Anda di halaman 1dari 18

BAB VII

IMBAS LISTRIK-MAGNET

Fenomena arus listrik menghasilkan medan magnet pertama kali diamati oleh
Oersted. Hubungan antara arus listrik dan medan magnet lebih lanjut dirumusan Biot-
Savart dan juga oleh Ampere, seperti yang telah kita pelajari. Sebaliknya medan magnet
dapat menghasilkan gaya gerak listrik, diungkapkan oleh Faraday.

7.1 Hukum Faraday


Dari sejumlah eksperimen tentang hubungan medan magnet dan fenomena
kelistrikan dapat dirumuskan hubungan gaya gerak listrik (ggl = emf = electro motive
force) dengan perubahan fluks magnet dalam suatu rangkaian:
d
  (7.1)
dt
Hasil ini dikenal sebagai hukum Faraday tentang induksi/imbas listrik-magnet, yang
ternyata tidak bergantung pada cara terjadinya perubahan fluks. Nilai fluks di berbagai
titik dalam rangkaian dapat diubah dengan cara apapun.
Sebatang konduktor yang digerakkan dalam medan magnet, muatan listrik
dalam batang ikut bergerak. Muatan yang bergerak dalam medan magnet mengalami
gaya Lorentz:
F  qv  B (7.2)
Gaya ini akan menggerakkan muatan positif searah F dan muatan negatif berlawanan
arah F. Akibatnya terjadi pemisahan muatan, positif dan megatif. Pemisahan muatan ini
menghasilkan medan elektrostatik E, untuk mempertegas medan lektrostatik kita beri
indeks Ee. Gaya yang dialami muatan pada (7.2) dapat kita pandang dihasilkan oleh
suatu medan listrik (non elektrostatik) En yang menurut definisi gaya persatuan muatan:
En  v  B (7.3)
Pada rangkaian terbuka, gaya total sama denagn nol, yang berarti gaya nonelektrostatik
sama besar tetapi perlawanan arah dengan gaya oleh medan elektrostatik.
I
c
x x b x x x x x x b x x x x
F1 = qv x B F1 = qv x B
x x x x x x x x x x x x

x x x v x x x x x x v x x x
+ +
R
x x x x x x x x x x x x
F2 = qEe F2 = qEe
x x x x x x x x x x x x

a x x a x x x x
x x x x x x
d

Gambar 7.1 Konduktor yang bergerak dalam medan magnet

F  q  Ee  v  B   q Ee  E n   0
Ee = - En (7.4)
Jika ujung-ujung konduktor dihubungkan oleh konduktor lain dengan resistivitas R akan
membentuk rangkaian tertutup.

Elektrodinamika 2009 1
Jika medan B seragam, maka medan En sepanjang konduktor tetap dan beda
potensial antara ujung konduktor adalah:
b
    E n .dl  Enl (7.5)
a

Untuk kasus v tegak lurus terhadap B seperti Gambar 7.1, En = vB, sehingga beda
potensial:
  Blv (7.6)
Beda potensial inilah yang menggerakkan muatan dalam konduktor rangkain tertutup,
gerakan muatan tersebut dikenal sebagai arus listrik. Batang konduktor (warna merah)
dapat dipandang sebagai sumber listrik dengan kutub positif pada titik (a) dan kutub
negatif pada titik (b), sedang konduktor (biru) sebagai rangkain membentuk rangkain
tertutup.
Untuk medan listrik elektrostatik, karena sifat elektrostatik,   Ee  0 , maka
integral tertutup seluruh rangkain medan elektrostatik sama dengan nol,
E
c
e .d l  0 (7.7)
Beda potensial menghasilkan arus listrik pada rangkaian tertutup:
 Blv
i  (7.8)
R R
Kemana arah arus tersebut? Untuk menentukan arah arus dapat ditentukan dengan dua
cara:
 Arah arus listrik sama dengan arah gerak muatan positif. Arah gerak muatan
sama dengan arah medan nonelektrostatik En , sama dengan arah v  B , yaitu
dari titik a ke titik b.
 Menggunakan hukum Lenz ( tanda minus pada (7.1)): bahwa arus imbas yang
timbul sedimikian hingga arah tersebut menentang perubahan yang
menghasilkannya. Arus pada rangkaian menghasilkan gaya pada batang
konduktor:
F  il  B (7.9)
Karena batang konduktor bergerak ke kanan, maka gaya (aksi) arahnya ke
kanan, gaya reaksi F pada (7.9) tentu ke arah kiri. Vektor l arahnya sama dengan
arah i, berdasarkan (7.9) dapat dipastikan arah arus dari titik a ke titik b, atau
searah putaran jarum jam.

Kembali ke hukum imbas Faraday, bahwa gaya gerak listrik muncul akibat berubahan
fluks magnet yang menembus loop konduktor. Perubahan fluks magnet dapat diperoleh
dengan menggerakkan kawat dalam medan magnet, memutar magnet dalam kumparan
konduktor, mengalirkan arus ac pada elektromagnet dan lai-lain. Berdasarkan hukum
Faraday ini diciptakan generator dan transformator. Generator modern umumnya tidak
menggunakan magnet permanen untuk menghasilkan medan B, namun dari
elektromagnet.

Contoh, konduktor persegi empat dalam Gambar 7.2 dengan panjang a dan lebarnya b,
berputar dengan kecepatan sudut  terhadap sumbu-y. Seluruh lintasan tertutup itu
terletak dalam medan B yang konstan dan merata, paralel dengan sumbu—z.
Berapakah ggl yang dihasilkan sistem tersebut?

Elektrodinamika 2009 2
z

En
x
q

b
En w
a

Gambar 7.2 Konduktor persegi empat diputar dalam medan magnet

Cara 1. menggunakan hukum Faraday (7.1):


Fluks magnet yang menembus loop konduktor :
  B.A  BA cos  BA cos t
d
   BA sin t (7.10)
dt
Cara 2. menggunakan rumus (7.5):
b
Kecepatan v dari sisi konduktor dengan panjang a, adalah: v   , medan listrik
2
nonelektrostatik En  v  B , besarnya
b
En  vB sin    B sin  ,
2
   E n .dl  2 En a    ab  B sin 
Hasil kali ab sama dengan luas loop A, dan jika lintasan terletak pada bidang-xy ketika t
= 0, maka  =  t, karenanya
  AB sin t (7.11)
Gaya gerak listrik maksimum  m terjadi saat sin t = 1,
 m  AB
(7.11) dapat ditulis menjadi
   m sin t (7.12)
Loop konduktor yang diputar dalam medan magnet tersebut merupakan prototipe
generator arus bolak-balik, yang menghasilkan ggl bolak-balik sinusoidal. Generator
yang sesungguhnya terdiri atas N lilitan kawat tembaga, ujung lilitan kawat disambung
ke cincin putar untuk menyalurkan ggl yang dihasilkan ke beban. Ggl generator:
  NAB sin t (7.13)

Induktansi
Sesuai hukum Faraday gaya gerak listrik imbas dapat dihasilkan oleh loop konduktor
yang ditembus oleh fluks magnet yang berubah-ubah. Fluks magnet yang berubah-ubah
tersebut
Dapat dihasilakan oleh kumparan konduktor berarus yang berubah-ubah atau ac.
Misalkan kumparan 1 dengan N1 lilitan berhadapan dengan kumparan 2 dengan N 2
lilitan. Kumparan1 diberikan arus yang berubah terhadap waktu atau ac. Kumparan 2
ditembus fluks magnet 21 dari kumparan 1. Induktansi mutual M21 kedua kumparan
didefinisikan sebagai perbandingan perkalian N221 terhadap arus i1.

Elektrodinamika 2009 3
Kumparan 1 Kumparan 2

f21

N1 lilitan N2 lilitan

N 2 21
M 21  (7.14)
i1
N221 ialah banyaknya tautan fluks magnet dengan kumparan 2.
Jika tidak ada bahan feromagnetik, fluks magnet 21 berbanding lurus dengan arus i,
dan nilai induktansi mutualnya konstan tidak bergantung i.
Jika arus i1 berubah dengan waktu, maka
Nd 21 di
 M 21 1 (7.15)
dt dt
Menurut hukum Faraday, ruas kiri adalah minus ggl induksi 2 dalam kumparan 2,
sehingga
di
 2   M 21 1
dt
(7.16)
M21 merupakan induktansi bersama antara kumparan 1 dan kumparan dua = M12.
Sesungguhnya pada kumparan tunggal itu sendiri juga memiliki induktansi. Besarnya
bergantung pada pertautan perubahan fluks dan arus kumparan:
d d dI
 (7.17)
dt dI dt
d
Besaran merupakan besaran karakteristik dari kumparan yaitu induktansi L.
dI
d
L (7.18)
dI
Persamaan (7.17), (7.18) dan (7.1) diperoleh:
dI
  L (7.19)
dt
Contoh:
Toroida dengan penampang segi empat siku-siku, jari-jari dalam a = 5cm, jari-jari luar
b = 10cm, dan tebal h = 1cm. Hitunglah induktansi diri toroida tersebut jika terdiri atas
N = 1000 lilitan!
Jawab:
 Tentukan B berdasarkan hukum ampere:
 B.dl   0 I
Untuk lintasan dengan jari-jari r dihasilkan:
0 NI
B 2 r  0 IN  B 
2 r

Elektrodinamika 2009 4
Fluks untuk penampang toroida:
b b
 NI  NIh b
   B.dA   Bhdr   0 hdr  0 ln
a a
2r 2 a
Induktansi:
N  0 N 2 h b
L  ln
I 2 a
Nilai numerik induktansi diri:
4 .107 Wb / Am.1000 0,01m
2
0,1m
L ln  1,4.10 3Wb / A  1,4mH
2 0,05m

Induktantor dalam rangkaian seri dan paralel


Induktor sering dirangkaikan secara seri dan paralel, seperti resistor maupun kapasitor.
Induktor dalam prakteknya bukan merupakan induktor murni karena kawat umumnya
memiliki hambatan.
Rangkaian seri
Dua induktor yang dirangkai seri:
M
i, di/dt

R1 L1 L2 R2

Jumlah penurunan tegangan:


V  1   2  R1i  R2i (7.20)
di di di di
Atau V  R1i  L1 M  R2i  L2 M
dt dt dt dt
di
V   R1  R2  i   L1  L2  2M  (7.21)
dt
Rangkaian tersebut menyerupai resistor dengan hambatan R1 + R2 yang dirangkai secara
seri dengan induktor L1 + L2 + 2M. Nilai induktansinya:
L1  L2  2 M untuk gandengan positif yaitu fluks yang ditimbulkan oleh kedua
induktor arahnya sama, dan mempunyai harga L1  L2  2 M untuk gandengan negatif.
Induktansi bersama M didak terpisahkan dengan induktansi masing-masing induktor,
yaitu:
M  k L1L2 1  k  1 (7.22)
Dengan koefisien k gandengan.
Apa arti k = 0?
Selanjutnya, induktansi efektif dari rangkaian seri induktor tersebut:
Lef  L1  2k L1L2  L2 (7.23)
Rangkaian paralel
R1 L1

i1 M

R2 L2

i2 V

Elektrodinamika 2009 5
Rangkain induktor paralel tidak sederhana, salah satu pendekatan penyederhanaan yaitu
jika R1 dan R2 diabaikan, maka
di di
V  L1 1  M 2
dt dt
di di
V  L2 1  M 1 (7.24)
dt dt
Eleminir di1/dt, untuk diperoleh:
 
V  L1  M   L1 L2  M 2 2
di
dt
(7.25a)
Eleminir di2/dt, untuk diperoleh:
V  L2  M    L1L2  M 2  1
di
dt
(7.25b)
Jumlahkan (7.25a) dengan (7.25b), diperoleh
L1L2  M 2 di
V (7.26)
L1  L2  2M dt
Induktansi efektif dua induktor yang dirangkai paralel:
LL M2
Lef  1 2
L1  L2  2M

Energi magnet
Untuk membangkitkan medan magnet memerlukan energi. Jika suatu sumber
dengan V dipasang pada suatu rangkaian, arus yang mengalir dalam rangkaian:
V +  = IR (8.1)
Dengan  adalah ggl imbas dan R hambatan rangkaian. Kerja yang dilakukan oleh V
untuk menggerakkan pertambahan muatan dq = I dt dalam rangkaian:
Vdq  VIdt  Idt  I 2 Rdt (8.2)
Menurut Faraday -dt = d, jadi
Vdq  Id  I 2 Rdt (8.3)
Suku I2 R dt menyatakan pengubahan energi listrik menjadi kalor oleh rangkaian, suku
ini menyerap seluruh masukan kerja hanya jika perubahan fluks nol. Suku Id,
merupakan kerja yang dilakukan untuk melawan ggl imbas di dalam rangkaian, yaitu
bagian kerja yang dilakukan V yang efektif dalam mengubah struktur magnet. Dengan
tanpa memperhatikan suku kedua, (8.3) ditulis:
dW  Id (8.4)
Pertambahan kerja dapat berharga positif atau negatif. Kerja positif jika perubahan
fluks d dalam rangkaian searah dengan fluks yang dihasilkan arus I.

Energi magnet rangkaian bergandeng


Untuk n buah rangkaian, kerja listrik yang dilakukan untuk melawan semua ggl
imbas:
n
dW   I i d i (8.5)
i 1

Elektrodinamika 2009 6
Perubahan fluks yang dihasilkan n rangkaian berkaitan langsung dengan perubahan
arus:
M d n
d i   ij
  M ij dI j (8.6)
j 1 dI j j 1

Jika rangkaian stasioner, maka tidak ada kerja mekanis yang dikaitkan dengan
perubahan fluks, dan kerja dW tepat sama perubahan energi magnet dari sistem, yaitu
dU.
Unergi magnet U suatu sistem deng n rangkaian stasioner diperoleh dengan
mengintegralkan (8.5) dari keadaan fluks nol (bersesuaian dengan I i =0) sampai nilai
fluks akhir. Untuk rangkaian yang teletak dalam bahan magnet linier, I terkait secara
linier dengan arus, dan energi magnetnya tidak bergantung pada bagaimana arus dibuat
agar mencapai nilai akhir.
Nilai sesaat arus masing masing arus rangkaian dapat diungkapkan dalam fraksi
nilai arus akhir, sebut . Untuk nilai arus akhir I1, I2,…,In. maka setiap tahapan
I i '  I i , selanjutnya d i   i d . Pengintegralan (8.5):
1 n n 1

 dW   d  I i '  i   I i  i  d
0 i 1 i 1 0
n
1
  Iii
2 i 1
Jadi energi magnet dapat dinyatakan:
1 n
U   Iii (rangkaian tegar, bahan linier)
2 i 1
(8.7)
Dengan bantuang (8.6) untuk rangkaian tegar dan linier pengintegralan langsung
didapatkan:

1 n n
U   M ij Ii I j
2 i 1 j 1
1 1 1
 L1I12  L2 I 22  ...  Ln I n2
2 2 2
1 1 1
 M 12 I1 I 2  M 13 I1 I 3  ...  M 1n I1 I n (8.8)
2 2 2
1 1 1
 M 23 I 2 I 3  M 24 I 2 I 4  ...  M n 1.n I n 1I n
2 2 2
Di sini telah digunakan ketentuan:
Mij =Mji; Mii = L
Contoh untuk rangkaian bergandeng dua, energi magnet:
1 1
U  L1I12  MI1I 2  L2 I 22 (8.9)
2 2
I1 dan I2 dapat diungkapkan dalam nisbah arus x= I1/I2 diperoleh:
U 
1 2
2
 
I 2 L1 x 2  2M  L2  0

Nilai x yang membuat U minimum atau maksimum diperoleh dengan


mendeferensialkan U terhadap x dan menyamakan hasilnya dengan nol:

Elektrodinamika 2009 7
M
x (8.10)
L1
Turunan kedua U terhadap x, bernilai positif, yang menunjukkan bahwa (8.10)
merupakan syarat suatu nilai minimum. Energi magnet U ≥ 0 untuk semua x.
M 2 2M 2
  L2  0
L1 L1
Atau L1L2  M 2

BAB 9
ARUS YANG BERUBAH SECARA LAMBAT

Arus berubah secra lambat, bahwa dalam rangkiaian tersebut tidak memancarkan daya
cukup besar. Dimensi linier sistem L harus jauh lebih kecil daripada panjang gelombang
dalam ruang bebas yang dikaitkan dengan frekuensi dalam penggerak rangkaian
2c 2c
L    
 L (9.1)
Batasan praktis bahwa dimensi maksimum rangkaian L  /10.

9.1. Arus Transien

Rangkaian R-L
Bila saklar pada rangkaian di bawah ini ditutup, sesaat timbul arus transien.

S I R

V
L

Gambar 9.1 Rangkaian R-L


Hukum Kirchoff 2

Elektrodinamika 2009 8
dI
V  RI  L (9.2)
dt
Arus transien
V
It   Ke  tR / L (9.3)
R
Dengan K tetapan sembang. Pada rangkaian mengandung induktansi hal ini dapat
mencegah perubahan arus secara mendadak. Besar arus tepat setelah saklar ditutup sama
dengan besar arus tepat sebelum ditutup = 0. Jika saklar ditutup saat t = t0, maka

V V
0  Ke  t 0 R / L  K  et 0 R / L
R R
(9.3) menjadi:
I t 
V
R

1  e R t t0  / L 
(9.4)
L/R mempunyai dimensi waktu dan disebut tetapan waktu. Karena 1/e 0,368, maka
tetapan adalah waktu yang diperlukan oleh arus untuk mencapai 0,632 ka;i harga
akhirnya, yaitu V/R. Dalam lima tetapan waktu, arus mencapai 0,993 kali harga
akhirnya.
Kemiringan kurva dI/dt pada keadaan awal sama dengan arus akhir (dalam hal ini
nilainya = V/R) dibagi dengan satu tetapan waktu L/R. Jika arus naik terus dengan
kemiringan ini, arus akan mencapai harga akhir dalam satu tetapan waktu.

V/R
I(t)

dI/dt

t
t0
(t 0+ L/R) (t0+ 5L/R)

Gambar 9.2 Arus transien rangkaian R-L


Rangkaian R-C

S I R

Gambar 9.3 Rangkaian R-C

Elektrodinamika 2009 9
Berdasarkan hukum Kirchoff
V  IR  q / C (9.5)
Arus rangkaian:
V q
I  (9.6)
R RC
Pada saat saklar ditutup, q = 0 dan arus awal I0 = V/R, yang sama dengan arus tetap jika
kapasitor tidak ada. Bila muatan q bertambah, maka suku q/RC bertambah besar, dan
arus berkurang dan pada suatu saat menjadi nol. Apabila I = 0,
V q
  q  CV  Q final (9.7)
R RC
Kembali ke (9.6), pada suatu saat t, kapasitor yang mula-mula kosong, mendapat
muatan:
t
q (t )   Idt
0
(9.8)

Persamaan (9.6) menjadi:


t
V 1
R RC 0
I  Idt (9.9)

Diferensial terhadap waktu pada (9.9) diperoleh:


dI I dI dt
   (9.10)
dt RC I RC
Integrasi (9.10) diperoleh:
I  Ae  t / RC (9.11)
Pada saat t = 0, kapasitor belum terisi sehingga Vc (t) = 0 dan I = V/R, persamaan
menjadi:
V  t / RC
I  e (9.12)
R

I0=V/R
I(t) = V/R x exp (-t/RC)
I(t)

I 0/e

t
Τ=RC
Gambar 9.4 Grafik perubahan arus pengisian kapasitor

Rangkaian R-L-C

Elektrodinamika 2009 10
S I R

V
L

Saat saklar ditutup berlaku:


Hukum Kirchoff 2
t
dI 1
V  RI  L   I  t dt (9.13)
dt C t 0

t0 adalah waktu ketika muatan kapasitor = nol. Agar lebih sederhana dianggap bahwa
mula-mula kapasitor tidak bermuatan dan saklar tertutup pada saat t0 = 0.
Diferensialkan (9.13) terhadap waktu:
dV dI d 2I I
R L 2  0 (9.14)
dt dt dt C
Potensial sumber tetap sehingga dV/dt = 0. (9.14) merupakan persamaan linear biasa
tingkat dua dengan koefisen tetap. Solusi

I  Aei n t  Be  i  n t  e  R t / 2 L (9.15)
Dengan
1 R2
n   2 (9.16)
LC 4 L
Dengan syarat L dan C tidak nol.
Saklar ditutup pada saat t = 0, dan arus = 0, ini berarti bahwa kedua eksponensial harus
bergabung membentuk fungsi sinus:
I (t )  De  Rt / 2 L sin nt
(9.17)
Dengan D tetapan yang harus ditentukan nilainya.
Pada saat t = 0 baik Q maupun I keduanya nol, dan oleh karena itu
dI
V L
dt t 0

Dengan syarat awal ini diperoleh


V V
D 
n L 1 R2 (9.18)

LC 4

I (t)

Elektrodinamika 2009 11
9.2 Perilaku keadaan tunak rangkaian sederhana

Tinjau rangkaian RLC yang dieksitasi oleh V(t)

I(t) R

V(t)
L

V  t   V0 cos t (9.19)
Dengan ω adalah frekuensi yang diberikan, yang tidak perlu sama dengan ω n.
V0 cos t merupakan bagian nyata dari V0 ei t . Jika suatu tegangan kompleks semu
V1 + iV2 dipasang pada rangkaian, maka arus yang dihasilkan dapat dipastikan juga
kompleks, I1 + iI2. Dengan memasukkan besaran semu ini ke (9.14) diperoleh:
dV1 dV  d 2 I dI I   d 2 I dI I 
 i 2   L 21  R 1  1   i L 22  R 2  2  (9.20)
dt dt  dt dt C   dt dt C 
Jika V(t) merupakan bagian nyata dari suatu fungsi kompleks, maka kita cukup
menyelesaikan persamaan (9.14) dengan fungsi kompleks V(t) dan kemudian
mengambil bagian nyata dari fungsi kompleks itu. Untuk eksitasi V 0 cos ωt tepat
digunakan V0 ei t dan kemudian mengambil bagian nyata dari jawab untuk arus
fisisnya.
Jika V0 ei t digunakan dalam (9.14), maka arusnya adalah I 0ei t dengan I0 suatu
tetapan kompleks, substitusi langsung ke dalam persamaan diperoleh:
 1
iV0ei t    2 L  iR   I 0ei t (9.21)
 C
Bagi (9.21) dengan iω, diperoleh
 1  i t
V0ei t   R  iL  I 0e (9.22)
 iC 
Yang mempunyai bentuk
V0 ei t  ZI 0ei t (9.23)
1  1 
Dengan Z  R  iL  atau Z  R  i L  
i C  C 
Impedansi Z rangkaian tediri atas dua bagian: bagian nyata atau hambatan murni (R),
dan bagian imajiner atau reaktansi (X). Reaktansi terdiri atas reaktansi induktif X L=ωL
dan rekatansi kapasitif XC = -1/ωC. Konsekuensi impedansi kompleks adalah arus tidak
sefasa dengan tegangan terpasang.
Impedansi lebih mudah dituliskan dalam bentuk polar:
Z  Z e i (9.24)

 
1/ 2
Z   R 2  L  1 
2
Dengan (9.25)
 C 
X  L  1 / C 
Dan   tan 1    tan 1   (9.26)
R  R 
Arus yang terjadi dalam rangkaian juga dalam bentuk kompleks:

Elektrodinamika 2009 12
V0 i  wt  
I t  e (9.27)
Z
Arus fisis merupakan bagian real (9.27):
V0
I t  cos  t    (9.28)
Z

VL=IXL V=IZ

I
VL– VC = I X
IR
q wt

VC = I XC

Diagram rotor rangkaian RLC


Contoh;
Rangkaian R-L-C seri, dengan R =300Ω, L = 0.9H, C =2,0μF. Dihubungkan dengan
sumber tegangan V  t   50 cos1000t . Tentukan impedansi, arus rangkaian dan
tegangan pada masing-masing komponen.
Jawab:
XL = ωL= 900 Ω, XC = 1/ωC = 500 Ω
Reaktansi rangkaian : X = XL – XC = 400 Ω
Impedansi:
 1 
Z  R  i L    300  i 400
 C 
Z  R2  X 2  3002  4002  500

1  X
Sudut fase   tan    tan  4 / 3  53 =0,93rad
1 o

R
V0 50
Arus rangkaian: I  t   Z cos  t     500 cos1000t  0,93
Tegangan antara kaki resistor: VR = IR = 30 cos1000t  0,93
Tegangan antara kaki induktor
V0
VL  IX L   cos t     i sin  t      iL
Z
V0
VL   iL cos t     L sin  t      i90 cos1000t  0,93  90 sin 1000t  0,93
Z
Tegangan induktor adalah bagian real: VL  90 sin 1000t  0,93
Atau VL = L dI/dt = 0,9.(-)1000 x sin(1000t – 0,93)
Tegangan antara kaki kapasitor VC  IX C  50 sin(1000t  0,93)

Hubungan impedansi seri dan paralel

Elektrodinamika 2009 13
I
Z1 V1
I1 I2
V Z1
V Z2
Z2 V2

Jika dua buah impedansi dihubungkan secara seri, arus yang sama mengalir melalui
setiap impedansi itu. Tegangan pada setiap impedansi V1 = I Z1 dan V2 = I Z2. Tagangan
gabungannya ialah V1 + V2 = (Z1 + Z2) I. Jelaslah bahwa impendansi yang dihubungkan
secara seri adalah
Z = Z1 + Z2 +...+ Zn. (9.29)
Perlu diperhatikan bahwa impendansi dijumlahkan sebagai bilangan kompleks.
Jika Z1 = R1 + iX1 dan Z2 = R2 + iX2, maka
Z = Z1 + Z2 = (R1 + R2) + i(X1 + X2) (9.30)
Dalam bentuk polar
Z  Z e i , 
Z   R1  R2    X 1  X 2 
2 2 1/ 2
, 
X  X2
  tan 1 1
R1  R2
(9.31)
Untuk impendansi paralel, maka tegangan pada tiap impedansi sama, dan arus yang
melalui impedansi : I1 = V/Z1, I2 = V/Z2 dan seterusnya. Jumlah arus:
V V  1 1 
I = I1 + i2 + ... =   ...  V    ...  (9.32)
Z1 Z 2  Z1 Z 2 
Jelas bahwa
1 1 1 1
   ... (9.33)
Z Z1 Z 2 Zn
Contoh
R = 400Ω, C = 100μF, L = 100mH, ω =1000 rad/s
Z1 = 400Ω, Xc = - 1/0,1 , XL = 100 Ω
Hubungan seri Z = 400 Ω + i 90 Ω
1 1  1 1  1  10 1  1  9 
Paralel            
Z 400  i10 i100  400  i100 i100  400  i100 
1 i 32 i  32 i 400 i 400    i  32  400  i12800
   Z   
Z i 400 i 400 i 400 i  32  i  32    i  32 1025

Nilai rata-rata dan nilai akar kuadrat rata-rata


Nilai rata-rata sebarang kuantitas yang berubah-ubah dengan waktu, f(t), dalam selang
waktu t1 sampai t2:
t t2
1 2
f  t dt ,  f av  t2  t1    f  t dt
t2  t1 t1
f av  (9.34)
t1
t2

Integral  f  t dt
t1
merupakan daerah yang berada di bawah grafik f(t) terhadap t, antara

garis vertikal t1 dan t2. Perkalian fav(t2 – t1) merupakan sebuah empat persegi panjang

Elektrodinamika 2009 14
yang panjangnya fav dan panjangnya (t2 – t1), yang menurut definisi kedua daerah itu
luasnya sama.
Contoh
i  I sin t (9.35)
Nilai rata-rata arus itu untuk setengah daur dari t = 0 sampai t = π/ω ialah:
  / 2I
I av 
 0  I sin tdt 

(9.36)

I av

0 π/ω 2π/ω t

Arus rata-rata satu daur penuh:


 2 / 
 0
I av  I sin tdt  0 (9.37)

Karena itu bila suatu arus sinusodal melalui sebuah galvanometer kumparan bergerak,
jarum galvanometer akan menunjukkan angka nol.
Rata-rata kuadrat arus:
 /  /
  2 1 I2
 
 0  0
I av 
2
I 2
sin 2
t dt  I 1  cos 2 t dt  (9.38)
2 2
Akar kuadrat rata-rata arus Irms (root mean square)
I
I rms  I av2  (9.39)
2

Daya dalam rangkaian ac

Daya sesaat ke sebuah rangkaian ac:


P=vi (9.40)

Dengan v i tegangan dan arus sesaat.


Pada rangkaian resistif:
v  V sin t dan i  I sin t
p  v.i  V sin t  I sin t  VI sin 2 t (9.41)
sin t 
2 1
2
1  cos 2t 
p  v.i  12 VI  12 VI cos 2t
Daya rata-rata = ½ VI, sebab rata-rata satu daur untuk suku ke dua = 0.
V I
Atau daya rata-rata =   Vrms  I rms (9.42)
2 2
Pada rangkaian kapasitif
v  V sin t dan i  I cos t

Elektrodinamika 2009 15
Daya sesaat:
p  V sin t  I cos t  12 VI sin 2t (9.43)
Daya rata-rata = 0, sebab nilai rata-rata sin 2t dalam satu daur = 0.
Pada rangkaian induktif
v  V sin t dan i   I cos t (9.44)
Daya sesaat:
p  V sin t  () I cos t   12 VI sin 2t (9.45)
Daya rata-rata = 0, sebab nilai rata-rata sin 2t dalam satu daur = 0.
Daya rata rata suatu rangkaian yang tegangan dan arusnya berbeda fase 90o selalu
nol.
Pada umumnya rangkaian memiliki arus dan tegangan yang berbeda fase Φ dan
p  V sin t  I sin  t   
p  V sin t  I  sin t cos   cos t sin  
p  VI cos  sin 2 t  VI sin  sin t cos t (9.46)
Daya rata-rata
p  12 VI cos   Vrms I rms cos 
(9.47)
(perhatikan (9.41) dan nilai rata-rata suku kedua nol)
Cos Φ disebut sebagai faktor daya.

Resonansi

Rangkaian RLC sebagaimana juga sistem masa-pegas, atau ayunan fisis, yang memiliki
frekuensi alami. Bila suatu ayunan diberi aksi/gangguan yang tepat sesuai dengan
frekuensi alami ayunan, maka akan terjadi respon maksimum, dalam hal ini amplitudo
ayunan membesar.
Bila rangkaian R-L-C dieksitasi dengan tegangan yang memiliki frekuensi yang
sama dengan frekuensi alami rangkaian, maka menghasilkan respon berupa arus
maksimum
Hal ini arus rangkaian akan maksimum jika impedansi minimum:

 
1/ 2
Z   R 2  L  1 
2
(9.25)
 C 
Impedansi minimum bila ωL = 1/ωC atau
  n  LC (9.48)
Arus rangkaian maksimum jika frekuensi tegangan sumber eksitasi sama dengan
frekuensi alami. Kondisi ini dinamakan resonansi.

I Q=5

Q=2

Q = 1,5

0 w0

Elektrodinamika 2009 16
Kurva resonansi rangkaian R-L-C seri

Jika arus diplot sebagai fungsi frekuensi, diperoleh kurva seperti di atas. Kurva
diperoleh dari rangkaian dengan L dan C yang sama, namun nilai R yang berbeda. Nilai
R yang semakin kecil, kurva semakin runcing. Pada nilai impedansi 2 R atau
1
L  R ,arus turun ½ 2 kali arus maksimum.
C
Untuk tanggapan berpuncak relatif runcing yang diperoleh pada harga ω yang tidak jauh
dari ω0. Selanjutnya ditulis ω = ω0 + Δω, diperoleh
1 1
0 L  L  R (9.49)
0C 1   / 0
Dengan menggunakan 02  1 / LC dan 1   / 0   1   / 0 memberikan hasil:
1

2  R
2  L  R atau  (9.50)
0 0 L

Besaran Q  0 L / R atau Q  2 
0
(9.51)
Mencirikan ketajaman resonansi dan dikenal sebagai faktor mutu Q rangkaian. Semakin
besar nilai Q, kurva resonansi makin tajam.
Jika frekuensi sumber tegangan diubah-ubah maka tidak hanya arus yang berubah,
tetapi juga fasanya.

θ
Q=5
-π/2 2

1,5

0
ω0 ω

-π/2

Di bawah resonansi, sudut fasa fungsi impedansi bernilai negatif; oleh karena itu fasa
arus adalah positif, yang berarti mendahului tegangan.

Elektrodinamika 2009 17
VL=IXL V=IZ

I
VL– VC = I X
IR
q wt

VC = I XC

X  L  1 / C 
  tan 1    tan 1  
R  R 
Pada frekuensi rendah, maka reaktansi kapasitif lebih besar dari pada reaktansi induktif,
sehingga nilai θ negatif, dalam hal ini VC > VL , tampak bahwa I mendahuliu V.
Apa yang kita lakukan saat tuning radio, yaitu menyesuikan frekuensi alami dari sebuah
rangkaian dalam radio ω0 dengan frekuensi sumber (pemancar radio) hingga ω = ω0.
Untuk daerah dengan banyak sinyal yang frekuensi-frekuensinya tidak banyak berbeda,
maka ketajaman „kualitas Q“ penyetelan menjadi sangat penting. Bila kualitas
rendah/tidak tajam memungkinkan tumpang tindih siaran yang ditangkap.

Elektrodinamika 2009 18

Anda mungkin juga menyukai