0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2K tayangan5 halaman
Tripama ini berisi nasihat-nasihat luhur dari beberapa peristiwa dalam cerita wayang seperti Ramayana, Arjuna Sasrabahu, dan Baratayuda. Pada dua pada pertama, diceritakan tentang kesetiaan Patih Suwanda kepada Raja Arjuna Sasrabahu meskipun harus berperang dengan Kerajaan Alengka dan akhirnya gugur. Pada pada berikutnya diceritakan tentang kepahlawanan Raksasa Kumbakarna dari Aleng
Tripama ini berisi nasihat-nasihat luhur dari beberapa peristiwa dalam cerita wayang seperti Ramayana, Arjuna Sasrabahu, dan Baratayuda. Pada dua pada pertama, diceritakan tentang kesetiaan Patih Suwanda kepada Raja Arjuna Sasrabahu meskipun harus berperang dengan Kerajaan Alengka dan akhirnya gugur. Pada pada berikutnya diceritakan tentang kepahlawanan Raksasa Kumbakarna dari Aleng
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Tripama ini berisi nasihat-nasihat luhur dari beberapa peristiwa dalam cerita wayang seperti Ramayana, Arjuna Sasrabahu, dan Baratayuda. Pada dua pada pertama, diceritakan tentang kesetiaan Patih Suwanda kepada Raja Arjuna Sasrabahu meskipun harus berperang dengan Kerajaan Alengka dan akhirnya gugur. Pada pada berikutnya diceritakan tentang kepahlawanan Raksasa Kumbakarna dari Aleng
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Lamun bisa sami anuladha Kadya nguni caritane Andelira sang prabu Sasrabahu ing Mahespati Aran Patih Suwanda Lelabuhanipun Kang ginelung tri prakara Guna kaya purun ningkang den nantepi Nuhoni trah utama
2. Lire lelabuhan tri prakawis
Guna bisa sanis kareng karya Binudi dadi unggule Kaya sayektinipun Duk Bantu pran Magada nagri Amboyong putri dhomas Katur ratunipun Purune sampun tetelo Aprang tanding lan ditya Ngalengka aji Suwanda mati ngrana 3. Wonten malih tuladan prayogi Satriyagung nagari Ngalengka Sang Kumbakarna namane Tur iku warna diyu Suprandene nggayuh utami Duk awit prang Ngalengka Denya darbe atur Mring raka amrih praharja Dasamuka tan keguh ing ngatur yekti Demung mungsuh wanara
4. Kumbokarno kinen mengsah jurit
Mring kang raka sira tan lenggana Nglungguhi kasatriyane Ing tekad datan purun Among cipta labuh nagari Lan nolih yayah rena Myang luluhuripun Wus mukti aneng Ngalengka Mangke arsa rinusaking bala kapi Punagi mati ngrana
5. Yogyamalih kinarya palupi
Surya Putra narpati ngawangga Lananda watur kanange Lan yayah tunggil ibu Suwito mring sri narpati Aneng nagri Ngastina Kinaryo gulagul Manggala golonganing prang Bratayuda ing ngadeg gen senapati Ngalaga ing korawa
6. Minungsuh ken kadange pribadi
Aprang tanding lan Sang Dananjaya Sri Karna suko manahe Dene sira pikantuk Marga denya arsa malesih Ira sang Duryudana Marmantu kalangku Denya ngetog kasugiran Aprang rame Karna mati jinemparing Sumbaga wiratama
7. Katri mangka Sudarso ning Jawi
Pantes lamun sagung pra prawira Amiritta sakadare Ing lelabuhanipun Aja kongsi buwang palupi Manawa tibeng nestha Ina esthinipun Senadyan tekading buta Tan prabeda budi panduming dumadi Mursidi ing kotaman
Danang Putra G Ilmu Sejarah/014714004 ULASAN BAHASA INDONESIA DARI SERAT TRIPAMA
Tripama ini terdiri dari 7 pada yang keseluruhannya merupakan tembang
Dhandhanggula. Tripama/Serat Tripama ini berisi beberapa nasihat-nasihat luhur dari beberapa peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita wayang (Ramayana, Arjuna Sasrabahu, dan Baratayuda). Pada 2 pada pertama, Tripama ini berisikan tentang cerita kepahlawanan Patih Suwanda yang mengabdi kepada Raja Maespati yaitu Prabu Arjuna Sasrabahu. Patih Suwanda merupakan salah satu contoh abdi yang sangat setia terhadap janjinya kepada raja karena hal tersebut merupakan salah bakti dan jalan utama yang telah dipilihnya ketika menjadi seorang patih (nuhoni trah utama), walaupun dia sendiri masih mempunyai 3 perkara yang masih menjadi masalah (kang ginelung tri prakara). Patih Suwanda diperintah oleh Raja Arjuna Sasrabahu dari Kerajaan Maespati untuk memboyong putri dari Kerajaan Magada yang saat itu menjadi rebutan (Duk Bantu prang Magada nagri, amboyong putri dhomas). Salah satu pesaingnya adalah raja raksasa dari Kerajaan Alengka (Dasamuka). Walaupun masalah tersebut merupakan hal yang terasa berat, namun karena rasa pengabdiannya, Patih Suwanda tetap berusaha memimpin perang dengan Kerajaan Alengka tersebut (Aprang tanding lan ditya Ngalengka aji), walaupun akhirnya beliau gugur di medan perang sebagai seorang ksatria (Suwanda mati ngrana). Kemudian ada cerita luhur lain yang terdapat di pada ketiga dan keempat. Cerita ini mengkisahkan tentang seorang raksasa dari Kerajaan Ngalengka yang mempunyai watak ksatria, yaitu raksasa Kumbakarna. Dia adalah adik kandung Raja Alengka, Rahwana. Saat itu Alengka diserbu oleh tentara kera. Kumbakarna pun turut maju perang, tetapi bukan untuk membantu kakaknya (Rahwana), melainkan untuk maju sebagai seorang ksatria yang berusaha mempertahankan tanah kelahirannya dan tanah peninggalan para leluhurnya tersebut. Di hadapan tentara kera, dia pun akhirnya gugur di medan peperangan. Pada selanjutnya pun bercerita tentang kepahlawanan yang hampir mirip dengan uraian di atas, diantaranya adalah Sri Karna yang lebih memilih pihak Kurawa walaupun dia tidak memihak pada Duryudana, kemudian Suwita yang mengabdi kepada Sri Nurupati di Alengka hingga terpilih menjadi panglima perang. Hal tersebut mempunyai nilai keluhuran, diantaranya adalah beberapa sifat ksatria dan sifat pengabdian kepada hal yang benar, walaupun kadang berbenturan dengan hati nurani.