Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sudah lama diketahui bahwa emosi merupakan salah satu aspek


berpengaruh besar terhadap sikap manusia. Bersama dengan dua aspek lainnya,
yakni kognitif (daya pikir) dan konatif (psikomotorik), emosi atau yang sering
disebut aspek afektif, merupakan penentu sikap, salah satu predisposisi perilaku
manusia.
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau
sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat
ditunjukkan kerika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang,
ataupun takut terhadap sesuatu.
Kata "emosi" diturunkan dari kata dalam bahasa Perancis, émotion, dari
émouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan
movere 'bergerak'. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu
daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia
akan merasa marah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan
pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk,
seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam.
Salah satu pengendali kematangan emosi adalah pengetahuan yang
mendalam mengenai emosi itu sendiri. Banyak orang tidak tahu menahu mengenai
emosi atau besikap negatif terhadap emosi karena kurangnya pengetahuan akan
aspek ini. Seorang anak yang terbiasa dididik orang tuanya untuk tidak boleh
menangis, tidak boleh terlalu memakai perasaan akhirnya akan membangun
kerangka berpikir bahwa perasaan, memang sesuatu yang negatif dan oleh karena
itu harus dihindari. Akibatnya anak akan menjadi sangat rasional, sulit untuk
memahami perasaan yang dialami orang lain serta menuntut orang lain agar tidak
menggunakan emosi.
Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi
berbagai situasi yang berbeda. Oleh karena emosi merupakan reaksi manusiawi

1
terhadap berbagai situasi nyata maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi
buruk. Berbagai buku psikologi yang membahas masalah emosi seperti yang
dibahas Atkinson (1983) membedakan emosi hanya 2 jenis yakni emosi
menyenangkan dan emosi tidak menyenangkan. Dengan demikian emosi di kantor
dapat dikatakan baik atau buruk hanya tergantung pada akibat yang ditimbulkan
baik terhadap individu maupun orang lain yang berhubungan (Martin, 2003).
Emosi menjadi penting karena ekspresi emosi yang tepat terbukti bisa
melenyapkan stress pekerjaan. Semakin tepat mengkomunikasikan perasaan,
semakin nyaman perasaan tersebut. Ketrampilan manajemen emosi
memungkinkan individu menjadi akrab dan mampu bersahabat, berkomunikasi
dengan tulus dan terbuka dengan orang lain. Berbagai riset tentang emosi
umumnya berkesimpulan sederhana bahwa ‘adalah penting untuk membawa
emosi yang menyenangkan ke tempat kerja’. Emosi yang tadinya sering ditinggal
di rumah saat berangkat kerja saat ini justru semakin perlu dilibatkan di setiap
setting bisnis.

1.2. Rumusan Masalah

Dari sekian banyak masalah tentang emosi, penulis mengangkat masala-masalah


sebagai berikut :
1. Apakah arti emosi?
2. Apa sajakah aspek-aspek emosi?
3. Jenis-jenis emosi
4. Batasan eksternal pada emosi
5. Kerja emosional
6. Pengaruh buruk emosi terhadap kesehatan
7. Kematangan emosi
8. Kecerdasan emosi
9. Mengelola emosi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arti Emosi

Kata "emosi" diturunkan dari bahasa inggris “émotion”, dari bahasa


Prancis “émouvoir”, 'kegembiraan' dari bahasa Latin “emovere”, dari e- (varian
eks-) 'luar' dan “movere”, 'bergerak'. Jadi dapat disimpulkan bahwa emosi dalam
arti sempit adalah gerakan atau ungkapan perasan yang keluar dari dalam diri
seseorang.

Dalam Kamus Konseling (Drs. Sudarsono, SH, 1996), emosi digambarkan


sebagai suatu keadaan yang komplek dari organisme perasaan yang disertai
dengan perubahan-perubahan dalam organ tubuh yang sifatnya luas, biasanya
ditandai oleh perasaan yang kuat  yang mengarah ke suatu bentuk perilaku
tertentu, erat kaitannya dengan kondisi tubuh, denyut jantung, sirkulasi dan
pernafasan.

Dari pengertian tersebut, emosi merupakan sebuah reaksi kita ketika


berelasi dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan hidup kita. Reaksi tersebut
disadari atau tidak mempunyai efek entah bersifat membangun entah merusak.
Bisa dikatakan bahwa emosi sebenarnya bukan cuma sebagai reaksi terhadap
keadaan pada diri maupun luar diri kita, tetapi juga merupakan upaya pencapaian
ke arah pembentukan diri menuju hidup yang transendental (spiritual).

Emosi dipicu oleh interpretasi terhadap suatu kejadian. Proses emosi


dimulai ketika kita memberikan makna secara pribadi terhadap beberapa kejadian
anteseden. Situasi yang sama belum tentu akan menghasilkan emosi yang sama
karena tergantung pemaknaan terhadap situasi tersebut. Misalnya teman Anda
menipu Anda. Jika Anda menilainya hal biasa, maka mungkin Anda tidak
mengalami emosi. Tapi jika Anda menilainya melanggar nilai-nilai perkawanan
dan merugikan Anda, maka mulailah Anda kecewa terhadapnya.

3
Reaksi fisiologis yang kuat. Emosi muncul disertai adanya reaksi fisiologis
yang cukup untuk membuat Anda menyadari adanya perbedaan dalam diri Anda.
Misalnya detak jantung meningkat cepat, tangan gemetar, ingin kabur, dan
sebagainya.
Ekspresi emosionalnya berdasarkan pada mekanisme genetika. Artinya,
semua orang memiliki kemiripan dalam mengekspresikan emosi. Ekspresi wajah
sedih pada orang Skandinavia, sangat mirip dengan ekspresi wajah sedih pada
orang Papua. Demikian juga ekspresi wajah bahagia orang Arab, mirip dengan
ekspresi bahagia orang Jawa.
Emosi merupakan informasi dari satu orang ke yang lainnya. Melalui
emosi, seseorang menyampaikan maksud pada orang lain. Takut yang dialami
seseorang sebagai informasi bahwa ia tidak mau melakukan sesuatu. Marah yang
dialami merupakan informasi bahwa ia tidak suka diperlakukan seperti perlakuan
yang sudah diterimanya. Pendek kata, melalui emosi kita tahu apa yang telah
terjadi.
Emosi membantu adaptasi terhadap perubahan situasi lingkungan.
Bayangkan jika manusia tidak merasa takut terjun ke dalam jurang. Maka,
mungkin kematian manusia adalah hal yang biasa terjadi. Karena adanya takut,
maka manusia berupaya menyiasati adanya jurang, mungkin membuat jembatan,
membuat pagar pembatas, atau menjauhinya.
Kemunculan emosi biasanya spontan, tidak disadari dan tanpa diniatkan.
Tiba-tiba saja Anda mengalami emosi tertentu. Anda baru sadar mengalami
sebuah emosi setelah emosi itu Anda alami. Misalnya Anda bertemu orang asing,
maka spontan saja Anda mengalami emosi. Anda tidak akan bisa meniatkan untuk
mengalami emosi tertentu. Anda tidak bisa berniat untuk takut saat pergi ke hutan.

Secara umum emosi dikategorikan menjadi dua jenis yaitu emosi dasar
positif dan emosi dasar negatif. Emosi dasar positif adalah perasaan berupa
sukacita (joy), yakin/ percaya (trust/ faith), pengharapan (hope), syukur (praise), 
berbela rasa (compassion), mau mengerti dan menerima (willingness to
understand and to accept). Emosi dasar positif ini sering disebut sebagai kekuatan
biofilik, (cinta kehidupan, pro vita).

4
Sedangkan emosi dasar negatif adalah perasaan berupa dengki, dendam,
iri, kejam, menolak dan tak mau mengerti. Emosi jenis ini merupakan kekuatan
nekrofilik karena dapat menjadi kekuatan yang bersifat merugikan dan
mematikan.

Individu yang mau bertumbuh kembang dan bertransformasi diri


seyogiyanya mengembangkan emosi dasar positif dan melawan emosi dasar
negatif. Pengembangan perasaan sukacita, yakin/ percaya, pengharapan, syukur,
berbela rasa dan mau mengerti serta menerima, harus mempunyai dasar dan
sungguh-sungguh sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang kita yakini.
Artinya emosi dasar positif harus dikembangkan  secara riil, sadar, responsif dan
rasional.

Agar kita dapat bertumbuh kembang menuju  pribadi utuh, kita


seyogyanya memiliki komitmen dan tanggung jawab dalam menyadari dan
menumbuhkan emosi dasar positif ini. Dengan demikian, perbaikan kecil yang
terus menerus dapat berlangsung karena didukung oleh emosi dasar positif yang
pro kehidupan.

2.2. Aspek Emosi


Terdapat aspek emosi yang fundamental yang harus dipertimbangkan,
diantaranya:

1. Biologi emosi
Semua emosi berasal dari sistem limbik otak yang kira-kira berukuran
sebesar sebuah kacang walnut dan terletak di batang otak. Orang-orang
cenderung merasa bahagia ketika sistem limbik mereka secara relatif tidak
aktif. Sistem limbik orang tidaklah sama. Sistem limbik yang lebih aktif
terdapat pada orang-orang yang depresi, khususnya ketika mereka memperoleh
informasi negatif.

2. Intensitas
Setiap orang memberikan respon yang berbeda-beda terhadap rangsangan
pemicu emosi yang sama. Dalam sejumlah kasus, kepribadian menjadi

5
penyebab perbedaan tersebut. Pada saat lain, perbedaan tersebut timbul sebagai
hasil dari persyaratan-persyaratan pekerjaan.

3. Frekuesi dan durasi


Suksesnya pemenuhan tuntutan emosional seorang karyawan dari suatu
pekerjaan tidak hanya bergantung pada emosi-emosi yang harus ditampilkan
dan intensitasnya tetapi juga pada seberapa sering dan lamanya mereka
berusaha menampilkannya.

4. Rasionalitas dan emosi


Emosi adalah penting terhadap pemikiran rasional karena emosi
memberikan informasi penting mengenai pemahaman terhadap dunia sekitar.
Dalam suatu organisasi, kunci pengambilan keputusan yang baik adalah
menerapkan pemikiran dan perasaan dalam suatu keputusan.

5. Fungsi emosi
Dalam ”The Expression of the Emotions in Man and Animals”, Charles
Darwin menyatakan bahwa emosi berkembang seiring waktu untuk membantu
manusia memecahkan masalah. Emosi sangat berguna karena ‘memotivasi’
orang untuk terlibat dalam tindakan penting agar data bertahan hidup –
tindakan-tindakan seperti mengumpulkan makanan, mencari tempat
berlindung, memilih pasangan, menjaga diri terhadap pemangsa, dan
memprediksi perilaku manusia lain.

2.3. Klasifikasi Emosi


Salah satu cara mengklasifikasikan emosi adalah berdasarkan apakah
emosi tersebut positif atau negatif. Emosi-emosi positif -seperti rasa gembira dan
rasa syukur- mengekspresikan sebuah evaluasi atau perasaan menguntungkan,
sedangkan emosi-emosi negatif -seperti rasa marah atau rasa bersalah-
mengekspresikan sebaliknya. Emosi tidak dapat netral, karena menjadi netral
berarti menjadi nonemosional.

Sumber-sumber emosi dan suasana hati:

6
1. Kepribadian
Kepribadian memberi kecenderungan kepada orang untuk mengalami
suasana hati dan emosi tertentu, contohnya beberapa orang merasa bersalah
dan merasakan kemarahan dengan lebih mudah dbandingkan orang lain,
sedangkan orang lain mungkin merasa tenang dan rileks dalam situasi apa pun.
Intinya, beberapa orang memiliki kecenderungan untuk memiliki emosi apa
pun secara lebih intens atau memiliki intensitas afek (perbedaan individual
dalam kekuatan di mana individu-individu mengalami emosi mereka) tinggi.

2. Hari dalam seminggu dan waktu dalam sehari


Orang-orang cenderung berada dalam suasanan hati terburuk di awal
minggu dan berada daam suasana hati terbaik di akhir minggu.

3. Cuaca
Cuaca memiliki sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Seorang ahli
menyimpulkan, "Berlawanan dengan pandangan kultur yang ada, data ini
menunjukkan bahwa orang-orang tidak melaporkan suasana hati yang lebih
baik pada hari yang cerah atau sebaliknya.

4. Stres
Sebuah penelitian menghasilkan pernyataan, "Adanya peristiwa yang
terus-menerus terjadi yang menimbulkan stres tingkat rendah menyebabkan
para pekerja mengalami tingkat ketegangan yang semakin lama seiring
berjalannya waktu semakin meningkat.

5. Aktivitas sosial
Orang-orang dengan suasana hati positif biasanya mencari interaksi sosial
dan sebaliknya, interaksi sosial menyebabkan orang-orang mempunyai suasana
hati yang baik. Jenis aktivitas sosial juga berpengaruh. Penelitian mengungkap
bahwa aktivitas sosial yang bersifat fisik, informal, atau Epicurean lebih
diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana hati yang positif

7
dibandingkan dengan kejadian-kejadian formal atau yang bersifat duduk terus-
menerus.

6. Tidur
Kualitas tidur mempengaruhi suasana hati. Para sarjana dan pekerja
dewasa yang tidak memperoleh tidur yang cukup melaporkan adanya perasaan
kelelahan yang lebih besar, kemarahan, dan ketidakramahan. Satu dari alasan
mengapa tidur yang lebih sedikit, atau kualitas tidur yang buruk, menempatkan
orang dalam suasana hati yang buruk karena hal tersebut memperburuk
pengamnbilan keputusan dan membuatnya sulit untuk mengontrol emosi.

7. Olahraga
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa olahraga meningkatkan
suasana hati positif.

8. Usia
Suatu penelitian atas orang-orang yang berusia 18 hingga 94 tahun
mengungkapkan bahwa emosi negatif tampaknya semakin jarang terjadi seiring
bertambahnya usia seseorang.

9. Gender
Dalam perbandingan antargender, wanita menunjukkan ekspresi
emosional yang lebih besar dibandingkan pria. Mereka megalami emosi secara
lebih intens dan mereka menunjukkan ekspresi emosi positif maupun negatif
yang lebih sering, kecuali kemarahan. Tidak seperti pria, wanita juga
menyatakan lebih nyaman dalam mengekpresikan emosi dan mampu membaca
petunjuk nonverbal dan paralinguistik secara lebih baik.

2.4. Batasan eksternal pada emosi

Setiap organisasi mendefinisikan batasan-batasan yang mengidentifikasi


emosi-emosi yang dapat diterima dan sampai tingkat mana karyawan dapat
mengekspresikannya.

8
 Pengaruh-pengaruh organisasional

 Pengaruh-pengaruh budaya

Sebagai contoh, di Cina orang menyatakan bahwa mereka mengalami


lebih sedikit emosi positif dan negatif dibandingkan orang-orang dalam budaya
lainnya, dan apa pun emosi yang mereka alami adalah kurang intensitasnya
dibandingkan pada kultur lain.

2.5. Kerja emosional

Kerja emosional adalah situasi saat seorang karyawan mengekspresikan


emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi antarpersonal
di tempat kerja. Konsep kerja emosional muncul dari penelitian-penelitian atas
pekerjaan terkait pelayanan, contohnya sebuah maskapai penerbangan
mengharapkan pramugari mereka untuk gembira. Tetapi kerja emosional dapat
relevan untuk semua jenis pekerjaan. Sebagai contoh, seorang manajer
mengharapkan bawahannya untuk bersikap sopan dalam interaksi dengan rekan-
rekan kerja. Tantangan sebenanrnya adalah ketika para karyawan harus
menunjukkan satu emosi sementara pada saat yang bersamaan mengalami emosi
yang lain. Perbedaan ini disebut disonansi emosional. Jika dibiarkan, perasaan
terkungkung dari frustasi, kemarahan, dan kebencian akhirnya dapat
menyebabkan kelelahan emosional dan kejatuhan mental.

2.6. Dampak Emosi Terhadap Kesehatan

Semua orang tahu emosi dapat merugikan kesehatan, namun, jarang yang
dapat menahan diri ketika mengalami hal yang menyinggung perasaan pribadi.
Perlu diketahui, bahwa saat amarah Anda meluap-luap, Anda justru sedang
mempersulit diri sendiri karena kesalahan orang lain, yang membuat jasmani
Anda juga ikut menderita.

9
Otak besar
Emosi dapat merusak rhythmic yang menghalangi dengan rangsangan otak
besar mempercepat penuaan sel otak dan melemahkan fungsi otak. Lagipula
sejumlah besar darah yang mengalir deras ke otak, membuat beban pembuluh
darah otak bertambah, disaat demikian racun yang terkandung dalam darah paling
banyak, dan kandungan oksigen paling sedikit, terhadap sel otak tidak lebih baik
dari racun. Kusutnya pikiran ketika murka adalah bukti otak kekurangan oksigen.
Tindakan positif: Dengan cara duduk. Sebab saat mengambil tindakan
dengan cara berdiri, pengeluaran hormon paling cepat, sebaliknya bila dengan
cara duduk maka peningkatan pengeluaran tidak akan begitu cepat. Dengan cara
duduk sedikit lebih lama ini juga dapat mengurangi secara drastic rasio terjadinya
impuls (dorongan hati-emosi).

Jantung
Setiap timbul emosi atau maksud negatif pasti akan membuat denyut
jantung bertambah cepat, daya penyusutan jantung bertambah kuat, tekanan darah
naik, darah menjadi lengket dan kental. Darah yang mengalir deras ke otak dan
muka dalam jumlah besar, dapat menyebabkan darah yang disuplai ke jantung itu
sendiri berkurang dan mengakibatkan otot kekurangan oksigen. Demi persediaan
oksigen yang cukup, jantung terpaksa bekerja ekstrem, sekali bergolak, maka
denyut jantung akan semakin tidak teratur, dan itu akan lebih fatal.
Tindakan positif Meskipun pura-pura, tetap harus tersenyum. Saat anda
tersenyum, segera terbayang sejumlah hal yang menyenangkan dalam benak anda.
Dalam kondisi siap tempur semua organ vital mendapat kebebasan, darah
cenderung merata, denyut jantung kembali normal dan teratur.

Hati
Saat emosi, organisme dapat mengeluarkan suatu zat yang berfungsi pada
sistem saraf sentral, membuat gula darah naik, penguraian lemak bertambah kuat,

10
dan asam lemak bebas dalam sel hati dan darah bertambah. Asam lemak bebas
memiliki racun sel yang sangat kuat, terhadap sel hati ia seperti makanan lezat
bagi tubuh, diperlukan jika kurang, sebaliknya merupakan pembunuh bila
kelebihan.
Tindakan posistif : Saat emosi, segera minum segelas air putih. Air dapat
mendorong mengeluarkan asam lemak bebas dalam tubuh, bahkan dapat
mengurangi racunnya.

Kulit
Saat emosi, sejumlah besar darah mengalir deras ke muka, saat demikian
oksigen dalam darah tidak banyak, sedangkan asam lemak bebas dan racun
lainnya bertambah, racun-racun ini dapat merangsang kandung bulu,
menyebabkan tingkat radang dalam yang tidak sama di sekitar kandung bulu,
akibatnya timbul noda dan problem kulit lainnya. Menurut hasil penelitian
kedokteran AS terhadap 5000 wanita yang ditumbuhi dengan noda di wajahnya
menunjukkan, bahwa saat suasana hati mereka dalam kondisi tidak bergairah, obat
apapun terhadap pengobatan noda semuanya masih lumayan efektif. Sebaliknya
saat hubungan antar manusia pada sejumlah wanita diantaranya itu mengalami
perbaikan, noda di wajah mereka malah sembuh tanpa pengobatan.
Tindakan positif: Gaya merentang segi tiga dalam Yoga. Sepasang kaki
dipisah, tarik nafas, sepasang tangan dimiringkan sejajar, kemudian hirup udara
lalu perlahan-lahan miringkan pinggang ke kanan, tangan kanan diletakkan di atas
lantai di sebelah kanan kaki, lakukan latihan ini secara bergantian posisi. Dengan
gaya demikian dapat menetralisir kondisi tubuh, agar racun dapat dikeluarkan, dan
membuat kulit kembali sehat berkilau.

Sistem sekresi dalam


Emosi mengacaukan pusat kendali pada sistem sekresi dalam, sehingga
membuat hormon pengeluaran kelenjar gondok berlebihan. Kelenjar gondok
merupakan organ penting dalam tubuh yang turut bermetabolisme, saat anda
merasa sangat bersemangat itu artinya kelenjar gondok mendapat rangsangan,
lama kelamaan dapat menimbulkan hyperthyreosis

11
Tindakan posistif:Sikap duduk dalam senam Yoga. Sikap duduk, rileks,
pejamkan mata, hirup nafas dalam-dalam, kepala menghadap ke depan dan
lenturkan ke bawah, rahang bawah atau dagu menyangga erat tulang dada, lalu
angkat kepala perlahan-lahan, tarik nafas. Ia memiliki efek mengurut kelenjar
gondok, dapat membantu melenyapkan perasaan sedih dan amarah, selanjutnya
karena efek kelenjar gondok betambah kuat, sehingga segenap tubuh akan
mendapat manfaat positif.

Lambung
Kekacauan kerja sel otak yang emosi menimbulkan rangsangan pada saraf
simpatik, dan secara langsung berefek pada pembuluh darah dan jantung,
membuat jumlah darah di lambung dan usus berkurang, pristalsis menjadi lamban,
nafsu makan menjadi buruk, getah lambung meningkat, jika parah dapat
menyebabkan tukak lambung. Selain itu juga dapat mengeluarkan hormon menipu
saraf sentral, membuat kita tidak nafsu makan, tepatnya yang sering disebut
“pelampiasan amarah” (amarah sudah terlampiaskan).
Tindakan positif: Bernafas gaya perut. Ini dapat membuat saraf
parasimpatik yang menangani ketenangan bekerja, melawan kegairahan saraf
simpatik, selain itu juga dapat mengurut bagian lambung, meredakan gangguan di
sekitar jasmani.

Paru-paru
Saat perasaan berkobar-kobar, darah yang mengalir setiap menit melalui
jantung bertambah kencang, terhadap kebutuhan oksigen juga meningkat, dan
kapasitas kerja paru-paru tiba-tiba meningkat. Selain itu, karena hormon berefek
pada sistem saraf, membuat nafas terengah-engah, bahkan terjadi gejala
pengambilan nafas yang berlebihan, gelembung paru terus meluas, tidak ada
waktu menyusut, dengan begitu otomatis tidak mendapatkan istirahat dan suasana
rileks yang sewajarnya, sehingga merusak kesehatan paru-paru.
Tindakan posistif: Fokuskan pada lantai, tarik nafas dalam-dalam dan
secara perlahan sebanyak 5 kali, rasakan perubahan suhu udara yang dihirup dan
dikeluarkan. Cara bernafas demikian dapat membuat gelembung paru beristirahat,

12
oksigen yang cukup bahkan dapat memperbaiki kondisi otak besar, membantu
kita menenangkan diri.

2.7. Kematangan Emosi

Young (1950) dalam bukunya Emotion in Man and Animal memberi


pengertian bahwa kemasakan emosi adalah kemampuan seseorang dalam
mengontrol dan mengendalikan emosinya. Ditambahkan oleh Marcham bahwa
seseorang yang mempunyai ciri emosi yang sudah masak tidak cepat terpengaruh
oleh rangsang stimulus baik dari dalam maupun dari luar. Emosi yang sudah
matang akan selalu belajar menerima kritik, mampu menangguhkan respon-
responnya dan memiliki saluran sosial bagi energi emosinya, misalnya bermain,
melaksanakan hobinya, dsb.

Faktor yang mempengaruhi


Dalam proses pencapaiannya, kemasakan emosi dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Berikut ini akan dikemukakan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pencapaian kemasakan emosi sebagai berikut :
a. Faktor Fisik
Dalam studi yang dilakukan oleh Davidson dan Gottlieb (dalam Powell,
1963) ternyata ditemukan adanya perbedaan tingkat perkembangan emosi maupun
intelegensi antara wanita yang belum mengalami menarche (pre-menarcheal
girls). Wanita yang telah mengalami masa menarche memiliki tingkat
perkembangan emosi maupun inteligensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita yang belum mengalami masa menarche. Hal tersebut diakibatkan karena
terjadinya perubahan hormonal tubuh yang dimilikinya.
Dalam studi lainnya dengan subjek yang berjenis kelamin laki-laki,
Mussen dan Jones (dalam Powell, 1963) menunjukkan hasil studinya bahwa anak
laki-laki yang terlambat masak secara fisik (physically retarded) ternyata
menunjukkan kebutuhan akan social-acceptance dan agresivitas yang tinggi bila
dibandingkan dengan anak laki-laki yang telah masak secara cepat, setelah subjek
diperintahkan untuk merating dari sembilan jenis kebutuhan yang disediakan. Hal
ini dikarenakan, anak laki-laki yang secara fisik terlambat masak memiliki rasa
insecure dan dependence yang lebih besar.

13
b. Pola-pola Kontrol Terhadap Emosi
Livson dan Bronson (dalam Powell, 1963) berpendapat bahwa dalam
mencapai kematangan emosi, pola-pola kontrol emosi yang ideal perlu dimiliki
oleh individu, misalnya tidak melakukan represi-represi emosi yang tidak perlu
dan mengendalikan emosi dengan wajar dan sesuai dengan harapan-harapan
sosial.

c. Intelegensi
Faktor-faktor intelegensi berpengaruh dalam persepsi diri, self evaluation,
atau penilaian (appraisal) terhadap orang lain dan situasi lingkungan. Individu
dengan inteligensi tinggi, kemungkinan akan memperoleh insight dalam
pemecahan masalah emosianalnya secara lebih besar.

d. Jenis Kelamin
Perbedaan hormonal maupun kondisi psikologis antara laki-laki dan
wanita menyebabkan perbedaan karakteristik emosi di antara keduanya. Kahn
(dalam Hasanat, 1994) menyatakan bahwa wanita mempunyai kehangatan
emosionalitas, sikap hati-hati dan sensitif serta kondisi yang tinggi daripada laki-
laki. Oleh karena itu, laki-laki lebih tinggi dalam hal stabilitas emosi daripada
wanita.
Lone (1986) menerangkan penyebab mengapa wanita lebih bersifat
emosionalitas daripada laki-laki. Hal tersebut terjadi karena wanita memiliki
kondisi emosi didasarkan peran sosial yang diberikan oleh masyarakat, yaitu
wanita harus mengontrol perilaku agresif dan asertifnya, tidak seperti peran sosial
laki-laki. Hal ini menyebabkan wanita kurang dapat mengontrol lingkungannya,
yang pada akhirnya menimbulkan kecemasan-kecemasan.

e. Usia
Kemasakan emosi seseorang, perkembangannya seiring dengan
pertambahan usia. Hal ini dikarenakan kematangan emosi dipengaruhi oleh
tingkat pertumbuhan dan kemasakan fisik-fisiologis daripada seseorang.
Sedangkan aspek fisik- fisiologis sudah dengan sendirinya ditentukan oleh faktor

14
usia. Akan tetapi, tiap-tiap individu adalah berbeda (menurut pendekatan
ideografi).
Faktor fisik-fisiologis juga belum tentu mutlak sepenuhnya mempengaruhi
pekembangan kemasakan emosi, karena kemasakan emosi merupakn salah satu
fenomena psikis. Tentunya determinan psikis terhadap kemasakan emosi ini
beragam, baik faktor pola asuh keluarga, lingkungan sosial, pendidikan dan
sebagainya. Jelasnya individu pada usia yang sama belum tentu mencapai tarap
kemasakan emosi yang sama pula.
 
Kriteria Kemasakan Emosi

1. Kemampuan untuk beradapatasi dengan realitas.


Kemampuan yang berorientasi pada diri individu tanpa membentuk
mekanisme pertahanan diri ketika konflik-konflik yang muncul mulai dirasakan
menganggu perilakunya. Orang yang masak secara emosional melihat suatu akar
permasalahan berdasarkan fakta dan kenyataan dilapangan, tidak menyalahkan
orang lain atau hal-hal yang bersangkutan sebagai salah faktor penghambat. Ia
dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan selalu dapat berpikir positif terhadap
masalah yang dihadapinya

2. Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahaan.


Perubahan mendadak kadang membuat seseorang menjadi menutup diri,
menjaga jarak atau bahkan menghindari dari hal-hal yang berkisar lingkungan
barunya. Kemasakan emosi menandakan bahwa seseorang dapat begitu cepat
beradaptasi dengan hal-hal baru tanpa menjadikannya sebagai tekanan atau
stresor. Kemampuan ini dapat tumbuh sebagai bentuk adaptasinya dengan
lingkungan baru yang sengaja diciptakan untuk mengurangi stres yang dapat
berkembang dalam dirinya

3. Dapat mengontrol gejala emosi yang mengarah pada kemunculan kecemasan


Munculnya kepanikan berawal dari terkumpulnya simpton-simpton yang
memberikan radar akan adanya bahaya dari luar. Penumpukan kadar rasa cemas

15
berlebihan dapat memunculkan kepanikan yang luar biasa. Orang yang
mempunyai kemasakan emosi dapat mengotrol gejala-gejala tersebut sebelum
muncul kecemasan pada dirinya.

4. Kemampuan untuk menemukan kedamaian jiwa dari memberi dibandingkan


dengan menerima.
Semakin sehat tingkat kematangan emosi seseorang, individu tersebut
dapat menangkap suatu keindahan dari memberi, ketulusan dalam membantu
orang, membantu fakir miskin, keterlibatan dalam masalah sosial, keinginan unutk
membantu orang lain, dan sebagainya.

5. Konsisten terhadap prinsip, janji dan keinginan untuk menolong orang yang
mengalami kesulitan.
Orang yang matang secara emosi adalah orang-orang yang telah
menemukan suatu prinsip yang kuat dalam hidupnya. Ia menghargai prinsip orang
lain dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada. Ia selalu menepati janjinya
dan selalu bertanggung jawab dengan apa yang telah di ucapkannya. Ia juga
mempunyai keinginan untuk menolong orang lain yang mengalami kesulitan.

6. Dapat meredam instink negatif menjadi energi kreatif dan konstruktif.


Kematangan emosi yang dimiliki oleh individu akan dapat mengontrol
perilaku-perilaku impulsif yang dapat merusak energi yang dimiliki oleh tubuh,
individu dapat melakukan hal-hal yang bersifat positif dibandingkan memenuhi
nafsu yang dapat merusak dan bersifat merusak. Ia mempunyai waktu yang lebih
banyak untuk melakukan hal-hal yang lebih berguna untuk dirinya dan orang lain

7. Kemampuan untuk mencintai.


Cinta merupakan energi seseorang untuk bertahan dan menjadikannya
lebih bergairah dalam menjalani hidup. Tidak hanya cinta antara sesama manusia,
pengalaman spiritual, mencintai Tuhan pun merupakan keindahan bagi mereka
yang merasakan keterdekatan dengan Sang Ilahi.

16
2.8. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan


ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan
emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga
agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca
perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan
dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk
memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada
anak-anak. Orang-orang yang dikuasai dorongan hati yang kurang memiliki
kendali diri, menderita kekurang mampuan pengendalian moral.

Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti


dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri
dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan
memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan
diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman (1997)
mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang
dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan,
mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.
Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya
pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan


emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang
manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar
mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya
dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-
hari.

Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya,


kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi

17
pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa emosi manusia berada
diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi
yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan
pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang
lain. Menurut Harmoko (2005) Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan
untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan
dengan orang lain. Jelas bila seorang indiovidu mempunyai kecerdasan emosi
tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu
menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik.

Sedangkan menurut Dio (2003), dalam konteks pekerjaan, pengertian


kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengetahui yang orang lain rasakan,
termasuk cara tepat untuk menangani masalah. Orang lain yang dimaksudkan
disini bisa meliputi atasan, rekan sejawat, bawahan atau juga pelanggan. Realitas
menunjukkan seringkali individu tidak mampu menangani masalah–masalah
emosional di tempat kerja secara memuaskan. Bukan saja tidak mampu
memahami perasaan diri sendiri, melainkan juga perasaan orang lain yang
berinteraksi dengan kita. Akibatnya sering terjadi kesalahpahaman dan konflik
antar pribadi.

Berbeda dengan pemahaman negatif masyarakat tentang emosi yang lebih


mengarah pada emosionalitas sebaiknya pengertian emosi dalam lingkup
kecerdasan emosi lebih mengarah pada kemampuan yang bersifat positif.
Didukung pendapat yang dikemukakan oleh Cooper (1999) bahwa kecerdasan
emosi memungkinkan individu untuk dapat merasakan dan memahami dengan
benar, selanjutnya mampu menggunakan daya dan kepekaan emosinya sebagai
energi informasi dan pengaruh yang manusiawi. Sebaliknya bila individu tida
memiliki kematangan emosi maka akan sulit mengelola emosinya secara baik
dalam bekerja. Disamping itu individu akan menjadi pekerja yang tidak mampu
beradaptasi terhadap perubahan, tidak mampu bersikap terbuka dalam menerima
perbedaan pendapat , kurang gigih dan sulit berkembang.

18
Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan
emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri
sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan
dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga)
unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola
diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan
sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).

2.9. Mengelola Emosi

Salah mengelola emosi bisa membuat Anda terpuruk, tetapi bila Anda bisa
mengelola emosi dengan benar maka sukses pasti dapat diraih dan kualitas hidup
Anda pun menjadi lebih baik.
Emosi adalah kekuatan terpendam yang sangat berpengaruh dalam
kehidupan setiap orang. Emosi termasuk salah satu fungsi dari pikiran bawah
sadar yang memiliki kekuatan sembilan kali lipat. Emosi bisa mempengaruhi
pikiran, sebaliknya pikiran juga bisa mempengaruhi emosi. Yang pasti, baik
pikiran maupun emosi membentuk sikap. Selanjutnya sikap itu berpotensi menjadi
tindakan. Setiap tindakan Anda membuahkan hasil.
Kabar baik untuk Anda. Jika sekarang Anda tidak puas atas hasil-hasil
yang dicapai dalam hidup Anda, maka perbaikilah cara mengelola emosi Anda.
Anda boleh percaya atau tidak percaya. Fakta membuktikan banyak orang gagal
dalam hidup ini akibat tidak sanggup mengelola emosi dengan baik. Kegagalan
dalam bisnis, karir, belajar, keluarga, dan bergaul dengan orang lain, lebih banyak
disebabkan oleh emosi yang tidak mendukung.

Kekuatan Emosi

Masih ingat kejadian musibah nasional bencana tsunami di Aceh tahun


2004?. Bencana gelombang tsunami menimbulkan emosi sedih bagi banyak orang
yang menjadi korban dan mereka yang menyaksikannya walaupun hanya melalui

19
media massa. Emosi sedih ini bersifat negatif, tetapi apabila dikelola dengan benar
bisa menjadi kekuatan bagi banyak orang untuk bertindak positif. Sebut saja
misalnya memberikan bantuan dan pertolongan kepada para korban. Bantuan dana
milyaran Rupiah dapat dikumpulkan dari berbagai kalangan masyarakat karena
emosi sedih berhasil diubah menjadi energi positif.
Emosi marah yang kemudian berubah menjadi dendam bisa menimbulkan
pembunuhan. Emosi marah ini bila dikelola dengan benar bisa menjadi kekuatan
dalam bentuk semangat kerja, belajar, atau berprestasi. Kemarahan Anda terhadap
kemiskinan justru menjadi kekuatan besar Anda untuk mengubah kemiskinan
menjadi hidup penuh dengan kemakmuran.
Emosi takut misalnya takut gagal bisa membuat orang tidak mau mencoba
atau berbuat sesuatu. Emosi takut gagal yang negatif ini bila dikelola dengan
benar, justru membuat seseorang rajin belajar, banyak bertanya, maupun berlatih
agar mampu melakukan sesuatu hingga berhasil. Masih ingat karya besar seperti
tembok cina, tahukah Anda bahwa tembok cina itu adalah buah dari rasa takut
diserang musuh.
Anda perlu tahu, emosi negatif sangat berbahaya bagi tubuh, pikiran, dan
kehidupan kita. Dalam psikologi terdapat istilah psikosomatis, yaitu penyakit pada
tubuh manusia yang disebabkan oleh emosi negatif. Misalnya stres menyebabkan
gangguan pencernaan, khawatir bisa menyebabkan sakit punggung, marah
menyebabkan hepatitis, dan sebagainya. Sebaliknya, dengan emosi yang positif
kita bisa menjaga kesehatan agar tetap prima dan kebal terhadap penyakit.
Bahkan, dengan emosi yang positif suatu penyakit bisa disembuhkan atau
setidaknya mempercepat penyembuhan suatu penyakit.

Mengubah Emosi Negatif Menjadi Positif

Dalam Neuro Linguitik Programming (NLP) terdapat teknik yang dapat


mengubah emosi negatif menjadi energi positif seketika dengan menggunakan
state of management. Dua cara untuk mengelola keadaan pikiran maupun emosi
Anda.

20
Pertama, mengubah fokus pikiran
Ketika emosi Anda sedang negatif seperti marah, kecewa, sedih, takut,
malas, dan seterusnya, maka Anda perlu menelusuri pikiran Anda lebih dulu. Ide-
ide dalam pikiran apa yang menyebabkan timbul emosi negatif itu. Ingat pikiran,
emosi, dan tubuh kita merupakan satu kesatuan.
Emosi negatif yang sedang Anda alami sesungguhnya timbul akibat ide-ide
tertentu baik pengalaman masa lalu, kejadian, atau sesuatu yang ’negatif’.
Misalnya Anda sekarang sedang sedih, maka kesedihan Anda mungkin karena
pikiran sedang melayang pada suatu kejadian tertentu mungkin orang tercinta
meninggal dunia, tagihan kredit sudah jatuh tempo bingung mau bayarnya, ingat
anak tidak dapat masuk ke sekolah favorit, atau lainnya.
Agar Anda tidak sedih terus menerus, ubahlah fokus pikiran Anda.
Gantilah fokus pikiran ’negatif’ tadi ke fokus pada ide-ide positif. Ingatlah
kejadian, pengalaman, atau seseorang yang Anda cintai. Misalnya, fokuskan
pikiran Anda pada kejadian ketika Anda bercinta dengan pasangan, masa-masa
indah saat pacaran, mendapat hadiah ulang tahun, anak-anak yang lucu, mendapat
komisi pertama, dan lain lain.
Singkatnya, ketika emosi Anda sedang negatif maka ubahlah fokus pikiran
Anda pada hal-hal yang positif, maka seketika emosi Anda pun menjadi positif.

Kedua, fisiologis
Cara kedua untuk mengelola emosi negatif menjadi emosi positif dapat
dilakukan dengan mengubah fisiologis seperti cara bernafas, cara berdiri, dan
ekspresi wajah.
Emosi negatif mempengaruhi sistim pernafasan. Pada waktu marah, nafas
menjadi pendek, lambat, dan tidak teratur. Dengan mengatur cara bernafas
menjadi panjang, dalam, dan teratur, maka emosi akan menjadi lebih tenang.
Postur tubuh, seperti cara berdiri atau duduk seseorang bisa mempengaruhi
emosi orang itu. Kalau posisi duduk menggambarkan pundak tertarik ke bawah
dan kepala menggantung ke bawah juga, nafas pendek dan lambat, mata ke bawah
dan tidak fokus, mulut tertutup rapat dan tertarik ke bawah, maka postur seperti
ini mudah mengundang pikiran dan emosi yang negatif seperti bosan, lelah, dan

21
sebagainya.
Jika seseorang ingin tampil percaya diri, postur tubuh orang itu harus
mendukung. Caranya? Misalnya pundak ditarik ke belakang, mata terbuka lebar
dan fokus ke depan, nafas cepat dan dalam, dan mulut tertarik keatas. Dengan
postur yang tepat seperti ini seseorang bisa mengubah emosi negatif menjadi
emosi positif.
Kita pasti bisa membedakan ekpresi orang yang menang dan kalah, orang
yang sukses dan yang gagal. Jauhi pola fisiologis, pola pikir, sikap, dan tindakan
orang gagal agar kita tidak menjadi seperti mereka. Sebaliknya, arahkan pada
fisiologisk, pola pikir, sikap, dan tindakan orang-orang yang menang dan sukses,
maka kita pun lambat laun bisa menang dan sukses.
Emosi kita adalah hidup kita. Jika kitaa ingin sukses, mulailah dengan
mengelola emosi. Emosi positif yang mendukung diperlukan untuk meraih sukses
dan kualitas hidup yang lebih baik.

22
KESIMPULAN

Pengertian emosi sering dikaitkan dengan marah, malah terkadang


diidentikkan dengan sifat suku, misalnya suku tertentu berasal dari Sumatera.
Emosi melekat pada setiap orang, namun apakah setiap orang pemarah? Emosi
tidak sekedar menunjukkan orang yang pemarah apalagi merujuk kepada streotip
untuk suku tertentu. Apabila emosi ditilik dari bahasa Inggris, kata emosi adalah
‘emotion’. Emotion merujuk pada sesuatu dan perasaan yang sangat
menyenangkan atau sangat mengganggu. Misalnya, Seseorang merasakan situasi
yang menyenangkan ketika bersama pacar,  rasa bahagia, saling senyum, dan
dunia serasa milik berdua. Keadaan itu mungkin dikatakan “emosi cinta”.
Emosi memiliki jenis yang berbeda-beda. Emosi memiliki bentuk
bermacam-macam, antara lain:  sedih, takut, jijik, senang dan terkejut. Ragam
emosi tidak memiliki acuan yang sama dan memiliki gradasi yang berbeda.
Pembahasan emosi banyak dikaji oleh ilmu psikologi. Emosi diteliti berdasarkan
beberapa acuan. Emosi dipicu dari pandangan seseorang terhadap suatu kejadian,
adanya reaksi fisiologis yang kuat, ekspresi berdasarkan pada mekanisme
genetika, merupakan informasi dari satu orang ke yang lainnya, dan membantu
seseorang beradaptasi terhadap perubahan situasi lingkungan. Seorang mahasiswa
mendapat nilai E. Dia mungkin tidak kesal mendapat bobot nilai E, karena
memang seorang pemalas, namun mahasiswa lain akan tampak kecewa dan
berusaha untuk memperbaiki nilainya tersebut.

Emosi memberikan informasi dari satu orang ke yang lainnya. Rasa takut
yang dialami seseorang sebagai informasi bahwa dia tidak mau melakukan
sesuatu. Marah dialami merupakan informasi bahwa ia tidak suka diperlakukan
seperti perlakuan yang sudah diterimanya. Emosi dapat muncul tidak disadari dan
tanpa diniatkan. Seseorang baru sadar mengalami sebuah emosi setelah emosi itu
dialami sendiri, Misalnya bertemua dengan musuh, tiba-tiba saja marah.

Emosi hakikatnya adalah salah satu bentuk dari komunikasi seseorang.


Kala seseorang emosi, artinya dia sedang berupaya menyampaikan pesan kepada

23
orang lain. Bentuk penyampaiannya berbeda-beda, bergantung pada lingkungan
dan kondisi sosial budaya yang membentuknya.

Emosi juga dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan. Oleh


karena itu sangat penting bagi kita untuk mempelajari tentang emosi dan cara
mengendalikannya agar kita dapat menjadi orang yang penyabar.

24

Anda mungkin juga menyukai