Anda di halaman 1dari 58

Koperasi Usaha Mikro Kecil

Menengah Sebagai Pilar


Ekonomi Masyarakat
Izza Mafruhah
Visi Kabupaten Wonogiri…
UMKM di Wonogiri mencapai 94.000
Koperasi di Wonogiri mencapai 7.852 ( 6.912
koperasi RT & 940 koperasi Umum )
Ciri-ciri sistem ekonomi kerakyatan

 Pemihakan, pemberdayaan dan perlindungan


terhadap yang lemah oleh semua potensi bangsa,
terutama pemerintah sesuai dengan
kemampuannya .
 Penegakan prinsip keadilan dan demokrasi
ekonomi, disertai kepedulian terhadap yang lemah.
 Pemberdayaan kegiatan EKORA sangat terkait
dengan upaya menggerakkan ekonomi pedesaan
 Pemanfaatan dan penggunaan lahan dan
sumber daya alam
 Penciptaan iklim usaha yang sehat dan
intervensi yang ramah pasar dengan
menciptakan pasar yang kompetitif
Pengertian Umum Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Lembaga Istilah Pengertian Umum
(1) (2) (3)
UU Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil Aset  Rp 200 juta di luar tanah dan
Usaha Kecil bangunan.
Omset  Rp 1 Milyar / tahun
Independen
BPS Usaha Mikro Pekerja < 5 orang, termasuk tenaga
kerja keluarga
Usaha Kecil Pekerja 5 – 9 orang
Usaha Menengah Pekerja 20 – 99 orang
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Mikro Aset < Rp 200 juta di luar tanah dan
UKM bangunan
Omset < Rp 1 Milar/tahun
Independen
Usaha Menengah Aset > Rp 200 juta
Omset: Rp 1 – 10 milyar per tahun
Bank Indonesia Usaha Mikro Dijalankan oleh rakyat miskin atau
(PBI No.7/39/PBI/2005) dekat miskin, bersifat usaha keluarga,
menggunakan sumber daya lokal,
menerapkan teknologi sederhana dan
mudah keluar masuk industri
Usaha Kecil Aset < Rp 200 juta
Omset < Rp 1 Milyar
Usaha Menengah Untuk kegiatan industri, aset < Rp 5
milyar. Untuk lainnya (termasuk
jasa), aset < Rp 600 juta di luar tanah
dan bangunan
Omset < Rp 3 milyar per tahun
Bank Dunia Usaha Mikro Pekerja < 10 orang
Aset < $ 100.000
Omset < $ 100.000 per tahun
Usaha Kecil Pekerja < 50 orang
Aset < $ 3 juta
Omset < $ 3 juta per tahun
Usaha Menengah Pekerja < 300 orang
Aset < $ 15 juta
Omset < $ 15 juta per tahun
Ciri – ciri usaha Mikro
a. Belum melakukan manajemen/catatan keuangan, sekalipun
yang sederhana atau masih sangat sedikit yang mampu
membuat catatan neraca usahanya,
b. Pengusaha atau SDM-nya berpendidikan rerata sangat
rendah, umumnya tingkat SD dan belum memiliki jiwa
kewirausahaan yang memadai,
c. Pada umumnya tidak/belum mengenal perbankan tetapi lebih
mengenal rentenir atau tengkulak,
d. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas
lainnya termasuk NPWP,
e. Tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki kurang dari 4 orang
Ciri-ciri Usaha Kecil antara lain:

a. Pada umumnya sudah melakukan pembukuan/manajemen


keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan
sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, dan
sudah membuat neraca usaha,
b. SDM-nya sudah lebih maju, rata-rata berpendidikan SMA dan
sudah ada pengalaman usahanya,
c. Pada umumnya sudah memiliki izin usaha dan persyaratan
legalitas lainnya, termasuk NPWP,
d. Sebagian besar sudah berhubungan dengan perbankan,
namun belum dapat membuat perencanaan bisnis, studi
kelayakan dan proposal kredit kepada Bank, sehingga masih
sangat memerlukan jasa konsultasi/pendampingan,
e. Tenaga kerja yang dipekerjakan antara 5 – 19 orang.
Ciri Usaha menengah
a. Telah memiliki manajemen dan oraginsasi yang lebih baik, lebih
teratur, bahkan lebih modern dengan pembagian tugas yang jelas
antara bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi,
b. Telah memiliki manajemen keuangan dengan menerapkan sistem
akuntasi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan
penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh Perbankan,
c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan organisasi dan organisasi
perburuhan. Sudah ada program Jamsostek dan pemelihraan
kesehatan.
d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin
gangguan, (HO), izin usaha, izin tempat, NPWP, dan upaya
pengelolaan lingkungan dll.
e. Telah sering bermitra dan memanfatkan pendanaan yang ada di
Bank,
f. SDM-nya sudah lebih meningkat banyak penggunaan Sarjana
sebagai Manajer,
g. Pada umumnya memiliki karyawan antara 20-99 orang,
Koperasi
Badan Usaha yang beranggotakan orang seorang
atau Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan
azas kekeluargaan.
Gerakan Koperasi: Keseluruhan organisasi Koperasi
dan kegaiatan perkoperasian yang bersifat terpadu
menuju tercapainya cita-cita Koperasi.
Sistem ekonomi Pancasila
Mengapa Koperasi Penting ?
1. Mempertahankan pertumbuhan ekonomi dalam
situasi proses globalisasi ekonomi yang makin
meluas.
2. Mempercepat pemerataan yang makin mendesak
mengingat 36,2 juta rakyat masih berada di bawah
garis kemiskinan.
3. Memelihara kesinambungan kegiatan
pembangunan yang stabil dan dinamis dalam
rangka mengantisipasi kemungkinan adanya
berbagai kendala yang menghambat upaya kita
menjawab kedua tantangan di atas.
Ciri-ciri Koperasi

a. Badan usaha yang berbentuk Badan Hukum


Indonesia;
b. Memiliki modal sendiri dan atau modal luar;
c. Usahanya mengutamakan yang berhubungan
lansung dengan kepentingan anggota untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota;
d. Memiliki tempat kediaman hukum tetap;
e. Berdiri sendiri bukan merupakan anak atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau usaha besar.
Istilah koperasi
USAHA MIKRO KECIL DAN
MENENGAH SEBAGAI PILAR
EKONOMI MASYARAKAT DAN
PERMASALAHAN UMKM
Kenapa UMKM penting ?

a. Terhadap
Pembentukan PDB

TAHUN Usaha Kecil Usaha Besar


Nominal Persen Nominal Persen
2005 Rp 1.491,06 trilyun 53,54% Rp 1.293,90 trilyun 46,46%
2006 Rp 1.778,75 trilyun 53,28 % Rp 1.257,65 trilyun 46,72%
Kenapa UMKM penting ?
Data jateng (hal 330 -333)

b. Terhadap nilai ekspor


nasional

TAHUN Usaha Kecil Menengah


Nominal Persen
2005 Rp 110,34 trilyun 15,44 %
2006 Rp 122,20 trilyun 15,70%
Kenapa UMKM penting ?

c. Terhadap penyerapan tenaga kerja

TAHUN Usaha Kecil Menengah


Nominal Persen
2005 82.233.793 96,28 %
2006 85.416.493 96,18%
Keunggulan pelaku UMKM

Salah satu keunggulan UMKM adalah kemauan


mereka untuk memperjuangkan usaha yang
dimiliki, misalnya ketika usaha skala besar masih
terus merengek dengan tingkat bunga bank sebesar
13% per tahun, UMKM tetap dapat bertahan
dengan tingkat bunga 5% / bulan atau hampir 60 %
per tahun, dalam jeratan lintah darat
Kelemahan pelaku UMKM

Beberapa kelemahan dari usaha mikro kecil dan


menengah meliputi :
1. Kurangnya akses permodalan dan kredit
2. Kurangnya penyuluhan dan alih tehnologi
3. Minimnya desain dan standarisasi produk
4. Pembukaan akses pemasaran baik dalam
maupun luar negeri
Kelemahan pelaku UMKM

Survey yang dilakukan oleh GTZ Red (Regional


Economic Development ), terhadap iklim usaha di
kabupaten kota se Subosukawonosraten
menunjukkan
 45 % pengusaha mikro dan menengah mengalami
masalah dengan akses pasar,
 20% mempunyai permasalahan mengenai
peningkatan kualitas tenaga kerja di sektor
usahanya
 70% mempunyai permasalahan dengan akses
permodalan.
Penyebab keberhasilan Wirausaha
1. Adanya visi dan tujuan yang jelas
2. Bersedia untuk mengambil resiko uang dan waktu
3. Terencana dan terorganisir
4. Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya
5. Mengembangkan hubungan yang baik dengan
karyawan = Peningkatan produktifitas
6. Memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan
ataupun kegagalan
Penyebab kegagalan UMKM
1. Tidak kompeten dalam managerial
2. Kurang pengalaman baik dalam kemampuan
tehnik
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan
4. Gagal dalam perencanaan
5. Lokasi yang kurang memadai
6. Kurangnya pengawasan peralatan
7. Sikap kurang sungguh – sungguh dalam berusaha
8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/
transisi kewirausahaan
9. Kurangnya informasi mengenai pendanaan
Pola Pengembangan
 Pertumbuhan ekonomi khususnya melalui usaha
mikro kecil menengah mambutuhkan peran serta
baik pemerintah daerah, swasta maupun
masyarakat. ( peran stakeholder )
 Pola kemitraan ini harus dibangun dalam model
sinergisitas yang mencakup pihak – pihak yang
berkompeten. ( contoh pola kemitraan )
 Secara umum model yang direkomendasikan dalam
pola – pola kemitraan, adalah dengan memberikan
peran yang setara antara tiga aktor pembangunan
yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.
Pengembangan KUKM
 Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Tahun 2005-2025. Pembangunan
bidang koperasi dan UKM, secara eksplisit
ditujukan pada upaya untuk mewujudkan
bangsa yang berdaya-saing dalam
rangka memperkuat perekonomian
domestik dengan orientasi dan berdaya
saing global
Prioritas dan arah kebijakan pembangunan di
bidang KUKM
1. Mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) agar
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing;
2. Mengembangkan usaha skala mikro dalam rangka peningkatan
pendapatan pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah;
3. Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata
kepemerintahan yang baik (good governance) dan berwawasan
gender dengan cara memperbaiki lingkungan usaha dan
menyederhanakan prosedur perijinan, memperluas akses kepada
sumber permodalan khususnya perbankan, memperluas dan
meningkatkan kualitas institusi pendukung yang menjalankan fungsi
intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha, teknologi,
manajemen, pemasaran dan informasi;
4. Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta
menumbuhkan wirausaha baru berkeunggulan,
termasuk mendorong peningkatan ekspor;
5. Meningkatkan UMKM sebagai penyedia barang dan
jasa pada pasar domestik, khususnya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat banyak; dan
6. Meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi
sesuai dengan jati diri koperasi
Membangitkan Kembali Jatidiri
KUKM Sebagai Pilar Ekonomi
Masyarakat
Pengembangan Ekonomi Lokal

Hakekatnya merupakan proses kemitraan


antara pemerintah daerah dengan
parastakeholders termasuk sektor swasta
dalam mengelola sumber daya alam dan
sumber daya manusia maupun kelembagaan
secara lebih baik melalui pola kemitraan
dengan tujuan untuk mendorong
pertumbuhan kegiatan ekonomi daerah dan
menciptakan pekerjaan baru.
Pergeseran Konsep
Pengembangan Ekonomi Lokal
Komponen Konsep Lama Konsep Baru

Lapangan kerja Lebih banyak Perusahaan yang


perusahaan mengembangkan
= pekerjaan berkualitas
lebih banyak lapangan yang sesuai
kerja untuk penduduk
setempat

Basis Pembangunan pembangunan sector Pembangunan


Sektor ekonomi kelembagaan
ekonomi baru
Aset lokasi Keuntungan komparatif Daya saing berdasarkan
berdasar asset fisik kualitas lingkungan

Sumber daya Ketersediaan tenaga Pengetahuan sebagai


kerja pembangkit ekonomi
Pergeseran Fokus Pengembangan
Ekonomi Lokal
FOCUS TOOLS
1960an – 1980an (public sector only)
- Menarik investasi manufaktur - Hibah besar, keringanan pajak,
dari luar Daerah pinjaman bersubsidi bagi
- Menarik investasi asing investasi manufaktur
langsung (foreign direct - Subsidi investasi prasarana fisik
investment/FDI) - Penekanan biaya produksi
- Membangun / investasi dengan
prasarana fisik - teknik seperti buruh murah.
1980an – 1990an (public sector driven)

- Melindungi dan menumbuhkan - Pembayaran langsung kepada


bisnis lokal saat ini bisnis individu-Inkubasi bisnis/
- Melanjutkan titik berat pada tempat kerja
menarik investor dalam negeri - Bimbingan dan pelatihan
tapi biasanya lebih pada sektor kepada UKM
spesifik atau pada area tertentu - Bantuan teknis
- Bantuan start-up usaha
- Investasi fisik dan non-fisik
Akhir 1990an – seterusnya (public sector led)
- Membuat keseluruhan - Strategi holistik untuk
lingkungan bisnis kondusif menyediakan lingkungan bisnis
- Investasi non-fisik yang kompetitif dan rangsangan
(pengembangan SDM, bagi pertumbuhan bisnis
rasionalisasi peraturan) setempat
- Kemitraan pemerintah-swasta - Networking dan kerjasama
- Mendorong investasi sektor antar komunitas
swasta ke barang publik - Memfasilitasi business clusters
- Target tinggi untuk menarik (kumpulan bisnis yang saling
investasi, membangun daya berkaitan)
saing lokasi - Pengembangan SDM
- Menunjang peningkatan
kualitas hidup.
PENGEMBANGAN EKONOMI
BERBASIS POTENSI LOKAL
 Variasi skala usaha UMKM di Kabupaten Wonogiri
berturut-turut adalah sebagai berikut: UMKM skala
mikro 36 persen, skala kecil 36 persen dan skala
menengah 28 persen.
 UMKM di Kabupaten Wonogiri sebagian besar
bergerak di
 Sektor Industri Pengolahan yaitu sebesar 55 persen;
 Sektor Pertanian sebesar 29 persen;
 Sektor Pertambangan sebesar 13 persen
 Sektor Perdagangan sebesar 3 persen.
PENGEMBANGAN EKONOMI
BERBASIS POTENSI LOKAL
 Berdasar cakupan pemasaran, sebagian besar
produk UMKM di Kabupaten Wonogiri
 lingkup lokal dan regional (65 persen).
 lingkup nasional 27 persen
 berorientasi ekspor 7 persen.
 Berangkat dari kondisi Riil tersebut, maka
UMKM menjadi unsur penting dalam
peningkatkan PAD di Kabupaten Wonogiri
Pendekatan Perencanaan Ekonomi
Lokal
 Mengembangkan ekonomi lokal berarti bekerja
secara langsung membangun economic
competitiveness (daya-saing ekonomi) suatu kota
untuk meningkatkan ekonominya.
 Prioritasi ekonomi lokal pada peningkatan daya
saing ini adalah krusial, mengingat keberhasilan
(kelangsungan hidup) komunitas ditentukan oleh
kemampuannya beradaptasi terhadap perubahan
yang cepat dan meningkatnya kompetisi pasar.
4 kategori penilaian
yang digunakan untuk mengukur daya saing:

 Struktur ekonomi: komposisi ekonomi, produktivitas,


output dan nilai tambah, serta tingkat investasi asing
atau domestic. Beberapa teknik analisis yang biasa
digunakan perencana, termasuk: location quotient
(LQ), shift-share analysis, economic base analysis,
regional income indicators, dst.
 Potensi wilayah: yang non-tradeable seperti lokasi,
prasarana, sumber daya alam, amenity, biaya hidup
dan bisnis, citra daerah
 Sumber daya manusia: kualitas SDM yang
mendukung kegiatan ekonomi
 Kelembagaan: konsistensi kebijakan
pemerintah dan perilaku masyarakat yang
pro- PEL, serta budaya yang mendukung
produktivitas.
Metode penilaian yang dapat digunakan, yaitu:
1. Ekonomi wilayah,

2. Bench marking,

3. Analisis SWOT
Ekonomi wilayah.
 Berfokus pada analisis kuantitatif dari ekonomi kota.
Variabel kuncinya termasuk struktur ekonomi dan
biaya produksi di lokasi terutama biaya transport
dan buruh. Kelebihan dari metode ini adalah
efektivitasnya untuk menilai industri tradisional,
labor intensif, menidentifikasi keunggulan komparatif
dan faktor harga. Kelemahannya kurang
mempertimbangkan beberapa faktor penting seperti:
stabilitas politik, dan produktivitas buruh, dan
kontribusi dari sektor informal.
Benchmarking.
 Identifikasi kota-kota sebagai acuan perbandingan
untuk menyusun tujuan dan menggunakannya
sebagai visi dan panduan. Seiring dengan
perubahan pada kota acuan, kota yang mengacu
juga dapat secara dinamis merubah visi masa
depan kotanya. Metode ini dapat menjelaskan
hubungan sebab-akibat di antara kebijakan, perilaku
dan outcomes di kota acuan, namun tidak mampu
mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan akhir.
Analisis SWOT
 Analisis yang biasa digunakan dalam perencanaan
strategis untuk menilai kekuatan dan kelemahan
internal, serta peluang dan tantangan eksternal.
Kelebihan dari metode ini adalah tidak membatasi
tujuan dan informasi yang digunakan, dapat
menggunakan informasi dari media masa, hasil
interview dst. Kelemahannya hasilnya dapat
bervariasi tergantung pada sudutpandang atau
variasi dari personel yang terlibat
Pengembangan Ekonomi Lokal

Hakekatnya merupakan proses kemitraan


antara pemerintah daerah dengan
parastakeholders termasuk sektor swasta
dalam mengelola sumber daya alam dan
sumber daya manusia maupun kelembagaan
secara lebih baik melalui pola kemitraan
dengan tujuan untuk mendorong
pertumbuhan kegiatan ekonomi daerah dan
menciptakan pekerjaan baru.
Proses perencanaan dan implementasi
pengembangan ekonomi lokal dilaksanakan secara
kolektif antara ketiga unsur: pemerintah – swasta –
masyarakat. Antara ketiganya saling terkait dalam
menentukan keberhasilan kebijakan PEL. Kegiatan
usaha yang sukses menciptakan kesejahteraan bagi
masyarakat. Agar sukses kegiatan usaha
tergantung pada kondisi lokal. Orientasi Kepada
Pengembangan Ekonomi Lokal Pemerintah daerah
mempunyai peran besar dalam menciptakan kondisi
yang kondusif bagi dunia usaha.
Pendekatan Perencanaan Ekonomi
Lokal
 Mengembangkan ekonomi lokal berarti bekerja
secara langsung membangun economic
competitiveness (daya-saing ekonomi) suatu kota
untuk meningkatkan ekonominya.
 Prioritasi ekonomi lokal pada peningkatan daya
saing ini adalah krusial, mengingat keberhasilan
(kelangsungan hidup) komunitas ditentukan oleh
kemampuannya beradaptasi terhadap perubahan
yang cepat dan meningkatnya kompetisi pasar.
PRINSIP – PRINSIP PENGEMBANGAN
EKONOMI LOKAL PARTISIPATIF

Prinsip ekonomi
 Mulai dengan kebutuhan pasar
 Fokuskan pada cluster dari kegiatan ekonomi
yang ada, yang produksinya dijual di luar
daerah (economic base), dan multiplier effect
di daerahnya kuat,
 Hubungkan produsen skala kecil dengan
supplier kepada perusahaan pengekspor (ke
luar daerah).
Prinsip kemitraan
 Kemitraan adalah TANGGUNG JAWAB kepada
mereka yang diwakilinya
 Pemerintah dan sektor swasta BERBAGI tanggung-
jawab dalam pengambilan keputusan,
 Sektor swasta belajar untuk mengambil PERAN
AKTIF tidak sekedar pasif,
 Pemerintah daerah belajar untuk mendengar dan
BERESPONS, tidak sekedar memerintah dan
mengontrol,
 Kemitraan mengandalkan SUMBER DAYA LOKAL,
bukan bantuan dari luar,
 Inisiatif digerakkan oleh PEMBELI, PASAR dan
PERMINTAAN, bukan produksi atau supply.
Prinsip kelembagaan
 Identifikasi stakeholders (unsur pemerintah,
pelaku usaha dan masyarakat) yang terkait
dengan cluster yang akan dikembangkan,
 Fasilitasi dialog di antara mereka untuk
menghasilkan ide dan inisiatif,
 Mobilisasi sumber daya lokal untuk
menunjang inisiatif yang diusulkan,
 Kembangkan atas dasar kelembagaan dan
kegiatan ekonomi yang ada saat ini.
PELP intinya berfokus pada lima kata kunci:
 Ekspor -

 Pemasaran

 klaster

 Kemitraan

 Pemberdayaan.
 Ekspor (ke luar daerah). PELP
memprioritaskan untuk pengembangan
kegiatan yangberorientasi ekspor ke luar
daerah, karena kegiatan ini memberikan:
permintaan lebih besar, pasar lebih luas,
memberikan tambahan pendapatan (devisa)
bagi daerah.
 Pemasaran. Usaha Kecil dan Menengah sering mengeluh
kekurangan permintaan, sementara Usaha Menengah-Besar
mengeluh sering permintaan besar, tapi sulit untuk menyediakan
produk dalam kuantitas, kualitas dan waktu yang diminta. Maka
pendekatan PELP adalah menghubungkan produsen skala kecil
dengan yang lebih besar.
 Klaster, yaitu kelompok dari kegiatan ekonomi sejenis, dari hulu
hingga hilir. Tujuannya adalah agar mata-rantai produksi-pasar
(supply chain) terbina. Pengembangan cluster diprioritaskan
dengan menilai: potensinya untuk diekspor ke luar daerah;
luasnya efek-ganda (multipliers) dan nilai tambah, serta jumlah
usaha kecil yang terlibat dalam cluster.
 Kemitraan stakeholders. Forum kemitraan
stakeholders yang terkait dengan cluster
yang dipilih dibentuk, dengan keanggotaan
antara lain: Produser (petani, nelayan,
pengolah sekunder); pedagang, pengumpul
dan grosir, dinas dan lembaga yang terkait
dengan cluster di Pemda, BUMD (kalau ada),
lembaga keuangan, pusat pelatihan dan
penelitian, KADIN, LSMs, termasuk pembeli
besar dari luar daerah.
 Pemberdayaan forum. Dalam
pemberdayaan forum kemitraan, diarahkan
agar: kelompok relatif kecil, yang fokus
kepada berbagi kepentingan bersama.
Memberdayakan forum kemitraan untuk
saling berbagi (sharing) dalam merumuskan
masalah, solusi, rencana tindakan.
Mendelegasikan kewenangan kepada
kemitraan dalam pengambilan keputusan
yang menyangkut kepentingan usaha dan
kerjasana dengan pihak terkait.
 Rencana Tindak…
Pengembangan
Jejaring & Kerjasama

Akses Kualitas Keberlanjutan


Pasar Produk Usaha Modal

Permasalahan dan tantangan Koperasi

Solusi Altenatif
Permasalahan Di Bidang Akses Pasar & Peningkatan Kualitas
Produk

Informasi Kebutuhan Idea Generation


Konsumen Product Dev.
Inovasi Product (ATM)
Perkembangan
Dunia Usaha Product Trend
Media of Mark. & Prom.
Penggunaan
Komunikasi Networking & Partnership

Informasi Peluang Usaha Business Sharing


(slide angsa )
Business Diversification
Permasalahan di Bidang Keberlanjutan Usaha

Standarisasi (Akuntansi)
Simplifikasi
Administrasi Usaha Kondisi kesehatan khususnya
keuangan

Kebut. Pelatihan SDM


Simplifikasi Kualitas (Hardskills & Softskills)

Kehidupan Kerja Culture Change (Habits &


Atitude) (slide attitude)

Supporting Systems
Peningkatan
Infrastruktur Keterbatasan dan Kendala

Pembentukan image/Citra
Tantangan regional diri
& nasional Pesaing bisnis sejenis
Permasalahan di Bidang Pemodalan

Persyaratan Umum Company Profile


Catatan Finansial

Bantuan Bank
Bantuan Pem(PKKBL)
Akses ke Sumber
Modal Akses Kerjasama

Investor
Jaringan kelembagaan

Lembaga
DINAS Pendamping PEMERINTAH
(Asosiasi) DAERAH
KOPERASI LKB/ Pelatihan, Promosi, pembinaan
Pembinaan
LKBB Pendampingan
manajemen,
dan
perlindungan/perijina
adminstrasi n
keuangan, ICT

KOPERASi

PRODUK barang/ Jasa


YANG DIMINATI PASAR

PASAR LUAS
Terima Kasih…..

Selamat Bekerja……

Anda mungkin juga menyukai