kondisi di masa depan dan yang lebih penting, sebagai titik awal untuk
semula disebabkan depresi rupiah yang sangat tajam. Krisis ini berdampak
publik. Beberapa perusahaan publik ada yang tetap dapat survive, dapat
menggunakan rasio keuangan yang dihitung dari informasi yang ada dalam
Pengertian Solvabilitas
panjang.
dalam persoalan neraca mana yang digunakan? Neraca likuidasi atau neraca
menggunakan nilai penjualan atau nilai likuidasi dari aktiva. Dan juga tidak
tidak lain solvabilitas berbasis nilai sebenarnya dari aktiva yang dimiliki
value secara absolut akan tetap. Hal tersebut, karena bertambahnya utang
disertai dengan bertambahnya aktiva. Akan tetapi dalam angka tidak absolut
perusahaan tidak lain rasio antara aktiva dengan utang, maka solvabilitas
diubah melalui dua cara. Cara pertama, menambah aktiva tanpa menambah
utang atau menambah aktiva relatif lebih besar daripada tambahan utang.
Cara yang kedua ialah mengurangi utang tanpa mengurangi aktiva atau
dengan kata lain mengurangi utang relatif lebih besar dari berkurangnya
pada cara pertama ditambahkan untuk aktiva, sedangkan pada cara kedua
justru terutama berminat pada kondisi jangka panjang karena posisi jangka
sebagai modal untuk membiayai aktiva perusahaan yang berasal dari modal
pemilik atau modal pinjaman. Perusahaan dengan rasio utang yang relatif
berada dalam masa resesi. Dilihat dari rasio modal asing (pinjaman) dengan
total aktiva, semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil modal sendiri yang
digunkan untuk membiayai aktiva perusahaan, kalau rasio 75% berarti 25%
suatu waktu akan menghadapi kesukaran finansiil, yaitu pada waktu tiba
Perusahaan yang insolvable tetapi likuid masih dapat bekerja dengan baik,
tetapi yang menjadi soal ialah neraca yang mana yang diambil, apakah
didasarkan pada neraca likuidasi ini juga tidak salah, karena kita dalam
perusahaan tidak mendasarkan pada nilai likuidasi atau nilai penjualan dari
melainkan didasarkan kepada nilai yang sebenarnya dari aktiva yang dimiliki
jumlah aktiva (total asset) disatu pihak dengan jumlah utang (baik jangka
pendek maupun jangka panjang) dilain pihak. Cara lain dapat digunakan
worth) yang ini merupakan kelebihan nilai (excess value) dari aktiva diatas
utang disatu pihak dengan jumlah utang di lain pihak. Dalam menghitung
“persentase”.
Selain itu Solvabilitas juga dapat diukur dengan rasio antara lain:
Total Utang
Modal Sendiri
yang dibelanjai dengan utang atau beberapa bagian dari aktiva yang
yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar
Total Aktiva
Contoh :
450.000
300.000
Kalau menggunakan ratio antara jumlah aktiva dengan jumlah utang maka
rationya adalah 450.000 : 300.000 = 1,5 : 1. Ini berarti bahwa utang Rp. 1
dijamin oleh aktiva Rp. 1,5, apabila solvabiltasnya 100%, ini berarti bahwa
yang ini merupakan kelebihan aktiva diatas utang yang disebut juga nilai
300.000
Apabila dinyatakan dalam ratio hasilnya adalah 150.000 : 300.000 = 1:2 yang
kelebihan aktiva diatas utang setelah 1/3 dari asetnya berkurang. Makin kecil
persentase ini berarti makin cepat menjadi insolvable, karena akan adanya
pengurangan yang kecil saja dari nilai aktivanya, perusahaan sudah dalam
keadaan insolvable.
bertambah, jumlah dari exces valuenya dalam angka absolute adalah tetap
Contoh:
Dari contoh tersebut diatas ternyata bahwa nilai lebih atau kekayaan
bersihnya dalam angka absolute adalah tidak berubah dan tetap sebesar Rp.
600.000
450.000
150.000
450.000
Dari net wort to debt ratio sebesar 1:3 kita dapat mengetahui bahwa sekarang
perusahaan tersebut akan mulai dalam keadaan insolvable setelah ¼ atau 25% dari nilai
Baik dengan jalan pertama maupun kedua tersebut tidak lain mengharuskan adanya
tambahan modal sendiri. Apabila pada alternative pertama tambahan modal sendiri
ditambah pada aktiva, sedangkan pada alternative ke dua tambahan modal sendiri