Anda di halaman 1dari 12

BY :

MARSIAH NPM 08.1.2297


IRWANSYAH NPM 08.1.2241
ABDUL HALIM NPM 02.1.1375

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN


STIM PASE LANGSA
TAHUN 2010
SOLVABILITAS

Pada dasarnya masyarakat luas mengukur keberhasilan perusahaan

berdasarkan kemampuan perusahaan yang dilihat dari kinerja manajemen.

Dari sudut pandang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk

memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen,

analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi

kondisi di masa depan dan yang lebih penting, sebagai titik awal untuk

perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan.

Analisis mengenai keadaan perusahaan dengan menggunakan

laporan keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: analisis

horizontal,analisis vertical, common-sie statements, industry comparison,

statement of cast flows, dan financial ratio

Pada pertengahan tahun 1997 krisis moneter terjadi di Indonesia yang

semula disebabkan depresi rupiah yang sangat tajam. Krisis ini berdampak

luas pada kehidupan politik dan ekonomi di Indonesia, termasuk perusahaan

publik. Beberapa perusahaan publik ada yang tetap dapat survive, dapat

meraih keunggulan atau tidak mengalami kesulitan keuangan, namun

sebagian lagi mengalami kesulitan keuangan. Berdasarkan hal di atas

mengenai bukti empiris bahwa laporan keuangan bermanfaat dan

berdasarkan bahwa perusahaanperusahaan publik di Indonesia pada masa

krisis banyak yang mengalami kesulitan keuangan, bahkan mengalami

kebangkrutan, maka timbul pertanyaan apakah rasio keuangan juga dapat


bermanfaat untuk memprediksi keadaankeadaan di masa mendatang pada

kondisi perekonomian negara sedang dilanda krisis. Untuk menguji

kemampuan memprediksi perubahan laba di masa mendatang dapat

menggunakan rasio keuangan yang dihitung dari informasi yang ada dalam

laporan keuangan untuk menentukan hubungan rasio tersebut dengan

fenomena ekonomi. Analisis rasio keuangan didasarkan pada data keuangan

historis yang tujuan utamanya adalah memberi suatu indikasi kinerja

perusahaan pada masa yang akan datang. Laporan keuangan dimanfaatkan

oleh investor dalam pengambilan keputusan ekonominya.

Pengertian Solvabilitas

Menurut Munawir solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut

dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.

Pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk

membayar semua utang-utangnya baik jangka pendek maupun jangka

panjang.

Solvabilitas perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi semua kewajiban finansiilnya jika dilikuidasikan. Bila sebuah

perusahaan dilikuidasikan, apakah kekayaan yang dimiliki preusan tersebut

cukup untuk memenuhi seluruh utang-utangnya. Jadi, Solvabilitas

dimaksudkan sebagai kemampuan statu perusahaan membayar semua


utang-utangnya. Berbagai literatur sepakat bahwa solvabilitas sebuah

perusahaan dapat dilihat pada neracanya. Namun terjadi silang pendapat

dalam persoalan neraca mana yang digunakan? Neraca likuidasi atau neraca

operasional sehari-hari. Sebenarnya bila berdasarkan neraca likuidasi pun

ádalah tidak salah, karena dalam menentukan solvabilitas mayoritas

menggunakan nilai penjualan atau nilai likuidasi dari aktiva. Dan juga tidak

salah bila menganut opini kontinuitas, komplementaritas dari preusan yang

tidak lain solvabilitas berbasis nilai sebenarnya dari aktiva yang dimiliki

preusan dalam keadaan operasi. Solvabilitas perusahaan diukur dengan

membandingkan aktiva di satu sisi dengan jumlah utang-utang di sisi lain.

Cara lain dikemukakan dapat berdasarkan pada perbandingan modal sendiri

sebagai kelebihan aktiva dari utang-utang dengan jumlah total utang.

Solvabilitas preusan tidak terlupa ádalah tidak meibatkan intangible asset

dalam perhitungannya. Bila jumlah utang bertambah, jumlah dari exceso

value secara absolut akan tetap. Hal tersebut, karena bertambahnya utang

disertai dengan bertambahnya aktiva. Akan tetapi dalam angka tidak absolut

atau persentasenya telah terbukti semakin kecil. Dari karena solvabilitas

perusahaan tidak lain rasio antara aktiva dengan utang, maka solvabilitas

diubah melalui dua cara. Cara pertama, menambah aktiva tanpa menambah

utang atau menambah aktiva relatif lebih besar daripada tambahan utang.

Cara yang kedua ialah mengurangi utang tanpa mengurangi aktiva atau

dengan kata lain mengurangi utang relatif lebih besar dari berkurangnya

aktiva. Cara pertama maupun cara kedua dalam penggunannya terungkap


memerlukan tambahan modal sendiri. Ini berarti, tambahan modal sendiri

pada cara pertama ditambahkan untuk aktiva, sedangkan pada cara kedua

dipergunakan untuk mengurangi utang. Solvabilitas perusahaan dengan

mudah diingat dan lama bersemayam dalam benak dengan mengingat

sepatah kalimat, "Rasio aktiva dengan utang".

Bambang Riyanto menyatakan bahwa Solvabilitas dimaksudkan

sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-

hutangnya (baik jangka pendek maupun jangka panjang) apabila sekiranya

pada saat tersebut perusahaan dilikuidasi. Suatu perusahaan yang solvabel

berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang

cukup untuk membayar hutanghutangnya. Para kreditor jangka panjang atau

pemegang saham selain berminat pada kondisi keuangan jangka pendek

justru terutama berminat pada kondisi jangka panjang karena posisi jangka

pendek betapapun baiknya tidaklah selalu parallel dengan kondisi keuangan

jangka panjang. Solvabilitas menunjukkan proporsi atas penggunaan uanag

sebagai modal untuk membiayai aktiva perusahaan yang berasal dari modal

pemilik atau modal pinjaman. Perusahaan dengan rasio utang yang relatif

tinggi memiliki pengembalian yang lebih tinggi dalam situasi perekonomian

normal, tetapi mereka Menghadapi resiko kerugian ketika perekonomian

berada dalam masa resesi. Dilihat dari rasio modal asing (pinjaman) dengan

total aktiva, semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil modal sendiri yang

digunkan untuk membiayai aktiva perusahaan, kalau rasio 75% berarti 25%

aktiva perusahaan dibiayai dari modal sendiri. Dengan proporsi penggunaan


hutang (modal pinjaman) yang tepat maka aktiva perusahaan dapat dibiayai

secara efisien sehingga dapat memaksimalkan nilai laba perusahaan.

Jadi suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan

tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar

semua utang-utangnya, tetapi tidak dengan sendirinya berarti bahwa

perusahaan tersebut likuid. Sebaliknya perusahaan yang insolvable (tidak

solvable) tidak dengan sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut adalah

juga likuid. Dalam hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada 4

kemungkinan yang dapat di alami oleh perusahaan yaitu:

a. Perusahaan yang likuid tetapi insolvable

b. Perusahaan yang likuid dan sovabel

c. Perusahaan yang solvable tetapi illikuid

d. Perusahaan yang insolvable dan illikuid

Baik perusahaan yang insolvable maupun yang illikuid, kedua-duanya pada

suatu waktu akan menghadapi kesukaran finansiil, yaitu pada waktu tiba

saatnya untuk memenuhi kewajibannya.

Perusahaan yang insolvable tetapi likuid tidak segera dalam keadaan

kesukaran finansiil, tetapi perusahaan yang illikuid akan segera dalam

kesukaran karena segera menghadapi tagihan-tagihan dari krediturnya.

Perusahaan yang insolvable tetapi likuid masih dapat bekerja dengan baik,

dan sementara itu masih mempunyai kesempatan atau waktu untuk


memperbaiki solvabilitasnya. Tetapi apabila usahanya tidak berhasil maka

pada akhirnya perusahan tersebut akan menghadapi kesukaran juga.

Bagaimana kita dapat mengetahui tingkat solvabilitas suatu

perusahaan? Solvabilitas suatu perusahaan dapat dilihat dari neracanya,

tetapi yang menjadi soal ialah neraca yang mana yang diambil, apakah

neraca likuidasi ataukah neraca yang menggambarkan nilai sebenarnya dari

perusahaan yang dalam keadaan usaha atau operasi? Sebenarnya apabila

didasarkan pada neraca likuidasi ini juga tidak salah, karena kita dalam

menentukan solvabilitas kebanyakan didasarkan kepada nilai penjualan atau

nilai likuidasi dari aktiva (liquidating value) dengan demikian masalah

solvabilitas disini didasarkan pada sudut pandangan likuidasi.

Tetapi apabila kita mendasrkan pada sudut pandangan kontinuitas dan

komplementaris dari perusahaan, dalam menentukan tingkat solvabilitas

perusahaan tidak mendasarkan pada nilai likuidasi atau nilai penjualan dari

aktiva melainkan didasarkan kepada nilai yang sebenarnya dari aktiva,

melainkan didasarkan kepada nilai yang sebenarnya dari aktiva yang dimiliki

oleh perusahaan dalam keadaan operasi.

Solvabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan membandingkan

jumlah aktiva (total asset) disatu pihak dengan jumlah utang (baik jangka

pendek maupun jangka panjang) dilain pihak. Cara lain dapat digunakan

untuk mengukur solvabilitas ialah dengan membandingkan modal sendiri (net

worth) yang ini merupakan kelebihan nilai (excess value) dari aktiva diatas
utang disatu pihak dengan jumlah utang di lain pihak. Dalam menghitung

solvabilitas tidak turut diperhitungkan aktiva immaterial (ingtangibel assets)

angka perbandingan tersebut dapat dinyatakan dalam “ratio” atau dalam

“persentase”.

Selain itu Solvabilitas juga dapat diukur dengan rasio antara lain:

1. Debt to Equity Ratio

Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam

pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri

perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Formulasi

dari debt to equity ratio adalah sebagai berikut:

Total Utang

Debt Equity Ratio = X 100%

Modal Sendiri

2. Debt to Total Assets

Menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana

yang dibelanjai dengan utang atau beberapa bagian dari aktiva yang

digunakan untuk menjamin utang. Kreditur lebih menyukai rasio utang

yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar

perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi

lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar

karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.


Total Utang

Debt to Total Assets = X 100%

Total Aktiva

Contoh :

Jumlah aktiva atau kekayaan …………………… Rp. 450.000

Jumlah utang …………………………………………… Rp. 300.000

Excess value daripada aktiva diatas utang seluruhnya Rp. 150.000

450.000

Solvabilitasnya = x 100% = 150%

300.000

Kalau menggunakan ratio antara jumlah aktiva dengan jumlah utang maka

rationya adalah 450.000 : 300.000 = 1,5 : 1. Ini berarti bahwa utang Rp. 1

dijamin oleh aktiva Rp. 1,5, apabila solvabiltasnya 100%, ini berarti bahwa

jumlah kekayaan sama besarnya dengan jumlah utangnya sehingga

peruhaan tersebut tidak mempunyai kelebihan aktiva diatas utangnya.

Perusahaan harus mengusahakan agar solvabilitasnya lebih dari 100% dari

contoh tersebut diatas perusahaan mempunyai selisi positif sebesar 150.000

yang ini merupakan kelebihan aktiva diatas utang yang disebut juga nilai

lebih excess value. Nilai lebihnya adalah:


150.000

X 100% = 50% dari jumlah utangnya

300.000

Apabila dinyatakan dalam ratio hasilnya adalah 150.000 : 300.000 = 1:2 yang

berarti bahwa perusahaan tersebut mulai dalam keadaan tidak mempunyai

kelebihan aktiva diatas utang setelah 1/3 dari asetnya berkurang. Makin kecil

persentase ini berarti makin cepat menjadi insolvable, karena akan adanya

pengurangan yang kecil saja dari nilai aktivanya, perusahaan sudah dalam

keadaan insolvable.

Oleh karena solvabilitas itu adalah angka perbandingan antara jumlah

aktiva dengan jumlah utang, maka setiap penambahan jumlah utang

bertambah, jumlah dari exces valuenya dalam angka absolute adalah tetap

karena bertambahnya utang disertai dengan bertambahnya aktiva, tetapi

dalam angka relative atau dalam persentasenya adalah makin kecil.

Contoh:

Apabila perusahaan menambah utangnya dengan Rp. 150.000 maka

sekarang keadaanya adalah sebagai berikut:

Jumlah aktiva Rp. 600.000 (Rp. 450.000 +Rp. 150.000)

Jumlah utang Rp. 450.000 (Rp. 300.000 + Rp. 150.000)


Bilai lebih Rp. 150.000

Dari contoh tersebut diatas ternyata bahwa nilai lebih atau kekayaan

bersihnya dalam angka absolute adalah tidak berubah dan tetap sebesar Rp.

150.000 walaupun diadakan tambahan utang. Tetapi dinyatakan dalam

persentase baik solvabilitasnya maupun nilai lebihnya akan makin kecil,

solvabilitasnya sekarang menjadi:

600.000

X 100% = 331/2 % dati total asets to debt ratio = 1,33 :1

450.000

150.000

Kelabihan nilai aktiva diatas utang (nilai lebih) x 100% = 331/2%

450.000

Atau net wort to debt ratio adalah 1 : 3

Dari net wort to debt ratio sebesar 1:3 kita dapat mengetahui bahwa sekarang

perusahaan tersebut akan mulai dalam keadaan insolvable setelah ¼ atau 25% dari nilai

aktivanya berkurang, bagaimana tingkat solvabilitasnya dapat dipertinggi? Tingkat

solvabilitas dapat dipertinggi dengan jalan sebagai berikut:

1. Menambah kekayaan tanpa menambah utang atau menambah aktiva relative

lebih besar daripada tambahan utang.


2. Mengurangi utang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi utang relative

lebih besar daripada berkurangnya aktiva.

Baik dengan jalan pertama maupun kedua tersebut tidak lain mengharuskan adanya

tambahan modal sendiri. Apabila pada alternative pertama tambahan modal sendiri

ditambah pada aktiva, sedangkan pada alternative ke dua tambahan modal sendiri

digunakan untuk mengurangi atau membayar utang.

Anda mungkin juga menyukai