Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KETENAGAKERJAAN
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi SDM, SDA, dan Lingkungan
Dosen Pengampu :
Ngadiyono, S.Pd
Oleh :
SEPTIAN ENDRO LAKSONO
08404241008
Pendidikan Ekonomi ( A )
B. Rumusan masalah
Berangkat dari latar belakang, disusun beberapa rumusan masalah antara lain :
1. Sektor yang mampu menyerap tenaga kerja di Indonesia dalam jumlah besar.
2. Peran dan tanggungjawab pemerintah yang kurang terhadap tenaga kerja
3. Masalah dan solusi untuk memperbaiki sektor ketenagakerjaan di Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ketenagakerjaan di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Buruh, bahwa ketenagakerjaan diartikan sebagai
segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
sesudah masa kerja. Kemudian, tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita
yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Sedangkan pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan
kerja pada pengusaha dengan menerima upah.
Adanya definisi di atas menunjukkan bahwa memang di Indonesia sudah ada
peraturan resmi yang mengikat orang-orang dalam dunia ketenagakerjaan tersebut.
Berarti pula ada rambu-rambu sebagai pedoman tenaga kerja dan pengusaha
melaksanakan hak dan kewajibannya. Kenyataan menunjukkan bahwa, peraturan
hanyalah sebuah tulisan yang mempunyai makna subyektif, di mana orang belum tentu
mau melaksanakannya sehingga keadaan ketenagakerjaan di Indonesia belum sesuai
seperti yang diharapkan. Masalah klasik seperti tenaga kerja yang tidak mempunyai
mutu tinggi serta pemberian upah yang dinilai terlalu sedikit, memunculkan masalah
lain yang lebih parah lagi, misalnya saja pemogokan, demo buruh, sampai aksi anarkis
para pekerja terhadap tempat di mana mereka bekerja.
Sebenarnya secara sadar, seharusnya mereka bisa mengatasi masalah-masalah
yang terjadi dengan mudah, apabila didasari kesadaran akan kedudukan mereka
masing-masing yang sebenarnya saling membutuhkan sama lain. Konsep Hubungan
Industrial Pancasila (HIP) selayaknya dipelajari dan dipahami karena di dalamnya
banyak makna dan nilai-nilai luhur yang dapat membina hubungan baik antara tenaga
kerja, pegusaha, dan semua pihak yang terlibat dalam proses produksi.
Kembali kepada keadaan tenaga kerja di Indonesia yang boleh dikatakan
memprihatinkan, kualitas yang rendah, jenis pekerjaan yang kurang sesuai, lokasi
tempat kerja, sampai pemberian upah yang dirasa masih minim, menjadi masalah yang
sulit dipecahkan sampai saat ini. Belum lagi masalah yang lebih rumit, semisal adanya
tenaga kerja dibawah umur, keselamatan kerja, jaminan sosial yang kurang sampai
dengan hak-hak tenaga kerja yang lain. Pemerintah yang diharap bisa menyelesaikan
masalah-masalah itu, nyatanya belum mampu menunjukkan komitmennya. Entah siapa
2
yang salah, pemerintah yang lamban mengatasi ataukah masyarakat dalam hal ini
tenaga kerja yang bekerja tidak sesuai tempat dan persyaratannya.
Indonesia memang negara yang kompleks, dari budayanya saja sudah beragam
dengan berbagai kharakteristiknya. Demikian juga dengan ketenagakerjaan ini, berbagai
kharakteristik dari tenaga kerja dan pihak yang terkait dalam proses produksi,
sepantasnya berusaha untuk mengerti satu sama lain sehingga kesatuan akan semakin
kuat. Pada akhirnya kesatuan antara tenaga kerja, pengusaha, dan pihak yang terkait
dalam proses produksi akan menjamin kelancaran produksi dalam negeri yang akan
berdampak pada kemajuan ekonomi Indonesia sesuai yang diharapkan.
3
b. Membuat aturan misalnya waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling
banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu)
minggu
c. Membuat kesepakatan ketika pekerja melamar pekerjaan, sehingga ketentuan
yang berkaitan tidak akan diganggu gugat.
d. Pemberian upah sesuai jam kerja yang mampu dilakukan pekerja.
e. Pembagian waktu yang seimbang, antara jam kerja, waktu istirahat, dan
toleransi ketidakhadiran atau keterlambatan.
4
a. Pemberian informasi secara detail tentang upah dan sistem pengupahannya.
b. Transparansi jumlah keuntungan perusahaan yang digunakan untuk membayar
upah.
c. Untuk hal-hal tertentu, pemberian upah dilakukan secara sederhana tidak
melalui prosedur yang berbelit-belit.
d. Upah disesuaikan dengan kebutuhan minimal pekerja (harus lebih tinggi) dan
upah lembur harus diberikan sesuai dengan hak para pekerja.
e. Koordinasi pemerintah daerah, pengusaha, dan serikat pekerja untuk
menentukan jumlah upah minimum yang sesuai dengan keadaan pekerja.
f. Diberikan tunjangan apabila pekerja telah memenuhi kriteria tertentu atau
sebagai tambahan upah setelah pekerja berhasil melewati standar kerja yang
ditetapkan.
5
Dengan adanya JAMSOSTEK ini diharapkan dapat membantu pekerja dan
pengusaha dalam menanggulangi resiko-resiko kerja yang mungkin terjadi. Namun,
ada pula masalah yang muncul diantaranya kesadaran pekerja akan jaminan sosial
ini yang masih kurang. Pekerja menganggap terlalu ribet dalam mengurusinya dan
akan menanggung biaya premi asuransinya di kemudian hari. Di sisi lain,
pengusaha enggan terlalu mengurusi masalah ini karena dianggap akan membebani
anggaran. Tetapi sekarang ini JAMSOSTEK sudah mulai dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan dengan resiko keselamatan pekerja yang cukup tinggi.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menyadarkan pentingnya jaminan sosial
ini antara lain :
a. Pemberian informasi mendasar tentang jaminan sosial dan meyakinkan pekerja
bahwa hal itu juga merupakan hak pekerja selama bekerja dalam perusahaan.
b. Prosedur keikutsertaan JAMSOSTEK yang sederhana, dan mudah dilakukan
oleh pekerja dengan kualitas rendah sekalipun.
c. Pengawasan pemerintah terhadap pengusaha untuk mendaftarkan pekerjanya
untuk memperoleh jaminan sosial.
d. Keringanan beban setelah mengikuti program jaminan sosial.
e. Cakupan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) meliputi: biaya pengangkutan, biaya
pemeriksaan, pengobatan, perawatan, biaya rehabilitasi, serta santunan uang
bagi pekerja yang tidak mampu bekerja, dan cacat.
f. Apabila pekerja meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, mereka atau
keluarganya berhak atas Jaminan Kematian (JK) berupa biaya pemakaman dan
santunan berupa uang.
6
merupakan program yang ditujukan untuk mendukung pelaksanaan sistem K3
dalam setiap perusahaan, yang tidak bisa langsung disediakan perusahaan. Seperti
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Tabungan Hari Tua, dan Jaminan Kematian (JK).
Dalam Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang-
Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang
baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara
berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri
(APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23
Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu,
kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat
kerja dan syarat kesehatan kerja
Bagaimana jika terjadi pelanggaran terhadap UU Keselamatan dan
Kesehatan Kerja misalnya pengusaha tidak menyediakan alat keselamatan kerja
atau perusahaan tidak memeriksakan kesehatan dan kemampuan fisik pekerja?
Undang-undang ini memuat ancaman pidana kurungan paling lama 1 tahun atau
pidana denda paling banyak Rp. 15.000.000. (lima belas juta rupiah) bagi yang tidak
menjalankan ketentuan undang-undang tersebut.
7
Seperti yang tertulis pada pasal 5 dan 6 Undang – Undang no 13 tahun 2003
mengenai tenaga kerja, pemerintah menjamin pekerja untuk mendapat hak dan
perlakuan yang sama tanpa adanya diskrimasi dalam bentuk apapun sesuai dalam
perusahaan tempat bekerjanya. Apabila masih ditemui masalah, maka hal-hal yang
dapat diusahakan antara lain :
a. Pembagian kerja yang sesuai dengan kemampuan dan tanggung jawab pekerja
sehingga kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan dapat diminimalisir.
b. Pembagian gaji sesuai dengan pembagian kerja, pangkat, dan hal-hal lain yang
telah ditetapkan sebelumnya.
c. Jenjang karir dan kesempatan mengembangkan pengetahuan harus diperhatikan
oleh pengusaha.
d. Diskriminasi gender harus dihilangkan, agar pekerja baik pria maupun wanita
dapat bekerja dengan tenang.
e. Sarana pengembangan kemampuan harus diusahakan oleh pengusaha seperti
pelatihan, workshop, dan lainnya.
6. Kerja paksa
Kerja paksa atau wajib kerja tertentu merupakan pelanggaran terhadap hak-
hak manusia. Berbagai bentuk Kerja paksa ditemukan dalam sejarah, Indonesia dulu
pernah mengalaminya di jaman penjajahan Belanda dan Jepang. Tapi apa Indonesia
sudah lepas dari kerja paksa? Masih ditemukan adanya unsur perbudakan modern,
perdagangan manusia dan tenaga kerja yang terikat karena hutang dalam ketenaga
kerjaan kita.
Kerja Paksa atau Wajib Kerja adalah semua pekerjaan atau jasa yang
dipaksakan pada setiap orang dengan ancaman hukuman apapun, dikarenakan orang
tersebut tidak menyediakan diri secara sukarela. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
menghindari kerja paksa antara lain :
a. Sebelum melakukan kontrak kerja, terlebih dahulu mencari tahu segala sesuatu
berkaitan dengan track record perusahaan itu.
b. Mempertimbangkan lokasi kerja, apabila tempatnya sangat sepi dan jauh dari
keramaian maka para pekerja harus waspada.
c. Meminta perlindungan kepada pihak keamanan.
d. Membentuk serikat pekerja yang diakui oleh pemerintah.
8
e. Melaporkan kepada pihak keamanan atau yang lain apabila telah terjadi
pemaksaan dalam pekerjaan yang mengakibatkan terganggunya jiwa maupun
fisik pekerja.
f. Pemerintah memantapkan peraturan tentang perlindungan tenaga kerja.
9
8. Kerjasama dan pembentukkan serikat pekerja
Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 Undang-undang Tenaga Kerja tahun
2003 no 17, serikat pekerja merupakan organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan
untuk pekerja baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan,
membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan
kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
Sesuai dengan pasal 102 UU Tenaga Kerja tahun 2003, dalam melaksanakan
hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan
pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan
produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan,
dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan
kesejahteraan anggota beserta keluarganya.
Banyak sekali keuntungan menjadi anggota serikat pekerja, terlebih jika
serikat pekerja perusahaan anda sudah berafiliasi ke federasi serikat pekerja dan
konfederasi serikat pekerja. Sebagai contoh, anggota serikat pekerja akan
mendapatkan program-program training peningkatan kemampuan kerja dan diri
seperti training negotiation skill, training pembuatan perjanjian kerja bersama, dll.
Selain itu, anggota serikat pekerja juga akan mendapat bantuan hukum saat tertimpa
masalah dengan perusahaan yang berkaitan dengan hukum dan pemenuhan hak-hak
sebagai karyawan.
Agar serikat pekerja dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembentukannya
maka perlu diperhatikan beberapa hal antara lain :
a. Serikat pekerja dibentuk atas dasar kebutuhan bersama dan harus mampu
mewakili aspirasi pekerja.
b. Serikat pekerja diisi pemimpin yang berkompeten, pintar diplomasi, jujur, dan
berani.
c. Serikat kerja harus mempunyai posisi yang kuat menyangkut ke dalam maupun
ke luar perusahaan.
d. Serikat pekerja harus mampu mengimbangi dengan kepentingan pemilik
perusahaan agar keduanya bisa mencapai kesepakatan yang hasilnya sesuai
harapan.
10
Berbagai penjelasan di atas hanya merupakan sebagian kecil dari permasalahan
dalam ketenagakerjaan. Bahkan solusi yang ditawarkan di atas hanya dipandang
sebagai saran belaka yang tingkat keberhasilannya masih minim. Harapan kita adalah
negara Indonesia secepatnya keluar dari masalah-masalah dalam setiap aspek
kehidupannya, sehingga usaha untuk mempercepat pertumbuhan dan kesejahteraan
dapat segera dilakukan.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Negara Indonesia mempunyai berbagai macam cara untuk melindungi hak-hak
tenaga kerja maupun pengusaha, namun sayangnya masih banyak masalah yang timbul
terkait dengan ketenagakerjaan ini.
Beberapa perlindungan yang diberikan pemerintah kepada pihak yang terlibat
dalam ketenagakerjaan antara lain :
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Buruh
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1997 tentang
Ketenagakerjaan
Dan peraturan lain tentang ketenagakerjaan
Masalah mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia antara lain tentang :
Pembagian jam kerja
Upah kerja dan sistem pengupahan
Jaminan sosial dan hak pekerja ketika sakit
Keselamatan dan kesehatan kerja
Perlakuan yang adil ketika bekerja
Kerja paksa
Pekerja di bawah umur
Kerjasama dan pembentukkan serikat pekerja
Daftar Pustaka
http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?
option=com_content&task=view&id=253&Itemid=757
http://www.nakertrans.go.id/?
12