Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi ini, setiap instansi pemerintahan atau perusahaan swasta
membutuhkan suatu bagian yang dapat mengelola aset-aset yang dimiliki instansi/perusahaan
baik berupa fisik maupun non fisik. Dengan adanya bagian khusus yang menangani aset
bertujuan agar isntansi/perusahaan dapat mengelola mengoptimalkan serta mengembangkan
potensi dari aset-aset yang dimiliki sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal
bagi instansi/perusahaan. Akan tetapi pada kenyataannya instansi ataupun perusahaan sangat
jarang ataupun tidak ada bagian yang khusus mengangani aset-aset mereka.
Aset merupakan sumber daya berwujud yang dimiliki oleh suatu instansi dan memiliki
manfaat ekonomis serta digunakan lebih dari satu tahun dan tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam rangka kegiatan normal perusahaan. Pentingnya aset ini menjadikan instansi perlu
melakukan manajemen aset secara komprehensif. Alasan pentingnya manajemen aset meliputi
kebutuhan untuk menegaskan posisi hukum setiap aset terutama tanah dan bangunan yang
seringkali menjadi objek sengketa antar lebih dari satu instansi, kebutuhan perawatan aset, dan
penegasan pihak yang bertanggung jawab mengelola aset ini. Siklus yang dilalui sebuah aset
dalam suatu perusahaan bisa kita lihat pada gambar 1

Gambar 1 Siklus Aset


Sumber : CITS Indonesia

1
Masalah dan kebutuhan yang timbul terkait manajemen aset dapat berupa inventarisasi
aset yang kurang terstruktur dan terstandarisasi, pelaporan berkala mengenai kondisi aset,
analisis data aset untuk kebutuhan pengambilan kebijakan oleh direksi, dan pengawasan
persebaran aset khususnya untuk instansi yang memiliki aset tersebar di beberapa wilayah.
Penulis sebagai mahasiswa yang melakukan Praktek Kerja Lapangan memilih
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS) sebagai tempat PKL. Hal ini dikarenakan kantor Bappenas merupakan
suatu Badan yang merencanakan pembangunan nasional yang memiliki aset negara dimana
jumlahnya cukup banyak, sehingga harus dikelola secara tertib Administrasi. Kementerian
PPN Bappenas telah di nilai oleh BPK sebagai Badan Wajar Tanpa Pengecualian. Tetapi ada
beberapa selisih nilai asset sehingga pemerintah menugaskan Bappenas untuk melakukan
pendataan aset ulang.
Kementerian PPN/Bappenas memiliki beberapa salah satunya Biro yaitu Biro Umum,
dimana didalam nya ada Bagian Penatausahaan Barang. Bagian PTU ini lah yang mengelola
Aset milik Bappenas Baik Barang persedian, Tanah dan Bangunan, Kendaraan Bermotor, dan
Barang Milik Negarea lainnya.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah bertujuan untuk menjamin terlaksananya tertib
administrasi dan tertib pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah. Peraturan Pemerintah
ini mencakup kegiatan di dalam perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Lingkup
pengelolaan barang milik negara/daerah tersebut merupakan siklus logistik yang lebih terinci
sebagai penjabaran dari siklus logistik yang antara lain didasarkan pada pertimbangan
perlunya penyesuaian terhadap siklus perbendaharaan.
Mengacu pada Peraturan Meneteri Perencanaan Pembangunan Naional/Kepala
Bappenas Nomor per.004/M.PPN/10/2008 tentang petunjuk pelaksanaan penatausahaan
baranga milik negara di Kementerian PPN/Bappenas dan Peraturan Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Nomor PER.005/M.PPN/10/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara

2
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bagian
Perlengkapan dan Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan pendisitribusian,
penatausahaan barang persediaan dan barang milik negara di lingkungan Kementerian Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
melaksanakan pengarsipan surat dan penggandaan, serta melakukan pelayanan pengiriman
dokumen dan surat kedinasan. Sesuai dengan peraturan menteri tersebut penulis ditempatkan
di bagian Perlengkapan untuk membantu dalam pengelolaan Aset milik Kementerian
PPN/Bappenas. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui teentang
pengelolaan BMN yang dilakukan oleh bagian perlengkapan Bappenas. Pengelolaan BMN
yang dikhususkan ke dalam pendataan BMN ini memiliki tujuan untuk mengetahui jumlah
asset yang dimiliki kementerian PPN/Bappenas dan mengetahui apakah BMN yang
sedah terdata dalam SIMAK-BMN sesuai dengan lapangan atau tidak. Oleh karena itu
penulis mengambil judul ”Pendataan Barang Milik Negara (BMN) di Kementerian
PPN/BAPPENAS”.

1.2 Bahasan Masalah


Adapun Bahasan masalah yang dibahas dalam Laporan Kerja Praktek ini adalah :
1. Bagaimana Pendataan BMN di Kemeterian PPN/Bappenas?
2. Tahap-tahap apa saja yang harus dilalui dalam Pengelolaan BMN?
3. Bagaimana Inventarisasi BMN di Kementerian PPN/Bappenas?
4. Permasalahan apa saja yang terjadi mengenai inventarisasi asset dan bagaimana
menyelesaikan permasalahan aset milik Kementerian PPN/Bappenas?

1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan


Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai berikut :
1. Menggambarkan proses Pendataan Barang Milik Negara di Kementerian
PPN/Bappenas
2. Menggambarkan Tahapan dalam Pengelolaan BMN
3. Mengidentifikasikan permasalahan dan memperpleh pemecahan masalah
terhadap inventarisai BMN.
4. Mengimplementasikan materi perkuliahan manajemen aset seperti :

3
a. Inventarisasi asset
b. Optimalisasi Aset
c. Penilian Aset.
5. Mempelajari dan menemukan solusi dalam permasalahan yang terjadi terhadap
aset milik Bappenas di lapangan.

1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan


Adapun manfaat yang diperoleh dari Praktek kerja lapangan yang telah dilaksanakan
yaitu sebagai berikut.
1. Manfaat bagi Kementerian PPN/Bappenas
a. Membantu menyelesaikan tugas-tugas perusahaan di dalam mengelola aset
seperti:
1) Pendataan BMN di Kementerian PPN/Bappenas
2) Inventarisasi BMN di Kementerian PPN/Bappenas
3) Optimalisasi Aset milik Kementerian PN/Bappenas
b. Memberikan masukan bagi perusahaan di dalam pengelolaan aset berdasarkan
teori dan materi yang diperoleh selama kuliah.
2. Manfaat bagi Program Studi Manajemen Aset
a. Memberikan umpan balik dalam mengevaluasi proses perkuliahan yang
diberikan kepada mahasiswa Program Studi Manajemen Aset.
b. Menjalin hubungan baik dan kerjasama dengan perusahaan.
3. Manfaat bagi penulis
a. Dapat menerapkan ilmu manajemen aset yang diperoleh selama kuliah.
b. Memperoleh pengalaman di dunia kerja sebagai bekal awal sebelum
meninggalkan bangku kuliah.
c. Belajar dalam berdisiplin dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas
yang diberikan perusahaan.

1.5 Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan

4
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilakukan mulai tanggal 1 Oktober 2010 sampai
dengan 31 Desember 2010 pada Sub Bagian Perlengkapan. Kegiatan ini menitikberatkan pada
proses pendataan Barang Milik Negara.

1.6 Sistematika Pembahasan


Sistematika penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan terdapat tiga bagian, yaitu bagian
pendahuluan, bagian pembahasan dan bagian penutup. Bagian pendahuluan berisikan latar
belakang, tujuan, manfaat, ruang lingkup dan sistematika penulisan laporan Praktek Kerja
Lapangan. Bagian pembahasan menjelaskan mengenai gambaran umum perusahaan, Landasan
Teori, kegiatan Praktek Kerja Lapangan dan pembahasan dari kegiatan Praktek Kerja
Lapangan. Bagian penutup membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil kegiatan
Praktek Kerja Lapangan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Umum Kementerian PPN/Bappenas


Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas (Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional) lahir dengan Penetapan Presiden No.12/1963 tanggal 26 Oktober
1963. Dengan Penpres No.12/1963, maka Depernas (Dewan Perancang Nasional) yang
dibentuk dengan Undang-undang No.80 Tahun 1958, diintegrasikan ke dalam Kabinet kerja
dan dibentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, disingkat BAPPENAS.

Gambar 2 Gedung Bappenas


Sumber : Dokumen Bappenas

6
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas (Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional) yang terletak di Jl.Taman Suropati No.2 Jakarta 10310l (Lihat
gambar 2) adalah aparatur pembantu Presiden, maka Kementerian PPN/BAPPENAS adalah
satu-satunya badan perencanaan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan pembangunan di
seluruh Wilayah Republik Indonesia. Bappenas berkedudukan dibawah dan bertanggung
jawab pada Presiden. Kantor Menteri PPN dipimpin oleh seorang Menteri Negara yang
sekaligus menjadi sebagai Kepala Bappenas. Menteri PPN dalam melaksanakan tugas sehari-
hari dibantu oleh unit organisasi BAPPENAS.

Gambar 3 Peta Kementerian PPN/Bappenas


Sumber : Google Map

7
2.1.1. Kedudukan, Tugas pokok dan Fungsi
Kementerian PPN/Bappenas mempunyai tugas membantu Presiden dalam
merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang perencanaan pembangunan nasional.
Kementerian PPN/BAPPENAS memiliki beberapa fungsi

Perumusan kebijakan pemerintah di bidang


perencanaan pembangunan nasional,
pengkoordinasian kebijakan, penyusunan
rencana dan program, analisis dan evaluasi di
bidang perencanaan pembangunan nasional

Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara yang dilaksanakan bersama-sama
dengan Departemen Keuangan, koordinasi
penjabaran Garis-garis besar haluan Negara
kedalam rencana pembangunan nasional
Fungsi
Bappenas
Koordinasi, fasilitasi dan pelaksanaan pencarian
sumber-sumber pembiayaan dalam dan luar
negeri serta pengalokasian dana untuk
pembangunan bersama-sama instansi terkait

Koordinasi kegiatan fungsional dalam


pelaksanaan tugas Kementerian PPN/Bappenas

Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan


instansi pemerintah di bidang perencanaan
pembangunan nasional

Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan


administrasi umum di bidang perencanaan, ketata
usahaan, organisasi, dan tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum,
persandian, perlengkapan, dan rumah tangga

Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan


pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya
kepada Presiden

Gambar 4 Bagan Fungsi Kementerian PPN/Bappenas


Sumber : Olahan Penulis

8
Dalam melaksanakan fungsinya Kementerian PPN/Bappenas mempunyai kewenangan
dalam Penetapan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro,
penetapan kebijakan sistem informasi nasional , pengaturan penerapan perjanjian atau
persetujuan internasional yang disahkan atas nama negara, perumusan dan pelaksanaan
kebijakan tertentu di bidang perencanaan pembangunan nasional dan penilaian atas
pelaksanaannya, perumusan kebijakan perencanaan nasional secara makro dan memadukan
perencanaan lintas sumber-sumber pembiayaan pembangunan, pengalokasian dana yang
diperlukan di bidangnya.

2.1.2. Kedudukan, tugas pokok dan fungsi Sekretariat Utama Kementerian


PPN/Bappenas
Sekretariat Kementerian PPN/Bappenas adalah unsur pembantu Menteri PPN/Kepala
BAPPENAS dalam penyelenggaraan dan pembinaan administrasi Kementerian
PPN/Bappenas. Sekretariat Utama Kementerian PPN/Bappenas dipimpin oleh seorang
SESMEN PPN/SESTAMA BAPPENAS yang mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan, pemberian dukungan administrasi program, dan sumber daya
di lingkungan Kementerian PPN/Bappenas.
Dalam melaksanakan tugasnya Kementerian PPN/Bappenas mempunyai fungsi :
1. Pengkoordinasian dan pelaksanaan perencananaan program serta pembinaan
organisasi dan tata laksana.
2. Pengkoordinasian penyusunan peraturan perundang-undangan dan pemberian bantuan
hukum serta pelaksanaan kegiatan hubungan masyarakat.
3. Pembinaan administrasi dan pelayanan umum.
4. Pembinaan dan pelayanan data, pengembangan sistem informasi, dokumentasi, dan
jaringan perpustakaan.
5. Pembinaan pendidikan dan pelatihan di bidang perencanaan pembangunan dalam
rangka peningkatan kapasitas instiutusi perencanaan di pusat dan daerah.
6. Pembinaan, administrasi kepegawaian, koordinasi penyusunan peraturan perundang-
undangan, dan pemberian bantuan hukum di lingkungan Kementerian PPN/Bappenas.

9
7. Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan kegiatan Kementerian PPN/Bappenas
dan dokumen kenegaraan lainnya yang ditugaskan kepada Kementerian
PPN/Bappenas.
8. Koordinasi penelitian kebijakan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi sesuai dengan bidangnya.

2.1.3. Tugas pokok dan Fungsi Biro umum


Berdasarkan peraturan No. PER. 005/M.PPN/10/2007, Biro Umum mempunyai
tugas melaksanakan pelayanan umum, tata usaha, keuangan, serta urusan rumah tangga di
lingkungan Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Biro Umum
menyelenggarakan fungsi:
1. Koordinasi pelayanan umum

2. Pelaksanaan di bidang pengelolaan barang inventaris dan barang habis pakai, serta
persuratan dan penggandaan

3. Pelaksanaan di bidang pelayanan angkutan dan ekspedisi, urusan rumah tangga, ruang
rapat serta keamanan dan kebersihan

4. Pelaksanaan kegiatan administrasi keuangan

5. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan perintah pembayaran anggaran.

Biro Umum terdiri dari 3 (tiga) bagian :


1. Bagian Perlengkapan dan Tata Usaha
2. Bagian Keuangan
3. Bagian Urusan Dalam
4. Bagian Verifikasi Anggaran

10
Biro Umum

Bagian
Bagian Bagian Bagian Urusan
Verifikasi
Perlengkapan Keuangan Dalam
Anggaran

Gambar 5 Bagan Struktur Biro Umum


Sumber : Olahan Penulis

2.1.3.1 Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Perlengkapan dan Tata Usaha
Berdasarkan peraturan No. PER. 005/M.PPN/10/2007, Biro Umum mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan umum, tata usaha, keuangan, serta urusan rumah tangga di
lingkungan Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional. Bagian Perlengkapan dan Tata Usaha mempunyai tugas
melaksanakan pendisitribusian, pemeliharaan, dan penatausahaan barang persediaan dan
barang inventaris, serta melaksanakan pengarsipan surat dan penggandaan.
Dalam melaksanakan tugasnya bagian perlengkapan dan tata usaha menyelenggarakan
fungsi :
1. Pelaksanaan usulan pengadaan, pencatatan, pendistribusian,penatausahaan,
pemeliharaan fisik, dan pelaporan persediaan barang habis pakai dan barang inventaris;
2. Pelaksanaan persuratan, pengarsipan, dan penggandaan.

Dalam menjalankan tugas nya bagian perlengkapan memliki dua sub bagian yaitu :
1. Sub Bagian Perlengkapan
Tugas pokok dalam Sub Bagian Perlengkapan adalah mengatur pengadaan,
penerimaan dan pengeluaran serta pemeliharaan Barang Milik Negara, (lihat gambar 6)

11
Gambar 6 Tugas Pokok Sub.Bag.Perlengkapan
Sumber : Olahan Penulis

Perincian runtutan tugas tersebut adalah sebagai berikut :


a. Administrasi Barang Milik Negara
1) Pembukuan Barang Milik Negara
2) Membuat daftar barang ruangan
3) Membuat laporan inventaris Bappenas dalam Mutasi Triwulanan dan Tahunan
4) Membuat kartu inventaris barang
5) Tanah
6) Bangunan gedung
b. Mengatur arus keluar masuk Barang Milik Negara
1) Surat pinjaman barang
2) Menerima dan menyimpan barang di gudang
3) Membuat kode barang
c. Memelihara Barang Milik Negara
1) Service/perbaikan

12
2) Apabila barang tersebut sudah tidak berdaya guna perlu diusulkan penghapusan
barang sesuai dengan tata cara yang berlaku
d. Merencanakan/pengadaan kebutuhan Barang Milik Negara
1) Inventarisasi kebutuhan kantor
2) Mempersiapkan data/harga barang
3) Mempersiapkan rekanan
e. Melayani pengawasan dari BPK, BPKP

2. Sub Bagian Persuratan, Penggandaan dan Ekspedisi


Sub Bagian Persuratan Sub Bagian Persuratan, Penggandaan dan Ekspedisi
mempunyai tugas melakukan penerimaan, penggandaan, pengarsipan, pendistribusian
bahan dan surat, melakukan penggandaan dan pencetakan, serta melakukan pengiriman
dokumen dan surat kedinasan.

2.1.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Urusan Dalam


Berdasarkan peraturan No. PER. 005/M.PPN/10/2007 Bagian Urusan Dalam
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan angkutan dan ekspedisi, kerumahtanggaan, serta
keamanan dan kebersihan.
Dalam melaksanakan tugasnya Urusan dalam mempunyai fungsi :
1. Pelaksanaan pelayanan angkutan dan ekspedisi;
2. Pelaksanaan pelayanan kerumahtanggaan, keamanan, dan kebersihan.

Bagian Urusan Dalam terdiri dari dua Sub.Bagian yaitu sub bagian Angkutan dan
ekspedisi dan sub bagian rumah tangga. Untuk mengetahui tugas pokok di tiap sub bagian bisa
di Lihat pada gambar 7

13
Gambar 7 Tugas pokok Sub.Bagian dalam Bagian Urusan Dalam
Sumber : Olahan Penulis

2.1.3.3 Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Keuangan


Berdasarkan peraturan No. PER. 005/M.PPN/10/2007 bagian keuangan mempunyai
tugas melaksanakan penyusunan, penatausahaan, verifikasi, dan pelaporan keuangan, serta
pengujian pembayaran. Dalam melaksanakan tugas Bagian Keuangan menyelenggarakan
fungsi:

1. Pelaksanaan penatausahaan kas dan anggaran belanja;


2. Pelaksanaan verifikasi data dan dokumen serta pelaporan keuangan.

Bagian Keuangan terdiri dari:


1. Sub Bagian Kas dan Perbendaharaan yang mempunyai tugas melakukan
penatausahaan kas dan urusan belanja anggaran kegiatan kebutuhan kantor sehari-hari.
2. Sub Bagian Pelaporan Keuangan yang mempunyai tugas melakukan
penyusunan kebutuhan operasional sehari-hari, verifikasi data dan dokumen keuangan,
serta pelaporan keuangan.

14
2.1.3.4 Tugas Pokok dan Fungsi Verifikasi Anggaran
Berdasarkan peraturan No. PER. 005/M.PPN/10/2007 Bagian Verifikasi
Anggaran mempunyai tugas melaksanakan pengujian, penatausahaan, verifikasi, dan
pelaporan perintah pembayaran anggaran. Dalam melaksanakan tugas Bagian
Verifikasi Anggaran menyelenggarakan fungsi:

1. Pelaksanaan pengujian perintah pembayaran anggaran;


2. Pelaksanaan pelaporan realisasi dan pelayanan sistem informasi pembayaran anggaran.

Bagian Verifikasi Anggaran terdiri dari:


1. Sub Bagian Pengujian Perintah Pembayaran yang mempunyai tugas melakukan
pengujian terhadap data dan dokumen permintaan pembayaran keuangan, serta
dokumen pendukung
2. Sub Bagian Pelaporan Pembayaran yang mempunyai tugas melakukan
penatausahaan data dan pengimplementasian sistem informasi, melakukan pelaporan
data dan perkembangan realisasi permintaan pembayaran keuangan dan perkembangan
realisasi pencairan anggaran.

2.1.4. Struktur organisasi dan Kepegawaian di Biro Umum


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 005 tentang tata organisasi dan struktur
organisasi di Kementerian Perencanaan pembangunan Naisonal/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, maka struktur organisasi yang ada di Kementerian PPN/Bappenas
dan dalam Biro Umum dapat dilihat pada gambar 8 & 9 sebagai berikut :

15
Gambar 8 Bagan Struktur Organisasi Kementerian PPN/Bappenas
Sumber : Dokumen Bappenas

16
Gambar 9 Bagan Struktur Organisasi Biro Umum
Sumber : Dokumen Bappenas Sumber : Dokumen Bappenas
17
Dalam Biro Umum jumlah pegawai mencapai 163 personil. Dari 163 personil tersebut
memiliki jenjang pendidikan yang berbeda mulai dari tingkat SD, SMP, SMU, D3, S2, dan
S2. (Lihat Tabel 1)

Table Personil Berdasarkan Pendidikan

Jumlah Pendidikan
No Nama Bagian
Personil
SD SMP SMU D3 S1 S2
Bagian
1 Perlengkapan dan 30 1 22 1 5 1
Tata Usaha

Bagian Urusan
2 111 1 11 92 1 5 1
Dalam

3 Bagian Keuangan 12 4 6 2

Bagian Verifikasi
4 10 5 4 1
Anggaran

Total 163 1 12 123 2 20 5

Tabel 1 Jumlah pegawai sesuai pendidikan


Sumber : Dokumen Bappenas

Dalam Biro Umum memiliki 4 (empat) kepala bagian dan 8 (delapan) kepala
Sub.Bagian. staf perencana 6 (enam), 51 (lima puluh satu) Staf TU, 10 (Sepuluh) Caraka, 42
(Empat puluh dua) Pramubakti, 11 (Sebelas) Keamanan, 31 (Tiga puluh satu) supir. (lihat
table 2)

Table Personil Berdasarkan Status/Jabatan

Jumlah Status/ Jabatan


No Nama Bagian Personi
l
Staf
Kabag Kasubag Staf TU Caraka Pramubakti Keamanan Driver
Perencana

Bagian
1 Perlengkapan 30 1 2 17 10
dan Tata Usaha

Bagian Urusan
2 111 1 2 1 24 42 11 30
Dalam

Bagian
3 12 1 2 4 5
Keuangan

Bagian
4 Verifikasi 10 1 2 1 5 1
Anggaran

Total 163 4 8 6 51 10 42 11 31

18
Tabel 2 Jumlah pegawai sesuai jabatan
Sumber : Dokumen Bappenas

19
Gambar 10 Diagram jumlah Pegawai menurut pendidikan
Sumber : Dokumen Bappenas

Gambar 11 Diagram jumlah Pegawai menurut Jabatan


Sumber : Dokumen Bappenas

20
2.2 Landasan Teori

Dalam Peraturan Pemerintah No.06 Tahun 2006 yang dimaksud


dengan Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Pada
dasarnya barang milik negara/daerah digunakan untuk penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga satuan kerja perangkat
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004. Oleh karena itu, sesuai Pasal 45 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 barang milik Negara/daerah yang diperlukan
bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan negara/daerah tidak dapat
dipindahtangankan.
Dalam rangka menjamin tertib penggunaan, pengguna barang harus
melaporkan kepada pengelola barang atas semua barang milik negara/daerah
yang diperoleh kementerian/lembaga/ satuan kerja perangkat daerah untuk
ditetapkan status penggunaannya. Dalam rangka menjamin terlaksananya
tertib administrasi dan tertib pengelolaan barang milik negara/daerah
diperlukan adanya kesamaan persepsi dan langkah secara integral dan
menyeluruh dari unsur-unsur yang terkait dalam pengelolaan barang milik
Negara/daerah.
Pengelolaan barang milik negara/daerah sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah ini dilaksanakan dengan memperhatikan enam asas.
Asas-asas sebagai berikut:

21
Gambar 12 Tingakatan Asas-asas yang diperhatikan dlm pengelolaan
BMN
Sumber : Olahan Penulis

1. Asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan


masalah-masalah di bidang pengelolaan barang milik Negara/daerah
yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang,
pengelola barang dan gubernur/bupati/walikota sesuai fungsi,
wewenang, dan tanggung jawab masingmasing;
2. Asas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik Negara/daerah
harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-
undangan;
3. Asas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik
negara/daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam
memperoleh informasi yang benar.
4.Asas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah diarahkan
agar barang milik negara/daerah digunakan sesuai batasan-batasan
standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal;

22
5. Asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik
negara/daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
6. Asas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah
harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam
rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik
negara/daerah serta penyusunan Neraca Pemerintah.

Dalam pengelolaan BMN siklus yang terjadi pertama mulai dari


pembinaan pengelolaan, pengawasan dan pengendalian. Di dalam
pengawasan dan pengendalian terdapat beberapa tahap yaitu: Perencanaan
kebutuhan dan penganggaran, Pengadaan, Pengamanan, Penggunaan
Pemeliharaan, Penatausahaan, Penilaian Dan Evaluasi.

Gambar 13 Siklus Pengelolaan BMN


Sumber : Materi Penghapusan BMN (Budiono Agus)

23
2.2.1 Penatausahaan
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, penatausahaan BMN
diartikan sebagai sub kegiatan pengelolaan BMN yang meliputi kegiatan
pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan BMN/D sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Peranan penatausahaan BMN dalam pengelolaan BMN menempati posisi
yang sangat strategis karena semua kebijakan lebih efektif jika didasarkan pada
data akurat yang diperoleh dari kegiatan penatausahaan BMN.
Penatausahaan barang milik Negara/daerah meliputi pembukuan,
inventarisasi, dan pelaporan barang milik Negara/daerah yang berada di bawah
penguasaan pengguna barang/kuasa pengguna barang harus dibukukan melalui
proses pencatatan dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna oleh kuasa pengguna
barang, Daftar Barang Pengguna oleh pengguna barang dan Daftar Barang Milik
Negara/Daerah oleh pengelola barang. Di dalam proses inventarisasi, terdapat
beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu: pendataan, pencatatan, dan pelaporan
hasil pendataan barang milik negara/daerah merupakan bagian dari
penatausahaan. Hasil dari proses pembukuan dan inventarisasi diperlukan dalam
melaksanakan proses pelaporan barang milik negara/daerah yang dilakukan oleh
kuasa pengguna barang, pengguna barang, dan pengelola barang. Hasil
penatausahaan barang milik negara/daerah digunakan dalam rangka :
1. Penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah setiap
tahun
2. Perencanaan kebutuhan pengadaan dan
pemeliharaan barang milik Negara/daerah setiap tahun untuk digunakan
sebagai bahan penyusunan rencana anggaran;
3. Pengamanan administratif terhadap barang milik
Negara/daerah.
Penatauasahaan Barang Milik Negara
Penyusunan Perencanaan Pengamanan
neraca Kebutuhan administratif
Pemenrintah tiap Pengadaan dan
tahun pemeliharaan

24
Tabel Hasil Penatausahaan BMN
Sumber : Olahan Penulis
2.2.2 Inventarisasi
Dalam PP No.06 Th.2006 Pengguna barang melakukan inventarisasi
barang milik negara/daerah sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun. Kecuali
terhadap barang milik Negara/daerah yang berupa persediaan dan konstruksi
dalam pengerjaan, pengguna barang melakukan inventarisasi setiap tahun. Dalam
proses inventarisasi pengguna barang menyampaikan laporan hasil inventarisasi
kepada pengelola barang paling lambat tiga bulan setelah selesai inventarisasi.
Pengelola barang melakukan inventarisasi barang milik negara/daerah berupa
tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaan sekurang-kurangnya
sekali dalam lima tahun.

2.2.3 Pelaporan
Kuasa pengguna barang harus menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna
Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT)
untuk disampaikan kepada pengguna barang. Pengguna barang harus menyusun
Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna
Tahunan (LBPT) untuk disampaikan kepada pengelola barang. Selain itu,
pengelola barang harus menyusun Laporan Barang Milik Negara/Daerah
(LBMN/D) berupa tanah dan/atau bangunan semesteran dan tahunan. Pengelola
barang harus menghimpun Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan
Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) serta Laporan Barang Milik
Negara/Daerah (LBMN/D) berupa tanah dan/atau bangunan. Pengelola barang
harus menyusun Laporan Barang Milik Negara/Daerah (LBMN/D) berdasarkan
hasil penghimpunan laporan.

2.3 Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan


Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Kementerian
PPN/Bappenas pada tanggal 20 September 2010 – 20 Desember 2010. Kegiatan
PKL dilaksanakan dibagian Perlengkapan di bawah Biro Umum. Kegiatan PKL

25
dimulai dengan melaksanakan prosedur PKL di Jurusan Administrasi Niaga
Politeknik Negeri Bandung.
Mahasiswa Perusahaan POLBAN
Pemberian
Menentukan Mata kuliah
Tempat PKL PKL

Mencatat Nomor
Surat

Membuat Surat

Tidak Ttd
Ketua
Jurusan

Ya

Surat Sah Surat Dicap

Bagian Sumber
Daya Manusia

Tidak
Supervis
or Bagian

Ya

Surat konfirmasi Surat Diterima


PKL

Pelaksanaan PKL

Pembuatan laporan
PKL

Pengumpulan
Persetujuan laporan
PKL laporan PKL

Gambar 14 Prosedur Praktek Kerja Lapangan


Sumber: Olahan Penulis

26
Adapun penjelasan dari diagram alur prosedur Praktek kerja lapangan
adalah sebagai berikut :
1. Politeknik Negeri Bandung memberikan mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan sebagai salah satu syarat kelulusan mahasiswa.
2. Para mahasiswa diberikan kebebasan untuk menentukan tempat Praktek
Kerja Lapangan, namun tetap harus sesuai dengan kompentensi yang
dimiliki
3. Setelah menemukan tempat Praktek Kerja Lapangan, mahasiswa mencatat
nomor surat untuk pembuatan surat di bagian Administrasi.
4. Mahasiswa membuat surat permohonan Praktek Kerja Lapangan sesuai
dengan nomor surat yang telah didapat dari bagian Administrasi.
5. Mahasiswa meminta tanda tangan ketua jurusan untuk surat permohonan
Praktek Kerja Lapangan sebagai bentuk pengesahan. Apabila ketua
jurusan memberikan tanda tangan untuk surat permohonan PKL, maka
surat tersebut telah disetujui. Jika tidak mendapat persetujuan, maka
mahasiswa harus memperbaiki kembali surat tersebut.
6. Surat yang telah di setujui harus diberi cap oleh pihak jurusan.
7. Surat yang telah ditanda tangan oleh ketua jurusan dan yang telah dicap
dinyatakan sah oleh Politeknik Negeri Bandung.
8. Surat permohonan Praktek Kerja Lapangan diberikan kepada bagian
Bagian Kepegawaian Kementerian PPN/Bappenas.
9. Apabila surat disetujui, maka akan diproses lebih lanjut. Jika surat tersebut
tidak disetujui, maka mahasiswa harus memperbaiki kembali surat
permohonan PKL atau mencari tempat PKL lain.
10. Surat yang telah disetujui instansi, maka oleh bagian Kepegawaian akan
memberikan surat konfirmasi kepada Politeknik Negeri Bandung.
11. Politeknik Negeri Bandung khususnya pihak Program Studi Manajemen
Aset menerima surat konfirmasi dari perusahaan yang bersangkutan.
12. Mahasiswa melaksanakan Praktek Kerja Lapangan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.

27
13. Mahasiswa menyusun laporan Praktek Kerja Lapangan sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan di perusahaan
14. Mahasiswa meminta persetujuan baik dari pihak perusahaan maupun
jurusan mengenai hasil laporan Praktek Kerja Lapangan.
15. Pihak jurusan menerima hasil laporan PKL mahasiswa yang telah
disetujui.

2.3.1. Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

Praktek kerja lapangan dilaksanakan di Kementerian PPN/Bappenas yang


berlokasi di Jl. Taman Suropati No.2 Jakarta Pusat. Waktu pelaksanaan dimulai
pada tanggal 20 September 2010 – 20 Desember 2010 di Bagian Perlengkapan di
bawah Biro Umum. Praktek Kerja Lapangan dilakukan setiap hari senin sampai
hari kamis. Adapun untuk hari jumat tidak melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
dikarenakan bimbingan dengan pembimbing di kampus, terkecuali jika ada
kegiatan konsinyering.

2.3.2. Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan BMN di Kementerian

PPN/Bappenas

Petunjuk pelaksanaan penatausahaan Barang Milik Negara dilaksanakan


sesuai dengan Buku Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan Barang Milik Negara di
Kementerian Negara perencanaan pembangunan nasional/Bappenas (Juklak)
sesuai dengan Keputusan Meneg. PPN/Kepala Bappenas Nomor
PER.004/M.PPN/10/2008. Untuk mengatur arus keluar masuk barang dibuatkan
Surat ijin Pinjam Barang Milik Negara dan Tanda Terima Barang yang ditanda
tangani oleh Kepala Bagian Urusan Dalam dan Kepala Sub Bagian Perlengkapan
serta penerima barang. Untuk memelihara barang yang rusak dan perlu perbaikan,
dibuatkan Surat Perintah Kerja pendahuluan dimana isinya merupakan tugas-tugas
yang akan diperbaiki/dikerjakan, hasil kerja yang tertuang dalam SPK
pendahuluan sebagai dasar pembuatan SPK yang sesuai dengan tata cara
administrasi yang berlaku.

28
Surat-Surat Dinas/Nota-Nota dari Pimpinan/Unit kerja lainnya yang
meminta barang sebagian dapat dipenuhi dan yang tidak dapat dipenuhi akan
ditampung dalam perencanaan kebutuhan yang akan datang. Peneglola Membuat
buku catatan terhadap semua rekanan yang mengajukan perkenalan, mencatat
daftar harga Barang Milik Negara secara bulanan. Setiap pengadaan Barang Milik
Negara yang melalui anggaran rutin harus ada persetujuan lebih dahulu dari
Kepala Bagian Urusan Dalam atau Kepala Biro Umum sesuai dengan
wewenangnya. Apabila pengadaan barang nilainya dibawah 1 juta dapat
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Urusan Dalam, tetapi jika mempunyai nilai
diatas 1 juta harus ada persetujuan dari Kepala Biro Umum. SPK ditanda tangani
oleh Kepala Bagian Urusan Dalam dan diketahui oleh Kepala Biro umum. Semua
kontrak-kontrak ditanda tangani oleh Kepala Biro Umum. Berita Acara Penelitian
harga ditanda tangani oleh Kepala Bagian Urusan Dalam. Berita Acara
Penyerahan Barang ditanda tangani oleh Kepala Gudang dan diketahui oleh
Kepala Bagian Urusan Dalam.
Setiap pengadaan Barang Milik Negara yang melalui anggaran proyek
harus ada Berita Acara Penyerahan ke Bagian Urusan Dalam atau ke Biro Umum.
Semua tagihan dari pihak ketiga yang menyangkut pembiayaan dari anggaran
rutin. Kuitansi-kuitansi penagihan tersebut harus diketahui dan ditanda tangani
oleh Kepala Bagian Urusan Dalam dan 1 copynya diteruskan ke pencatat
inventaris barang. Setiap tahun diadakan perencanaan kebutuhan tahunan Barang
Milik Negara sesuai dengan permintaan, struktur organisasi, jumlah pegawai, pola
kerja masing-masing unit kerja.

2.3.3. Kegiatan Penatausahaan Barang

Untuk melaksanakan kegiatan penatausahaan barang, lembaga


pemerintahan melakukan kegiatan berdasarkan struktur organisasi yang dikaitkan
dengan jabatan struktural. Secara umum, struktur organisasi Barang Milik Negara
(BMN) di BAPPENAS ditetapkan sebagai berikut:

29
Pembina
Barang Milik
Negara
(PEBIN)

Penguasa
Unit Pelaksana Petugas
Barang Milik
Barang Verifikasi
Negara

Gambar 15 Struktur Organisasi Penatausahaan BMN


Sumber : Olahan Penulis

Pembina Barang Milik Negara


Pembina Barang Milik Negara (PEBIN) adalah Sekretaris Utama atau
pejabat yang setingkat yang telah ditetapkan selaku penanggungjawab
mempunyai tugas membina pelaksanaan sistem Penatausahaan BMN untuk
lingkup Departemen/Lembaga. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sekretaris
Utama atau pejabat yang setingkat yang telah ditetapkan selaku
penanggungjawab mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Menyusun rencana pelaksanaan sistem Penatausahaan BMN
dilingkungan Kementerian PPN/Bappenas,
2. Menyusun dan menyiapkan Daftar Usulan Proyek (DUP) atau Daftar
Usulan Kegiatan (DUK) untuk pelaksanaan sistem Penatausahaan BMN
dilingkungan Kementerian PPN/Bappenas,
3. Menyiapkan usulan organisasi dan uraian tugas bagi seluruh unit
Penatausahaan BMN,
4. Menyusun penyiapan para petugas pelaksana sistem Penatausahaan
BMN,
5. Memberikan petunjuk kepada unit-unit Penatausahaan BMN menyangkut
hubungan kerja, personalia, biaya, peralatan dan perlengkapan serta hal-
hal administratif lainnya,

30
6. Memantau pelaksanaan sistem Penatausahaan BMN pada Unit Penguasa
Barang (UPB), Pembina Penguasa Barang Milik Negara (PPBI) dan
Penguasa Barang Inventaris (PBI) dilingkungan departemen/lembaga,
7. Melakukan pembinaan atas pelaksanaan sistem Penatausahaan BMN
pada UPB, PPBI dan PBI dilingkungan departemen/lembaga,
8. Mengkoordinasikan pembuatan laporan BMN dan menyampaikan
laporan BMN triwulanan dan tahunan ke Menteri Keuangan cq. Badan
Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN).

Penguasa Barang Milik Negara


Penguasa Barang Milik Negara adalah Kepala Biro yang membidangi
perlengkapan. Di BAPPENAS bidang perlengkapan berada di lingkungan kerja
Biro Umum. Penguasa Barang Milik Negara ditunjuk selaku wakil
penanggungjawab mempunyai tugas membantu penanggungjawab dalam
mengkoordinasikan pelaksanaan Penatausahaan BMN pada tingkat
Departemen/Lembaga. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Bagian
Urusan Dalam yang membidangi perlengkapan selaku wakil penanggungjawab
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Mengkoordinasikan rencana pelaksanaan sistem Penatausahaan BMN
dilingkup departemen/lembaga,
2. Mengkoordinasikan penyiapan organisasi Penatausahaan BMN sebagai
pelaksana sistem Penatausahaan BMN,
3. Mengkoordinasikan penyusunan DUK/DUP untuk mendukung dana
pelaksanaan sistem Penatausahaan BMN,
4. Mengarahkan penyiapan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana yang
diperlukan,
5. Memantau pelaksanaan kegiatan Penatausahaan BMN sesuai rencana
yang telah ditetapkan,
6. Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem Penatausahaan BMN dengan Tim
Pembina BAKUN,
7. Menyetujui Laporan BMN yang akan didistribusikan.

31
Unit Pelaksana Barang
Unit Pelaksana Barang adalah Kepala Bagian Urusan Dalam/Pejabat yang
ditunjuk selaku pelaksana penanggungjawab mempunyai tugas melaksanakan
sistem Penatausahaan BMN untuk lingkup departemen/lembaga serta
membantu penanggungjawab dalam mengkoordinasikan pelaksanaan sistem
Penatausahaan BMN. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Bagian
Urusan Dalam/Pejabat yang membidangi perlengkapan selaku pelaksana
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Menyusun rencana pelaksanaan sistem Penatausahaan BMN
dilingkungan departemen/lembaga,
2. Menyusun dan menyiapkan DUP atau DUK untuk pelaksanaan sistem
Penatausahaan BMN dilingkungan departemen/lembaga,
3. Menyiapkan usulan organisasi dan uraian tugas bagi seluruh unit
organisasi Penatausahaan BMN,
4. Menyusun penyiapan para petugas pelaksana sistem Penatausahaan
BMN,
5. Memberikan petunjuk kepada unit organisasi Penatausahaan BMN
menyangkut hubungan kerja, personalia, biaya, peralatan dan
perlengkapan serta hal-hal administratif lainnya,
6. Memantau pelaksanaan sistem Penatausahaan BMN antara UPB, PPBI
dan PBI dilingkungan departemen/lembaga,
7. Meneliti dan menganalisis laporan BMN untuk didistribusikan

Petugas Verifikasi
Petugas Verifikasi Penatausahaan BMN pada tingkat PEBIN mempunyai
tugas dan fungsi sebagai berikut :
1. Melaksanakan tugas UPB untuk kantor yang bersangkutan,
2. Memutakhirkan Kartu Inventaris Barang (KIB) berdasarkan informasi
perubahan dari UPB,

32
3. Mengirimkan Laporan Mutasi Barang Triwulan (LMBT) dalam periode
triwulan ke Departemen Keuangan (cq. BAKUN) setelah ditandatangani
penanggungjawab PEBIN,
4. Mengirimkan Laporan Tahunan Pembina Barang Milik Negara (LT-
PEBIN) ke Departemen Keuangan (cq. BAKUN dan Direktorat Jenderal
Anggaran), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Satuan Pengawas Intern
Departemen/Lembaga terkait setelah ditandatangani penanggungjawab
PEBIN.

2.3.4. Pendataan Ruangan Kementerian PPN/Bappenas

Kegiatan pendataan ruangan seluruh gedung milik kementerian


PPN/Bappenas dibagi kedalam 9 (Sembilan) kelompok yaitu:

No. Kelompok Nama Gedung Penanggung


Jawab
1 Kelompok 1 Gd. TS 1 Ibnu Dwijono
2 Kelompok 2 Gd. TS 2 Tisna Sanjaya
3 Kelompok 3 Gedung Utama Cecep
4 Kelompok 4 Gedung Baru Jamaludin
5 Kelompok 5 Gedung Madiun Arifin
6 Kelompok 6 Gd. Sayap Barat, Sayap Timur Murgani
7 Kelompok 7 Gd. OTO Proklamasi, Sunda Kelapa, Arif Rachman
Wisma Bakrie
8 Kelompok 8 Proyek-Proyek Bappenas Hartoyo
9 Kelompok 9 Gudang-Gudang Bappenas Washington

Tabel Pembagian Kelompok pendataan


Sumber : Olahan Penulis

Pendataan ruangan diperlukan untuk menegetahui kuantitas BMN yang


dapat diyakini keberadaan dan posisinya. Sehingga BMN yang tercatat dalam
SIMK dapat dipertanggung jawabkan secara fisik. Pendataan ruangan tersebut
juga berfungsi sebagai catatan/ mutasi kurang dan lebih/ update posisi BMN
sehingga data yang disajikan dalam kondisi kelaziman.

33
Berikut format kerja pendataan ruangan :

Tabel 5 Format Kerja Pendataan Ruangan


Sumber : Olahan Penulis

Dalam mengisi format kerja pendataan ruangan gedung milik bappenas


maka dibuatlah suatu panduan agar petugas pendata ruangan memiliki acuan
dalam pengisian lembar kerja. Isi panduan ini membuat breakdown klasifikasi
ruangan agar memudahkan dalam kodefikasi ruangan.

34
35
36
Hasil dari pendataan ruangan ini didapatkan jumlah ruangan sebanyak 699
ruang. Dari 699 ruang tersebut terdiri dari Gedung TS 1 62 Ruang, Gedung
Utama 61 ruang, Gedung Bru 100 ruang, Gedung sayap barat dan sayap timur 57
ruang, Gedung TS 2A 122 ruang, TS 2 18 ruang, Gedung Madiun 151 ruang,
Gedung SK 15 Ruang, Gedung OTO 28 ruang, Gedung Menara Nusa 71 ruang,
Proyek-Proyek milik Bappenas 7 ruang, dan Gudang di luar gedung 7 ruang.

JUMLAH RUANGAN GEDUNG KANTOR KEMENTERIAN


PPN/BAPPENAS

JUMLAH
No NAMA GEDUNG
RUANGAN
1 Gedung TS 1 62
2 Gedung Utama 61
3 Gedung Baru 100
4 Gedung Sayap Barat 23
5 Gedung Sayap Timur 34
6 Gedung TS 2A 122
7 Gedung TS 2 18
8 Gedung Madiun 151
9 Gedung Sunda Kelapa 15
10 Gedung OTO 28
11 Gedung Menara Nusa 71
Proyek-Proyek
12 Bappenas' 7
13 Gudang Bappenas 7
Jumlah Ruangan 699

Tabel 7 Jumlah Ruangan Ruangan milik Kementerian PPN/Bappenas


Sumber : Dokumen Bappenas

Hasil dari pendataan Ruangan dan pengkodean ruangan telah di satukan


dengan denah gedung Bappenas. Hasil dari penggabungan tersebut dapat dilihat
pada gambar-gambar berikut :

37
387 38 39 40 41 42 43 44 45 46

47 48 49 50 51 52 53 54 55 56

57 58 59 60 61 62 63 64 65 66

67 68 69 70 71 72 73 74 75 76

38

Anda mungkin juga menyukai