Penatalaksanan
Dispepsia Fungsional
3
ETIOLOGI
Esofago-gastro- Tukak peptic, gastritis kronis, gastritis NSAID,
duodenal keganasan
Obat-obatan Anti inflamasi nonsteroid, teofilin, digitalis, antibiotic
Patofisiolog
Patofisiolog Ambang rangsang persepsi
ii
Gastritis HP
Disfungsi autonom
Kelainan GI fungsional
Hormonal
Diagnosis Dispepsia Fungsional
Diagnostic criteria for Fungsional dyspepsia Konsensus Roma
III (2006)
• At least 3 months,with onset at least 6 months previously,
of 1 or more of the following:
• Bothersome postprandial fullness
• Early satiation
• Epigastric pain
• Epigastric burning, and
• No evidence of structural disease (including at upper
endoscopy) that is likely to explain the symptoms
6
GEJALA
Anamnesis
Ulcer like dyspepsia
Bila nyeri ulu hati yang dominan dan disertai
nyeri pada malam hari dikategorikan sebagai
dispepsia fungsional tipe seperti ulkus
Dispepsia non-spesifik
Bila tidak ada keluhan yang bersifat dominan
12/08/2021 7
GEJALA
Alarm symptoms :
• Penurunan berat badan,
timbulnya anemia, melena,
muntah yang prominen
12/08/2021 add footer here (go to view menu and choose header) 8
PEMERIKSAAN FISIK
• conjuctiva anemis
• penurunan berat badan
• Organomegali
• massa pada abdomen
• adanya darah pada feces
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang
12/08/2021 add footer here (go to view menu and choose header) 13
Urea Breath test
12/08/2021 add footer here (go to view menu and choose header) 14
Endoskopi
15
Diagnosis Banding
16
Penatalaksanaan
Perbaikan kebiasaan sehari-hari, pasien
harus mengerti bahwa gejala dispepsia
bisa kambuh kembali tetapi dapat
dicegah melalui perubahan gaya hidup
dan pemilihan jenis makanan.
Keluhan yang timbul setelah makan
sebaiknya mencoba dengan makanan
porsi kecil dan rendah lemak.
Bila secara anamnesis ditemukan
adanya stresor psikososial, ada baiknya
diatasi dulu faktor psikologiknya, kalau
perlu dengan konseling ke psikiater.
INTERVENSI OBAT
18
INTERVENSI OBAT
Obat promotilitas
Obat seperti Metoclopramide, Cisapride dan Domperidone sangat baik
mengobati pasien dispepsia yang disertai atau disebabkan gangguan
motilitas
Metoclopramide dan domperidone keduanya bekerja pada antagonis
reseptor D2-dopomine yang meningkatkan motilitas gaster dan mengurangi
mual.
Metoclopramide melewati sawar darah otak sehingga efek samping:
anxietas, mengantuk, agitasi, disfungsi motor extrapyramidal dan
dyskinesia tarda terjadi pada kurang lebih 20%-30% pasien. Untuk
penggunaan lama hati-hati pada pasien tua.
Domperidone tidak melewati sawar darah otak sehingga efek samping
seperti di atas tidak timbul.
Cisapride adalah agonis 5-HT4 serotonin bekerja meningkatkan motilitas
esophagus dan gaster.
INTERVENSI OBAT
Agonis motolin
Obat lain
21
PENCEGAHAN
Hindari obat yang mengiritasi dinding
lambung
Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.
Jika anda perokok, berhentilah merokok.
Jika anda memiliki gangguan acid reflux,
Hindari makan sebelum waktu tidur.
Hindari faktor-faktor yang membuat
Pencernaan terganggu, seperti makan terlalu
banyak, terutama makanan berat dan
berminyak, makan terlalu cepat, atau makan
sesaat sebelum olahraga.
Pertahankan berat badan sehat
Olahraga teratur
Ikuti rekomendasi dokter Anda mengenai
pengobatan dispepsia. Baik itu antasid, PPI,
penghambat histamin-2 reseptor, dan obat
motilitasadd footer here (go to view menu and choose
header) 22
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Setiati Siti.Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid 1. Edisi keempat. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2006. h. 335-348,352-4.
2. Rani AA, Soegondo Sidartawan, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer Arif. PB PAPDI:Panduan pelayanan medik perhimpunan
dokter spesialis penyakit dalam indonesia.Jakarta:Interna Publishing; 2009. h. 299-301.
3. Tierney Lawrence M, Mcphee Stephen J, Papadakis MA. Current diagnosis & treatment adult ambulatory and inpatient
management. New York: The McGraw- Hill Companies; 2008. h. 614-26.
4. Kee Joyce Lefever. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Edisi keenam. Jakarta: EGC; 2008. h. 230-40.
5. Price SA, Wilson Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke 6. Jakarta: EGC; 2006. h. 422-32.
6. Kasper, Dennis L; Fauci, Antony S; Longo, Dan L; Braunwald, Eugene; Hauser,Stephen; Jameson, Larry S : Harrison’s
Principles of Internal Medicine, 16th edition, 2005.
7. WM Wong, BC Wong, WK HungY, et al. Double blind,randomized.placebo controlled study of four weeks of lansoprazole for
treatment of functional dyspepsia in Chienese patients: a case repport 2002 Dec;51:502-6.
8. http://diassetiawan.blog.uns.ac.id/
9. Jain AK, Gupta JP, Gupta S, Rao KP, Bahte PB, Neuroticism and Stressful Live Events In-Patients with Non Ulcer Dyspepsia.
Dalam: Journal Association Physician India. 2005, 43 (2):
10. Mc. Callum RW. Evolving Approach to Dyspepsia and Nonulcer Dyspepsia. Pertemuan Ilmiah Nasional IX PPHI, Kongres
Nasional VIII PGI, PEGI.
11. Soemoharjo S. Mengenal Lebih Dekat Helicobacter Pylori Dan Penyakit Gastroduodenal. Mataram, 2007.
12. Manan C. Penyakit-penyakit yang Berhubungan Dengan Asam Lambung. Simposium New Perspective in the Management of
Acid Related Disease, Surabaya, 15 September 1997.
13. Lambert JR. The Role of Helicobacter Pylori in Nonulcer Dyspepsia A Debate for. Dalam: Dooley CP. ed. Gastroenterology
Clinics of North America. Philadelphia: W.B. Saunders, 1993: 141-51.
14. Manan C. Sindrom Dispepsia. Dalam: Mansyur M. ed. Dispepsia. Jakarta: Yayasan Penerbit IDI, 1994: 1-7.
15. Sjahli A. Obat-Obat Prokinetik Masa Kini. Dalam: Medika 1991; No.2 Tahun 17: 157-60
16. Talley NJ, Lam SK, Goh KL, Fock KM, Management Guides Line for Uninvestigated and Functional Dyspepsia in the Asia-
Pacific Region. 1st Asian Pacific Working Party on Functional Dyspepsia. Kuala Lumpur, Juni 1996 dan pertemuan
Terima kasih