Anda di halaman 1dari 3

Nama : Andiko Perdana

NIM : 08/268692/TK/34002

Designation : E 2024 – 99

Standard Test Methods for Atmospheric Leaks Using a Thermal


Conductivity Leak Detector

Cakupan pengujian
Penguian ini mencakup prosedur untuk pengukuran gas bocor dengan rata 4.5 X 10 -9 mol/s
atau yang lebih besar. Pengujian ini dapat dilakukan pada semua objek yang dapat diberi
tekanan dan dirunut dengan gas yang dapat dideteksi oleh Thermal Conductivity Leak Detector.
Sensitifitas pengujian akan bervariasi akan bervariasi tergantiung jenis gas perunut yang
digunankan.

Metode pengujian
1. Scanning Method
Metode ini membutuh persyaratan minimum untuk Thermal Conductivity Leak Detector.
Metode ini digunakan untuk kalibrsi detector dan memberikan procedure pemberian tekanan
bagi benda uji, menentukan lokasi kebocaran dan memperkirakan tingkat kebocoran.
2. Accumulation Method
Ini merupakan satu-satunya metode yang dapat digunakan untuk mengakses flanges atau
bagian vessel yang akan diuji kebocorannya. Ini dapay dilakukan dengan penjebakan daerah
yang akan diuji dengan gas perunut yang dapat dideteksi oleh Thermal Conductivity Leak
Detector. Ukuran kebocoran berdasarkan konsentrasi gas perunut yang dideteksi oleh Thermal
Conductivity Leak Detector setelah terakumulasi dalam rentang waktu tertentu.

Gangguan dalam pengujian


1. Background gases
Thermal Conductivity Leak Detector merupakan detektor yang peka terhapap semua jenis gas
yang memiliki konduktivitas thermal. Di udara terdapat berbagai jenis gas yang memiliki nilai
konduktivitas thermal yan berbeda, dan dini dapat mengubahtingkat sensitivitas detektor.
2. Ceanliness of Test Surface
Area yang akan diuji harus bersih, bebas dari minyak, gemuk, cat, dan air. Permukaan yang
tidak bersih memungkinkan tertariknya zat tersebut dan menghalangi lobang penyerap gas
detektor.
3. Pressuring with Test Gas
Untuk hasil pengujian kebocoran yang akurat, semua gas yang terdapat dalam komponen yang
akn diuji kebocorannya harus memiliki konsentrasi yang sama secara substansial dengan gas
perunut. Bila perangkat yang akan diuji telah berisi gas penggangu lain, atau terdapat gas yang
masuk secara terpisah dengan gas perunut, maka pengujiankebocoran tigak dapat dilakukan.
Untuk benda uji yang memiliki ukuran efektif, dimana diameter dan tinggi memiliki ukuran
yang tidak jauh berbeda, pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan gas perunut dengan
hasil yang cukup akurat. Tetapi untuk benda uji yang tidak memiliki ukuran yang efektif seperti
pipa, pengujian harus dimualai dengan pengecekan keseragaman distribusi gas, dan memiliki
tekanan yang kurang dari 100 Pa, setelah itu baru dilakukan pengujian dengan menginjeksikan
gas perunut.
4. Unknown Tracer Gas Concentration
Saat melakukan kalibrasi deteksi kebocoran, kebocoran kapiler standar pada umumnya
mengandung 100% konsentari dari gas perunut. Untuk pengujian kebocoran pada benda uji
yang memngandung konsentrasi gas yang sama dengan gas perunut maka deteksi kebocoran
tidak dapat dilakukan dengan akurat.
5. Operetor Scanning Variation
Konsentrasi yang diterima Thermal Conductivity Leak Detector berbeda-beda karena variasi
jarak, waktu, kecepatan sehingga untuk tiap pendeteksian kebocoran harus dilakukan kalibrasi
telebih dahulu.
6. Gas Compabillity
Tidak semua benda uji yang mengandung gas dapat diukur dengan Thermal Conductivity Leak
Detector, gas seperti Hidrogen dan amonia tidak dapat dilakukan pengujian karena dapt
merusak detektor.

Piranti Pengujian
1. Thermal Conductivity Leak Detector
Detektor ini hanya dapat melakukan pengukuran dengan gas bocor dengan rata 4.5 X 10 -9
mol/s atau yang lebih besar. Untu menentukan syarat kebocoran detektor harus memiliki:
a. Sensor konduktifitas thermal
b. Pengontrol kecepatan udara
c. Control zero detektor
d. Baterai Indikator
2. Standar Kebocoran
Merupakan standar tingkat kebocoran yang digunakan untuk melakukan kalibrasi engukuran
kebocoran.
3. Sistem Pelindung
Komponen yang digunakan untuk membatasi gas perunut agar tidak menyebar kedarerah lain
yang tidak akan diuji.

Kalibrasi
1. Detektor harus dihudupkan dan dipanaskan terlebih dahulu. Jarak detektor dari lubang bocor
harus kurang dai 1 mm dan laju permukaan uji tidak boleh lebih dari 20 mm/s, dan kemudian
respon yang deiberikan detektor harus diamati. Kecepatan pendeteksian gas bocor dan jarak
pendeteksian divariasikan untuk meningkatkan akurasi pengukuran. Pemindahan detektor saat
pengukuran tidak boleh melebihi batas.
2. Kebocorann harus dilindungi dalam kapsul berpenutup yang memiliki valve. Untuk
menstabilakn gas, valve diizinkan untuk dibuka maksimal selam 5 menit.
3. Kalibrasi harus dilakukan sebelum pengujian, dan pengujian dilakukan dalam interval 1 jam
setelah kalibrasi.
4. Untuk pengukuran akumulasi, konduktivitas thermal detektor harus diukur dan disesuaikan
dengan kondisi lingkungan serta gas perunut yang digunakan.

Prosedur pengujian
1. Dilakukan pengosongan gas penggangu disekitar objek yang akan diuji sebelum dilakukan
injeksi gas perunut. Jika pengukran menghasilkan respon konsentrasi gas perunut yang kurang
dari 100%, maka harus dilakukan pengskalaan yang tepat untuk meperbaiki respon instrumen.
2. Pengukuran dilakukan dengan jarak kebocoran tidak lebih dari 1 mm dari detektor, dan laju
permukaan ui tidak boleh lebih dar 20 mm/s.
3. Jika pengukuran terhalang meteri penggangu maka harus dilakukan pembersihan terlebih
dahulu, dan jika terdapat gas pengganggu maka harus dilakuka pengosongan udara disekitar
wilayah yang akan diuji kebocorannya.

Anda mungkin juga menyukai