TUGAS KELOMPOK
Oleh:
Miftah Faridz 54061001066
Yonis Ismed 54061001039
Saza Fitria 54061001090
Laurentsia Tambunan 54061001023
Resti Meifiana 54061001013
Pembimbing :
Dr. dr. H. Fachmi Idris, M.Kes
Tugas Kelompok KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kesehatan Komunitas
Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang
Periode 20 Desember 2010 – 14 Februari 2011
Oleh:
Miftah Faridz 54061001066
Yonis Ismed 54061001039
Saza Fitria 54061001090
Laurentsia Tambunan 54061001023
Resti Meifiana 54061001013
Telah diterima dan disetujui sebagai tugas akhir dalam Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas,
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 20 Desember 2010 – 14
Februari 2011.
1. Masukan (input)
2. Proses
4. Sasaran (Target)
5. Dampak (Impact)
Contoh:
1. Di puskesmas A yang dipimpin oleh seorang dokter yang mempunyai
manajemen dan sistem administrasi kesehatan yang baik melakukan suatu
program kesehatan terhadap penderita epilepsi di desa A berupa program
deteksi dini dan screening awal terhadap penderita epilepsi. Setelah diamati
secara prospektif selama 5 tahun, ternyata terjadi penurunan komplikasi dan
sekuele pada pasien pasien epilepsi di desa A. Dampaknya ternyata
meningkatkan produktivitas masyarakat di desa ini.
2. Di puskesmas B yang dipimpin oleh seorang dokter yang mempunyai
manajemen dan sistem administrasi kesehatan yang baik melakukan suatu
program kesehatan terhadap penderita epilepsi di desa A berupa program
deteksi dini dan screening awal terhadap penderita epilepsi. Setelah diamati
secara prospektif selama 5 tahun, ternyata terjadi penurunan komplikasi dan
sekuele pada pasien pasien epilepsi di desa A. Dampaknya ternyata
meningkatkan produktivitas masyarakat di desa ini.
1. Kasus Glaukoma
Pada kasus ini dikatakan berhasil bila sumber daya manusia yang
berkompeten misalnya dokter atau petugas kesehatan lainnya dapat
memberikan informasi mengenai penyakit ini sehingga masyarakat dapat
melakukan hal-hal yang diharapkan (memeriksakan diri sedini mungkin
bila terdapat gejala dari suatu penyakit ataupun memiliki faktor risiko
yang tinggi terhadap penyakit ini) sehingga dapat menekan kerusakan
mata lebih lanjut yaitu kebutaan
2. Kasus Blepharitis
Pada kasus ini, penyelenggaraan kesehatan dapat dikatakan berhasil
apabila sumber daya manusia yang berkompeten misalnya dokter atau
petugas kesehatan lainnya dapat memberikan informasi mengenai penyakit
ini sehingga masyarakat dapat melakukan hal-hal yang diharapkan
(memeriksakan diri sedini mungkin bila terdapat gejala dari suatu
penyakit, melakukn pencegahan, ataupun melakukan perawatan terhadap
diri terhadap penyakit ini) sehingga dapat menekan kerusakan pada mata
yang diakibatkan oleh komplikasi blepharitis lebih lanjut.
3. Kasus Pterygium
Pada kasus ini, penyelenggaraan kesehatan dapat dikatakan berhasil
apabila tersedianya sumber daya manusia yang berkompeten misalnya
dokter atau petugas kesehatan lainnya dapat memberikan informasi
mengenai pterygium sehingga masyarakat dapat melakukan hal-hal yang
diharapkan masyarakat dapat menyadari pentingnya penggunaan alat
pelindung diri saat mereka beraktivitas di luar ruangan selain itu
(memeriksakan diri sedini mungkin bila terdapat gejala dari suatu
penyakit, melakukn pencegahan, ataupun melakukan perawatan terhadap
diri terhadap penyakit ini) sehingga dapat menekan kebutaan pada mata
akibat pterygium.
4. Kasus Hordeolum
Pada kasus ini, penyelenggaraan kesehatan dapat dikatakan berhasil
apabila sumber daya manusia yang berkompeten misalnya dokter atau
petugas kesehatan lainnya dapat memberikan informasi mengenai penyakit
ini sehingga masyarakat dapat melakukan hal-hal yang diharapkan
(memeriksakan diri sedini mungkin bila terdapat gejala dari suatu
penyakit, melakukn pencegahan, ataupun melakukan perawatan terhadap
diri terhadap penyakit ini) sehingga dapat menekan kerusakan pada mata
yang diakibatkan oleh komplikasi hordeolum lebih lanjut.
5. Kasus Perdarahan Subkonjungtiva
Pada kasus ini, penyelenggaraan kesehatan dapat dikatakan berhasil
apabila sumber daya manusia yang berkompeten misalnya dokter atau
petugas kesehatan lainnya dapat memberikan informasi mengenai penyakit
ini sehingga masyarakat dapat melakukan hal-hal yang diharapkan
(memeriksakan diri sedini mungkin bila terdapat gejala dari suatu
penyakit, melakukn pencegahan, ataupun melakukan perawatan terhadap
diri terhadap penyakit ini) sehingga dapat menekan kerusakan pada mata
yang diakibatkan oleh komplikasi perdarahan sub konjungtiva lebih lanjut.
2. PENGATURAN : P2
Penggerakan : Mini Lokakarya Lintas Program
Mini Lokakarya (MinLok) ini dilaksanakan puskesmas setiap
sebulan sekali, untuk mengevaluasi hasil kegiatan pelayanan
Pelaksanaan : Mini Lokakarya Linta Sektoral
Minlok ini dilaksanakan puskesmas setiap tiga bulan sekali dengan
melibatkan instansi terkait seperti dinkes, diknas, kecamatan,
kelurahan, dan lainnya, sesuai porsi kegiatan puskesmas.
3. PENILAIAN : P3
Pengawasan : Monitoring
Kegiatan pelayanan harus terus diawasi pelaksanaannya agar
mencapai target yang telah ditetapkan
Pengendalian : Controlling
Pelayanan yang sudah optimal tetap perlu dikendalikan arahnya
agar tidak menyimpang dari tujuan kegitan
Penilaian : Evaluation
Setiap hasil kegiatan harus dievaluasi sebagai bentuk
pertanggungjawaban institusi terhadap publik dan pemerintah
daerah.