EKONOMI MASYARAKAT
DI KECAMATAN KUPANG TIMUR
Oleh : Peter Ahab, M.A (Alumni PLOD UGM Angkatan XV)
PENGANTAR
5 BPS Provinsi NTT, Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka Tahun 2008
1
perekonomian di Kabupaten Kupang dalam lima tahun terakhir belum
menunjukan adanya peningkatan, hal ini ditunjukan dengan belum stabilnya
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004-2007, demikian juga dengan rata-rata
pendapatan per kapita yang masih relatif rendah. Demikian juga yang terjadi pada
sektor pendidikan, kesehatan dan ekonomi belum menunjukkan peningkatan
angka-angka yang menggembirakan.
Sedangkan, PBB menetapkan Human Poverty Index (HPI) yang salah satu
parameternya adalah kelayakan standar hidup (a decent standard of living) yang
diukur berdasarkan kelayakan akses individu terhadap seluruh peluang ekonomi.
Indikator ini diukur berdasarkan presentase jumlah penduduk yang tidak memiliki
7 Ibid
2
akses terhadap air bersih dan presentase jumlah anak-anak yang memiliki berat
badan di bawah usia normal. Digunakannya akses terhadap seluruh kesempatan
ekonomi dan air sebagai indikator adalah cerminan basic need manusia untuk
memiliki kesempatan mendapatkan pengetahuan, kesempatan mendapatkan
pelayanan kesehatan, dan kesempatan hidup yang lebih panjang 8. Salah satu cara
untuk mencapai HPI yang memadai ini adalah melalui pembagunan infrastruktur
guna membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.
CARA PENELITIAN
8 Syahbuddin, Haris; Makalah, Penataan Ruang Wilayah: Perjalanan Panjang Bangsa, Inovasi Online Vol VII/XVIII/Juni 2006
9 Moeloeng, Lexy, J, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosadakarya, Bandung 2001
3
terungkap secara eksplisit, dengan cara menggali sebanyak-banyaknya pendapat
masyarakat yang ada dan dianggap berkompeten dengan masalah yang diteliti.
A. TERBUKANYA AKSES
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa didalam proses
perencanaan penataan ruang khususnya untuk kawasan Ibukota Kabupaten
Kupang yang baru, kontribusi dari para aktor-aktor politik sangat besar
pengaruhnya, dan kontribusi tersebut dapat sangat mempengaruhi hasil dari
produk hukum penataan ruang, seperti yang diungkapkan 10, hal ini yang kemudian
menjelaskan bahwa produk penataan ruang untuk kawasan tersebut bukan saja
merupakan pengalokasian sumber daya akan tetapi juga merupakan dislokasi dari
penggunaan sumber daya yang terbatas tersebut.
10 Lo Cit hal 70
4
tersebut. Namun menurut peneliti akses merupakan alat yang netral, bisa saja
dengan makin terbukanya akses bisa berakibat positif dan negatif.
Akibat negatif dari terbukanya akses pada kecamatan ini bisa dilihat pada
saat pemberian status sebagai kawasan agropolitan oleh Pemerintah Pusat pada
waktu yang lalu, dimana pada saat itu kecamatan ini dijadikan sebagai kawasan
pertumbuhan baru pada bidang pertanian baik itu pertanian lahan basah maupun
pertanian lahan kering. Dengan adanya status tersebut yang kemudian menjadikan
kawasan ini sebagai salah satu daerah tujuan arus urbanisasi dari wilayah-wilayah
disekitarnya, yang selanjutnya berdampak terhadap peningkatan jumlah penduduk
yang hanya terkonsentrasi pada wilayah-wilayah tertentu secara sporadis.
Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa penataan ruang yang dilakukan
selama ini di Kecamatan Kupang Timur belum secara maksimal dilaksanakan dari
dokumen perencanaan penataan ruang yang ada belum tergambar dengan jelas
adanya pengalokasian ruang untuk pembangunan sarana dan prasarana penunjang
kebutuhan dasar masyarakat seperti sarana pendidikan dan kesehatan. Sedangkan
untuk pembangunan jalan walaupun telah diatur dalam dokumen perencanaan
penataan ruang tersebut namun pada kenyataannya belum maksimal dapat
dilaksanakan. Sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :
5
No Rencana Realisasi/Kenyataan
1. Kebijakan pemanfaatan Telah dilaksanakan tapi masih adanya tumpang
kawasan lindung tindih antara kawasan hutan lindung dan
perkebunan juga masih terdapatnya penggunaan
lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan di
dalam kawasan tersebut
2. Kebijakan pemanfaatan Belum dapat dilaksanakan karena keterbatasan
kawasan dana untuk pengembangan Hutan Tanaman
Industri, sedangkan untuk pertanian lahan basah
tidak dapat dilaksanakan lagi karena terjadinya
penurunan ketersediaan lahan olahan secara
eksisting
3. Arahan pengembangan Belum dilaksanakan, fasilitas penunjang dalam
kawasan perikanan hal ini dermaga yang ada saat ini hanya
digunakan untuk mendukung transportasi laut
saja
4. Arahan pengembangan Sudah ada infrastruktur penunjangnya seperti
kawasan perindustrian bangunan untuk pabrik akan tetapi sampai dengan
saat ini belum dimanfaatkan karena belum adanya
pemilik modal yang berminat untuk berinvestasi
5. Arahan pengembangan Kawasan pariwisata sudah ada akan tetapi
kawasan pariwisata fasilitas penunjang aksesibilitas dan mobilitas
belum tersedia
6. Arahan pengembangan Sudah dilaksanakan akan tetapi baru sebatas
kawasan pertambangan bahan galian C sedangkan yang lainnya belum
dilaksanakan.
7. Arahan pengembangan Belum secara maksimal dilaksanakan terutama
sistem transportasi pada jalan-jalan yang memungkinkan terjadinya
interkoneksi dan transaksi ekonomi antar
kecamatan
8. Pengembangan Belum maksimal dilaksanakan karena
kawasan agropolitan infrastruktur penunjang kawasan agropolitan
seperti jaringan irigasi, jaringan jalan dan fasilitas
perdagangan belum memadai
9. Pengembangan Sudah dilaksanakan tetapi baru hanya sebatas
kawasan khusus pusat pemerintahan sedangkan fasilitas sosial
Ibukota Kabupaten lainnya belum dilaksanakan
Kupang
Sumber: Hasil Analisis Peneliti terhadap Dokumen Perencanaan Penataan
Ruang Kabupaten Kupang
6
Kupang lebih mempertimbangkan kepentingan ekonomi dari pada pembukaan
akses kepada daerah-daerah terpencil sehingga dapat terlayani oleh pemerintah.
Secara historis beberapa desa yang berada dalam wilayah kecamatan ini
merupakan desa-desa yang mempunyai potensi ekonomi tinggi, terlebih hasil
bumi. Pemerintah pada waktu itu membuka jalur-jalur perdagangan yang saling
menghubungkan antara desa-desa sehingga desa-desa tersebut mempunyai nilai
tukar yang lebih tinggi dibandingkan desa-desa lainnya yang kurang bahkan tidak
mempunyai hasil bumi sama sekali.
7
Nama Ibukota Jarak Ibukota Desa ke
No Desa
Desa Kecamatan Kabupaten
10. Manusak Manusak 8 34
11. Desa Oesao Desa Oesao 6 32
12. Oelatimo Oelatimo 15 45
13. Tanah Putih Tanah Putih 3 22
Sumber : Kantor Kecamatan Kupang Timur
8
sebaran fasilitas pendidikan yang tidak merata pada setiap desa sehingga
masyarakat cenderung bersekolah hanya sampai pada tingkat sekolah dasar saja
dan enggan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena jarak yang
ditempuh dari tempat tinggal mereka ke sekolah tersebut cukup jauh dan mereka
harus menempuhnya dengan berjaan kaki.
Dengan adanya jalan maka efek sosial ekonomi yang dapat dirasakan
oleh masyarakat adalah makin terbukanya akses baik itu untuk hubungan dengan
wilayah sekitarnya maupun dengan pusat-pusat pemerintahan dan makin
tingginya nilai lahan yang ada dalam wilayah tersebut, serta adanya
perkembangan positif dari dinamika kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada
wilayah tersebut, yakni semakin terbukanya peluang untuk mencari pekerjaan
pada wilayah-wilayah sekitarnya dan tidak menutup kemungkinan masuknya
modal dari luar untuk berusaha pada wilayah tersebut.
B. NILAI LAHAN
9
pemerintahan (civic center) yaitu sekitar Rp. 20.000 – Rp. 25.000/meter,
sedangkan untuk harga lahan yang berada jauh dari kawasan civic center tersebut
belum mengalami perubahan, perubahan nilai lahan ini bisa dikatakan sebagai
akibat dari adanya pembangunan pusat pertumbuhan baru di kawasan tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Harga/Meter
Kelas Persentase
Diskripsi Sebelum Sesudah
Lahan (%)
(Rp) (Rp)
I Berada dipinggir jalan 10.000 s/d 20.000 s/d 60
provinsi, infrastruktur 15.000 25.000
listrik, air, telepon dan
fasilitas sosial lainnya serta
lahan-lahan produktif
seperti sawah dan kebun
II Berada dipinggir jalan 7.000 s/d 15.000 s/d 55,6
kabupaten 10.000 18.000
III Berada 500 meter dari jalan 5.000 s/d Tidak -
kabupaten dan didalam 7.000 terjadi
pemukiman penduduk kenaikan
IV Tegalan tidak subur, jauh 3.000 Idem -
dari jalan raya (+ 500-1000
meter) dan jauh dari pusat
pemukiman penduduk
Sumber: Hasil wawancara dan cross check di BPN Kabupaten Kupang
10
pertanian beralih fungsi untuk kegunaan yang lain diluar bidang pertanian seperti
perumahan dan jasa lainnya.
11
Luas Tutupan Lahan (Ha)
No Uraian Pemanfaatan
Rencana Realisasi Deviasi
1. Sawah 67,68 58,59 -8,78
2. Permukiman 42,46 44,61 2,15
3. Tegalan ladang 141,94 327,24 185,30
4. Padang rumput 1.229,67 204,59 -1.095,08
5. Tambak, kolam, rawa 34,35 94,90 60,55
6. Hutan 3.353,66 4.322,60 968,94
7. Perkebunan 116,12 133,70 17,58
8. Lain-lain 132,86 2,20 -130,66
Jumlah 5.188,74 5.188,74 -
Sumber : Bappeda Kabupaten Kupang
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa terdapat sejumlah arahan
rencana yang mengalami deviasi dalam implementasinya, walaupun deviasi
tersebut kecil, namun telah terjadi beberapa pergeseran yang membawa dampak
besar antara lain perluasan kawasan permukiman pada daerah potensial pertanian
di Kecamatan Kupang Timur pada wilayah Oesao, Naibonat, Noekele dan
Pukdale yang adalah merupakan kawasan agropolitan dan juga telah terjadi
perluasan kawasan permukiman di daerah sekitar hutan lindung pada Kecamatan
Kupang Timur.
12
wilayah tersebut, sedangkan penggunaan lahan untuk pertanian dalam hal ini
sawah irigasi dan sawah tadah hujan masih belum maksimal digunakan, hal ini
yang kemudian menjadi sangat kontras dengan statusnya sebagai kawasan
agropolitan yang produk unggulannya adalah padi. Sedangkan lahan yang masih
dapat dimanfaatkan untuk pembukaan lahan-lahan pertanian baru masih cukup
banyak.
D. TEKANAN PENDUDUK
13
Kecamatan Kupang Timur merupakan kecamatan yang majemuk dan
bercirikan masyarakat urban karena secara historis telah terjadinya arus migrasi
secara besar-besaran yang dipromotori oleh Pemerintah Belanda pada waktu itu
kedalam wilayah tersebut, sehingga menjadikan wilayah tersebut sebagai salah
satu wilayah yang cukup berkembang pada waktu itu terutama sebagai basis
pertahanan Pemerintah Belanda dari serangan Raja-raja di pedalaman Timor dan
juga sebagai lumbung yang menyediakan bahan makanan dan tenaga kerja bagi
Pemerintah Belanda yang berpusat di Kupang.
14
sehingga menjadikan kecamatan ini sebagai salah satu kantong kemiskinan
terbesar yang ada di dalam wilayah Kabupaten Kupang.
13 Douglas (1986) dalam Huri, Daman, dkk., Demokrasi dan Kemiskinan, Program Sekolah Demokrasi PlaCIDS (Public Policy Analysis
and Community Development Studies) Averroes Malang, 2008
15
Jumlah Luas Daerah Kepadatan
No Desa
Penduduk (Km2) per Km2
3. Pukdale 3.033 9,38 323
4. Kel. Oesao 3.826 11,22 341
5. Naibonat 6.388 22,47 284
6. Nunkurus 1.671 30,10 56
7. Babau 4.318 14,91 290
8. Merdeka 2.718 10,50 259
9. Tuapukan 2.634 3,06 861
10. Manusak 1.464 9,38 156
11. Desa Oesao 1.083 10,00 108
12. Oelatimo 1.302 20,24 64
13. Tanah Putih 911 6,19 147
Jumlah 33.771 177,63 190
Sumber : Kantor Kecamatan Kupang Timur
Tabel 6. Jumlah Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga Miskin dirinci
menurut Desa/Kelurahan Tahun 2007
16
masuknya penduduk ke dalam wilayah-wilayah tersebut. Hal ini yang kemudian
menjelaskan bahwa adanya korelasi antara tekanan penduduk dan kemiskinan,
karena penduduk yang masuk kedalam wilayah tersebut tidak semuanya memiliki
skill yang memadai lebih banyak dari mereka unskill, sehingga mereka kesulitan
untuk mengakses pekerjaan yang lebih baik pada sektor pertanian yang memang
merupakan sektor unggulan wilayah tersebut.
14 Kebiasaan menyewa tenaga dari desa-desa maupun kecamatan sekitar bagi keluarga-keluarga tertentu yang mempunyai lahan sawah luas
masih terus dipertahankan sampai dengan sekarang dan biasanya sistem pembayaran jasa ini bukan menggunakan uang tetapi dibayar
dengan padi yang dipanen tersebut. Biasanya orang-orang yang membantu ini dalam istilah setempat disebut dengan nama Orang Koru
15 Lak istilah setempat untuk rumah yang dibangun untuk pemakaian secara sementara
17
Hal ini yang kemudian menjelaskan, bahwa adanya arus migrasi dari
desa-desa di dalam wilayah Kecamatan Kupang Timur ke dalam wilayah desa-
desa lainnya yang lebih maju dalam hal pembangunannya baik itu secara ekonomi
maupun sosial disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, namun migrasi ini yang
kemudian secara perlahan-lahan menimbulkan masalah sosial baru yakni
kemiskinan di wilayah tersebut karena kebanyakan dari para migran yang datang
tidak memiliki kemampuan yang memadai sehingga mereka hanya bekerja
sebagai buruh pertanian yang mana secara ekonomis pengghasilan mereka tidak
cukup untuk memberikan kehidupan yang lebih layak bagi mereka.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
18
1. Mengacu pada proses penyusunannya, maka kebijakan penataan ruang ini
dalam proses penyusunannya mendapatkan tekanan dari aktor-aktor politik
maupun ekonomi sehingga menjadikan kebijakan ini lebih didominasi
oleh kedua faktor tersebut, walaupun kedua faktor ini juga merupakan
faktor yang menentukan dari faktor-faktor lainnya dalam proses
penyusunan perencanaan penataan ruang, namun penetrasi yang berlebih
dari kedua faktor ini yang kemudian menjadikan kebijakan penataan ruang
ini sarat akan kepentingan, maka dari itu tujuan yang hendak dicapai yaitu
pengalokasian sumber daya dan pemerataan pembangunan bagi seluruh
masyarakat belum secara maksimal dapat dicapai melainkan yang
tergambar adalah proses disalokasi dan proses pemiskinan dari
pembangunan yang dilaksanakan selama ini;
19
sesuai dengan yang direncanakan maka akan semakin terbukanya akses
sehingga masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pusat-pusat
perekonomian yang ada, namun dengan makin terbukanya akses tersebut
tidak dapat langsung dikatakan bahwa hal tersebut dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat akan tetapi akses adalah merupakan sesuatu hal
yang sangat netral sehingga dengan makin terbukanya akses dapat
mengakibatkan terjadinya kehilangan komitmen dari para petani untuk
terus bertani karena nilai lahan akan cenderung meningkat.
4. Masih banyak hal yang belum dijangkau oleh penataan ruang salah
satunya adalah kemiskinan, justru kebalikan penataan ruang bisa juga
menjadi salah satu penyebab kemiskinan pada wilayah ini, karena selama
ini masyarakat hanya dilihat sebagai satu kesatuan yang menempati ruang
tanpa dilihat adanya kemampuan produksi dari masyarakat tersebut, maka
dari itu penataan ruang dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk
memberantas kemiskinan (one step to poverty eradication by pro poor
spatial planning)
B. SARAN
20
3. Pemerintah Kabupaten Kupang harus mempunyai itikad baik dengan
membentuk Focus Group Discussion (FGD) yang tersebar disemua desa
sehingga aspirasi masyarakat tersebut dapat tertampung melalui FGD-
FGD ini;
21
DAFTAR PUSTAKA
BPS Provinsi NTT, Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka Tahun 2008;
Review Rencana Umum Tata Ruang Zona I Kabupaten Kupang (Daratan Timor);
22