Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman globalisasi ini, pemerintah berupaya meningkatkan
pembangunan di segala bidang untuk semua lapisan masyarakat di seluruh
Indonesia. Namun, pembangunan yang dilaksanakan belum sepenuhnya
merata, khususnya bagi masyarakat yang berada jauh dari pusat pemerintahan
(desa). Pembangunan merupakan tanggung jawab bersama seluruh komponen
bangsa serta membutuhkan kerja keras dan pengabdian seluruh masyarakat.
Apabila pembangunan tidak berjalan lancar, dapat menyebabkan terjadinya
kesenjangan sosial yang semakin tinggi. Dampak lain adalah kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) yang stagnan atau bahkan menurun. Hal ini tentunya
akan dapat menghambat kemajuan negara Indonesia dibandingkan dengan
negara-negara lain di dunia.
Perguruan Tinggi sebagai pusat pemeliharaan dan pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi memiliki fungsi untuk mendidik mahasiswa agar
berjiwa penuh pengabdian serta motivasi untuk meneliti dan memiliki sikap
tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa terhadap masa depan bangsa
dan negara. Kiprah perguruan tinggi dan mahasiswa bagi usaha pembangunan
nasional dan daerah ini perlu ditingkatkan peranannya sesuai dengan kebutuhan
saat ini dan masa mendatang.
Oleh karena itu, Perguruan Tinggi dituntut untuk lebih berorientasi dan
menyelaraskan kurikulumnya terhadap kebutuhan pembangunan, sehingga
dapat menghasilkan sarjana yang dapat menghayati dan mengatasi problema
pembangunan dan kemasyarakatan serta berfungsi sebagai penerus
pembangunan. Hal ini sangat penting, karena pada akhirnya ilmu pengetahuan
dan teknologi itu harus diterapkan untuk kemaslahatan bersama dan
pembangunan manusia seutuhnya.
Salah satu bagian penting problem pembangunan yang perlu
mendapatkan perhatian serius dan partisipasi dari Perguruan Tinggi adalah

1
percepatan penuntasan penduduk buta aksara di Jawa Tengah. Dengan
keterbatasan Sumber Daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah maka diperlukan kerjasama
dengan lembaga pendidikan terkait disertai perencanaan yang matang untuk
mewujudkan Jawa Tengah bebas buta aksara secara cepat, tepat, dan efisien.
Kenyataan inilah yang yang mendorong pentingnya dilakukan kerjasama
dengan pihak Perguruan Tinggi untuk melaksanakan program percepatan
penuntasan buta aksara di Jawa Tengah karena ketersediaan SDM di Perguruan
Tinggi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya yang cukup memadai.
Berdasarkan paparan di atas, maka kegiatan KKN Tematik Penuntasan
Buta Aksara (PBA) yang merupakan kerjasama Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah dengan Perguruan Tinggi se-Jawa Tengah
diharapkan mampu menjadi strategi andalan serta dapat dijadikan sebagai
modal alternatif yang efektif dan efisien bagi pemerintah dalam upaya
mempercepat penuntasan buta aksara di Jawa Tengah, sehingga obsesi Jawa
Tengah bebas buta aksara di tahun 2009 benar-benar dapat terwujud. Selain itu
juga sebagai suatu syarat kelulusan bagi mahasiswa yang menempuh studi di
perguruan tinggi serta wujud pengabdian mahasiswa kepada masyarakat di luar
kegiatan kampus.
Sasaran KKN Tematik PBA adalah masyarakat penyandang buta aksara
yang telah ditentukan oleh Pemerintah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
yang terdiri dari:
1. Masyarakat penyandang buta aksara murni yakni mereka yang sama
sekali tidak bersekolah.
2. Masyarakat penyandang buta aksara DO kelas 1 SD
3. Masyarakat penyandang buta aksara DO kelas 2 SD
4. Masyarakat penyandang buta aksara DO kelas 3 SD\

2
B. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan
1. Tujuan Umum
a. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang Pengabdian
Masyarakat.
b. Sebagai proses pendewasaan bagi mahasiswa dalam berpikir secara
rasional, bersikap sopan santun, dan berperilaku secara realistis dan
akademis yang dilandasi dengan semangat dan komitmen yang tinggi
untuk memberikan pengabdian terbaik bagi masyarakat.
c. Sebagai proses pembelajaran secara langsung kepada mahasiswa dalam
mengimplementasikan teori mata kuliah yang telah diterima kepada
masyarakat.
d. Sebagai proses pendidikan bagi mahasiswa agar berjiwa penuh
pengabdian dalam mengawal pembangunan nasional serta memiliki
tanggung jawab yang tinggi terhadap masa depan bangsa dan Negara.
e. Membentuk sarjana yang berilmu, cakap, berbudi pekerti luhur, serta
memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi atas kesejahteraan
masyarakat maupun masa depan bangsa dan Negara Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
f. Membentuk generasi penerus bangsa yang mampu menghayati berbagai
permasalahan yang dihadapi masyarakat dan mampu mengembangkan
pemikiran maupun penalaran untuk belajar memecahkan permasalahan
yang kompleks secara pragmatis dan interdisipliner.
g. Mendekatkan Perguruan Tinggi dengan masyarakat untuk menyesuaikan
tuntutan pembangunan dan dinamika masyarakat.

2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan program percepatan Penuntasan Buta Aksara (PBA) di
Jawa Tengah.
b. Membantu pemerintah dalam upaya mewujudkan Jawa Tengah bebas
buta aksara tahun 2009.

3
C. Rencana Kegiatan Tematik PBA
Rencana kegiatan KKN Tematik PBA di desa Trimulyo adalah sebagai
berikut:
• Rencana Utama:
1. Identifikasi Keaksaraan
Warga Belajar yang dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran
adalah yang termasuk dalam kelompok ”DO” dan ”Buta Aksara
Murni”.
2. Membuat Kesepakatan Belajar
Pembuatan kesepakatan tentang waktu dan tempat pembelajaran
dilakukan dengan mengadakan sosialisasi dengan calon warga belajar.
Penentuan kesepakatan belajar disesuaikan dengan calon warga belajar
agar kegiatan pembelajaran tidak mengganggu kegiatan rutin warga
belajar.
3. Menyusun Rencana Pembelajaran
Rencana pembelajaran disusun oleh tutor dan didiskusikan
bersama dengan warga belajar. Rencana pembelajaran memuat aktivitas
diskusi, membaca, menulis, berhitung, dan aksi (penerapan) sesuai
dengan topik pembelajaran yang telah dipilih dan disepakati warga
belajar.
4. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan sesuai
kesepakatan warga dan setelah melalui tiga kegiatan sebelumnya yang
telah diuraikan di atas.

D. Tempat Pelaksanaan KKN Tematik PBA


Pelaksanaan kegiatan KKN Tematik PBA dilaksanakan secara serentak
di 6 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yaitu : Kab. Wonosobo, Kab.
Pekalongan, Kab. Blora, Kab. Kendal, dan Kab. Temanggung, Kab.
Banjarnegara. Pada laporan ini penulis melaksanakan KKN Tematik PBA di
Desa Trimulyo, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo.

4
E. Waktu Pelaksanaan KKN Tematik PBA
Pelaksanaan kegiatan KKN Tematik PBA di Desa Trimulyo
berlangsung selama 45 hari efektif dari tanggal 5 Oktober s/d 18 November
2009.

F. Rencana Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan


1. Pendataan calon Warga Belajar (WB).
2. Pembentukan kelompok belajar serta penentuan tempat dan waktu
pembelajaran.
3. Pelaksanaan proses pembelajaran.
4. Pelaksanaan evaluasi dan penentuan tingkat pencapaian hasil
pembelajaran.

5
BAB II
PROSES PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN

A. Pendataan Calon Warga Belajar


Pada awal penerjunan, mahasiswa menerima data warga yang telah
terdaftar dalam Keaksaraan Fungsional (KF) dari Kelurahan Desa Trimulyo.
Data tersebut dijadikan acuan bahwa warga yang telah terdaftar dalam KF tidak
boleh mengikuti pendidikan keaksaraan dasar yang dilakukan oleh mahasiswa
KKN.
Mahasiswa bekerja sama dengan kepala desa, perangkat desa dan tutor
yang ada di Desa Trimulyo dalam mencari data Warga Belajar (WB). Setelah
mendapatkan data maka mahasiswa dan tutor mengumpulkan WB yang telah
didata untuk mencari kesepakatan mengenai waktu dan tempat belajar.

B. Pembentukan Kelompok Belajar


Setelah mahasiswa mengumpulkan WB di dua dusun dari lima dusun di
desa Trimulyo, yaitu dusun Jebengan dan dusun Gawaran dapat diketahui bahwa
jumlah WB yang akan mengikuti pembelajaran sebanyak 28 orang. Tiga dusun
lain yaitu dusun Menggora, dusun Jebengan, dan dusun Kalisat tidak ikut karena
di dusun tersebut sebagian besar warganya telah terdaftar dalam data KF.
Dari 28 WB yang didata kemudian dibagi menjadi dua kelompok belajar,
yaitu kelompok belajar Trimulya Jaya I dan Trimulya Jaya II. Kelompok belajar
Trimulya Jaya I beranggotakan 13 orang dan kelompok belajar Trimulya Jaya II
beranggotakan 14 orang. Muhammad Idris Afandi dan Izdiyana Nihlah
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pembelajaran kelompok belajar
Trimulya Jaya I, sedangkan Toffan Yoga Riyanda dan Lulun Rosana Pratiwi
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pembelajaran kelompok belajar
Trimulya Jaya II.

6
C. Proses Pelaksanaan Pembelajaran
1. Strategi Pembelajaran
Dalam menghadapi warga belajar yang anggotanya adalah orang
dewasa maka kita harus menerapkan berbagai metode belajar orang
dewasa yang efektif, menarik, dan tidak cepat membosankan karena
mengajar orang dewasa sangat berbeda dengan mengajar anak-anak.
Namun demikian, pada kenyataannya di lapangan masih ada
beberapa Warga Belajar (WB) yang belum mampu mengikuti proses
pembelajaran secara andragogi dikarenakan mental mereka masih
mengacu pada pembelajaran paedagogis. Sebagai contoh ketika ada WB
yang disuruh maju ke depan untuk mengerjakan soal atau diberi
pertanyaan ternyata masih malu-malu sehingga harus ditunjuk untuk maju
ke depan. Contoh lain misalnya, ada WB yang hanya diam pada saat ada
pertemuan sehingga belum berani menyampaikan pendapat.
Banyaknya kelompok akan mengurangi jumlah WB per
kelompok, sehingga semakin mengefektifkan proses belajar mengajar.
Model pembelajaran yang kami terapkan adalah 1 orang tutor didepan
(bertindak sebagai tutor utama) dan dibantu 3 tutor yang mendampingi
WB dalam belajar. Model ini kami rasa sangat efektif untuk menggali
seluruh potensi WB, disamping itu juga akan meningkatkan hubungan
persaudaraan, dan kekeluargaan antara tutor dengan WB.

2. Penyusunan Bahan Ajar Tematik.


Bahan ajar tematik yang dimaksud dalam buku pedoman tutor
adalah materi dan alat yang akan disajikan dalam proses pembelajaran
sesuai dengan tema dalam kehidupan sosial WB dan dipilih berdasarkan
kesepakatan tutor dengan WB.
Penggunaan bahan ajar pembelajaran yang kami lakukan di desa
Trimulyo secara garis besar menggunakan bahan ajar yang dapat ditemui

7
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun beberapa bahan ajar yang digunakan
yaitu :
a. Buku Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan DIKNAS Prov. Jateng.
b. Poster Huruf dan Angka
c. Gambar poster jenis-jenis binatang peliharaan, buah-buahan, dan
sayur-sayuran.
d. Alat menulis, seperti pensil, pulpen, buku, penghapus, penggaris

3. Metodologi Pembelajaran
Banyak variasi tentang metode yang dapat digunakan tutor dalam
membelajarkan warga belajar. Ketepatan penggunaan beberapa metode dan
teknik pembelajaran sangat tergantung dengan kemampuan dasar yang
sudah dimiliki warga belajar, serta minat dan kebutuhan warga belajar.
Oleh karena itu, keanekaragaman metode bisa digunakan sesuai dengan
situasi, kondisi, minat dan kebutuhan warga belajar.
Metodologi pembelajaran keaksaraan yang digunakan antara lain:
a. Menggunakan bahasa daerah setempat (lokal) sebagai
bahasa pengantar agar warga belajar lebih cepat memahami materi
pembelajaran.
b. Menggunakan materi pembelajaran berupa peristiwa
atau permasalahan yang berasal dari warga belajar.
c. Memberi kesempatan kepada setiap warga belajar
untuk menulis dan membaca sendiri sesuai dengan kemampuan dasar
masing-masing.
d. Membantu warga belajar agar percaya diri dan merasa
senang bahwa mereka bisa menulis dan membaca.
e. Mengajarkan keterampilan menulis dan membaca
sesuai dengan tingkat kemampuan warga belajar.
f. Memberi semangat kepada setiap warga belajar untuk
saling membantu warga belajar lainnya yang belum bisa menulis dan
membaca.

8
g. Melakukan kegiatan pembelajaran menulis dan
membaca berulang-ulang dengan tema yang berbeda-beda agar warga
belajar tidak cepat bosan.
Selama proses pembelajaran terjadi banyak perubahan kemampuan
warga belajar. Beberapa ada yang mangalami perkembangan pesat dan ada
juga yang masih terhambat. Kendala-kendala yang paling sering terjadi
adalah kendala penglihatan yang sudah tidak normal karena faktor usia dan
ingatan, juga dikarenakan faktor usia.
Langkah-langkah yang diambil untuk menyeimbangkan
perkembangan kemampuan belajar adalah sebagai berikut :
a. Memberikan motivasi secara personal kepada para
warga belajar yang masih mengalami kesulitan dalam menerima bahan
ajar dikarenakan dua faktor di atas.
b. Bahan ajar tematik yang dipakai dalam kegiatan
pembelajaran diperbanyak dan dibagikan dengan maksud agar bisa
dipelajari sendiri oleh warga belajar di rumah masing-masing.
c. Warga belajar yang sudah mengalami perkembangan
pesat dan dilihat sudah mampu membaca, menulis dan berhitung diberi
kesempatan mengajari warga belajar yang belum bisa. Jadi, suasana
yang tercipta bukanlah suasana belajar-mengajar antara tutor dan warga
belajar, melainkan suasana diskusi dan belajar bersama antara tutor dan
warga belajar. Hal tersebut juga untuk menghindari rasa minder karena
bebrapa warga belajar lebih nyaman bertanya pada sesama warga
belajar daripada bertanya kepada tutor.

D. Tempat dan Waktu Pembelajaran


Tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran di desa
Trimulyo disesuaikan dengan kesepakatan warga belajar yaitu di rumah
masing-masing kadus.
Jadwal kegiatan pembelajaran masing-masing kelompok belajar adalah
sebagai berikut.

9
NAMA DUSUN TEMPAT WAKTU
KELOMPOK
BELAJAR
TRIMULYO Jebengan Rumah Ketua RT. 06 Selasa&Kamis
JAYA I RT.06. RW.04 (Pak Hadi) 15.00-16.30
TRIMULYA Jebengan Rumah Penyelenggara Senin&Rabu
JAYA II RT.07. RW.04 PBA (Bu Puji) 15.00-16.30

E. Pelaksanaan Evaluasi Hasil Pembelajaran


Setelah melaksanakan pembelajaran selama kurang lebih satu bulan,
maka tutor wajib melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi
merupakan satu kesatuan terintegrasi dengan proses pembelajaran yang
dilakukan sebelum, selama, dan setelah selesai program pembelajaran.
Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh,
analisis, dan menafsirkan data tentang input, proses, dan hasil belajar setiap
WB yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Selain itu juga
evaluasi merupakan tolok ukur kemampuan warga belajar untuk mendapatkan
pengakuan sah atau tidaknya memperoleh Surat Keterangan Melek Aksara
(SUKMA).
Kegiatan evaluasi atau penilaian menitikberatkan pada keaktifan warga
belajar dan penerapan hasil pembelajaran dan dilakukan secara partisipatif dan
menghadiri suasana formalistik. Instrumen evaluasi diperoleh dari Dinas
Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang dibagikan secara masal di 7
Kabupaten pelaksana KKN tematik PBA.
Evaluasi hasil pembelajaran Pendidikan Keaksaraan di desa Trimulyo
telah kami laksanakan pada :
NAMA DUSUN TEMPAT WAKTU
KELOMPOK
BELAJAR
TRIMULYA Jebengan Rumah Ketua Kamis
JAYA I RT.06 RW.04 RT 06 Pukul 15.00 WIB
(Pak Hadi)
TRIMULYA Jebengan Rumah Ketua Rabu

10
JAYA II RT.07 RW.04 RT 06 Pukul 15.00 WIB
(Pak Hadi)

Pada saat pelaksanaan evaluasi, warga belajar harus mengerjakan


seluruh soal dengan mandiri, hal ini agar kami mendapatkan data kemampuan
warga belajar yang benar-benar valid. Berikut ini merupakan hasil dari
pelaksanaan evaluasi pembelajaran di desa Trimulyo. Adapun hasil evaluasi
hasil pembelajaran adalah sebagai berikut:
KOMPETENSI
NO NAMA
MEMBACA MENULIS BERHITUNG

1 NIKEM 85 43 117
2 SEMINI 85 43 120
3 NGADINEM 85 43 125
4 KATI 85 43 117
5 NGATINI 85 43 112
6 WATINI 85 43 112
7 SUTARTI 85 43 127
8 TUMINEM S. 85 43 117
9 SUDIYEM 85 43 120
10 GIROL 85 43 127
11 SAMINAH 85 43 127
12 TUMINEM K. 85 43 120
13 NGADEMI 85 43 111
14 SUBUR 45 75 146
15 SUGENG 45 75 146
16 SARING 85 43 100
17 TARMADI 85 43 107
18 PAWIT 85 43 109
19 SUNARTI 85 43 110
20 MARSITI 85 43 125
21 KARTI 85 43 110
22 TUKIMAN 85 43 119
23 WIWIN 85 43 121
24 JAMIYAH 85 43 125
25 MAINI 85 43 98

F. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan


Faktor Pendukung
Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan program Pemberantasan
Buta Aksara antara lain adalah:

11
a. Kondisi masyarakat yang mayoritas beragama Islam taat sehingga tercipta
suasana aman, nyaman, dan kondusif untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan KKN Tematik PBA.
b. Kerjasama yang baik yang terjalin antara warga, Kepala
Desa, Kadus, Bayan, Tutor dan mahasiswa KKN Tematik PBA, sehingga
pencapaian target minimal 10 orang WB tiap kelompok mahasiswa yang
terdiri dari 2 mahasiswa dapat tercapai.
c. Semangat dari warga belajar yang sangat tinggi untuk
memperoleh pengetahuan.
d. Status keaksaraan warga belajar mayoritas DO 2 dan DO 3
sehingga memudahkan dalam proses kegiatan pembelajaran karena mereka
sudah mempunyai dasar keaksaraan.

2. Faktor Penghambat
Hambatan pelaksanaan program Pemberantasan Buta Aksara antara
lain adalah:
a. Banyak warga yang malu untuk mengikuti proses belajar PBA.
b. Kesibukan warga masyarakat akan pekerjaannya sehingga
sulit membagi waktu untuk belajar.
c. Banyak warga yang sudah terlalu berat beban hidup sehingga
jarang sekali memikirkan masalah pendidikan.
d. Keadaan fisik warga belajar yang tidak mendukung karena
lelah bekerja atau sudah tua.
e. Lokasi KKN yang berbukit-bukit dan jalanan yang tidak
mulus menyebabkan tidak bisa dilalui kendaraan sehingga waktu
perjalanan menuju tempat pembelajaran yang cukup lama.
f. Hujan seringkali menyebabkan jalanan licin sehingga waktu
perjalanan menuju lokasi pembelajaran semakin lama.

G. Upaya Mengatasi Hambatan


Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-
hambatan tersebut di atas antara lain:

12
1. Melakukan pendekatan dengan warga melalui kunjungan ke rumah-rumah
untuk bersilaturahmi serta memberikan pengarahan dan pengertian akan
pentingnya pendidikan.
2. Mengadakan kegiatan-kegiatan di luar PBA yang mampu mempererat
hubungan dengan WB seperti pengajian, memasak, rapat di balai desa,dll.
3. Sering berinteraksi dengan warga dengan cara saling menyapa saat bertemu.
4. Lebih mendekatkan diri dengan anak-anak sekitar.

13
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Beberapa kesimpulan yang didapatkan antara lain :
a. Pelaksanaan KKN Tematik Pemberantasan Buta Aksara (PBA)
membutuhkan kerjasama yang baik dari berbagai pihak mulai dari aparatur
pemerintah dari tingkat pusat sampai pemerintah desa serta partisipasi warga
masyarakat.
b. Membutuhkan suatu kesadaran belajar yang tinggi dari warga masyarakat
sendiri sebagai sasaran PBA.
c. Proses pembelajaran membutuhkan keaktifan mahasiswa dalam
pelaksanaannya agar dapat berjalan dengan baik.
d. Progam KKN Tematik PBA lebih efektif dan efisien dibanding KKN yang
cenderung mengarah pada program bersifat fisik.
e. Pelaksanaan KKN Tematik PBA di Desa Trimulyo Kecamatan Wadaslintang
Kabupaten Wonosobo dapat berjalan lancar.

B. Rekomendasi
1. Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan Aparatur
dari Tingkat Kabupaten sampai Desa
a. Pemerintah hendaknya berusaha secara optimal dan berkelanjutan
dalam menangani program penuntasan masyarakat yang buta aksara
dengan memberikan perhatian khusus kepada Lembaga Pendidikan Luar
Sekolah.
b. Dalam program Penuntasan Buta Aksara (PBA) pemerintah harus
mengawasi apakah pelaksanaannya benar-benar berjalan dengan baik atau
tidak karena adanya kenyataan di lapangan program PBA kurang berjalan
dengan baik (macet).

14
2. Dinas Pendidikan Kabupaten Wonosobo
a. Dinas Pendidikan hendaknya lebih giat kembali
mensosialisasikan PBA sampai ke tingkat masyarakat bawah.
b. Dinas Pendidikan sebaiknya melakukan pendataan
ulang secara riil calon Warga Belajar agar program PBA dapat berjalan
lebih lancar sesuai dengan target yang telah ditentukan.
c. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan untuk
melakukan pemantauan dalam pelaksanaan program PBA.

3. Universitas Negeri Semarang (UNNES)


a. Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UNNES
untuk lebih tegas mengawasi keaktifan dosen pembimbing lapangan dalam
membimbing mahasiswanya selama kegiatan KKN.
b. UNNES hendaknya bekerjasama dengan semua pihak
yang berkompeten dalam Penuntasan Buta Aksara (PBA) dalam rangka
melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas penyelenggaraan program
ini.
4. Masyarakat
a. Meningkatkan partisipasi dan kerjasama dalam upaya
pelaksanaan program PBA.
b. Hendaknya semua pihak lebih sadar akan pentingnya
keaksaraan (calistung) dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Setelah selesai melaksanakan program KKN Tematik Penuntasan Buta


Aksara (PBA) UNNES tahun 2009 yang dilakukan selama 45 hari, maka laporan ini
merupakan bukti pelaksanaan program yang dapat digunakan sebagai baromater
pencapaian kerja nyata yang telah dilakukan oleh mahasiswa KKN yang ditempatkan
di Desa Trimulyo Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo.
Dengan demikian, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan kerjasamanya sehingga dalam
pelaksanaanya dapat berjalan dangan lancar. Akhirnya, semoga laporan ini

15
bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa yang akan mengikuti KKN
Tematik Penuntasan Buta Aksara sehingga dapat mengantarkan tercapainya tujuan
utama KKN Tematik PBA yakni untuk menuntaskan masyarakat buta aksara di Jawa
Tengah.
- oOo -

16

Anda mungkin juga menyukai