Anda di halaman 1dari 4

17 November 2009 11:44 WIB

MEMBANGUN SINERGISME DALAM PENDIDIKAN ANAK


USIA DINI (PAUD)

Ahli psikologi perkembangan, Bredekamp, et all (1997:97)


mengungkapkan bahwa pemberian pendidikan pada anak usia dini
diakui sebagai periode yang sangat penting dalam membangun
sumber daya manusia dan periode ini hanya datang sekali serta tidak
dapat diulang lagi, sehingga stimulasi dini yang salah satunya adalah
pendidikan mutlak diperlukan.
Top of Form
Bottom of Form
2
Lalu, pendidikan yang bagaimanakah yang diperlukan? Tentu saja
pendidikan yang tidak sekedar mengejar target kurikulum, atau untuk Login
mengejar keinginan masyarakat/orang tua, seperti kemampuan anak ID :
membaca, menulis dan berhitung secara maksimal, tetapi pendidikan
yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pendidikan bagi anak usia dini telah berkembang luas, baik di negara Password :
maju maupun di negara yang sedang berkembang. Berbagai macam
program pendidikan anak usia dini ini dikembangkan oleh
pemerintah, swasta maupun masyarakat. Minat mengembangkan Pin :
pendidikan anak usia dini sebenarnya bersumber dari lima macam
pemikiran yaitu:
1. Meningkatkan tuntutan terhadap pengasuhan anak dari para
ibu yang bekerja, yang berasal dari berbagai tingkatan sosial
ekonomi
2. Adanya perhatian yang dikaitkan dengan produktivitas,
persaingan yang bersifat internasional, permintaan tenaga
kerja yang bersifat global, kesempatan kerja yang luas baik
Lupa Password?
bagi wanita maupun bangsa manapun
Perlu Bantuan?
3. Pandangan bahwa pengasuhan anak sebagai sesuatu kekuatan
utama guna membantu para ibu untuk meningkatkan Hubungi
kualitasnya baik sebagai ibu maupun sebagai sumber daya Administrator bila
manusia pada umumnya, sehingga dapat bersaing dalam pasar mengalami
tenaga kerja kesulitan.
4. Adanya hasrat untuk meningkatkan kualitas anak sejak usia
dini terutama bagi mereka yang orang tuanya kurang
beruntung, antara lain yang kurang mampu memasukkan anak
ke taman kanak-kanak Program untuk anak usia dini
mempunyai dampak positif yang panjang terhadap
peningkatan kualitas perkembangan anak (Mitchell,1989).
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan bagian integral dalam
Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini mendapat perhatian cukup
besar dari pemerintah. Konsep PAUD merupakan adopsi dari konsep Jumlah Pengunjung
Early Child Care and Education (ECCE) yang juga merupakan bagian 57561
dari Early Child Development (ECD). Konsep ini membahas upaya
peningkatan kualitas SDM dari sektor “hulu”, sejak anak usia 0 tahun
bahkan sejak pra lahir hingga usia 8 tahun.
Teori lama yang merekomendasikan bahwa pendidikan baru dapat
dimulai ketika anak telah berusia 7 tahun, kini terbantahkan. Hasil
penelitian mutakhir dari para ahli neurologi, psikologi, dan paedagogi
menganjurkan pentingnya pendidikan dilakukan sejak anak
dilahirkan, bahkan sejak anak masih dalam kandungan ibunya. Justru
pada masa-masa awal inilah yang merupakan masa emas (golden age)
perkembangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% kapabilitas
kecerdasan manusia terjadi pada tingkat kanak-kanak pada kurun
waktu 4 tahun pertama sejak kelahirannya. Oleh karena itu
penanganan anak dengan stimulasi pendidikan pada masa-masa usia
tersebut harus optimal. Kemudian, 80% kecerdasan itu terjadi saat
anak usia 8 tahun, dan titik kulminasinya terjadi pada saat mereka
berusia 18 tahun. Setelah melewati masa perkembangan tersebut,
maka berapa pun kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-
masing individu, tidak akan meningkat lagi.
Semua aspek perkembangan kecerdasan anak, baik motorik kasar,
motorik halus, kemampuan non fisik, dan kemampuan spiritualnya
dapat berkembang secara pesat apabila memperoleh stimulasi
lingkungan secara cukup. Perkembangan yang terjadi pada masa ini
sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya.
Pola belajar yang diterapkan pada anak dini usia tidaklah sama
dengan pola belajar pada anak usia SD ke atas. Untuk itu perlu
diperhatikan oleh penyelenggara program pendidikan pada anak usia
dini terutama sumber belajar atau tenaga pendidik dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar haruslah mengetahui
bagaimana pola belajar pada anak usia dini.
Pola belajar pada anak usia dini haruslah dibangun berdasarkan atas
pertumbuhan dan perkembangan anak secara tepat yang
pelaksanaannya dikemas sesuai dengan dunia anak, yaitu bermain.
yang merupakan kegiatan rutinitas yang sangat menyenangkan bagi
anak, serta melalui bermainlah anak akan belajar.
Lebih lanjut, di dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia dini dapat
diselenggarakan dalam tiga jalur, yaitu jalur formal, non formal dan
informal.
Pendidikan anak usia dini pada jalur formal antara lain
diselenggarakan dalam bentuk taman kanak-kanak, raudlatul athfal,
dan sejenisnya, sedangkan pada jalur non formal antara lain taman
penitipan anak, kelompok bermain, taman pendidikan Al Quran,
sekolah minggu dan sebagainya. Pada jalur informal, pendidikan anak
usia dini ditangani langsung oleh keluarga dan lingkungan.
Lembaga pendidikan anak usia dini kini harus mulai menyelaraskan
langkah dan memfokuskan perhatian pada anak-anak, bukan sekedar
tuntutan masyarakat atau orang tua. Kurikulum dan proses
pembelajaran harus diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengah
dunia anak-anak. Para pendidiknya harus memiliki mindset tentang
anak-anak dan dunianya, yang bukan miniatur orang dewasa.
Keistimewaan dan keunikan anak harus mulai dihargai.
Semua lembaga pendidikan anak usia dini mulai berjalan seirama
dalam upaya perluasan akses dan peningkatan kualitas pendidikan.
Sinergisme perlu dibangun bersama-sama, sehingga seluruh anak usia
dini dapat tertangani. Dengan sinergisme ini permasalahan
pendidikan anak usia dini akan terasa ringan, karena kita semua
memahami bahwa permasalahan di bidang ini amatlah kompleks,
mulai dari banyaknya anak-anak dari kelompok masyarakat marginal
yang belum terlayani, sulitnya akses karena permasalahan geografis,
keterbatasan tenaga dari segi kualitas dan kuantitas, kurangnya
fasilitas, sarana, prasarana dan sebagainya.
Lalu, bagaimana cara membangun sinergisme? Semua pihak harus
duduk bersama-sama dan membahas satu kepentingan, yaitu anak,
bukan yang lainnya. Ego sektoral dan kepentingan harus
dikesampingkan. Semua harus kembali pada anak-anak dan undang-
undang yang telah mengaturnya. Sinergisme hanya dapat dibangun
ketika semua pihak menyadari bahwa tidak mungkin permasalahan
pendidikan anak usia dini dapat ditangani sendiri-sendiri.
Bentuk-bentuk sinergi yang dapat dilakukakan antara lain :
1. Sharing dalam sumber daya manusia
2. Sharing dalam konsep dan pemikiran, misalnya
pengembangan model pembelajaran di PAUD, pengembangan
APE, dan yang sejenisnya
3. Sharing pendanaan kegiatan
4. Sharing waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan, dan
sebagainya

Bentuk-bentuk sinergi ini disesuaikan dengan kondisi masing-masing


mitra yang saling bekerjasama.
Berita Lainnya.
23 Juni 2010 11:41 WIB
Semarak Akhir Tahun Play Group Labschool
23 Juni 2010 11:15 WIB
Pesta Akhir Tahun TK Labschool
21 April 2010 10:25 WIB
Kartini in Labschool
21 April 2010 10:18 WIB
Play Group in Sea World
21 April 2010 10:11 WIB
Tk B di Ar-Ridho Sentul

Labschool Jakarta > TK Labschool Jakarta


© 2006, Hak Cipta oleh Labschool Jakarta

Anda mungkin juga menyukai