Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi
Sehingga menambah “kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur
Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
Berdasarkan data dari rekam medik RS Fatmawati di ruang Orthopedi periode Januari
2005 s/d Juli 2005 berjumlah 323 yang mengalami gangguan muskuloskletel, termasuk yang
Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan
mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi
Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut dilakukan untuk
mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu
penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung
kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan
untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
bagaimana asuhan keperawatan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra diruang I
Orthopedi Fatmawati.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia
Distal Dextra.
c. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3
Distal Dextra.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3
Distal Dextra.
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3
Distal Dextra.
(solusi) dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup
C. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan penulis dalam laporan studi kasus ini adalah metode deskriptif
melalui pendekatan proses keperawatan dengan cara teknik pengumpulan data seperti
wawancara, pemeriksaan fisik, kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain serta data dari
catatan medik klien. Setelah itu data diolah dan dianalisa untuk selanjutnya dirumuskan
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dan maksud dari laporan
kasus ini, maka penulisannya dibuat secara sistematis dibagi menjadi 5 bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Keperawatan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Yang membahas tentang kesenjangan antara Kasus, yang ditemukan dengan teori
Solusi.
BAB V : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang
rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
2. Etiologi
a. Trauma
1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.
2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
b. Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan
lain-lain.
c. Degenerasi
d. Spontan
3. Manifestasi Klinis
a. Nyeri lokal
b. Pembengkakan
c. Eritema
d. Peningkatan suhu
e. Pergerakan abnormal
Smeltzer and Bare, 2002 : 2343)
4. Patofisiologi
Trauma
Peningkatan daya da
Fraktur
Jaringan Lunak
Pembuluh darah
Serabut saraf
Luka
Post De Entry
Infeksi
Periosteum
Pendarahan
Deformitas
Sensori
Mal Union
Hematom
Vasodilatasi
Delayed Union
Pemendekan tulang
Korteks Tulang
Nyeri
Eksudasi Prima
Inflamasi
Sumbatan
Bengkak
Delayed Union
Non Infeksi
Nyeri
Conpartemen sindrom
Hipoxia
Nekrosis jaringan
Gangguan mobilisasi
Non Union
(Lukman and Soronsens 1993 and price, 1995)
5. Klasifikasi / Jenis
a) Fraktur komplet : Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
b) Fraktur tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
c) Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen
d) Fraktur terbuka : Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen
frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada
2) Grade II : Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
3) Grade III : Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak yang
1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya
membengkok.
6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada
belakang)
8) Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang,
9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatannya
11) Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak,
jam.
b. Stadium Proliferasi
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur sel-sel ini
menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang. Proliferasi juga
terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua kecelakaan terjadi.
Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada fraktur, massa
kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi setelah 6 –
d. Stadium Konsolidasi
Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu, secara
kecelakaan.
e. Stadium Remodelling
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur.
7. Pemeriksaan Penunjang
(pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma).
8. Penatalaksanaan
a. Rekognisi
Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah
b. Reduksi
Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat darurat atau
ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita dapat diberi
dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi
dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi
d. Rehabilitasi
melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien.
Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan
9. Komplikasi
a. Komplikasi Dini
1) Nekrosis kulit
2) Osteomielitis
3) Kompartement sindrom
4) Emboli lemak
5) Tetanus
b. Komplikasi Lanjut
1) Kelakuan sendi
2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non union.
3) Osteomielitis kronis
5) Ruptur tendon
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Data Biografi
b. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas / istirahat
Keterbatasan / kehilangan fungsi yang efektif (perkembangan sekunder dari
2) Sirkulasi
3) Neurosensori
c) Nyeri / kenyamanan
d) Nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme otot merupakan
4) Keamanan
b) Pembengkakan lokal
5) Pengetahuan
serta perawatannya .
2. Diagnosa Keperawatan
d. Risiko tinggi terhadap pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran : darah /
ketidaknyamanan.
f. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka
3. Prinsip intervensi
b. Menghilangkan nyeri
c. Mencegah komplikasi
d. Memberikan informasi tentang kondisi /prognosa dasn dasn kebutuhan pengobatan
e. Meredakan ansietas
f. Memperbaiki mobilitas
4. Evaluasi