Anda di halaman 1dari 35

Pajak Pertambahan Nilai

SESI 4

presented by Christine, M.Int.Tax


Agenda
 Pengertian dan Mekanisme PPn BM
 Berbagai Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
 Hubungan Istimewa dan kaitannya dengan
DPP
 Pengkreditan Pajak Masukan
 Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan atas
Kasus Khusus
Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah
Objek PPnBM
 Penyerahan BKP yang tergolong mewah yang
dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan BKP
yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah
pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
 Impor BKP yang tergolong mewah
Tarif PPnBM
 Tarif PPnBM serendah-rendahnya 10% dan paling
tinggi 200%
 Atas ekspor BKP yang tergolong mewah dikenakan
dengan tarif 0%
Karakteristik PPnBM
 PPnBM merupakan pungutan tambahan disamping PPN
 PPnBM hanya dipungut 1 kali, yaitu pada waktu:
 Penyerahan oleh pabrikan atau produsen BKP yang tergolong mewah;
atau
 Impor BKP yang tergolong mewah
 PPnBM tidak dapat dikreditkan dengan PPN
 Apabila eksportir mengekspor BKP yang tergolong mewah, PPnBM yang
dibayar pada saat perolehannya dapat diminta kembali
 PPnBM dapat ditambahkan ke dalam harga BKP yang bersangkutan (HPP)
atau dibebankan sebagai biaya sesuai dengan ketentuan UU PPh, artinya
dapat disusutkan atau dibebankan langsung.
Perhitungan PPnBM
 Tarif PPnBM x Nilai Impor
Question
 PKP PT. ABC mengimpor BKP dengan
nilai impor Rp 100 juta. BKP tersebut
dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan
tarif 20%.
 Hitunglah PPN dan PPnBM yang terutang!
Dasar Pengenaan Pajak

PPN
HARGA JUAL
 Nilai berupa uang
 Termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual Barang Kena
Pajak.
 Tidak termasuk PPN dan potongan harga yang
tercantum dalam faktur pajak.

Yang termasuk dalam pengertian biaya yang merupakan


unsur harga jual, antara lain : pengangkutan, asuransi,
bantuan teknik, pemeliharaan, dan garansi.
PENGGANTIAN
 Nilai berupa uang
 Termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa
karena penyerahan JKP
 Tidak termasuk PPN dan potongan harga
yang tercantum dalam faktur pajak.
NILAI IMPOR
 Nilai berupa uang yang menjadi Dasar
penghitungan bea masuk
 Ditambah pungutan yang dikenakan sesuai
Undang-Undang Pabean.
 Tidak termasuk PPN/PPn BM.
 Nilai Impor = Harga Impor (CIF) + Bea Masuk
PPN = 10% x Nilai Impor
PT X mengimpor barang A yang memiliki
harga dalam CIF sebesar USD 25,000 dan
berdasarkan buku tarif bea masuk dari
Bea dan Cukai dikenakan bea masuk
sebesar 25%, kurs pajak yang berlaku
pada tanggal impor tersebut adalah Rp
12.000,00.

Hitunglah PPN yang terutang dari


transaksi tersebut!
Perhitungan PPN yang terutang atas
barang yang diimpor PT X sbb :
 Harga CIF=USD25,000.00
 Bea Masuk=25%
 Kurs=Rp12.000,00
 Nilai CIF dalam rupiah=Rp300.000.000,00
 Bea Masuk=Rp75.000.000,00
 Nilai Impor=RP375.000.000,00
 Nilai Impor=RP375.000.000,00-
PPN=Rp37.500.000,00
NILAI EKSPOR
 Nilai berupa uang
 Termasuk biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh eksportir, yaitu, nilai yang
tercantum dalam dokumen PEB
(Pemberitahuan Ekspor Barang yang telah difiat
muat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai).
 PPN Ekspor = 0% x Nilai Ekspor
DPP Nilai Lain ( 567/KMK.04/2000
Jo 251/KMK.03/2002):

 Jenis-jenis nilai lain :


 Harga jual atau penggantian setelah
dikurangi laba kotor 
 Perkiraan harga jual rata-rata
 Harga pasar wajar
 Persentase tertentu dari harga jual, tagihan
atau imbalan-Harga faktual yang dianggap
wajar 
 Pemakaian Sendiri :
DPP = Harga Pokok Penjualan (Harga jual atau
Penggantian dikurangi laba bruto)
PPN = 10% X Harga Pokok Penjualan.
 Pemberian Cuma-Cuma :
DPP = Harga Pokok Penjualan (Harga Jual atau
Penggantian dikurangi laba bruto)
PPN = 10% X Harga Pokok Penjualan
DPP atas Jasa Persewaan Ruangan
( SE-14/PJ.53/2003 )
 DPP=Seluruh Harga Sewa + Service Charge
 PPN=10 % x DPP
 Service Charge : adalah balas jasa yang menyebabkan
ruangan yang disewa dapat dihuni sesuai dengan tujuan
yang diinginkan penyewa (terdiri antara lain : biaya
listrik, air, keamanan, kebersihan, dan biaya
administrasi).
 Apabila atas biaya air, listrik, dan telepon menggunakan
alat pengukur tersendiri = penggantiannya tidak
dikenakan PPN, sepanjang Pengusaha yang
menyewakan ruangan tersebut tidak mengenakan Mark
Up atau Biaya Administrasi.
Dasar Pengenaan Pajak atas Transaksi yang
Menggunakan Valuta Asing ( PP Nomor 143
Tahun 2000 Jo PP Nomor 24 Tahun 2002)
 Apabila harga jual atau penggantian menggunakan
valuta asing, Dasar Pengenaan Pajak-nya dihitung
dengan :
 Nilai konversi menurut Keputusan Menteri Keuangan (Kurs
KMK) yang berlaku pada saat pembuatan Faktur Pajak
(per tanggal Faktur Pajak).
 Dalam hal penyerahan kepada Pemungut PPN (WAPU),
menggunakan nilai konversi menurut KMK yang berlaku
pada saat pembayaran atas harga jual BKP/JKP yang
bersangkutan (Lihat ; Pemungut PPN)
Hubungan Istimewa dan kaitannya
dengan DPP
 Diatur di Pasal 2 UU PPN
 Dalam hal Harga Jual atau Penggantian
dipengaruhi oleh hubungan istimewa,
maka Harga Jual atau Penggantian
dihitung atas dasar harga pasar wajar
pada saat penyerahan BKP/JKP itu
dilakukan.
Hubungan Istimewa
 Pengusaha mempunyai penyertaan
langsung atau tidak langsung sebesar
25% atau lebihpada Pengusaha lain, atau
hubungan antara Pengusaha dengan
penyertaan 25% atau lebih pada 2
Pengusaha atau lebih, demikian pula
hubungan antara 2 Pengusaha atau lebih
yang disebut terakhir; atau
Hubungan Istimewa (cont.)
 Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau
dua atau lebih Pengusaha berada di bawah
penguasaan Pengusaha yang sama baik
langsung maupun tidak langsung;

atau

 Terdapat hubungan keluarga baik sedarah


maupun semenda dalam garis keturunan lurus
satu derajat dan/atau ke samping satu derajat.
PENGKREDITAN PAJAK
MASUKAN
PRINSIP DASAR PENGKREDITAN
PAJAK MASUKAN

 Pajak Masukan yang dapat dikreditkan


adalah pajak masukan atas perolehan
BKP/JKP yang berhubungan langsung
dengan kegiatan usaha (produksi,
manajemen, distribusi dan pemasaran)
dari BKP/JKP yang dijual
 Pajak Masukan dalam suatu Masa
Pajak dikreditkan dengan Pajak
Keluaran untuk Masa Pajak yang
sama.

 Dalam hal belum ada Pajak Keluaran


dalam suatu Masa Pajak, maka Pajak
Masukan tetap dapat dikreditkan.
 Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
tetapi belum dikreditkan dengan Pajak
Keluaran pada Masa Pajak yang sama,
dapat dikreditkan pada Masa Pajak
berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah berakhirnya Masa Pajak yang
bersangkutan sepanjang :
 belum dibebankan sebagai biaya, dan
 belum dilakukan pemeriksaan.
Pajak Masukan yang tidak dapat
dikreditkan

 perolehan BKP atau JKP, sebelum


Pengusaha dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak;
 perolehan BKP atau JKP yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan usaha;

 perolehan dan pemeliharaan kendaraan


bermotor sedan dan station wagon
kecuali merupakan barang dagangan
atau disewakan;
 pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP
dari luar Daerah Pabean, sebelum Pengusaha
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

 perolehan BKP atau JKP yang Faktur


Pajaknya tidak memenuhi ketentuan Ps. 13 (5)
atau (9) atau tidak mencantumkan nama,
alamat, dan NPWP pembeli BKP atau
penerima JKP
 pemanfaatan BKP tidak berwujud
atau pemanfaatan JKP dari luar
Daerah Pabean yang Faktur
Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
dokumen lain yang dianggap
sebagai faktur pajak standar
 perolehan BKP atau JKP yang Pajak
Masukannya ditagih dengan penerbitan
ketetapan pajak;

 perolehan BKP atau JKP yang Pajak


Masukannya tidak dilaporkan dalam
Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai, yang diketemukan
pada waktu dilakukan pemeriksaan
 perolehan BKP selain barang modal atau
JKP sebelum PKP berproduksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2a)
Penyesuaian PPN Masukan
Pedoman Pengkreditan Pajak
Masukan atas Kasus Khusus
 Perhitungan kembali pajak masukan atas persentase
kegiatan yang tidak terutang/dibebaskan dari PPN:
P’ x PM/T

 P’ = Besarnya persentase rata-rata penggunaan barang


modal untuk kegiatan lain yang tidak terutang PPN
dan/atau dibebaskan dari PPN dalam 1 tahun buku.
 PM= Jumlah Pajak Masukan atas perolehan dan/atau
pemeliharaan barang modal yang telah dikreditkan.
 T = Masa manfaat barang modal
 Untuk bangunan = 10 th
 Untuk barang modal lainnya = 5 th
Pedoman Pengkreditan Pajak
Masukan atas Kasus Khusus
 Perhitungan kembali pajak masukan atas persentase jumlah
peredaran/penyerahan yang tidak terutang/dibebaskan dari PPN:

X/Y x PM/T

 X = Jumlah peredaran usaha atau penyerahan yang tidak terutang


PPN atau dibebaskan dari pengenaan PPN selama satu tahun buku
 Y = Jumlah seluruh peredaran selama satu tahun buku
 PM= Jumlah Pajak Masukan yang telah dikreditkan seluruhnya.
 T = Masa manfaat barang modal
 Untuk bangunan = 10 th
 Untuk barang modal lainnya = 5 th

Anda mungkin juga menyukai