Anda di halaman 1dari 6

RAMALAN JAYABAYA

Ramalan Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja
Kerajaan Kadiri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa.
Maharaja Jayabaya adalah raja Kadiri yang memerintah sekitar tahun 1135-1157. Nama gelar
lengkapnya adalah Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana
Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa.
1. Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran — Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda. → Mobil,
Kereta, Sepeda Motor.
2. Tanah Jawa kalungan wesi — Pulau Jawa berkalung besi. → ?
3. Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang — Perahu berlayar di ruang angkasa. → Pesawat
Ulak – alik.
4. Kali ilang kedhunge — Sungai kehilangan lubuk. → ?
5. Pasar ilang kumandhang — Pasar kehilangan suara. → MALL, Mini Market.
6. Iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak — Itulah pertanda zaman Jayabaya telah
mendekat.
7. Bumi saya suwe saya mengkeret — Bumi semakin lama semakin mengerut.
8. Sekilan bumi dipajeki — Sejengkal tanah dikenai pajak. → PBB.
9. Jaran doyan mangan sambel — Kuda suka makan sambal. → ?
10. Wong wadon nganggo pakeyan lanang — Orang perempuan berpakaian lelaki. → ?
11. Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman— Itu pertanda orang
akan mengalami zaman berbolak-balik
12. Akeh janji ora ditetepi — Banyak janji tidak ditepati. → Penipuan menjadi biasa.
13. Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe— Banyak orang berani melanggar
sumpah sendiri. → Munafiq yang meraja lela
14. Manungsa padha seneng nyalah— Orang-orang saling lempar kesalahan. → Maling
teriak Maling.
15. Ora ngendahake hukum Allah— Tak peduli akan hukum Allah. → Agama cuma
topeng belaka.
16. Barang jahat diangkat-angkat— Yang jahat dijunjung-junjung. → Sudah terjadi.
17. Barang suci dibenci— Yang suci (justru) dibenci. → Sedang terjadi.
18. Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit— Banyak orang hanya mementingkan
uang. → Sedang Terjadi.
19. Lali kamanungsan— Lupa jati kemanusiaan. → Sudah terjadi.
20. Lali kabecikan— Lupa hikmah kebaikan. → Sedang terjadi.
21. Lali sanak lali kadang— Lupa sanak lupa saudara. → Sudah terjadi.
22. Akeh bapa lali anak— Banyak ayah lupa anak. → Sudah terjadi.
23. Akeh anak wani nglawan ibu— Banyak anak berani melawan ibu. → Sudah terjadi.
24. Nantang bapa— Menantang ayah. → Sudah terjadi.
25. Sedulur padha cidra— Saudara dan saudara saling khianat. → Sudah terjadi.
26. Kulawarga padha curiga— Keluarga saling curiga. → Sudah terjadi
27. Kanca dadi mungsuh — Kawan menjadi lawan. → Sudah terjadi.
28. Akeh manungsa lali asale — Banyak orang lupa asal-usul. → Sudah terjadi.
29. Ukuman Ratu ora adil — Hukuman Raja tidak adil → sudah terjadi.
30. Akeh pangkat sing jahat lan ganjil— Banyak pejabat jahat dan ganjil → sedang
terjadi.
31. Akeh kelakuan sing ganjil — Banyak ulah-tabiat ganjil → sedang terjadi.
32. Wong apik-apik padha kapencil — Orang yang baik justru tersisih. → sudah terjadi.
33. Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin — Banyak orang kerja halal
justru malu. → sudah terjadi.
34. Luwih utama ngapusi — Lebih mengutamakan menipu. → sudah terjadi.
35. Wegah nyambut gawe — Malas menunaikan kerja. → sudah terjadi.
36. Kepingin urip mewah — Inginnya hidup mewah. → sedang terjadi.
37. Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka — Melepas nafsu angkara
murka, memupuk durhaka. → sudah terjadi.
38. Wong bener thenger-thenger — Si benar termangu-mangu. → Sudah terjadi
39. Wong salah bungah — Si salah gembira ria. → Sudah terjadi.
40. Wong apik ditampik-tampik— Si baik ditolak ditampik. → sudah terjadi.
41. Wong jahat munggah pangkat— Si jahat naik pangkat. → sudah terjadi.
42. Wong agung kasinggung— Yang mulia dilecehkan → sudah terjadi.
43. Wong ala kapuja— Yang jahat dipuji-puji. → sudah terjadi.
44. Wong wadon ilang kawirangane— perempuan hilang malu. → sudah terjadi.
45. Wong lanang ilang kaprawirane— Laki-laki hilang perwira/kejantanan → sudah
terjadi.
46. Akeh wong lanang ora duwe bojo— Banyak laki-laki tak mau beristri. → sedang
terjadi.
47. Akeh wong wadon ora setya marang bojone— Banyak perempuan ingkar pada
suami. → sedang terjadi.
48. Akeh ibu padha ngedol anake— Banyak ibu menjual anak. → sudah terjadi.
49. Akeh wong wadon ngedol awake— Banyak perempuan menjual diri. → sudah
terjadi.
50. Akeh wong ijol bebojo— Banyak orang tukar pasangan. → sudah terjadi.
51. Wong wadon nunggang jaran— Perempuan menunggang kuda. → sudah terjadi.
52. Wong lanang linggih plangki— Laki-laki naik tandu. → sudah terjadi.
53. Randha seuang loro— Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen). → sudah
terjadi
54. Prawan seaga lima— Lima perawan lima picis. → sudah terjadi.
55. Dhudha pincang laku sembilan uang— Duda pincang laku sembilan uang. → sudah
terjadi.
56. Akeh wong ngedol ngelmu— Banyak orang berdagang ilmu. → sudah terjadi.
57. Akeh wong ngaku-aku— Banyak orang mengaku diri. → sudah terjadi.
58. Njabane putih njerone dhadhu— Di luar putih di dalam jingga. → sudah terjadi.
59. Ngakune suci, nanging sucine palsu— Mengaku suci, tapi palsu belaka. → sudah
terjadi.
60. Akeh bujuk akeh lojo— Banyak tipu banyak muslihat. → sudah terjadi.
61. Akeh udan salah mangsa— Banyak hujan salah musim. → sudah terjadi.
62. Akeh prawan tuwa— Banyak perawan tua. → sudah terjadi.
63. Akeh randha nglairake anak— Banyak janda melahirkan bayi. → sudah terjadi.
64. Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne— Banyak anak lahir mencari bapaknya. →
sudah terjadi.
65. Agama akeh sing nantang— Agama banyak ditentang. → sudah terjadi.
66. Prikamanungsan saya ilang— Perikemanusiaan semakin hilang. → sudah terjadi.
67. Omah suci dibenci— Rumah suci dijauhi. → sudah terjadi.
68. Omah ala saya dipuja— Rumah maksiat makin dipuja. → sudah terjadi.
69. Wong wadon lacur ing ngendi-endi— Di mana-mana perempuan lacur → sudah
terjadi.
70. Akeh laknat— Banyak kutukan → sudah terjadi.
71. Akeh pengkianat— Banyak pengkhianat. → sudah terjadi.
72. Anak mangan bapak—Anak makan bapak. → sudah terjadi.
73. Sedulur mangan sedulur—Saudara makan saudara. → sudah terjadi.
74. Kanca dadi mungsuh—Kawan menjadi lawan. → sudah terjadi.
75. Guru disatru—Guru dimusuhi. → sudah terjadi.
76. Tangga padha curiga—Tetangga saling curiga. → sudah terjadi.
77. Kana-kene saya angkara murka — Angkara murka semakin menjadi-jadi. → sudah
terjadi.
78. Sing weruh kebubuhan—Barangsiapa tahu terkena beban. → sudah terjadi.
79. Sing ora weruh ketutuh—Sedang yang tak tahu disalahkan. → sudah terjadi.
80. Besuk yen ana peperangan—Kelak jika terjadi perang. → sudah terjadi.
81. Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor—Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
→ sudah terjadi.
82. Akeh wong becik saya sengsara— Banyak orang baik makin sengsara. → sudah
terjadi.
83. Wong jahat saya seneng— Sedang yang jahat makin bahagia. → sudah terjadi.
84. Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul— Ketika itu burung gagak dibilang
bangau. → sudah terjadi.
85. Wong salah dianggep bener—Orang salah dipandang benar. → sudah terjadi.
86. Pengkhianat nikmat—Pengkhianat nikmat. → sudah terjadi.
87. Durjana saya sempurna— Durjana semakin sempurna. → sudah terjadi.
88. Wong jahat munggah pangkat— Orang jahat naik pangkat. → sudah terjadi.
89. Wong lugu kebelenggu— Orang yang lugu dibelenggu. → sudah terjadi.
90. Wong mulya dikunjara— Orang yang mulia dipenjara. → sudah terjadi.
91. Sing curang garang— Yang curang berkuasa. → sudah terjadi.
92. Sing jujur kojur— Yang jujur sengsara. → sudah terjadi.
93. Pedagang akeh sing keplarang— Pedagang banyak yang tenggelam. → sudah terjadi.
94. Wong main akeh sing ndadi—Penjudi banyak merajalela. → sudah terjadi.
95. Akeh barang haram—Banyak barang haram. → sudah terjadi.
96. Akeh anak haram—Banyak anak haram. → sudah terjadi.
97. Wong wadon nglamar wong lanang—Perempuan melamar laki-laki. → sudah terjadi.
98. Wong lanang ngasorake drajate dhewe—Laki-laki memperhina derajat sendiri. →
sudah terjadi.
99. Akeh barang-barang mlebu luang—Banyak barang terbuang-buang. → sudah terjadi.
100. Akeh wong kaliren lan wuda—Banyak orang lapar dan telanjang. → sudah terjadi.
101. Wong tuku ngglenik sing dodol—Pembeli membujuk penjual. → sudah terjadi.
102. Sing dodol akal okol—Si penjual bermain siasat. → sudah terjadi.
103. Wong golek pangan kaya gabah diinteri—Mencari rizki ibarat gabah ditampi. →
sudah terjadi.
104. Sing kebat kliwat—Siapa tangkas lepas. → sudah terjadi.
105. Sing telah sambat—Siapa terlanjur menggerutu. → sudah terjadi.
106. Sing gedhe kesasar—Si besar tersasar. → sudah terjadi.
107. Sing cilik kepleset—Si kecil terpeleset. → sudah terjadi.
108. Sing anggak ketunggak—Si congkak terbentur. → sudah terjadi.
109. Sing wedi mati—Si takut mati. → sudah terjadi.
110. Sing nekat mbrekat—Si nekat mendapat berkat. → sudah terjadi.
111. Sing jerih ketindhih—Si hati kecil tertindih → sudah terjadi.
112. Sing ngawur makmur—Yang ngawur makmur → sudah terjadi.
113. Sing ngati-ati ngrintih—Yang berhati-hati merintih. → sudah terjadi.
114. Sing ngedan keduman—Yang main gila menerima bagian. → sudah terjadi.
115. Sing waras nggagas—Yang sehat pikiran berpikir. → sudah terjadi.
116. Wong tani ditaleni—Si tani diikat. → sudah terjadi.
117. Wong dora ura-ura—Si bohong menyanyi-nyanyi → sudah terjadi.
118. Ratu ora netepi janji, musna panguwasane—Raja ingkar janji, hilang wibawanya. →
sudah terjadi.
119. Bupati dadi rakyat—Pegawai tinggi menjadi rakyat. → sudah terjadi.
120. Wong cilik dadi priyayi—Rakyat kecil jadi priyayi. → sudah terjadi.
121. Sing mendele dadi gedhe—Yang curang jadi besar. → sudah terjadi.
122. Sing jujur kojur—Yang jujur celaka. → sudah terjadi.
123. Akeh omah ing ndhuwur jaran—Banyak rumah di punggung kuda. → sudah terjadi.
124. Wong mangan wong—Orang makan sesamanya. → sudah terjadi.
125. Anak lali bapak—Anak lupa bapa. → sudah terjadi.
126. Wong tuwa lali tuwane—Orang tua lupa ketuaan mereka. → sudah terjadi.
127. Pedagang adol barang saya laris—Jualan pedagang semakin laris. → sudah terjadi.
128. Bandhane saya ludhes—Namun harta mereka makin habis. → sudah terjadi.(Riba)
129. Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan—Banyak orang mati lapar di samping
makanan. → sudah terjadi.
130. Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara—Banyak orang berharta tapi
hidup sengsara. → sudah terjadi.
131. Sing edan bisa dandan—Yang gila bisa bersolek. → sudah terjadi.
132. Sing bengkong bisa nggalang gedhong—Si bengkok membangun mahligai. → sudah
terjadi.
133. Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil—Yang waras dan adil hidup
merana dan tersisih. → sudah terjadi.
134. Ana peperangan ing njero—Terjadi perang di dalam. → sudah terjadi.
135. Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham—Terjadi karena para
pembesar banyak salah faham. → sudah terjadi.
136. Durjana saya ngambra-ambra—Kejahatan makin merajalela. → sudah terjadi.
137. Penjahat saya tambah—Penjahat makin banyak. → sudah terjadi.
138. Wong apik saya sengsara—Yang baik makin sengsara. → sudah terjadi.
139. Akeh wong mati jalaran saka peperangan—Banyak orang mati karena perang. →
sudah terjadi.
140. Kebingungan lan kobongan—Karena bingung dan kebakaran. → sudah terjadi.
141. Wong bener saya thenger-thenger—Si benar makin tertegun. → sudah terjadi.
142. Wong salah saya bungah-bungah—Si salah makin sorak sorai. → sudah terjadi.
143. Akeh bandha musna ora karuan lungane—Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora
karuan sababe Banyak harta hilang entah ke mana, Banyak pangkat dan derajat lenyap entah
mengapa. → ?.
144. Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram—Banyak barang haram, banyak anak
haram. → sudah terjadi.
145. Bejane sing lali, bejane sing eling—Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar. →
sudah terjadi.
146. Nanging sauntung-untunge sing lali—Tapi betapapun beruntung si lupa. → ?
147. Isih untung sing waspada—Masih lebih beruntung si waspada. → sudah terjadi.
148. Angkara murka saya ndadi—Angkara murka semakin menjadi. → sudah terjadi.
149. Kana-kene saya bingung—Di sana-sini makin bingung. → sudah terjadi.
150. Pedagang akeh alangane—Pedagang banyak rintangan. → sudah terjadi.
151. Akeh buruh nantang juragan—Banyak buruh melawan majikan. → sudah terjadi.
152. Juragan dadi umpan—Majikan menjadi umpan. → sudah terjadi.
153. Sing suwarane seru oleh pengaruh—Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh. →
sudah terjadi.
154. Wong pinter diingar-ingar—Si pandai direcoki. → sudah terjadi.
155. Wong ala diuja—Si jahat dimanjakan. → sudah terjadi.
156. Wong ngerti mangan ati—Orang yang mengerti makan hati. → sudah terjadi.
157. Bandha dadi memala—Hartabenda menjadi penyakit → sudah terjadi.
158. Pangkat dadi pemikat—Pangkat menjadi pemukau. → sudah terjadi.
159. Sing sawenang-wenang rumangsa menang — Yang sewenang-wenang merasa
menang → sudah terjadi.
160. Sing ngalah rumangsa kabeh salah—Yang mengalah merasa serba salah. → sudah
terjadi.
161. Ana Bupati saka wong sing asor imane—Ada raja berasal orang beriman rendah. →
sudah terjadi.
162. Patihe kepala judhi—Maha menterinya benggol judi → sudah terjadi.
163. Wong sing atine suci dibenci—Yang berhati suci dibenci → sudah terjadi.
164. Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat—Yang jahat dan pandai menjilat makin
kuasa. → sudah terjadi.
165. Pemerasan saya ndadra—Pemerasan merajalela. → sudah terjadi.
166. Maling lungguh wetenge mblenduk — Pencuri duduk berperut gendut. → sudah
terjadi.
167. Pitik angrem saduwure pikulan—Ayam mengeram di atas pikulan. → sudah terjadi.
168. Maling wani nantang sing duwe omah—Pencuri menantang si empunya rumah. →
sudah terjadi.
169. Begal pada ndhugal—Penyamun semakin kurang ajar. → sudah terjadi.
170. Rampok padha keplok-keplok—Perampok semua bersorak-sorai. → sudah terjadi.
171. Wong momong mitenah sing diemong—Si pengasuh memfitnah yang diasuh →
sudah terjadi.
172. Wong jaga nyolong sing dijaga—Si penjaga mencuri yang dijaga. → sudah terjadi.
173. Wong njamin njaluk dijamin—Si penjamin minta dijamin. → sudah terjadi.
174. Akeh wong mendem donga—Banyak orang mabuk doa. → sudah terjadi.
175. Kana-kene rebutan unggul—Di mana-mana berebut menang. → sudah terjadi.
176. Angkara murka ngombro-ombro—Angkara murka menjadi-jadi. → sudah terjadi.
177. Agama ditantang—Agama ditantang. → sudah terjadi.
178. Akeh wong angkara murka—Banyak orang angkara murka. → sudah terjadi.
179. Nggedhekake duraka—Membesar-besarkan durhaka. → sudah terjadi.
180. Ukum agama dilanggar—Hukum agama dilanggar. → sudah terjadi.
181. Prikamanungsan di-iles-iles—Perikemanusiaan diinjak-injak. → sudah terjadi.
182. Kasusilan ditinggal—Tata susila diabaikan → sudah terjadi.
183. Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi—Banyak orang gila, jahat dan hilang
akal budi. → sudah terjadi.
184. Wong cilik akeh sing kepencil—Rakyat kecil banyak tersingkir. → sudah terjadi.
185. Amarga dadi korbane si jahat sing jajil—Karena menjadi kurban si jahat si laknat. →
sudah terjadi.
186. Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit—Lalu datang Raja berpengaruh
dan berprajurit. → ?
187. Lan duwe prajurit—Dan punya prajurit. → ?
188. Negarane ambane saprawolon—Lebar negeri seperdelapan dunia. → ?
189. Tukang mangan suap saya ndadra—Pemakan suap semakin merajalela. → sudah
terjadi.
190. Wong jahat ditampa—Orang jahat diterima. → sudah terjadi.
191. Wong suci dibenci—Orang suci dibenci. → sudah terjadi.
192. Timah dianggep perak—Timah dianggap perak. → sudah terjadi.
193. Emas diarani tembaga—Emas dibilang tembaga → sudah terjadi.
194. Dandang dikandakake kuntul—Gagak disebut bangau. → sudah terjadi.
195. Wong dosa sentosa—Orang berdosa sentosa. → sudah terjadi.
196. Wong cilik disalahake—Rakyat jelata dipersalahkan. → sudah terjadi.
197. Wong nganggur kesungkur—Si penganggur tersungkur. → sudah terjadi.
198. Wong sregep krungkep—Si tekun terjerembab. → sudah terjadi.
199. Wong nyengit kesengit—Orang busuk hati dibenci. → sudah terjadi.
200. Buruh mangluh—Buruh menangis. → sudah terjadi.
201. Wong sugih krasa wedi—Orang kaya ketakutan. → sudah terjadi.
202. Wong wedi dadi priyayi—Orang takut jadi priyayi. → sudah terjadi.
203. Senenge wong jahat—Berbahagialah si jahat. → sudah terjadi.
204. Susahe wong cilik—Bersusahlah rakyat kecil. → sudah terjadi.
205. Akeh wong dakwa dinakwa—Banyak orang saling tuduh. → sudah terjadi.
206. Tindake manungsa saya kuciwa—Ulah manusia semakin tercela. → sudah terjadi.
207. Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi—Para raja
berunding negeri mana yang dipilih dan disukai. → sudah terjadi.
208. Wong Jawa kari separo—Orang Jawa tinggal separo. → ?
209. Landa-Cina kari sejodho — Belanda-Cina tinggal sepasang. → ?
210. Akeh wong ijir, akeh wong cethil—Banyak orang kikir, banyak orang bakhil. →
sudah terjadi.
211. Sing eman ora keduman—Si hemat tidak mendapat bagian. → sudah terjadi.
212. Sing keduman ora eman—Yang mendapat bagian tidak berhemat. → sudah terjadi.
213. Akeh wong mbambung—Banyak orang berulah dungu. → sudah terjadi.
214. Akeh wong limbung—Banyak orang limbung. → sudah terjadi.
215. Selot-selote mbesuk wolak-waliking jaman teka—Lambat-laun datanglah kelak
terbaliknya zaman. → ?

Anda mungkin juga menyukai