakarta.
8. Segenap Bapak dan Ibu Guru serta karyawan SDN Candirejo Ngaglik

Sleman Yogyakarta.

9. Bapak dan Ibuku tercinta beserta semua keluarga terima kasih atas
segala kasih sayang, kepercayaan, dukungan dan do’a yang tak henti-
hentinya mengalir disetiap waktu dalam sujud pada Illahi Rabbi.
10. Teman-teman kelas seangkatan serta semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan baik
moril

maupun materiil dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga amal mereka mendapat pahala dan ridha Allah swt, penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, sehingga penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Yogyakarta, 24 Desember 2009


Penulis

Muh Hudam
NIM. 07422078

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... I
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................................... II
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... III
ABSTRAK ................................................................................................................... IV
KATA PENGANTAR ................................................................................................. V
DAFTAR ISI ................................................................................................................ VII

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
E. Telaah Pustaka ........................................................................... 3
F. Sistematika Pembahasan ............................................................. 4

BAB II : LANDASAN TEORI


A. Pendidikan Agama Islam ............................................................ 5
B. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................................ 6
C. Misi Pendidikan Agama Islam ................................................... 6
D. Kelemahan-kelemahan Pendidikan Agama Islam ...................... 7
E. Perencanaan Pembelajaran .......................................................... 7
1. Definisi Perencanaan ............................................................. 8
2. Perencanaan Pembelajaran .................................................... 8
3. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran .......................... 10
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................... 10
5. Prinsip – prinsip penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ......................................................................... 16
6. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................... 17
7. Penyusunan Rencana Pembelajaran Harian .......................... 18
F. Prinsip-prinsip pengembangan persiapan mengajar.................... 18

vii
G. Prinsip-prinsip Mengajar............................................................. 19
1. Prinsip-prinsip umum mengajar ............................................ 19
2. Penataan unsur pembelajaran ................................................ 20
H. Strategi Pembelajaran.................................................................. 21
1. Komponen strategi pembelajaran.......................................... 21
2. Beberapa strategi pembelajaran ............................................ 22
I. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
1. .........................................................................................K
egiatan pendahuluan .............................................................. 25
2. .........................................................................................K
egiatan Inti............................................................................. 25
3. .........................................................................................K
egiatan Penutup ..................................................................... 27
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ......................................................................... 28
B. Jenis Penelitian ............................................................................ 28
C. Pendekatan Penelitian ................................................................. 28
D. . Subyek Penelitian ........................................................................ 29
E. Sumber Data ................................................................................ 29
F. Cara Pengumpulan Data.............................................................. 30
G. Metode Analisis Data .................................................................. 31
H. Keabsahan Data........................................................................... 31
I. Data yang Digunakan .................................................................. 32
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Bentuk Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SDN Candirejo Ngaglik Sleman ............................................. 36
1. Urgensi Mempersiapkan Rencana Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo Ngaglik
Sleman………………………………………………..... ...... 36
2. Bentuk Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Komponen-komponen yang terdapat dalam Rencana

viii
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo
Ngaglik Sleman ..................................................................... 38
B. Implementasi Rencana Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SDN Candirejo Ngaglik Sleman....................... 47
C. Hasil Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN
Candirejo Ngaglik Sleman .......................................................... 48

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................. 57
B. Saran-saran .................................................................................. 58
C. Penutup........................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 60

ix
x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus behasil dengan baik, sebab
Pendidikan Agama Islam akan dapat membentuk sikap siswa menjadi positif. Dengan
Pendidikan Agama Islam yang baik, siswa dapat memiliki iman yang kuat, dapat
memiliki rasa tanggung jawab, disiplin, tekun, jujur, sopan santun, dan sifat-sifat terpuji
lainnya, sehingga nantinya dapat memberikan manfaat pula bagi keluarga, lingkungan,
dan Negara.
Untuk mewujudkan nilai-nilai Islami pada siswa melalui lembaga pendidikan
formal, maka salah satunya adalah sangat dibutuhkan Guru Pendidikan Agama Islam
yang mempunyai kemampuan untuk mendidik siswa, tidak hanya sekedar mentransfer
pengetahuan saja, tetapi juga dapat memberikan motivasi, menjadi teladan yang baik,
dan mampu menjadi fasilitator bagi siswa-siswanya.
Keberhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat membutuhkan Guru
yang terampil, professional, kreatif. Siswa mampu menguasai kompetensi dari segi
aspek kognitif, efektif, maupun psikomotorik.
Maka sebelum dilaksanakan proses pembelajaran, guru harus membuat
perencanaan pembelajaran terlebih dahulu. Dengan membuat perencanaan
pembelajaran, maka guru dapat mempersiapkan apa yang akan dilakukan ketika proses
pembelajaran berlangsung, sehingga pembelajaran berlangsung efektif. Guru
merencanakan materi, metode, sumber belajar, media dan periklanan yang dipakai, agar
siswa dapat menguasai kompetensi yang diinginkan. Selain itu juga diperlukan
pengembangan materi, indikator, dan metode atau kegiatan itu sendiri.
Perencanaan pembelajaran sesuai target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam
membuat perencanaan pembelajaran dituntut harus dapat menyusun program pengajaran
sesuai dengan pendekatan dan metode yang digunakan.
Perencanaan pembelajaran pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka
pendek, untuk mempersiapkan apa yang akan dilakukan. Dengan demikian,
perencanaan pembelajaran merupakan upaya untuk memberikan tindakan yang

1
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaran sangat diperlukan,
karena di dalamnya terdapat garis-garis besar apa yang akan dilakukan guru dan peserta
didik selama proses pembelajaran, sehingga dengan demikian proses pembelajaran
menjadi lebih efektif.
Di samping perencanaan pembelajaran yang baik, maka tidak kalah pentingnya
juga bagaimana pelaksanaan atau implementasinya perencanaan pembelajaran itu di
dalam proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang baik, belum ada artinya
jika tidak diimplementasikan dengan baik. Dengan adanya perencanaan pembelajaran
yang baik dan diimplementasikan dalam proses pembelajaran yang baik, besar
kemungkinan akan membawa hasil yang baik pula.
Akan tetapi kenyataanya masih banyak ditemui adanya hasil pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yang belum baik. Ada sementara guru termasuk guru
Pendidikan Agama Islam sendiri masih beranggapan bahwa guru tidak harus membuat
perencanaan pembelajaran, jadi mereka berpedoman yang penting ada silabusnya,
padahal silabus belum memuat secara rinci apa yang harus dilakukan peserta didik, apa
yang akan dilakukan guru, bagaimana caranya, berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Kadang-kadang guru sudah membuat perencanaan pembelajaran, tetapi
mengimplementasikannya belum baik, atau melaksanakan pembelajaran, tetapi tidak
membuat perencanaan pembelajaran, atau membuat tetapi tidak baik, sehingga hasilnya
pun tidak baik pula, seperti adanya siswa kelas VI belum bisa Shalat, hasil ulangan atau
test rendah, bukti hasil yang belum baik itu dimungkinkan adanya perencanaan dan
implementasi pembelajaran yang belum baik.
Berangkat dari kenyataan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang perencanaan pembelajaran dan implementasinya di SD Negeri
Candirejo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dikaji adalah :
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri
Candirejo Kecamatan Ngaglik ?

2
2. Bagaimana implementasi perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SD Negeri Candirejo Kecamatan Ngaglik tersebut ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tentang perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SD Negeri Candirejo Kecamatan Ngaglik.
2. Untuk mengetahui implementasi perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SD Negeri Candirejo kecamatan Ngaglik.

D. Manfaat Penelitian
1. Dapat menambah wawasan serta sumbangan tentang pembelajaran Pendiddikan
Agama Islam di SD Negeri Candirejo Kecamatan Ngaglik.
2. Dapat menjadi pertimbangan bagi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
penerapan perencanaan pembelajaran di sekolah.
3. Dapat memberi masukan bagi lembaga-lembaga pendidikan.

E. Telaah Pustaka
Penulis telah melakukan penelusuran di beberapa sekolah, termasuk di SD
Negeri Candirejo, tentang penelitian yang membahas perencanaan pembelajaran dan
implementasinya.
Akan tetapi penulis telah menemukan dua skripsi yang pembahasannya mirip
dengan skripsi yang akan disusun oleh penulis. Dua skripsi itu adalah :
1. Sri Suryati Winarsih.
Skripsi ini membahas tentang rencana pembelajaran Tarikh islam
berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di SMP Muhammadiyyah 3
Depok Yogyakarta, yang hasilnya adalah penerapan KBK di Sekolah tersebut
belum maksimal karena faktor guru yang belum mengetahui arti penting
perencanaaan pembelajaran.

2. Nurikhda Lailatur Rohmah.


Mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (UIN) Sunan Kalijaga
Yogyakarta yang berjudul Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDIT

3
Hidayatullah Yogyakarta. Penelitian ini membahas tentang Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.

Peneliti pertama membahas tentang perencanaan pembelajaran Tarikh Islam


berdasarkan Kurikulum berbasi kompetensi (KBK), sedang peneliti kedua membahas
tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis berbeda dengan peneliti pertama
dan kedua, karena penelitian nanti akan membahas tentang perencanaan peembelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Implementasinya.

F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah mempelajari dan memahami skripsi ini, maka
pembahasan skripsi dibagi menjadi lima bab yaitu :
- Bab I Pendahuluan, mengulas tentang : Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian.
- Bab II Landasan Teori, mengulas Pendidikan Agama Islam, misi Pendidikan
Agama Islam, perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip penyusunan rencana
pembelajaran, komponen rencana pembelajaran, prinsip-prinsip pengembangan
persiapan mengajar, prinsip-prinsip mengajar, strategi pebelajaran. Bab III Metode
Penelitian, mengulas tentang Metode Penelitian.
- Bab IV mengulas tentang : Hasil Penelitian dan Pembahasan.
- Bab V mengulas tentang : Kesimpulan dan Saran.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam


Menurut Sri Esti Wuryani Djiwandono (2002:8) pendidikan adalah usaha sadar,
sistematis dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi manusia. Mu’arif
(2005:64) mendefinisikan pendidikan adalah proses untuk mengembalikan manusia
pada konsep fitrahnya, adalah proses untuk memanusiakan manusia (humanisasi). Yaitu
mengembalikan kondisi manusia yang berada dalam jeratan krisis sosial akibat
dominasi peran dari beberapa pelaku sosial yang ada.
Rahman Abror (1993:23) menyatakan Pendidikan Agama Islam adalah usaha
sadar dan sistematis untuk mengembangkan potensi rasa agama dan memberikan sifat
serta memberikan kecakapan sesuai dengan tujuan pendidikan Islam, agar terbentuk
kristal nilai (keyakinan). Sedangkan menurut Zakiah Daradjat (1989:87), Pendidikan
Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan,
yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan
hidup.
Muhammad Ismail Yusanto (2004:47) menyatakan Pendidikan Islam dalam
pandangan Islam harus merupakan upaya sadar, terstruktur serta sistematis untuk
mensukseskan misi penciptaan manusia sebagai abdullah dan khalifah Allah di muka
bumi. Upaya seperti ini harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem hidup
Islam. Sebagai bagian integral dari sistem kehidupan Islam, pendidikan memperoleh
masukan dari supra sistem, yakni keluarga dan masyarakat atau lingkungan, dan
memberikan hasil bagi supra sistem tersebut. Sementara sub-sistem yang membentuk
sistem pendidikan Islam antara lain adalah tujuan pendidikan itu sendiri, anak didik,
manajemen, struktur dan jadwal waktu, materi, tenaga pengajar dan pelaksana, alat
bantu belajar, teknologi, fasilitas, kendali mutu, penelitian dan biaya pendidikan.
Proses pendidikan dapat terjadi di mana saja, sehingga berdasarkan
pengorganisasian serta struktur dan tempat terjadinya proses tersebut, dikenal adanya

5
pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Melalui proses ini diperoleh hasil
pendidikan yang mengacu pada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Untuk
pendidikan formal maka tujuan pendidikannya ditentukan berdasarkan tingkat
kebutuhan dan tetap bermuara pada tujuan pendidikan Islam.
Selanjutnya, hasil pendidikan ini dikembalikan kepada supra sistem atau
lingkungan. Dalam lingkungan inilah, hasil pendidikan menjadi indikator efektifitas dan
efisiensi proses pendidikan dalam sistem pendidikan. Dari hasil pendidikan, sistem
pendidikan beroleh umpan balik yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu proses pendidikan.
Melalui gambaran pendidikan secara sistemik di atas diketahui bahwa
terdapatnya kesinambungan tujuan pendidikan dalam setiap jenjang pendidikan sekolah
(formal) adalah semata-mata didasarkan atas kemampuan anak didik sebagai sub sistem
masukan dalam menjalani proses pendidikan. Untuk menjaga kesinambungan proses
pendidikan dalam menjabarkan pencapaian tujuan pendidikan, maka keberadaan
kurikulum pendidikan menjadi suatu kebutuhan yang tak terelakkan. Dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, materi dan metode belajar juga tak kalah pentingnya.

B. Tujuan Pendidikan Agama Islam


Menurut Hujair AH. Sanaky (2003:157) tujuan Pendidikan Agama Islam adalah
mewujudkan cendekiawan muslim yang bertakwa dan berakhlak mulia, cerdas, cakap,
terampil, mandiri dan bertanggung jawab terhadap kemaslahatan umat, mempersiapkan
peserta didik untuk menjadi masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau
profesional untuk menyelesaikan tugas-tugas dan kewajibannya sehari-hari, yaitu
dengan menerapkan dan mengembangkan ilmu dan keterampilan yang ada pada dirinya
di masing-masing lingkungannya, mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan
dan teknologi baru yang bermanfaat bagi manusia.

C. Misi Pendidikan Agama Islam


Hidayat Syarief (2004:38), menyatakan misi Pendidikan Agama Islam, adalah
bagaimana Pendidikan Agama Islam dapat :
1. Mengembangkan potensi peserta didik secara optimal melalui pendidikan dan
pengajaran bermutu berdasarkan nilai-nilai Islam

6
2. Mendorong pembaruan pemikiran Islam menuju masyarakat madani
3. Mengintegrasikan ilmu agama Islam dengan ilmu pengetahuan umum
4. Menghasilkan individu dan masyarakat yang religius, berakhlak mulia, cerdas,
berketerampilan, menguasai IPTEK, kreatif, inovatif, memiliki integritas
pribadi, merdeka, demokrasi, bersikap adil, disipin, memiliki sikap toleran yang
tinggi, dan menghargai hak asasi manusia.

D. Kelemahan-kelemahan Pendidikan Agama Islam


Menurut Muhaimin (2003:89-90) kelemahan-kelemahan Pendidikan Agama
Islam di sekolah antara lain sebagai berikut:
1. Pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan
norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya sehingga
peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup
dalam keseharian.
2. Kurikulum Pendidikan Agama Islam yang dirancang di sekolah sebenarnya
lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi, tetapi pihak
GPAI seringkali terpaku pada informasi dan kompetensi sehingga semangat
untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi
kurang tumbuh.
3. GPAI kurang menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk
pendidikan agama sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.
4. Keterbatasan sarana dan prasarana, mengakibatkan pengelolaan cenderung
seadanya.

E. Perencanaan Pembelajaran
1. Definisi Perencanaan
Ada beberapa definisi perencanaan yang rumusannya berbeda-beda satu
dengan yang lain. Hamzah B. Uno (2008:1) dengan menyitir dari Cuningham,
mengemukakan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan
pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan
tujuan memvisulisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan
yang diperlukan dan perilaku dalam batas-batas yang diterima yang akan

7
dipergunakan dalam penyelesaian. Perencanaan di sini menekankan pada usaha
menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan
datang serta usaha untuk mencapainya. Apa wujud yang akan datang itu dan
bagimana usha untuk mencapainya merupakan perencanaan.
Definisi kedua mngemukakan bahwa perencanaan adalah hubungan antara
apa yang ada sekarang dengan bagaimana seharusnya yang bertalian dengan
kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, dan alokasi sumber. Perencanaan di sini
menekankan pada usaha mengisi kesenjangan antara keadaan sekarang dengan
keadaan yang akan datang disesuaikan dengan yang dicita-citakan, ialah
menghilangkan jarak antara keadaan sekarang dengan keadaan mendatang yang
diinginkan.
Berdasarkan rumusan di atas, dapat dibuat rumusan baru tentang apa itu
perencanaan. Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat
kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang
antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Perencanaan Pembelajaran
Hamzah B. Uno (2008:2) menyatakan bahwa pembelajaran atau pengajaran
adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit
dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode
yang didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada untuk mencapai hasil pengajaran
yang diinginkan. Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau
perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru
sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber
belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh
karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan
siswa” dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Pembelajaran lebih menekankan
pada bagaimana cara agar tercapai tujuan tersebut. Dalam kaitan ini, hal yang tidak
bisa dilupakan adalah bagaimana cara mengorganisasikan pembelajaran, bagaimana
menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-
sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.

8
Perencanaan pembelajaran merupakan tahapan penting yang harus dilakukan
guru sebelum mereka melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, ia
harus dikerjakan secara sungguh-sungguh dan bukan hanya untuk memenuhi syarat
administrasi akademik atau sekedar menyenangkan pengawas. Siasat adalah cara
bekerja atau melakukan sesuatu dengan cermat/seksama. Siasat juga dapat dimaknai
sebagai taktik yang berdaya upaya untuk mencapai terwujudnya tujuan tertentu
(perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam/PAI). Perencanaan
pembelajaran merupakan tahapan penting untuk mencapai tujuan akhir
pembelajaran. Pembelajaran bukan sekedar aktivitas rutin pendidikan tetapi
merupakan komunikasi edukatif yang penuh pesan, sistemik, prosedural, dan sarat
tujuan. Karena itu, ia harus dipersiapkan secara cermat.
Apakah perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) itu?
Perencanaan pembelajaran merupakan tahapan atau proses dalam PAI untuk
menghasilkan rencana PAI. Itu berarti pula bahwa perencanaan pembelajaran adalah
proses memahami beragam dokumen normatif (Permen 22, 23, 24, lainnya) dan
alternatif (buku teks atau sumber lain) serta realitas kontekstual (siswa dan
kebutuhannya), dan selanjutnya mewujudkan hasil pemahaman itu menjadi
dokumen aplikatif (silabus dan RPP) yang siap dilaksanakan dalam pembelajaran di
sekolah.
Apakah landasan perlunya perencanaan PAI? Perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar (pasal 20 PP 19/2005). Secara empirik, PAI
sebagai kegiatan yang melibatkan banyak komponen perlu dipersiapkan dengan
baik. Tradisi akademik di sekolah juga membuktikan bahwa perencanaan PAI yang
dilakukan guru selama ini dapat mengondisikan terlaksananya PAI dengan baik.
Wujud perencanaan PAI ada dua, yakni silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi
dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

9
dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sementara itu, RPP adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan
dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)
kompetensi dasar2 yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1
(satu) kali pertemuan atau lebih.
3. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai
perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran dilakukan dengan asumsi
sebagai berikut:
a. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
b. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan
sistem.
c. Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang
belajar.
d. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara
perseorangan
e. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan
pembelajaran.
f. Sasaran akhir dari perencanaan pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk
belajar.
g. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran.
h. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode
pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Rencana pelaksanaan pembelajaran dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam rangka mencapai kompetensi
dasar. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran secara lengkap, sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta diik

10
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun untuk setiap kompetensi dasar
yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang
penggalan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan yang
disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Mengingat perencanaan
pembelajaran merupakan tahapan penting menuju terlaksananya pembelajaran dan
tercapainya tujuan pembelajaran, ia perlu dipersiapkan dengan baik. Selain itu,
sebagai bagian dari dokumen KTSP, silabus dan RPP perlu dipersiapkan secara
cermat agar dapat dijadikan acuan pembelajaran dan bukan sekedar “dokumen mati”
kelengkapan KTSP di sekolah. Untuk penyegaran dan pendalaman, berikut ini
diulas secara singkat bagaimana memahami dan mengembangkan komponen silabus
dan RPP dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, mencakup
1. Memahami standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
SK dan KD dalam dokumen standar isi keberadaannya sangat penting. SK
adalah sejumlah kompetensi minimal untuk setiap aspek/keterampilan agama
yang wajib dimiliki siswa pada setiap akhir semester/kelas tertentu. KD adalah
sejumlah kompetensi minimal yang dijabarkan dari standar kompetensi tertentu.
Sebagai kompetensi minimal, SK dan KD masih perlu ditambah, diperluas,
dirinci, dan diperdalam untuk menuju kompetensi maksimal.
Pencapaian sejumlah KD akan menentukan keberhasilan pencapaian SK.
Pencapaian SK akan menentukan keberhasilan pencapaian SKL mata pelajaran.
SK dan KD dalam standar isi (Permen 22/2006) terbuka untuk ditambah dan
dijabarkan sehingga menjadi lebih lengkap, rinci, dan mendalam menuju
kompetensi maksimal. Dalam melengkapi, merinci, dan mendalami SK dan KD
rambu-rambu yang perlu diperhatikan adalah acuan operasional penyusunan
KTSP, di antaranya: tuntutan dunia kerja, kebutuhan pembangunan daerah dan
nasional, dan keragaman potensi.

2. Menjabarkan indikator pencapaian KD

11
Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator sepenuhnya diserahkan
kepada guru. Melalui kebijakan ini diharapkan guru benar-benar dapat
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan konteks sekolah
masing-masing tanpa harus terbelenggu oleh indikator yang ditetapkan.
Indikator adalah tanda-tanda yang dapat digunakan untuk menentukan/mengukur
ketercapaian KD. Indikator berisi perilaku bawahan atau jabaran perilaku yang
terdapat dalam KD. Indikator harus rinci, spesifik dan mudah diukur tingkat
ketercapaiannya.
Indikator dapat dijabarkan dan dirumuskan dengan baik bila guru
menguasai secara mendalam perilaku utama yang terkandung dalam KD.
Perilaku utama dalam KD bisa ditangkap dengan baik bila guru menguasai
secara mendalam teori yang terkait dengan perilaku utama dalam KD tersebut.
Indikator harus relevan dengan kelas/jenjang sekolah dan kebutuhan siswa untuk
menyelesaikan studi, melanjutkan studi, mempersiapkan diri memasuki dunia
pekerjaan, dan belajar sepanjang hayat di tengah masyarakat. Indikator wajib
ada dalam silabus, tetapi tidak wajib ada dalam RPP. Yang wajib ada dalam RPP
adalah: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, alat/bahan/sumber belajar, dan penilaian.
Indikator berfungsi untuk memudahkan guru mengukur atau mengetahui
ketercapaian KD. Oleh karena itu, indikator juga dapat dimanfaatkan sebagai
acuan dalam pengembangan instrumen asesmen, acuan dalam
pemilihan/pengembangan bahan ajar, acuan dalam penentuan
kegiatan/pengalaman pembelajaran, dan acuan dalam penentuan
alat/bahan/media/sumber belajar.
3. Merumuskan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan komponen yang wajib ada dalam RPP.
Tujuan pembelajaran merujuk pada tujuan khusus pembelajaran (TKP) atau
tujuan instruksional khusus (TIK) sebagaimana yang telah dikenal selama ini.
Sementara itu, indikator pembelajaran merujuk kepada tanda-tanda yang dapat
digunakan untuk melihat ketercapaian KD. Indikator yang telah rinci dapat
dimanfaatkan secara langsung untuk merumuskan tujuan pembelajaran. Akan

12
tetapi, bila indikator itu masih dapat dirinci lagi (kurang rinci) tujuan
pembelajaran masih harus dijabarkan lagi dari indikator yang menjadi acuannya.
Dalam silabus tidak perlu dicantumkan komponen tujuan pembelajaran,
tetapi cukup indikator. Sementara itu, dalam RPP, wajib dicantumkan tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan menggunakan kata-kata
operasional yang menggambarkan perilaku spesifik Penggunaan kata-kata
operasional itu akan memudahkan guru mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran. Terlepas dari apa pun isi KD yang akan dijabarkan, rumusan
tujuan pembelajaran hendaknya mementingkan pengembangan kemampuan
berpikir dan berapresiasi siswa.
4. Mengembangkan bahan pembelajaran
Bagian ini materi pembelajaran sering diperdebatkan. Materi pembelajaran
harus relevan dengan KD dan indikator serta memudahkan siswa mencapai
tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran juga harus diolah. Prinsip-prinsip
pemilihan/pengembangan materi perlu diamalkan secara benar (relevan,
konsisten, cukup, dan gradual). Materi pembelajaran harus memenuhi syarat
materi pembelajaran yang baik.
Materi pembelajaran adalah fakta, konsep, prinsip, model, prosedur atau
gabungan dari dua atau lebih jenis materi tersebut yang dihadirkan guru dalam
pembelajaran untuk membantu siswa mempelajari dan menguasai kompetensi
tertentu yang ditetapkan. Menurut Suyono 2007, kegiatan pembelajaran
diciptakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
Kegiatan pembelajaran disiapkan untuk membantu siswa mencapai tujuan
pembelajaran. Ketercapaian tujuan pembelajaran dilihat dari seberapa banyak
indikator yang ditetapkan bisa dicapai siswa. Kegiatan pembelajaran yang
bermakna akan berdampak luas kepada pemahaman siswa, antara lain mereka
bukan hanya hafal dan paham terhadap sesuatu yang dipelajari tetapi juga dapat
menerapkan dan mentransfer untuk kepentingan lain dalam kehidupannya.
Pendekatan pembelajaran dipilih yang benar-benar dipahami dan
fungsional serta menghindari penggunaan pendekatan yang hanya untuk adu
gengsi karena sedang populer. Kegiatan pembelajaran dilakukan yang
memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan agama secara terpadu,

13
sehingga memungkinkan siswa berinteraksi secara optimal. Kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup direncanakan dan dilaksanakan secara konsisten.
Akhirnya, secara umum, pembelajaran yang merangsang dan mengondisikan
siswa banyak membaca, berpikir, dan menulis sangat diharapkan dapat
dilaksanakan guru di sekolah. Untuk itu, modus pelaksanaannya dapat
disesuaikan dengan konteks kelas masing-masing.
5. Memilih dan memanfaatkan alat bantu/media dan sumber belajar
Kelancaran dan efektivitas pembelajaran antara lain didukung oleh
kehadiran alat bantu/media/sumber belajar yang tersedia. Ketersediaan alat
bantu/media/sumber belajar memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik, lebih
intensif, dan lebih banyak potensi yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu,
alat bantu/media/sumber belajar perlu dihadirkan dengan tepat.
Alat bantu/media/sumber belajar perlu dimanfaatkan secara sinergis untuk
mengoptimalkan pembelajaran. Sekalipun saat ini telah banyak media/sumber
belajar yang canggih, alat bantu mengajar (papan tulis, penghapus, kapur/spidol)
tetap diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Memang, media
pembelajaran (OHP, LCD, dan sejenisnya) semakin memudahkan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran. Akan tetapi media itu juga bukan segalanya.
Penciptaan kondisi yang dapat mendorong siswa banyak membaca, berpikir, dan
menulis tetap lebih utama.
Sumber belajar adalah “tempat” asal-usulnya bahan ajar diperoleh
(misalnya buku kumpulan puisi/cerpen, dan sejenisnya) atau “tempat” yang
memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar (misalnya alam sekitar
dan manusia sumber). Ketersediaan buku kumpulan cerpen/puisi mengondisikan
siswa dapat membaca karya sastra untuk memulai proses apresiasi. Pada
kesempatan yang lain, untuk menulis wacana deskripsi, misalnya, siswa dapat
diajak mengamati objek di sekitar kelas atau sekolah. Objek di sekitar kelas atau
sekolah itu merupakan sumber belajar, yakni memungkinkan terjadi proses
belajar menulis wacana deskripsi. Melalui kegiatan mengamati objek, siswa
dapat berproses memunculkan gagasan untuk dituangkan dalam kalimat dan
paragraf.

14
Pemilihan alat bantu/media/sumber belajar harus benar-benar didasarkan
atas pertimbangan fungsi dan bukan sekedar untuk memenuhi gengsi. Artinya,
penghadiran alat bantu/media/sumber belajar harus benar-benar untuk
dimanfaatkan secara optimal dalam rangka membantu siswa untuk belajar
dengan sebaik-baiknya. Penghadiran sumber belajar yang berupa film, misalnya,
bukan sekedar untuk dinikmati begitu saja, tetapi lebih dari itu, film
dimanfaatkan untuk belajar melakukan apresiasi film atau bahkan siswa
mungkin dapat belajar bagaimana seorang sutradara bekerja dengan baik untuk
menghasilkan film yang baik.
Alat bantu/media/sumber belajar yang diperlukan harus ditulis secara rinci
dan jelas—misalnya untuk sumber belajar yang berupa buku perlu dicantumkan
judul buku, pengarang, penerbit dan nomor halaman—agar pihak lain yang
membutuhkan dapat melacak dan menemukan dengan mudah. Informasi yang
jelas mengenai alat bantu/media/sumber belajar yang digunakan dalam RPP juga
menunjukkan bahwa pembuat RPP sangat bertanggung jawab terhadap sumber-
sumber yang digunakan.
6. Mengembangkan beragam instrumen asesmen.
Asesmen (assessment) adalah seluruh proses untuk mengumpulkan
informasi terkait dengan kemajuan proses dan hasil belajar siswa. Dengan
demikian, tes (test) termasuk instrumen asesmen. Panduan pengamatan atau
wawancara untuk melihat bagaimana kemampuan siswa berbahasa lisan juga
termasuk instrumen asesmen. Rambu-rambu menulis karya ilmiah untuk
mendorong dan memandu siswa praktik menulis karya ilmiah juga termasuk
instrumen asesmen. Petunjuk dan kerangka karangan yang disediakan untuk
membantu siswa berproses menghasilkan tulisan atau karangan juga termasuk
instrumen asesmen. Pelaksanaan berbagai jenis tes atau nontes termasuk wilayah
asesmen, yakni bagian dari proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui
kemajuan proses dan hasil belajar.
Lembar jawaban siswa, catatan pengamatan, rekaman hasil wawacara,
karya ilmiah yang dihasilkan siswa atau bentuk tulisan lain yang dihasilkan
siswa akan dibaca dan dicermati guru dan pada akhirnya diberi skor. Proses
memberi skor terhadap hasil tes, hasil menulis ilmiah atau kegiatan menulis

15
lainnya, atau proses memberi skor terhadap hasil pengamatan atau wawancara
semua itu termasuk kegiatan pengukuran (measurement). Untuk melakukan
pengukuran, guru perlu menyiapkan kunci jawaban, rambu-rambu jawaban,
rubrik pengukuran tulisan, atau instrumen pembantu lainnya.
Dalam rentang waktu tertentu, misalnya satu semester, siswa mempunyai
kumpulan skor. Ada skor yang diperoleh melalui tes (pilihan ganda atau bentuk
lainnya), dan ada pula skor yang diperoleh dari karangan atau tulisan. Mungkin
ada pula skor yang dihasilkan dari catatan atau rekaman guru dalam proses
belajar-mengajar sehari, misalnya kemampuan siswa dalam mengajukan atau
menjawab pertanyaan. Siswa juga masih memiliki skor hasil pengerjaan tugas-
tugas harian. Semua skor tadi kemudian diolah dengan menggunakan rumus
tertentu untuk menentukan nilai akhir semester. Proses menentukan nilai akhir
siswa dengan memanfaatkan rumus tertentu dari skor-skor yang diperoleh siswa
itulah yang disebut penilaian (evaluation). Sampai di sini siswa telah
memperoleh nilai akhir semester yang biasanya dicantumkan dalam buku
laporan pendidikan.
Asesmen, tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi harus dipahami secara
benar dan digunakan secara tepat, dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir, berbahasa, dan bersastra secara
optimal. Asesmen, tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi harus dilaksanakan
secara konsisten sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki siswa dan
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Dalam silabus, hanya disebut teknik, bentuk instrumen, dan contoh
instrumen asesmen, tetapi dalam RPP semua instrumen harus disiapkan dan
bahkan kunci jawaban, rambu-rambu jawaban, atau rubrik penilaian yang
diperlukan juga harus disediakan.
5. Prinsip –prinsip penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam penyusunannya, berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan

16
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, nora, nilai dan lingkungan peserta didik.
b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada pserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiati, inspirasi, kemandirian, dan
semangat belajar.
c. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dala berbagai
bentuk tulisan.
d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remidi.
e. Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber
belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan
mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
6. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Nana Sudjana (2005:136) menjelaskan komponen-komponen yang terdapat
pada rencana pembelajaran harian adalah : kompetensi dasar, hasil belajar,
indikator, langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, sarana prasarana, metode,
dan penilaian.
Muhammad Joko Susilo (2005:140) memberikan definisi kompetensi dasar
adalah kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan,
kemampuan minimum yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa
untuk standar kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran. Abdul Majid dan Dian
Andayani (2004:68) memberikan definisi hasil belajar adalah pernyataan
kemampuan siswa yang diharapkan dalam menguasai sebagian atau seluruh

17
kompetensi yang dimaksud. Indikator, merupakan kompetensi dasar secara spesifik
yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran.
Sedangkan alokasi waktu didefinisikan oleh Muhammad Joko Susilo (2005:142)
sebagai lamanya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas atau
laboratorium yang dibatasi oleh kedalaman materi pembelajaran dan jenis kegiatan.
7. Penyusunan Rencana Pembelajaran Harian
Menurut Departemen Pendidikan Nasional, materi 12 Pengembangan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tahun 2006, langkah-langkah menyusun rencana
pembelajaran harian adalah sebagai berikut :
a. Mengisi kolom identitas.
b. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah
ditetapkan.
c. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang
digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun.
d. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator yang telah ditentukan.
e. Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok atau pembelajaran
yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok
atau pembelajaran.
f. Menentukan metode pembelajaran yang digunakan.
g. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal,
inti, dan akhir.
h. Menentukan alat / bahan / sumber belajar yang digunakan.
i. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik
penskoran.

F. Prinsip-prinsip pengembangan persiapan mengajar


Mulyasa (2004:81) mengemukakan beberapa prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan dalam pengembangan persiapan mengajar dalam menyukseskan
implementasi Kurikulum 2004, sebagai berikut :

18
1. Kompetensi yang dirumuskan dalam persiapan mengajar harus jelas, makin
konkrit kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tertentu.
2. Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan
dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta didik.
3. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar
harus menunjang, dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
4. Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas
pencapaiannya.
5. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah, terutama
apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching).
Selain itu persiapan mengajar harus dikembangkan untuk memudahkan peserta
didik belajar, dan membentuk kompetensi dirinya. Meskipun proses pembelajaran
dilakukan secara klasikal, pada hakekatnya pembelajaran itu bersifat individual. Oleh
karena itu dalam mengembangkan persiapan mengajar perlu mempertimbangkan
karakteristik peserta didik, di samping unsur-unsur lain seperti kompetensi dasar, materi
standar, dan strategi yang digunakan untuk membentuk kompetensi peserta didik.
Rencana pembelajaran harus memperhatikan minat dan perhatian peserta didik terhadap
materi standar yang dijadikan bahan kajian. Dalam hal ini, harus diperhatikan agar guru
jangan hanya berperan sebagai transformator, tetapi harus berperan sebagai motivator
yang dapat membangkitkan gairah belajar, serta mendorong peserta didik untuk belajar,
dengan menggunakan berbagai variasi media, dan sumber belajar yang sesuai, serta
menunjang pembentukan kompetensi dasar.

G. Prinsip-prinsip Mengajar
1. Prinsip-prinsip umum mengajar
Prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :
a. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang dimiliki siswa. Apa yang
telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan apa yang akan
diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum proses
belajar-mengajar belangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan

19
seperti ini disebut entry behaviour, ini dapat diketahui dengan melakukan
pre test. Hal ini penting agar proses belajar-mngajar dapat berlangsung
secara efektif dan efisien.
b. Pengetahuan yang diajarkan harus bersifat praktis, berhubungan dengan
situasi kehidupan sehingga menarik minat, sekaligus memotivasi belajar.
c. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. Perbedan
tersebut antara lain kesangguban belajar, kemampuan potensial (bakat dan
intelegensi) dan sebagainya.
d. Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar.
Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik maupun
mental untuk melaksanakan sesuatu.
e. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. Tujuan pengajaran merupakan
rumusan tentang perubahan perilaku apa yang diperoleh sesudah proses
belajar mengajar. Apabila tujuan pengajaran diketahui maka siswa akan
memiliki motivasi untuk belajar. Agar tujuan mudah diketahui maka harus
dirumuskan secara khusus.
f. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang mengajar. Para ahli
psikologi merumuskan prinsip, bahwa belajar itu harus bertahap serta
meningkat. Oleh karena itu dalam mengajar harus mempersipkan bahan yang
bersifat gradual yaitu
1). dari yang sederhana kepada yang rumit / kompleks;
2). dari yang konkret kepada yang abstrak;
3). dari yang umum kepada yang khusus;
4). dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak diketahui (konsep
bersifat abstrak);
5). dengan menggunakan prinsip induksi kepada deduksi atu sebaliknya;
6). sering menggunaan reinforcement / penguatan.
2. Penataan unsur pembelajaran
Penataan unsur pembelajaran dengan baik sangat membantu
memudahkan proses belajar dan pembentukan kompetensi peserta didik.
Mulyasa (2004:85) menyebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
memberikan kemudahan belajar peserta didik, yaitu :

20
a. Informasi harus disiapkan dengan baik.
b. Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang dekat dengan kehidupan
peserta didik.
c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpatisipasi dalam
proses pembelajaran.
d. Menggunakan sarana dan alat pendukung yang bervariasi.
e. Memilih dan menggunakan metode yang bervariasi.

H. Strategi Pembelajaran
1. Komponen strategi pembelajaran
a. Komponen strategi pembelajaran menurut Dick dan Carey
Beberapa komponen harus diperhatikan agar kegiatan pembelajaran
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dick dan Carey menyebutkan adanya 5
komponen strategi pembelajaran yakni :
1) Kegiatan pembelajaran pendahuluan
2) Penyampaian informasi
3) Partisipasi siswa
4) Tes, dan
5) Kegiatan lanjutan.
b. Komponen strategi pembelajaran menurut Gagne dan Briggs
Komponen dalam strategi pembelajaran menurut Gagne dan Briggs
dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002:23) adalah :
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian
2) Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa
3) Mengingatkan kompetensi prasyarat
4) Memberi stimulus (masalah, topik, konsep)
5) Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari)
6) Menyuruh siswa untuk tampil
7) Memberi umpan balik
8) Menilai penampilan
9) Menyimpulkan.

21
2. Beberapa strategi pembelajaran
Oemar Hamalik (2004:131) menyebutkan para pakar teori belajar masing-
masing mangembangkan strategi pembelajan berdasarkan pandangannya sendiri.
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu diketahui oleh guru, adalah :
a. Pembelajaran Ki Hajar Dewantoro
Semboyan dalam pendidikan yang beliau pakai adalah: tut wuri
handayani. Semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya ing ngarsa sung tulada,
ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Hanya ungkapan tut wuri
handayani saja yang banyak dikenal dalam masyarakat umum. Arti dari
semboyan ini secara lengkap adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang
guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di
tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing
ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau
contoh tindakan baik). Pembelajaran ini sangat sejalan dengan pendidikan Islam
yang menekankan adanya teladan yang baik dari guru, agar murid berlaku baik
pula.
b. Pembelajaran penerimaan (reception learning)
Pendukung utama pendekatan ini adalah Ausubel. Pendapat ini dapat
disebut dengan proses informasi. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Penerimaan terhadap prinsip-prinsip umum, aturan-aturan, serta ilustrasi
khusus.
2) Pemahaman terhadap prinsip umum. Pengujian dilakukan dengan tes
yang menuntut pernyataan ulang mengenai prinsip-prinsip dan contoh-
contoh yang telah diberikan.
3) Partikulasi, penerapan prinsip umum ke dalam situasi/keadaan tertentu.
4) Tindakan, gerakan dari suasana kognitif dan proses simbol ke suasana
perbuatan / tindakan.
c. Pembelajaran strategi expositif
Pendekatan pembelajaran penerimaan dikembangkan menjadi strategi
expositif, dengan langkah-langkah pokok sebagai berikut :
1) Penyajian informasi yang diberikan melalui penjelasan simbolik atau
demonstrasi praktis.

22
2) Mengetes penerimaan, ungkapan dan pemahaman siswa. Bila perlu
ulangi pesan atau informasi tersebut.
3) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan prinsip
umum sebagai latihan, dengan contoh tertentu. Menguji apakah
penerapannya sudah benar atau belum. Bila perlu berikan contoh untuk
periksa, sehingga diperoleh perilaku yang betul.
4) Menyediakan berbagai kesempatan kepada siswa untuk menerapkan
informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi nyata.
d. Pembelajaran Penemuan (discovery learning)
e. Pembelajaran inquiry-discovery
Pendekatan pembelajaran penemuan dikembangkan menjadi strategi
inquiry-discovery. Langkah-langkah pokok strategi ini ialah :
1) Menyajikan kesempatan-kesempatan kepada siswa untuk melakukan
tindakan / perbuatan dan mengamati konsekuensi dan tindakan tersebut.
2) Menguji pemahaman siswa mengenai hubungan sebab akibat dengan
cara mempertanyakan atau mengamati reaksi-reaksi siswa, selanjutnya
menyajikan kesempatan-kesempatan lainnya.
3) Mempertanyakan atau mengamati kegiatan selanjutnya, serta menguji
susunan prinsip umum yang mendasari masalah yang disajikan.
4) Penyajian berbagai kesempatan baru guna menerapkan hal yang baru
saja dipelajari dalam situasi atau masalah-masalah yang nyata.
f. Pembelajaran Penguasaan (mastery learning)
Pendukung utama pendekatan ini adalah Carrol, disebutkan dalam
Oemar Hamalik (2004:132), belajar tuntas adalah strategi pembelajaran yang
diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok (group based
approach). Pendekatan ini memungkinkan para siswa belajar bersama-sama
dengan memperhatikan bakat dan ketekunan siswa, pemberian waktu yang
cukup, dan bantuan bagi siswa yang mengalami kesulitan.
Langkah-langkah umum yang harus disentuh adalah :
1) Mengerjakan satuan pelajaran pertama dengan menggunakan metode
kelompok.

23
2) Memberikan tes diagnostik untuk memeriksa kemajuan belajar siswa
setelah disampaikan satuan pelajaran tersebut. Hasil tes ini menunjukkan
siswa yang telah memenuhi kriteria dan yang belum.
3) Siswa yang telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan
diperkenankan menempuh pengajaran berikutnya, sedangkan yang beum
diberikan kegiatan korektif.
4) Melakukan pemeriksaan akhir untuk mengetahui hasil belajar yang telah
tercapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu.
g. Pembelajaran Terpadu (unit learning)
Oemar Hamalik (2004:133) mengemukakan pendekatan ini pada
mulanya disebut metode proyek yang dikembangkan oleh Dr. J. Dewey.
Pendekatan pembelajaran terpadu berpangkal pada teori psikologi Gestalt.
Pembelajaran terpadu adalah suatu sistem pembelajaran yang bertitik tolak dari
suatu masalah atau proyek, yang dipelajari/dipecahkan oleh siswa baik secara
individual maupun secara kelompok dengan metode yang bervariasi dan dengan
bimbingan guru guna mengembangkan pribadi siswa secara utuh dan
terintegrasi.
Langkah-langkah umum pengembangan pembelajaran terpadu adalah :
1) Menyusun sumber unit yang luas bertitik tolak dari topik atau masalah
tertentu.
2) Menyusun unit pembelajaran, sebagai bagian dari sumber unit, yang
dirancang dengan pola tertentu.
3) Menyusun unit pelajaran dalam rangka melaksanakan unit pengajaran
yang telah dikembangkan itu.
4) Menyusun rencana pelajaran, dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar harian.

I. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran

24
Menurut Abdul Wahab Sholichin (1994:64) implementasi adalah ”to provide
mean for carring out; to give practical effect to” (menyajikan alat bantu untuk
melaksanakan; menimbulkan dampak atau berakibat sesuatu). Sedangkan menurut
Metervan dan Horn (1978:70) implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh individu atau kelompok, untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi
berarti pelaksanaan program sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai;
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
2. Kegiatan inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi pseserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi.
a. eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru :

25
1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam topik
/tema dari materi yang akan dipelajari;
2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran,
dan sumber belajar lain;
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4) melibatkan peserta didik secara aktif dala setiap kegiatan pembelajaran;
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percoban di laboratorium, studio,
atau masjid.
b. elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi guru:
1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik lisan maupun tertulis;
3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisa, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
5) memfilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkaka
prestasi belajar;
6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
8) mamfasilitasi peserta didik untuk melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan;
9) memfasilitasi peserta didik untuk melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c. konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

26
1) memberikan umpan balik positi dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik;
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber;
3) memfailiasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan;
4) memfasilitasi peserta didik untuk meperoleh pengalaman yang berharga
dalam mencapai kompetensi dasar:
5) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertnyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa
yang baku dan benar;
6) membantu menyelesaikan masalah;
7) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
8) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
9) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/kesimpulan pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi erhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c. melakukan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi,
program pengayakan, layanan konseling dan/atau memberi tugas bik tugas
individu maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
e. menyampikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

27
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di SD Negeri Candirejo Kecamatan Ngaglik Kabupaten
Sleman. Sekolah Dasar Negeri Candirejo terletak didusun Candirejo Sardonoharjo
Ngaglik Sleman berdiri tahun 1978 di atas tanah kas milik desa seluas 2000 m2 yang
berstatus hak pakai, tidak termasuk wilayah perkotaan baik kota kecamatan maupun
kota kabupaten. Tetapi juga tidak terlalu pelosok tempatnya. Di 1 kilometer Utara SD
terdapat Universitas Islam Indonesia (UII). Yang memberi dukungan baik secara fisik
maupun non fisik. Tidak jauh juga dari pondok pesantern Sunan Pandanaran yang
terletak 500 meter di barat daya tepatnya di dusun Candiwinangun Sardonoharjo
Ngaglik. Sedangkan di sebelah timur dekat dengan PPPG Kesenian yang sering
melibatkan murid-murid maupun guru-guru SD Negeri Candirejo dalam rangka
menumbuh kembangkan rasa cinta kepada kebudayaan bangsa sendiri.
Dengan pimpinan Kepala Sekolah yang cakap dan terampil ternyata mampu
menjalin kemitraan dengan lembaga – lembaga terkait yang ada di sekitar sekolah. Dan
mampu mengoptimalkan keberadaan Komite Sekolah serta memberdayakan potensi
masyarakat dan orang tua murid.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian riset lapangan dengan model penelitian
kualitatif. Mohammad Ali (1993:161) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif bersifat
mendeskripsikan makna data atau fenomena yang ditangkap oleh peneliti, dengan cara
menentukan sampel yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal.
C. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian kualitatif ini adalah pendekatan
pedagogik. Soegarda Poerbakawatja (1982:254) menerangkan arti dari pedagogik
adalah praktek, cara seseorang mengajar dan ilmu pengetahuan mengenai prinsip dan
metode-metode membimbing dan mengawasi pelajaran dan dengan satu perkataan yang
disebut juga “pendidikan”.

28
Alasan penggunaan pendekatan pedagogik adalah untuk mengetahui bagaimana
penerapan rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Candirejo
Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman.
D. Subyek Penelitian
Mohammad Ali (1993:132) menjelaskan bahwa subyek penelitian adalah
sumber data untuk menjawab masalah. Suharsimi Arikunto (1986:114) berpendapat
bahwa metode penentuan subjek merupakan cara yang dipakai atau prosedur yang
ditempuh dalam menentukan jumlah atau banyaknya subjek yang dikenai penelitian.
Adapun subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kepala sekolah yang merupakan penanggung jawab atas keseluruhan proses
pengajaran yang diselenggarakan oleh sekolah. Dalam penelitian ini adalah
Kepala SD Negeri Candirejo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman.
b. Guru SD Negeri Candirejo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, dalam
penelitian ini yang diambil adalah guru PAI.
c. Siswa SD Negeri Candirejo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman.
d. Orang tua siswa.
E. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua macam:
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan peneliti secara langsung
melalui subyek penelitian, dalam hal ini adalah Guru Pendidikan Agama Islam SD
Negeri Candirejo kecamatan Ngaglik.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang sudah dikumpulkan pihak lain. Dalam
penelitian ini sumber data yang diperlukan adalah yang berkaitan dengan
perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan implementasinya di SD
Negeri Candirejo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman yaitu : kurikulum,
rencana pelaksanaan pembelajaran, visi dan misi sekolah, jadwal pelajaran, daftar
guru dan karyawan, sejarah berdirinya sekolah, keadaan siswa, dan keadaan sarana
dan prasarana.

29
F. Cara Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji, penulis
menggunakan beberapa metode, yaitu :
a. Metode Interview
Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan,
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Dipilihnya metode ini karena selain dapat
mengejar informasi terbaru dengan berdialog langsung, juga bisa digunakan sebagai
sarana kontak pribadi dengan subyek penelitian. Penulis menggunakan metode
interview mendalam dengan harapan data yang diperoleh menjadi lebih banyak dan
lebih akurat. Metode interview pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh
informasi dari kepala sekolah, guru, orang tua, dan murid.
b. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau yang berupa
catatan, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. Dalam penelitian ini dokumen
yang dibutuhkan adalah kurikulum, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, fisi
dan misi sekolah, jadwal pelajaran, daftar guru dan karyawan, sejarah tentang
sekolah, keadaan siswa, dan keadaan sarana dan prasarana SD Negeri Candirejo
Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman.
c. Metode Observasi
Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa dalam pengertian psikologik,
observasi atau disebut juga pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi,
mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran,
peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan sebenarnya adalah pengamatan langsung.
Mengingat bidang penelitian yang menyangkut aktivitas keseharian, penulis
melibatkan diri dalam kancah pergaulan sehari-hari untuk menemukan data-data
yang belum bisa diperoleh melalui metode interview dan dokumentasi. Metode
observasi digunakan untuk mengamati proses belajar mengajar di SD Negeri
Candirejo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman.

30
G. Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan cara yang ditempuh dalam menilai,
mengevaluasi data-data yang telah dikumpulkan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis data kualitatif. Lexy J. Moeloeng (2005:248)
mendefinisikan metode analisis kualitatif yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensistesis, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.
Penerapan teknik analisis data dalam penelitian ini ialah :
a. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok difokuskan pada
hal-hal yang penting dan disusun secara sistematis sehingga memberikan
gambaran yang jelas untuk hasil penelitian. Data dilapangan ditulis dengan
uraian kemudian dirangkum, kemudian dipilih hal-hal yang pokok.
b. Display data yaitu mensistematiskan data secara jelas untuk membantu peneliti
dalam menguasai data yang diperoleh.
c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan merupakan
kegiatan penggambaran yang utuh dari obyek yang diteliti dari obyek penelitian.
Proses penarikan kesimpulan didasarkan pada hubungan informasi yang tersusun
dalam satu bentuk yang padu pada penyajian data. Melalui informasi tersebut
peneliti dapat melihat apa yang ditelitinya dan menentukan kesimpulan yang
benar sebagai obyek penelitian.
Dalam menganalisis data kualitatif, peneliti menggunakan pola berfikir induktif.
Pola pikir induktif dijelaskan oleh Fatimah Djajasudarma (1992:112) yakni proses
penalaran untuk sampai pada keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum
maupun khusus berdasarkan pengamatan atas hal-hal yang khusus.
H. Keabsahan Data
Menguji keabsahan data lapangan peneliti memakai metode Triangulasi,
menurut Lexy J. Moeleong, (1994 :178), triangulasi adalah teknik pemeriksaan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut.

31
Pemakaian triangulasi sebagai alat untuk keabsahan data meliputi empat
penggunaan sebagaimana Lexy J. Moeleong, (1994 :178), menyatakan :
a. Sumber, informasi didapat oleh peneliti perlu ada perbandingan atau usaha
untuk mengecek kembali derajat kepercayaan data yang diperoleh dengan data
pada waktu yang diperoleh dengan data pada waktu yang berbeda. Usaha
membandingkan data yang telah ada, misalnya, membandingkan guru yang satu
dengan guru yang lain dalam menumbuhkan minat baca Al-Qur’an siswa usia 6-
8 tahun di TPA SD Negeri Candirejo, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman.
b. Metode, adalah usaha untuk memeriksa keabsahan metode dalam sebuah
penelitian dengan memakai metode yang sama guna melihat kebenaran yang
ada.
c. Penyelidikan, adalah memfungsikan pembimbing atau pengamat lain untuk
melihat atau mendengar informasi yang didapat, apakah sudah memenuhi syarat
atau dalam mengumpulkannya mengalami kekurangan.
d. Teori, adalah keadaan informasi dalam lingkungan keluarga atau sekolah tidak
dapat diukur melalui teori, akan tetapi untuk mencari keabsahan data peneliti
mengupayakan adanya penjelasan banding atau diskusi, metode penulisannya
dapat menggunakan metode induktif atau secara logika.
I. Data yang Digunakan
a. Silabus Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Candirejo
SILABUS
SATUAN PENDIDIKAN : SEKOLAH DASAR
MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS/SEMESTER : IV/ I
Standar Kompetensi : Beriman kepada Allah dengan mengenal sifat-
sifatNya serta meneladani ketaatan para Nabi.
Aspek : Akhlak
Kompetensi Dasar : Meneladani ketaatan para Nabi Ibrahim AS
Hasil Belajar : Meneladani kisah Nabi Ibrahim AS
Indikator : Menceritakan kisah Nabi Ibrahim AS
Menunjukkan sikap meneladani ketaatan Nabi
Ibrahim AS kepada Allah SWT

32
Materi Pokok : Kisah Nabi Ibrahim AS
Pengalaman Belajar :
1. Siswa memperhatikan kisah Nabi Ibrahim AS.
2. Siswa menceritakan kembali kisah Nabi Ibrahim AS.
3. Siswa meneladani ketaatan Nabi Ibrahim AS.
Waktu : 3 jam pertemuan
Sumber/ Media : Buku PAI Jilid IV
Penilaian : Pengamatan, tugas, portofolio, tertulis.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri
Candirejo.
Bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri Candirejo :
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SATUAN PENDIDIKAN : SD N CANDIREJO


MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS/ SEMESTER : IV/ 1
TAHUN PELAJARAN : 2009/2010
ALOKASI WAKTU : 3 X 35 Menit

Standar Kompetensi : 3. Menceritakan Kisah Nabi


Kompetensi Dasar : 3.3 Menceritakan Kisah Nabi Ibrahim AS
Indikator :
- Menceritakan Kisah Nabi IbrahimAS
- Menyebutkan Keteladanan Nabi IbrahimAS
- Menulis sejarah singkat kisah Nabi Ibrahim AS
- Mengambil hikmah dari kisah Nabi Ibrahim AS

I. Tujuan Pembelajaran : Siswa meneladani kisah Nabi Ibrahim AS


II. Materi Pokok : Kisah Nabi Ibrahim AS
III. Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi

33
IV. Langkah- langkah pembelajaran :
A. KEGIATAN AWAL
™ Guru mengkondisikan kelas
™ Guru dan siswa membaca doa sebelum tidur
™ Melafalkan Al Qur’an surat-surat pendek selama lima menit
™ Apersepsi
™ Mengemukakan tujuan pembelajaran “meneladani kisah Nabi
Ibrahim AS”.
B. KEGIATAN INTI
™ Siswa mendengar/menyimak dengan seksama, guru menceritakan
kisah Nabi Ibrahim AS
™ Guru mengadakan tanya jawab mengenai kisah Nabi Ibrahim AS
™ Siswa membaca kisah Nabi Ibrahim AS tentang ketaatannya kepada
Allah SWT serta kesabarannya dalam menghadapi kaumnya.
™ Guru mengajak siswa untuk mendiskusikan tentang kisah Nabi
™ Ibrahim AS untuk mengambil hikmahnya yang patut diteladani.
™ Guru menyimpulkan hasil dari diskusi siswa tentang kisah Nabi
Ibrahim AS
™ Siswa menuliskan ringkasan sejarah kisah Nabi Ibrahim AS dari hasil
diskusi yang telah disimpulkan oleh guru
™ Guru memberikan motovasi siswa agar senantiasa mengingat kisah Nabi
Ibrahim AS akan ketaatan dan keteguhan/ kesabarannya untuk
diteladani.
C. KEGIATAN AKHIR
™ Guru memberikan penguatan materi dan menyimpulkan hasil
pembelajaran kisah Nabi Ibrahim AS 
™ Memberitahukan pelajaran yang akan datang. 
™ PBM ditutup dengan membaca tahmid. 
I. Alat / Bahan / Sumber 
™ Buku teks / penunjang kelas IV
™ Buku kisah para Nabi
II. Penilaian

34
™ Penilaian : Menceritakan Kisah Nabi Ibrahim AS
™ Lisan : Tanya Jawab
™ Tertulis : Mengerjakan soal pilihan Ganda, Isian, dan Essay.
20 Agustus 2009
Kepala Sekolah Guru Pendidikan Agama Islam

Dra. MARMIYATI Drs. JAPAR


NIP. 19520903 197402 2 001 NIP. 19640804 198403 1 005

35
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Bentuk Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo


Ngaglik Sleman
1. Urgensi Mempersiapkan Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SDN Candirejo Ngaglik Sleman
Berdasarkan wawancara dengan guru PAI Drs. Japar, Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam perlu menekankan pada penanaman nilai-nilai agama pada
siswa sehingga ajaran agama yang diperoleh menjadi bermakna dalam hidupnya.
Agar tujuan tersebut dapat dicapai, maka diperlukan kurikulum yang baik dan tepat.
Saat ini, SDN Candirejo Ngaglik Sleman menerapkan kurikulum Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Muhamad Joko Susilo (2007:100)
Kurikulum KTSP mengarahkan guru untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat
melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan
penuh tanggung jawab. Sedangkan menurut Mulyasa (2002:30) Pada KTSP, peserta
didik berada dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek
kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan
kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
Kurikulum KTSP Pendidikan Agama Islam bertujuan agar siswa menguasai
sejumlah kompetensi yang telah diterapkan secara komprehensif. Karena selama ini
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah (madrasaah) lebih
menyentuh aspek kognitif, dan kurang memperhatikan aspek afektif dan
psikomotornya.
Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani (2004:13) pada Kurikulum KTSP
Pendidikan Agama Islam secara nasional terdapat daftar sejumlah kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa. Kurikulum ini ditandai dengan ciri-ciri: Pertama, lebih
menitikberatkan pada pencapaian target kompetensi. Kedua, lebih
mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan di lapangan
untuk mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan yang tersedia.

36
Ketiga, memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksanaan pendidikan di
lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan.
Berdasarkan wawancara dengan guru PAI di SDN Candirejo terkait dengan
kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk
mengembangkan dan melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan, maka SD
SDN Candirejo Ngaglik Sleman berusaha agar kurikulum pendidikan islamnya
dapat mengintegrasikan ilmu yang berkaitan dengan keduniaan dengan ilmu agama,
selain itu juga bertujuan agar dapat memberikan tuntunan kepada anak didik agar
mampu memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sesuai dengan bakat dan
kemampuannya.
Terdapat anggapan keliru yang berkembang tentang persiapan mengajar,
pada kalangan guru menganggap bahwa dalam implementasi tidak perlu membuat
rencana pembelajaran, cukup dengan menggunakan silabus (Mulyasa,
2004:73).Silabus berbeda dengan rencana pembelajaran, karena dalam silabus
belum memuat secara rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, apa yang
harus dilakukan oleh guru dalam membantu peserta didik membentuk kompetensi,
apa yang harus digunakan, bagaimana caranya, serta berapa lama waktu yang
diperlukan.
SDN Candirejo Ngaglik Sleman mewajibkan para tenaga pengajarnya untuk
membuat rencana pembelajaran, hal ini diwajibkan agar guru dapat mempersiapkan
tindakan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, karena dalam rencana
pembelajaran memuat langkah-langkah pelaksanaannya, untuk mencapai tujuan atau
membentuk kompetensi tertentu (wawancara dengan guru PAI SDN Candirejo, 22
Agustus 2009).
Untuk mencapai hasil yang diinginkan, guru diberi wewenang secara leluasa
untuk mengembangkan rencana pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan
kondisi sekolah, serta kemampuan guru itu sendiri dalam menjabarkannya sehingga
menjadi pedoman pembentukan kompetensi peserta didik (Mulyasa, 2004:74).
Bentuk rencana pembelajaran di SDN Candirejo Ngaglik Sleman telah ditentukan
dari kurikulum yang digunakan di sekolah tersebut, tetapi terkait dengan
implementasi Kurikulum KTSP, para guru diberi wewenang seluas-luasnya dalam

37
mengembangkan rencana pembelajaran, para guru dipersilahkan untuk berkreasi dan
berinovasi membuat strategi pembelajaran yang bisa merangsang peserta didik
untuk aktif, kedudukan pendidik tidak hanya sebagai transfer of knowledge, tetapi
juga rekan ataupun ustadz yang memberikan contoh yang baik kepada peserta didik.
Hal ini bertujuan agar para guru dapat menciptakan rencana pembelajaran yang
baik, logis, dan sistematis (wawancara dengan guru PAI SDN Candirejo, 22
Agustus 2009). Ini menandakan bahwa proses belajar mengajar di SDN Candirejo
Ngaglik Sleman sebelumnya telah direncanakan agar dapat berjalan lancar.
2. Bentuk Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Komponen-
komponen yang terdapat dalam Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SDN Candirejo Ngaglik Sleman
Penyusunan program pembelajaran bermuara pada rencana pembelajaran,
sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen
program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen rencana
pembelajaran mencakup kompetensi dasar, materi, metode dan teknik, media dan
sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya (Mulyasa, 2004:78). Dengan
demikian rencana pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu sistem, yang
terdiri atas komponen-komponen yang saling berhubungan serta berinteraksi antara
satu dengan yang lainnya dan memuat langkah-langkah pelaksanaannya, untuk
mencapai tujuan atau membentuk kompetensi tertentu.
Berasarkan dokumentasi yang dikutip dari RPP guru PAI SDN Candirejo
rencana pembelajaran memuat mata pelajaran, kelas atau semester, pertemuan yang
keberapa kalinya, alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, sumber belajar dan penilaian. Salah satu contoh bentuk rencana
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo Ngaglik Sleman adalah
sebagai berikut :

38
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SATUAN PENDIDIKAN : SD N CANDIREJO


MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS/ SEMESTER : IV/ 1
TAHUN PELAJARAN : 2009/2010
ALOKASI WAKTU : 3 X 35 Menit

Standar Kompetensi : 3. Menceritakan Kisah Nabi


Kompetensi Dasar : 3.3 Menceritakan Kisah Nabi Ibrahim AS
Indikator :
1. Menceritakan Kisah Nabi IbrahimAS
2. Menyebutkan Keteladanan Nabi IbrahimAS
3. Menulis sejarah singkat kisah Nabi Ibrahim AS
4. Mengambil hikmah dari kisah Nabi Ibrahim AS
III. Tujuan Pembelajaran : Siswa meneladani kisah Nabi
Ibrahim AS
IV. Materi Pokok : Kisah Nabi Ibrahim AS
V. Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi
VI. Langkah- langkah pembelajaran

D. KEGIATAN AWAL
™ Guru mengkondisikan kelas
™ Guru dan siswa membaca doa sebelum tidur
™ Melafalkan Al Qur’an surat-surat pendek selama lima menit
™ Apersepsi
™ Mengemukakan tujuan pembelajaran “meneladani kisah Nabi Ibrahim AS”

E. KEGIATAN INTI
™ Siswa mendengar/menyimak dengan seksama, guru menceritakan kisah

39
Nabi Ibrahim AS.
™ Guru mengadakan tanya jawab mengenai kisah Nabi Ibrahim AS
™ Siswa membaca kisah Nabi Ibrahim AS tentang ketaatannya kepada Allah
SWT serta kesabarannya dalam menghadapi kaumnya.
™ Guru mengajak siswa untuk mendiskusikan tentang kisah Nabi Ibrahim AS
untuk mengambil hikmahnya yang patut diteladani.
™ Guru menyimpulkan hasil dari diskusi siswa tentang kisah Nabi Ibrahim AS
™ Siswa menuliskan ringkasan sejarah kisah Nabi Ibrahim AS dari hasil diskusi
yang telah disimpulkan oleh guru
™ Guru memberikan motovasi siswa agar senantiasa mengingat kisah Nabi
Ibrahim AS akan ketaatan dan keteguhan/ kesabarannya untuk diteladani.

F. KEGIATAN AKHIR
™ Guru memberikan penguatan materi dan menyimpulkan hasil pembelajaran
kisah Nabi Ibrahim AS 
™ Memberitahukan pelajaran yang akan datang. 
™ PBM ditutup dengan membaca tahmid. 
IV. Alat / Bahan / Sumber 
™ Buku teks / penunjang kelas IV
™ Buku kisah para Nabi
V. Penilaian
™ Penilaian : Menceritakan Kisah Nabi Ibrahim AS
™ Lisan : Tanya Jawab
™ Tertulis : Mengerjakan soal pilihan Ganda, Isian, dan Essay
20 Agustus 2009
Kepala Sekolah Guru Pendidikan Agama Islam

Dra. MARMIYATI Drs. JAPAR


NIP. 19520903 197402 2 001 NIP. 19640804 198403 1 005

40
Dari rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam di atas, komponen
rencana yang digunakan di SDN Candirejo Ngaglik Sleman terdiri dari identitas
mata pelajaran, indikator, tema pokok, langkah-langkah yang berisi pendahuluan,
kegiatan inti, penutup, sumber belajar dan penilaian (wawancara dengan guru PAI
SDN Candirejo 10 Agustus 2009). Untuk lebih jelasnya dikaji sebagai berikut :
a. Indikator
Merupakan rumusan kompetensi yang spesifik yang dapat dijadikan
acuan atau kriteria penilaian dalam menentukan kompeten tidaknya seseorang.
Jika serangkaian indikator dalam suatu kompetensi dasar sudah tercapai,
berarti target kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi. Pembelajaran dalam
konteks kurikulum berbasis kompetensi, bertujuan untuk mengantar siswa
sampai menguasai kompetensi tertentu. Tidak pernah suatu kompetensi
berhasil dikuasai tanpa menguasai setiap indikator (Nasar, 2006:4).
b. Tema Pokok
Merupakan bahan ajar esensial (konsep) yang harus dipelajari siswa
dan dikembangkan guru dalam materi pembelajaran.
c. Langkah-langkah Pembelajaran
Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh guru secara berurutan.
Pembelajaran diawali dengan pendahuluan, kemudian kegiatan inti, dan
kegiatan terakhir adalah penutup (Dokumentasi buku kerja guru Pendidikan
Agama Islam SDN Candirejo, 20 Agustus 2009). Pada kegiatan inti
dibutuhkan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penentuan metode
pembelajaran erat kaitannya dengan pemilihan strategi pembelajaran yang
paling efisien dan efektif dalam memberikan pengalaman belajar untuk
membentuk kompetensi dasar, guru dapat menggunakan berbagai variasi
metode untuk mencapai tujuan pembelajaran (Mulyasa,2004:99). Menurut
guru PAI SDN Candirejo metode yang digunakan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo Ngaglik Sleman, adalah :
1) Metode ceramah
Metode ini sering dipergunakan misalnya untuk menceritakan
kisah-kisah para nabi dan sahabat. Selain itu metode ceramah
dipergunakan untuk menjelaskan materi yang lain.

41
2) Metode demonstrasi
Metode ini misalnya digunakan untuk mempraktekkan gerakan-
gerakan shalat, metode ini digunakan dengan maksud agar peserta didik
lebih dapat memahami materi yang diajarkan, karena dengan metode ini
peserta didik dapat secara langsung mempraktekkan, dan pendidik dapat
secara langsung menegur jika peserta didik salah dalam mempraktekkan.
3) Metode studi kasus
Metode ini mengangkat suatu contoh permasalahan yang pernah
terjadi pada diri seseorang atau kelompok orang untuk dijadikan rujukan
atau contoh maupun teladan sebagai solusi alternatif yang bisa diambil,
guru PAI biasanya menggunakan metode ini ketika menceritakan kisah
sahabat-sahabat nabi atau cerita nabi.
4) Metode dialog kreatif
Metode ini merupakan salah satu cara yang lebih efektif karena
melibatkan siswa secara langsung berdialog dengan guru tentang suatu
permasalahan yang sedang dihadapi. Anak didik mengungkapkan
pendapatnya langsung dari hati nuraninya dan guru mendengar serta
melayani semua permasalahan anak didik dan berupaya membantu
mencarikan solusinya.
5) Metode tanya jawab
Metode ini memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas, melatih agar peserta didik
mengkritisi materi-materi yang telah disampaikan.
6) Metode Diskusi
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar informasi, pendapat,
dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk
mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang
sesuatu.
7) Metode Hafalan
Metode ini digunakan untuk menghafal surat-surat pendek.

42
8) Metode Keteladanan
Pendidik memberi teladan yang baik kepada peserta didik. Dari
tukang kebun, guru sampai kepala sekolah menjadi teladan yang baik.
Misalnya, ketika masuk waktu shalat dhuhur, mereka berbondong-bondong
pergi ke masjid untuk shalat.
d. Media
Media dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebagai alat yang
digunakan oleh guru, tetapi juga mampu mengkomunikasikan pesan kepada
peserta didik. Media tidak terbatas pada perangkat keras (hardware), tetapi
media dapat juga berbentuk lunak (software). Menurut Rowntree pada
dasarnya fungsi media adalah menumbuhkan motivasi peserta didik, dapat
mengingat pelajaran dengan mudah, peserta didik dapat aktif dalam merespon,
memberi umpan balik dengan cepat, dan mendorong peserta didik untuk
melaksanakan kegiatan praktek dengan tepat. Dalam pembelajaran agama
Islam di SDN Candirejo Ngaglik Sleman media yang selama ini digunakan
berupa gambar, peralatan sholat, mushola dan suasana alam sekitar SDN
Candirejo (wawancara dengan guru PAI SDN Candirejo, 10 Agustus 2009).
e. Sumber belajar
Selain buku paket digunakan sumber-sumber lain yang relevan
seperti : majalah, koran, brosur, buletin, jurnal dan sebagainya yang ada
hubungannya dengan materi yang disampaikan (Muhammad Joko Susilo,
2006: 148). Pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam SDN Candirejo
Ngaglik Sleman menggunakan buku dari penerbit Yudistira, tetapi ini
bukanlah sumber belajar satu-satunya, guru juga memakai mushaf serta buku
cerita Islam yang terdapat di perpustakaan sebagai sumber belajar, dalam
menggunakan sumber belajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo
Ngaglik Sleman ini sudah bervariasi, hal ini didorong dengan keinginan untuk
memadukan ilmu umum dengan ilmu agama, sehingga cerita-cerita aktual
yang sedang beredar di masyarakat dan lingkungan alam sekitar juga bisa
dijadikan sumber belajar (wawancara dengan guru PAI SDN Candirejo, 10
Agustus 2009).

43
f. Penilaian
Penilaian bertujuan untuk mendapatkan umpan balik tentang
ketercapaian tujuan atau kompetensi yang telah dirumuskan, dapat dilakukan
dengan model tes baik tes lisan maupun tertulis (Muhamad Joko Susilo, 2006:
148). Penilaian juga harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu :
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Cara penilaian dapat dilakukan pada
waktu kegiatan belajar sedang berlangsung, misalnya : mendengarkan,
observasi, mengajukan pertanyaan, dan mengamati hasil kerja siswa(Abdul
Majid dan Dian Andayani, 2004:97). Berdasarkan wawancara dengan guru
PAI SDN Candirejo pada 10 Agustus 2009, penilaian dilakukan dalam dua
tahap, yaitu tahap jangka pendek dan tahap jangka panjang :
1) Tahap jangka pendek
Penilaian tahap jangka pendek dilaksanakan pada akhir proses
pembelajaran atau saat proses pembelajaran berlangsung, disebut juga
dengan penilaian formatif. Bentuk penilaian hasil belajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo Ngaglik Sleman berupa tes
tertulis, penilaian dari kinerja peserta didik dan penilaian produk. Penilaian
juga meliputi bagaimana perhatian peserta didik ketika belajar mengajar
berlangsung, sikap ketika duduk dan berbicara, ketika berada di tempat
ibadah, dan juga ketika mereka bermain.
2) Tahap jangka panjang
Penilaian tahap jangka panjang dilaksanakan setelah proses pembelajaran
dilakukan beberapa kali, yakni pada tengah (mid) semester atau akhir
semester, penilaian ini disebut evaluasi sumatif. Pada evaluasi tahap
panjang ini melibatkan guru kelas yang mempunyai catatan tentang
kelakuan anak pada tiap harinya, selain itu juga melibatkan guru lainnya
yang ikut serta mengamati tingkah laku anak didik tiap saat. Sehingga
penilaian mata pelajaran agama Islam di SDN Candirejo Ngaglik Sleman
ini dilakukan secara subyektif, memberikan peluang yang adil pada semua
siswa sehingga penilaiannya tidak bersifat diskriminasi.

44
Selain komponen yang telah disebutkan di atas, sebuah rencana
pembelajaran lebih lengkap dan lebih baik jika di dalamnya terdapat paparan materi
yang disampaikan. Materi adalah segala sesuatu yang hendak dipelajari dan dikuasai
siswa, baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap melalui kegiatan
pembelajaran agar dapat menjadi kompeten. Langkah pengembangan materi
ditujukan untuk menentukan keluasan dan kedalaman materi, sehingga dapat
dijadikan acuan bagi guru dalam merancang pembelajaran, memberi masukan
kepada siswa mengenai pokok-pokok utama keilmuan, maupun dalam
mengembangkan alat evaluasi. Materi yang tidak jelas batasannya membuat guru
kebingungan menentukan apa saja yang harus diberikan kepada siswa. Akhirnya
pembelajaran tidak efektif dan efisien karena materi yang diberikan terlalu sedikit
atau terlalu banyak, bahkan mungkin tidak esensial (Nasar, 2006:19).
Pengembangan materi perlu dilakukan sampai rinci agar batasan keluasan dan
kedalaman materi menjadi jelas. Deskripsi materi yang jelas tersebut selanjutnya
dituliskan pada rencana pembelajaran, yang berfungsi sebagai acuan proses dan isi
pembelajaran yang paling operasional. Semakin rinci deskripsi materi semakin
mudah pula guru dalam menjalankan proses pembelajaran, karena memiliki rambu-
rambu pembatas keluasan dan kedalaman isi pembelajaran.
Deskripsi materi dilakukan dengan cara memberikan setiap judul materi
sebagaimana tersusun dalam langkah sebelumnya. Tidak ada batasan ketat sampai
sejauh mana deskripsi harus dilakukan, kecuali bahwa deskriipsi tersebut telah
dipandang memadai oleh guru yang bersangkutan sebagai persiapan mengajar. Bagi
guru baru, mungkin deskripsi harus sangat rinci (bahkan sampai ke kalimat yang
hendak diucapkan dalam mengajar). Bagi guru yang sudah berpengalaman,
deskripsi sejauh itu tentu tidak diperlukan. Yang pasti, materi esensial harus
tercermin dalam deskripsi tersebut. Berdasar hasil penelitian ada rencana
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dipakai di SDN Candirejo Ngaglik
Sleman tidak terdapat deskripsi materi, jadi guru hanya memberitahukan kepada
murid tentang tema yang akan dipelajari pada pertemuan mendatang, kemudian
murid disuruh untuk mempelajarinya terlebih dahulu di rumah (wawancara dengan
guru PAI SDN Candirejo, 17 Juli 2009).

45
Dalam setiap penyusunan rencana pembelajaran dikonsultasikan dengan
guru senior untuk melakukan musyawarah agar tidak terjadi perbedaan baik format,
model maupun perumusan operasional kata atau kalimat (Muhammad Joko Susilo,
2006:149). Kemudian dimintakan pengesahan dari kepala sekolah untuk
mendapatkan bukti atau legalitas sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan. Hal
ini dilakukan demi tertibnya manajemen administrasi pendidikan di sekolah
tersebut, sehingga jika suatu saat ada supervisi yang dilakukan oleh supervisor dari
pusat maupun dari kepala sekolah, guru tidak model kebut semalam untuk
menyiapkannya (Muhammad Joko Susilo, 2006:149).
Pembuatan rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN
Candirejo Ngaglik Sleman diserahkan kepada pendidik, tetapi komponen yang
terdapat dalam rencana pembelajaran sudah ditentukan. Guru tinggal
mengembangkan komponen-komponen yang sudah ada. Meskipun rencana
pembelajaran sangat membantu dalam proses belajar mengajar, namun dalam
pembuatan rencana pembelajaran guru merasa berat, karena belum mendapatkan
keterangan mendalam tentang pembuatan rencana pembelajaran, di samping itu
karena alasan kegiatan padat membuat guru tidak mempunyai banyak waktu untuk
mempersiapkan rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam, akibatnya setiap
pertemuan guru tidak selalu membuat rencana pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (wawancara dengan guru PAI SDN Candirejo, 10 Agustus 2009).
Rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo
Ngaglik Sleman tidak dimintakan pengesahan kepada kepala sekolah terlebih
dahulu, sehingga karena kurangnya keterangan dan pengawasan dari kepala sekolah
guru hanya membuat rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada awal-
awal pertemuan saja (wawancara dengan guru PAI SDN Candirejo, 10 Agustus
2009).
Pada pertemuan selanjutnya guru Pendidikan Agama Islam hanya
merencanakan apa yang akan diajarkan tanpa ditulis pada lembar rencana
pembelajaran yang terdapat didalam buku kerja guru yang telah diberikan, sehingga
rencana pembelajaran yang disusun hanya berupa angan-angan saja.

46
B. Implementasi Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN
Candirejo Ngaglik Sleman
Tujuan dari perencanaan belajar mengajar adalah sebagai pedoman guru
dalam melaksanakan praktek mengajar. Dengan demikian apa yang dilakukan guru
pada waktu mengajar bersumber kepada perencanaan belajar mengajar yang telah
dibuat sebelumnya (Departemen Pendidikan Nasional materi 12 Pengembangan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2006). Kegiatan belajar yang dilaksanakan
tanpa rencana pembelajaran membuat guru kehilangan ide pada saat berlangsungnya
kegiatan belajar, sehingga kegiatan belajar tidak bisa efektif, materi tidak bisa
tersampaikan seluruhnya kepada peserta didik (wawancara dengan guru PAI SDN
Candirejo, 10 Agustus 2009). Melalui observasi yang penulis lakukan pada
pembelajaran kelas IV, pada kesempatan ini guru telah menyiapkan rencana
pembelajaran Pendidikan Agama Islam terlebih dahulu, didapatkan bahwa dalam
proses kegiatan belajar mengajar mencakup tiga hal, sesuai dengan yang dituliskan
dalam rencana pembelajaran. Yakni mencakup kegiatan awal atau pendahuluan,
kegiatan inti atau pembentukan kompetensi, dan kegiatan akhir atau penutup
(Observasi, pada tanggal 20 Agustus 2009):

i. Kegiatan Pendahuluan
Pada materi “Iman Kepada Rasul Allah” guru mengadakan kegiatan belajar
mengajar di ruang mushola, karena pada materi ini murid diajak mendengarkan
cerita tentang kisah Nabi Ibrahim a.s. yang dibacakan oleh guru. Mengisi tahap
ini dengan cara membuka kegiatan belajar mengajar dengan salam, mengulang
materi sebelumnya melalui pretest dengan menanyakan: ”Anak-anak, apa materi
yang kita pelajari pada pertemuan yang lalu?”, tujuannya untuk mempersiapkan
siswa dalam memusatkan perhatiannya pada proses pembelajaran yang akan
berlangsung. Kemudian setelah siswa mengingat materi, guru menjelaskan
secara singkat tentang materi yang akan disampaikan.

47
ii. Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran antara lain mencakup penyampaian informasi
tentang bahan ajar. Pada materi “Iman Kepada Rasul Allah” yang dilakukan
siswa adalah :
Siswa mendengarkan cerita tentang kisah Nabi Ibrahim a.s. Pada kegiatan ini
siswa memperhatikan dengan sesekali mereka berkomentar, meski hanya
mendengar cerita tapi mereka terlihat asyik, sehingga suasana terlihat
menyenangkan.
Setelah siswa selesai mendengarkan cerita, siswa secara berkelompok diberi
tugas untuk membuat ringkasan ceritanya.
Perwakilan kelompok menyampaikan ringkasan ceritanya.
Guru berdiskusi dengan siswa tentang kisah Nabi Ibrahim a.s. Dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk aktif, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
iii. Penutup
Pada tahap ini guru menyimpulkan tentang definisi rasul dan tugas-tugasnya,
kemudian siswa secara individu diberi tugas untuk merangkum kisah Nabi
Ibrahim a.s. Selanjutnya siswa juga diberi tugas untuk membaca terjemahan
Surat Yusuf sebagai bahan diskusi pada pertemuan berikutnya.
C. Hasil Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo
Ngaglik Sleman
1. Hasil dari proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Hasil dari proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
menggunakan rencana pembelajaran adalah sebagai berikut (wawancara dengan
guru PAI SDN Candirejo, 10 Agustus 2009):
a. Siswa lebih aktif untuk bertanya, karena guru telah mengaitkan antara materi
yang lama dengan yang baru.
b. Selama proses pembelajaran guru tidak kehilangan ide, karena jika lupa
Guru dengan mudah bisa melihat rencana pembelajaran yang telah dibuat.
c. Lebih fokus selama proses pembelajaran.

48
d. Waktu yang ada dapat digunakan dengan baik, karena waktu telah
dialokasikan untuk tiap langkah agar Guru memiliki pegangan dalam
pelaksanaan.
e. Dengan kegiatan pembuka, pemahaman siswa terdapat kesinambungan
materi yang lama dengan yang baru, dengan kegiatan pembuka pula maka
muncul motivasi siswa untuk belajar.
Hasil proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam tanpa menggunakan
rencana pembelajaran adalah sebagai berikut (wawancara dengan guru PAI SDN
Candirejo, 22 Agustus 2009)
Melalui observasi yang penulis lakukan pada tanggal 22 Agustus 2009 di
kelas V, pada kesempatan ini guru tidak membuat rencana pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, proses pembelajaran yang berlangsung adalah sebagai berikut
(Observasi, pada tanggal 22 Agustus 2009):
a. Pertama, Guru menyuruh para murid untuk masuk ke ruang perpustakaan,
untuk membaca cerita tentang kisah para sahabat, guru mengawali
pembelajaran dengan membaca basmalah bersama-sama siswa.
b. Siswa diminta untuk melihat serta merangkum cerita yang telah dilihat.
c. Guru menerangkan tentang akhlak-akhlak yang bisa ditiru pada kisah
sahabat tersebut.
d. Guru menunjuk beberapa siswa untuk membacakan rangkuman dari cerita
yang baru saja dilihat.
e. Guru menutup pembelajaran dengan salam.
Hasil dari proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo
tanpa menggunakan rencana pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Ketika proses pembelajaran guru kehilangan ide dalam memilih metode
yang tepat untuk menyampaikan materi tersebut, sehingga membutuhkan
waktu untuk mengingat atau mencari-cari metode yang tepat, dan itu secara
tidak langsung telah mengurangi waktu.
b. Siswa tetap aktif dan berminat mengikuti proses pembelajaran, karena
materi disampaikan dengan metode dan media yang menarik minat siswa.
c. Guru mampu mengkodisikan siswa untuk tetap fokus mengikuti proses
pembelajaran dengan menegur siswa yang tidak memperhatikan.

49
Jika dibandingkan antara proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
yang memakai dan yang tidak memakai rencana pembelajaran, maka tidak terdapat
perbedaan yang signifikan, tanpa rencana pembelajaran siswa tetap aktif dan tetap
berminat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Pelaksanaan proses pembelajaran di SDN Candirejo Ngaglik Sleman
diserahkan kepada pendidik untuk berkreasi dan berinovasi menciptakan suasana
pembelajaran yang merangsang peserta didik untuk aktif. Pendidik tidak hanya
sebagai sosok yang mentransfer ilmu kepada peserta didik, tetapi juga sebagai rekan
dan ustadz yang memberikan contoh baik kepada peserta didik (wawancara dengan
guru PAI SDN Candirejo, 17 Juli 2009). Sehingga peserta didik tidak merasa takut
kepada guru, untuk menumbuhkan kedekatan dengan peserta didik, setiap kali
bertemu dengan guru para siswa mengucapkan salam, sehingga dengan demikian
terjadi komunikasi yang baik wawancara orang tua siswa Bpk.Asrofi, 12 Juli 2009).
Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Candirejo
Ngaglik Sleman, ada kalanya guru menyampaikan hal-hal yang aktual yang
berkaitan dengan materi pada saat pembelajaran untuk menambah pengetahuan
peserta didik serta bertujuan agar peserta didik belajar bersikap kritis pada keadaan
di sekitarnya, hal ini juga bertujuan agar peserta didik mempunyai pengetahuan
yang integral (wawancara dengan guru PAI SDN Candirejo, 10 Agustus 2009).
Seorang pendidik dapat memilih dan menggunakan media pembelajaran,
memilih dan menggunakan metode mengajar, keterampilan menilai hasil-hasil
belajar peserta didik, serta memilih dan menggunakan strategi pembelajaran.
Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo Ngaglik Sleman
lebih memilih metode yang bisa mengaktifkan siswa (wawancara dengan guru PAI
SDN Candirejo, 10 Agustus 2009).
Melalui observasi yang penulis lakukan pada pembelajaran agama Islam
kelas empat, didapatkan bahwa peserta didik cukup aktif dalam mengikuti kegiatan
belajar Pendidikan Agama Islam (Observasi, pada tanggal 20 Juli 2009).
Berdasarkan wawancara dengan guru PAI SDN Candirejo, 10 Agustus 2009,
kegiatan belajar yang aktif memudahkan dalam menerapkan rencana pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Tiga hal yang mendukung kegiatan belajar Pendidikan
Agama Islam di SDN Candirejo Ngaglik Sleman aktif, yaitu:

50
a. Guru memberi kebebasan kepada murid dalam memilih tempat ketika
mengikuti kegiatan belajar, sehingga murid bebas dalam bergerak
dengan catatan tetap memperhatikan ketika kegiatan belajar berlangsung.
Inilah yang membedakan antara SDN Candirejo Ngaglik Sleman dengan
SD pada umumnya yang kebanyakan mengharuskan siswa untuk duduk
dengan tertib.
b. Guru bersifat fleksibel dalam pemilihan dan penggunaan metode dan
lokasi kegiatan belajar mengajar, artinya ketika murid tidak cocok
dengan metode yang digunakan, maka guru mengubah metode belajar
mengajarnya sesuai dengan yang diharapkan oleh para murid, atau ketika
guru menyampaikan materi di kelas, sedangkan murid menginginkan
belajar di luar kelas, maka guru menuruti keinginan murid tersebut..
Misalnya, ketika guru menyampaikan materi tentang kisah para sahabat
dengan metode cerita di dalam kelas, murid menginginkan kegiatan
belajar mengajar dilakukan di sungai belakang sekolah, maka dengan
persetujuan bersama kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di sungai.
Diakui oleh guru Pendidikan Agama Islam, kunci dalam mengaktifkan
siswa adalah penggunaan metode yang menyenangkan.
c. Guru membuat rencana pembelajaran, maka pada proses pembelajaran
guru tidak kehilangan ide, dengan demikian proses pembelajaran
berjalan dengan lebih lancar.
d. Lingkungan sekolah yang mendukung membuat suasana belajar
mengajar menjadi nyaman. Halaman dan masjid serta sungai yang berada
di belakang sekolah kadang dijadikan tempat untuk belajar mengajar.
Dengan menerapkan rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam
kegiatan belajar menjadi lebih efektif, waktu yang ada bisa digunakan dengan
sebaik-baiknya, selain itu kegiatan pembelajaran bisa lebih aktif (wawancara dengan
guru PAI SDN Candirejo, 10 Agustus 2009). Makna atau arti daripada rencana
pembelajaran adalah suatu perkiraan guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan
siswa selama pengajaran itu berlangsung.

51
Sebagai pusat belajar, siswa lebih aktif berkegiatan untuk membangun suatu
pemahaman, keterampilan, dan sikap atau perilaku tertentu (Active Learning).
Aktivitas siswa menjadi penting ditekankan karena belajar itu pada hakekatnya
adalah proses yang aktif di mana siswa menggunakan pikirannya untuk membangun
pemahaman. Murid tidak lagi cukup belajar hanya dengan sekedar menyerap dan
menghafal pengetahuan yang dituangkan oleh guru (wawancara dengan Kepala
Sekolah SDN Candirejo 17 Juli 2009).
Oleh sebab itu, esensi pembelajaran aktif tidak terletak pada heboh dan
gaduhnya kegiatan fisik siswa, melainkan pada penggunaan tingkatan berfikir yang
lebih tinggi. Anak yang diam tak bersuara menganalisis sebuah teks misalnya, layak
disebut aktif dalam belajar, karena dia menggunakan seluruh kemampuan
berfikirnya untuk melakukan analisis dan menyusun kesimpulan. Kegiatan
pembelajaran seperti ini memotivasi siswa untuk berfikir inovatif dan kreatif.
2. Kendala-kendala yang dialami Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membuat dan
Menerapkan Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo
Ngaglik Sleman
Agar proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung lebih efektif,
maka guru membuat rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam melaksanakan
praktek mengajar, tetapi terdapat empat kendala dalam membuat dan menerapkan
rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo Ngaglik Sleman,
yaitu :
a. Guru belum mendapatkan keterangan yang mendalam tentang pembuatan atau
pengembangan rencana pembelajaran.
b. Rencana pembelajaran yang telah dibuat tidak dimintakan pengesahan untuk
mendapatkan legalitas terlebih dahulu. Selain itu rencana pembelajaran juga
tidak di evaluasi, sehingga guru tidak mengetahui kekurangan yang ada pada
rencana pembelajaran yang dibuatnya.
c. Rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam adakalanya tidak bisa
diterapkan karena guru mengalah pada keinginan peserta didik, misalnya ketika
guru merencanakan pembelajaran di dalam kelas, tetapi peserta didik
menginginkan proses pembelajaran dilakukan di sungai dekat sekolah. Contoh

52
lain ketika guru merencanakan untuk berdiskusi dengan peserta didik, tetapi
peserta didik ingin guru bercerita saja.
d. Guru kekurangan waktu untuk membuat rencana pembelajaran, hal ini
disebabkan karena kegiatan yang padat, sehingga terkadang guru tidak sempat
membuat rencana pembelajaran. Seringkali guru tidak menuangkan rencana
pembelajaran secara tertulis, tetapi hanya diangan-angan saja (wawancara
dengan guru PAI SDN Candirejo, 23 Juli 2009).
3. Hasil dari Penerapan Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN
Candirejo Ngaglik Sleman.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih
baik dengan demikian diperoleh peningkatan hasil yang spesifik untuk tujuan
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya,
baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu maupun faktor eksternal
yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama
adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku
bagi peserta didik (Muhammad Joko Susilo, 2006:177).
Proses pembelajaran yang efektif dibutuhkan agar proses pembelajaran
tersebut dapat mewujudkan hasil belajar tertentu, dari segi proses pembelajaran
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian
besar peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran. Sedangkan dari hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan perilaku yang positif pada sebagian peserta didik (Mulyasa,
2004:131).
Tujuan pendidikan menurut Bloom dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
pertama, ranah kognitif yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Kedua,
ranah afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Ketiga, ranah psikomotor
berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik. SDN
Candirejo Ngaglik Sleman berusaha mencapai tujuan dengan pendekatan terpadu,

53
pendekatan ini pada mulanya disebut metode proyek yang dikembangkan oleh Dr. J.
Dewey. Pendekatan pembelajaran terpadu berpangkal pada teori psikologi Gestalt.
Pembelajaran terpadu adalah suatu sistem pembelajaran yang bertitik tolak dari
suatu masalah atau proyek, yang dipelajari/dipecahkan oleh siswa baik secara
individual maupun secara kelompok dengan metode yang bervariasi dan dengan
bimbingan guru guna mengembangkan pribadi siswa secara utuh dan terintegrasi.
Langkah-langkah pendekatan ini salah satunya adalah dengan menyusun satuan
pelajaran, yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar harian (Oemar
Hamalik, 2003:133). Hasil dari proses pembelajaran di SDN Candirejo Ngaglik
Sleman adalah sebagai berikut:
a. Kognitif
Sesuai dengan latar belakang pembelajaran di SDN Candirejo Ngaglik
Sleman berupaya memadukan bidang ilmu umum dengan ilmu agama secara
seimbang. Siswa dikondisikan pada lingkungan kehidupan bernuansa islami
dengan masjid sekolah sebagai sentral kegiatan ibadah dan pemantapan nilai-
nilai ruhaniyah. Guru Pendidikan Agama Islam dengan metode ceritanya banyak
memberi pengetahuan yang mudah dipahami oleh murid.
Hal tersebut senada dengan usulan Nasar bahwa setiap mata pelajaran
harus dilihat dari dua sisi yaitu alat dan tujuan. Misal pada mata pelajaran IPA
(mengidentifikasi hewan-hewan yang ada di sungai) ini bisa dijadikan alat untuk
menumbuhkembangkan iman dan ketakwaan, menyadarkan bahwa Allah yang
menciptakan semua makhluk tersebut (Nasar, 2006:41).
b. Afektif
Dalam hal ini peneliti melihat siswa gejala-gejala yang nampak selama
observasi, adanya semangat dari peserta didik ketika mengikuti proses
pembelajaran dan adanya semangat ketika peserta didik melakukan shalat
berjama’ah bahkan solidaritas antara siswa juga terlihat. Rasa tanggung jawab,
menghargai sesama teman dan sikap disiplin nampak pada diri peserta didik.
Mereka juga terlihat khusu’ dalam sholat. Untuk memupuk rasa suka memberi,
di dalam masjid juga disediakan kotak amal, dan terdapat beberapa peserta didik
yang menginfakkan uang saku mereka (Observasi, pada jam istirahat pada
tanggal 17 Juli 2009).

54
c. Psikomotor
Perilaku adalah aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan
pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan
dengan gerak fisik.
Dari pengertian di atas, penulis mencoba memaparkan perilaku dari
peserta didik selama pengamatan berlangsung. Dari proses pembelajaran yang
menerapkan rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam secara efektif,
upaya menanamkan ajaran agama diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
agama serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik, apalagi
didukung dengan mata pelajaran umum yang juga mengintegrasikan nilai-nilai
agama pada materi yang diajarkan, hal ini juga yang membedakan SDN
Candirejo Ngaglik Sleman dengan SD pada umumnya, pembentukan perilaku
islami menjadi kewajiban semua guru, tidak hanya guru mata pelajaran agama
Islam saja.
Perilaku islami nampak saat dikumandangkan adzan, peserta didik
bergegas melaksanakan shalat dzuhur secara berjama’ah, bahkan yang
mengkumandangkan adzan adalah peserta didik. Terlihat pula peserta didik yang
selalu mengucapkan salam ketika berjumpa dengan guru, selain itu mereka juga
terlihat disiplin dalam membuang sampah pada tempatnya, makan dengan sopan
dan berdo’a terlebih dahulu (Observasi pada jam istirahat shalat dzuhur pada
tanggal 23 Juli 2009). Peserta didik semakin semangat berlomba-lomba
melakukan kebaikan karena tiap pekannya diberikan penghargaan terhadap
peserta didik yang paling khusu’ ketika shalat, paling disiplin membuang
sampah pada tempatnya, dan pada anak yang sopan dan berdo’a terlebih dahulu
ketika makan (wawancara dengan guru PAI SDN Candirejo Bpk.Japar, 17 Juli
2009). Meskipun pada proses pembelajaran guru tidak selalu menyiapkan
rencana pembelajaran PAI, namun telah mencapai sebagian besar hasil yang
diinginkan. Menurut Bapak Japar selaku Guru Pendidikan Agama Islam, selama
ini beliau bersikap fleksibel dalam setiap pembelajaran di kelas. Selain itu,
seluruh pegawai dan guru di SDN Candirejo Ngaglik Sleman selalu memberikan
teladan yang baik, sehingga para murid mencontoh dengan sendirinya.

55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
Pertama, Bentuk Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN
Candirejo Ngaglik Sleman telah berwujud buku kerja guru yang dalam pengisiannya
diserahkan sepenuhnya kepada guru, Komponen yang belum ada pada rencana
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Candirejo Ngaglik Sleman yaitu
deskripsi materi. Dalam penyusunan rencana pembelajaran, guru Pendidikan agama
Islam di SDN Candirejo Ngaglik Sleman merasa kesulitan, karena para siswa belum
pasti telah menguasai materi dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam RPP,
padahal guru telah membagi waktunya agar semua materi bisa disampaikan, sehingga
hal ini menjadikan guru bingung. Hal inilah yang juga menjadi penyebab kurangnya
kompetensi siswa dalam menguasai suatu materi. Dengan waktu yang telah ditentukan,
para siswa belum tentu menguasai materinya, jadi masih membutuhkan waktu lagi,
padahal materi yang lain telah menunggu untuk disampaikan.
Kedua, Penerapan dari Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SDN Candirejo Ngaglik Sleman berlangsung lancar dan efektif, hasil dari penerapan
Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:
2. Siswa lebih aktif untuk bertanya, karena guru telah mengaitkan antara materi
yang lama dengan yang baru.
3. Selama proses pembelajaran guru menggunakan metode yang bervariasi
4. Siswa lebih fokus selama proses pembelajaran.
5. Waktu yang ada dapat digunakan dengan baik, karena waktu telah dialokasikan
untuk tiap langkah agar Guru memiliki pegangan dalam pelaksanaan.
6. Dengan kegiatan pembuka, pemahaman siswa terdapat kesinambungan materi
yang lama dengan yang baru, dengan kegiatan pembuka pula maka muncul
motivasi siswa untuk belajar.

56
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, dikemukakan saran-saran sebagai
berikut :
1. Untuk SDN Candirejo Ngaglik Sleman agar membentuk kelompok diskusi
terbimbing pada kalangan guru, untuk mengembangkan kompetensi guru dalam
membuat rencana pembelajaran. Selain itu komponen rencana pembelajaran yang
sudah ada perlu ditambah dengan deskripsi materi agar rencana pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yang sudah ada menjadi lebih baik.
2. Bagi Ibu Kepala Sekolah SDN Candirejo Ngaglik Sleman, agar mengadakan
kunjungan kelas secara rutin, agar Kepala Sekolah dapat mengamati proses
pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan metode pembelajaran,
media yang digunakan, dan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran,
serta mengetahui bagaimana peserta didik dapat membentuk kompetensi dalam
dirinya. Selain itu Kepala Sekolah perlu mengevaluasi rencana pembelajaran dan
implementasinya secara rutin, misalnya periode mingguan.

C. Penutup
Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah, tiada daya kekuatan selain dari
Allah. Selesainya penulisan skripsi ini tiada lain karena karunia-Nya yang berupa
kesehatan, kekuatan, hidayah, dan kesabaran yang telah dilimpahkankan kepada
penulis.
Segala daya dan upaya dengan segenap kemampuan telah dilakukan penulis
selama penyelesaian penulisan skripsi ini. Namun penulis menyadari bahwa
kesempurnaan hanya milik Allah, dan tentu saja tulisan ini masih jauh dari
kesempuranaan karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu
penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhirnya dengan segala keterbatasan dari skripsi ini, penuis berharap agar
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin ya
Robbal ‘Alamin.

57
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid & Dian Andayani2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Bandung : Rosdakarya.

Arief S. Sadiman,dkk2003. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan


Pemanfaatannya, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Chabib Thoha, dkk..1998. PBM PAI di Sekolah (Eksistensi dan Proses Belajar
Mengajar Pendidikan Agama Islam), Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Fatimah Djajasudarma.1999. Penalaran Deduktif Induktif dalam Wacana Bahasa


Indonesia, Bandung : Alqaprint.

Hamzah Uno.1998. Teori Belajar dan Pembelajaran. STKIP Gorontalo: Nurul Jannah.

Hidayat Syarief.2004. Membangun Generasi Muda Cerdas, Generasi Peduli Bangsa”,


Proceedings Lokakarya Pendidikan Nasional.

Hujair AH. Sanaky.2003. Paradigma Pendidikan Islam : Membangun Masyarakat


Madani Indonesia, Yogyakarta : Safiria Insania Press.

Lexy.J.Moleong.2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Mu’arif.2005. Wacana Pendidikan Kritis, Yogyakarta : IRCiSod.

Muhaimin.2004. Paradigma pendidikan Islam : upaya mengefektikan pendidikan


agama Islam di sekolah, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mohammad Ali1993. Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung : Angkasa.

Muhammad Ismail Yusanto.2004. Menggagas Pendidikan Islami, Bogor : Al-Azhar


Press.

Muhammad Joko Susilo.2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen


Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mulyasa.2004. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung :


PT Remaja Rosdakarya.

_______.2002. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implikasi, Bandung :


PT Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana.2005.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru
Algesindo.

Nasar.2006. Merancang Pembelajaran Aktif dan Kontekstual Berdasarkan “Sisko”


2006, Jakarta: PT Gramedia.

Noeng Muhajir.1990. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasin.

Oemar Hamalik.2003.Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara.

Rahman Abror,Abd.1993. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : Tiara Wacana.

Sri Esti Wuryani Djiwandono2002. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Grasindo.

Soegarda Poerbakawatja.1982. Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung.

Suharsimi Arikunto.2002. prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :


Rineka Cipta.

Sutrisno Hadi.1989. Metodologi Research, Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Suyanto & djihad Hisyam.2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia


Memasuki Milenium III, Yogyakarta : Adicipta Karya Nusa.

Syaiful Bahri Djamarah.2002. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Zakiah Daradjat.1989.Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta : Gunung


Agung.

Anda mungkin juga menyukai