Anda di halaman 1dari 16

MODELS OF TEACHING

SOSIAL DAN PEMBELAJARAN


KOOPERATIF

PENYUSUN:
LIZA

PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
CIREBON
2007

BAB I
PENDAHULUAN

1
Bila kita berbicara masalah pendidikan pasti , dalam diri kita semua kita ingin
mempunyai anak yang terdidik, pandai, berahlak, punya daya kreatifitas, motivasi yang
tinggi dalam menjalani studinya sehingga ketika mereka lulus, mereka dapat menjadi
manusia-manusia yang berguna bagi keluarga , masyarakat , negara dan agamanya.
Kewajiban sebagai pendidik atau guru , tidak hanya transfer of Knowlegde tapi
juga dapat mengubah prilaku, memberikan dorongan yang positif sehingga siswa
termotivasi, memberi suasana belajar yang menyenangkan, agar mereka bisa berkembang
semaksimal mungkin. Guru tidak hanya mengolah otak siswanya tapi juga mengolah jiwa
anak didiknya, bila seorang guru hanya mengolah otak tampa mempedulikan jiwa anak
didiknya, alhasil mereka tumbuh menjadi manusia robot yang tidak berhati.
Anak yang cerdas, bukan saja anak yang nilai ulangannya baik, nilai rapornya
tinggi, tapi emosional dan fungsi motoriknya berjalan dengan baik
Mungkin tidak salah kalau kita menyimak apa kata paul Lawrence dan Nitin
Nohria (Driveb : How Human Nature Shapes Our Choice) seperi yang dikutip oleh taufik
pasiak 4 dorongan manusia melakukan sesuatu: (1) to aquire :(dorongan untuk
memperoleh sesuatu), (2) to bond (dorongan membangun hubungan), (3) to learn
(dorongan untuk memahami) (4) to defend (dorongan untuk mempertahankan semua
yang dimiliki).1
Seorang guru yang baik dapat menciptakan iklim belajar dan mengajar yang sehat
dan menyenangkan kelasnya sehingga bisa memberikan dorongan kepada para siswanya
agar mempunyai motivasi yang tinggi , dan memberikan dorongan yang positif.
UNESCO menjelaskan bahwa pendidikan pada abad ini harus diorientasikan
terhadap pencapaian 4 pilar pembelajaran: (1) Learning to know (belajar untuk tahu),
(2) learning to do(belajar untuk melakukan) , (3) Lerning to be (belajar untuk menjadi
diri sendiri) (4) learning to live together (belajar bersama dengan orang lain). Bila
seorang guru dapat membekali siswanya dan memberi pondasi agar 4 pilar tadi dapat
berdiri kokoh, betapa bahagianya siswa yang mempunyai guru atau pendidik yang
berkualitas seperti itu. Dan betapa bangganya bangsa dan negara ini bila pendidikan bisa
menjadi tonggak berdirinya suatu negara yang kokoh.

1
Taufik Pasiak, Manajemen kecerdasan, mizan 2006, 212

2
Karenanya guru harus mengetahui model-model pembelajaran sebagai bagian
dalam perencanaan mengajarnya, agar siswa dapat memahami yang berikan oleh gurunya
secara seksama.

BAB 11
PENDIDIKAN

Pendidikan Nasional di Indonesia menurut Undang-Undang RI no.20 tahun


2003 ,bab I Pasal 1 (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri kepribadian kecerdasan , akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam bahasa arab pendidikan disebut “tarbiyah” yang berarti proses persiapan
dan pengasuhan manusia pada fase-fase awal kehidupannya yaitu pada tahap
perkembangan masa bayi, dan kanak-kanak. 2
Islam menempatkan pendidikan dalam kedudukan yang sangat penting sehingga
dalam Al-Quran surat al-Mujadalah Allah berfirman:”Allah akan meninggikan derajat
orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi pengetahuan
beberapa derajat” (QS. Al-Mujadalah 58: 11) . Dan tujuan dari pendidikan adalah
mendekatkan diri kepada Allah , sebagaimana firman Allah dalam surat QS. Al-Dzariyah,
56 : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan mereka mengabdi kepada
Ku”
Sehingga diperlukan adanya pendidik dan metode pembelajaran yang efektif ,
sistematik, terencana, berproses dan terevaluasi, sehingga tujuan pendidikan itu dapat
tercapai sesuai yang kita inginkan. Yaitu menghasilkan seorang insan kamil.
Dalam era globalisasi sekarang ini dengan persaingan yang amat kompetitif ,
diharapkan institusi pendidikan formal yaitu sekolah dapat menjadi wadah pendidikan
bagi para generasi muda sehingga mereka dapat mandiri ,siap pakai, kreatif,

2
Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Rosda, Bandung 2005, 10

3
berpengetahuan dan keterampilan yang tinggi, bertanggung jawab, siap berkompetitif
dalam kehidupan global
Pendidikan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Sekolah dan kelas merupakan komunitas pelajar yang dibawa untuk
mengeksplorasi dunia dan dinavigasi secara produktif, mereka diharapkan berilmu yang
tinggi dan berdedikasi , serta berketerampilan yang tingi.3
Adalah menjadi kewajiban bagi pendidik untuk mengetahui model-model
pembelajaran, karena teaching mode adalah suatu system mengajar yang dibuat sedemian
rupa dijadikan pedoman perencanaan, pelaksanaan , dan evaluasi.
Dalam pendidikan kita mengenal istilah mengajar, menurut Hamalik seperti yang
dikutip oleh syafaruddin mengajar adalah pemberian bimbingan kepada siswa untuk
belajar atau menciptakan lingkungan atau kemudahan bagi siswa untuk melakukan
kegiatan belajar. Disini guru berusaha memfungsikan seluruh sub system pengajaran
dalam mencapai tujuan4
Guru adalah motivator untuk mempengaruhi siswa melakukan kegiatan belajar.
Untuk memberikan pengaruh dan bimbingan dalam konteks mengajar, guru sebagai
pemimpin melakukan dua usaha utama: (1) memperkokoh motivasi siswa (2) memilih
strategi mengajar yang tepat5
Davis membagi motivasi kepada dua jenis yaitu: (1) Motivasi intrinsik yang
mengacu kepada factor-faktor dari dalam , tersirat baik dari tugas itu sendii maupun pada
diri siswa, motivasi intrinsic merupakan pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan
dalam pemecahan soal . Keinginan untuk menambah pengetahuan dan untuk menjelajah
pengetahuan merupaan factor intrinsik semua orang. (2) Motivasi ekstrinsik yaitu
motivasi yang mengacu kepada factor-faktor dari luar dan ditetapkan pada tugas atau
pada diri siswa oleh guru atau orang lain, Motivasi ekstrinsik dapat berupa penghargaan ,
pujian , hukuman atau celaan6

3
Bruce Joyce, op cit 1
4
Drs. Syafaruddin, M.Pd, Drs Irwan Nasution, M.Sc. Manajemen Pembelajaran, Quantum
Teaching,Jakarta 2005
5
Ibid hal 124
6
Ibid hal 132

4
Adapun skala motivasi menurut ian Mashall diurutkan dari yang terendah :
kebutuha tingkat rendah(1) Maslow bertahan hidup , (2) Maslow rasa aman, (3)
Maslow :rasa memiliki, kebutuhan tingkat tinggi yang terdiri dari (4) Maslow Harga diri,
(5) Maslow aktualisasi diri (6) Maslow pengalaman puncak
Kumpulan atau model pengajaran yang dianggap baik dan efektif, adalah model
yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan kawan-kawan dengan kategori sebagai berikut:
(1) Model Information Processing, (2) Model personal, (3) Model Social , (4) Model
behavioural
Models of Teaching merupakan perencanaan yang dapat digunakan sebagai pola
face to face/saling berhadapan dalam pengajaran di kelas, atau pengaturan dalam tutorial
atau bentuk dari bahan-bahan instruksional. Termasuk buku-buku. Film, tapes, computer,
kurikulum . setiap models di desian untuk membantu siswa mendapatkan bermacam-
macam hasil7
Menurut Bruce Joyce, dkk, Models of teaching atau model pembelajaran adalah
model pelajaran , untuk membantu siswa mendapatkan informasi , ide, keterampilan,
nilai-nilai, kemampuan berfikir , dan dapat mengaktualisasi diri , juga diajarkan kepada
siswa bagaimana belajar yang efektif dan sistematis sehingga kedepan dihasilkan siswa
yang dapat meningkatkan kemampuannya belajar lebih mudah dan efektif dalam
keilmuan dan keterampilan , karena mereka sudah memdapat proses pembelajaran yang
tuntas. Models of teaching are really models of learning. As we help students acquire
information , ideas, skills, values, ways of thingking, and means of expressing
themselves, we are olso teaching them how to learn. In fact the most importand long term
out come of instruction may be the students increased capabilities to learn more easily,
and effectively in the future, both because of the knowledge and skill they have acquired
and because they have mastered learning process8
Jadi keberadaan model pengajaran adalah berfungsi membantu siswa memperoleh
informasi, gagasan, keterampilan, nilai-nilai, cara berfikir, dan pengertian yang
diekspresiakan mereka. Karena itu posisi guru adalah mengajar siswa bagaimana cara
belajar . Untuk jangka panjang sebenarnya pembelajaran harus menciptakan iklim yang

7
Ibid . hal 4
8
Bruce Joyce, Masha Weil , with Beverly Shower, Models of teaching, 4 th edition, Allyn and Bacon.
USA. 1

5
memungkinkan siswa meningkatkan kemampuan pembelajaran yang lebih mudah dan
efektif pada masa depan. Sebab pengertian dan keterampilan diperoleh mereka dengan
baik apabila mereka sudah melakukan pembelajaran tuntus(mastering learning), Jadi
pembelajaran tuntas merupakan salah satu metode pembelajaran seperti halnya model
pembelajaran bersama (cooperative learning)9
Models pembelajaran ini membutuhkan guru yang berpengalaman mengarahkan
siswanya, didukung oleh sumber pengetahuan yang memadai seperti buku,
perpustakaan ,internat sehingga dapat membuka wawasan siswa , memotivasi mereka
untuk mencari, menggali informasi, dan saling bekerja sama dengan temannya, sehingga
timbul kreatifitas yang dapat menambah pengetahuan dan keterampilannya dikemudian
hari dalam masyarakat
Model pembelajaran adalah bantuan alat-alat yang mempermudah siswa
relajar.Tujuan proses mengajar secara ideal adalah agar bahan-bahan dipelajari dikuasai
murid sepenuhnya ini disebut Mastery Learning (belajar tuntas)10

BAB III
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
From Dyads to Group Investigation
Bab ini menyari dari buku Pada Chapter 1 . part 1 buku Models of teaching ,
dijelaskan bahwa social models mengkombinasi antara belajar (learning) dan masyarakat
(society) . kedudukannya kearah pengajaran dengan prilaku yang kooperatif (cooperative
behavior) menstimulasi tidak hanya secara social tapi juga intelektual, dan karenanya
tugas interaksi social dapat di desain untuk meningkatkan studi akademik.
Sesuai dengan penekanan dan titik beratnya aplikasi model ini adalah untuk
mengembangkan kecakapan individu pelajar dalam berhubungan dengan orang lain atau
masyarakat. Individu siswa dalam hal ini dihadapkan oleh grtu dalam situasi yang
demokratis didorong untuk berprilaku produktif dalam bermasyarakat. Salah satu model

9
Drs. Syafaruddin, M.Pd,
10
Syafaruddin Op cit hal 184

6
yang mengutamakan interaksi antara siswa dalam situasi demokratis adalah model
mengajar role playing11
karena banyak teori social yang tidak hanya berpotensi meningkatkan
kemampuan rasional siswa tapi juga juga sudah menerbitkan pertanyaan serius adekuat
bentuk pendidikan yang sudah ada disekolah..

PARTNERS IN LEARNING/BELAJAR DALAM BERKELOMPOK12

A. Skenario 1

Mary Hilltepper membuka tahun ajaran barunya pada kelas 10 dengan memberi
tugas presentasi kepada siswanya 12 puisi yang diseleksi dari 100 puisi yang ada . dia
membagi siswanya berpasangan, menyuruh mereka membaca dan mengklasifikasi puisi
berdasar stuktur, bentuk dan tema., mereka bekerja sama dalam mengklasifikasi puisi,
saling menyiapkan untuk saling berdiskusi di antara mereka dalam bentuk group, saling
berdebat, kemudian proses model pembelajaran ini diikuti dengan beberapa tugas lain
yang masih berhubungan, yaitu satu ditugasi memutuskan tema-tema yang saling
berhubungan satu sama lain secara gaya dan struktur . yang lainnya membangun hipotesis
tentang bagaimana penulis puisi megkombinasikan antara gaya dan tema serta struktur
puisi mereka.
Mary mengorganisir kelasnya dalam metode belajar berpasangan (partnership
based learning). tugas ini membangun tidak saja pengetahuan kognitif siswa tapi juga
mempersiapkan siswa untuk menaikkan kerjasama dalam belajar siswa berikutnya.
Menulis puisi atau belajar tentang cerita pendek menjadi tingkat pembelajaran
selanjutnya.

B. Skenario 2

Kelly Farmers, mengajar di kelas 5 . pada hari pertama tahun ajaran baru, dia
membuka kelas dengan tersenyum dan mengajak siswanya untuk belajar tentang semua
11
Muhibbin, Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Rosda, 2005. 195
12
Bruce Jones, dkk op cit hal 29 - 31

7
nama mereka dan dia mengatakan bahwa kita akan saling bekerja sama sepanjang tahun.
“Let’s star by learning al our names and one of the ways we will be working together this
year”.
Dia membagi meja dengan siswa yang berpasangan sebagai partner bekerja hari
itu. Kelly menyuruh siswanya yang sudah terbagi sebagai patner tersebut untuk bekerja
sama membuat klasifikasi nama-nama temannya dalam beberapa kategori .
Dalam beberapa menit mereka sudah dapat mengklasifikasi nama-nama teman
mereka, sebagai contoh, mereka menempatkan Nancy dan sally bersama karena
mempunyai huruf Y pada akhir nama mereka, menempatkan George dan Jerry bersama
karena nama mereka terdengar sama pada awal kata.
Kelly sudah memulai tahun ajaran baru nya dengna mengorganisasi kerjasama
siswa nya dalam bentuk metode belajar kooperatif “ cooperative set”

C. TUJUAN COOPERATIVE LEARNING COMMUNITIES (MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM KELOMPOK)

1. Sinergi dari model kerjasama ini bisa lebih memotivasi siswa dari pada bekerja
belajar sendirian, menciptakan iklim kompetitif, meningkatkan integrasi sosial,
perasaan saling berkoneksi membangun energi yang positif.
2. Para anggota saling bekerjasama dalam grup satu sama lain, setiap pelajar saling
Bantu bahu membahu menbantu.
3. Interaksi sesama, membangun kemampuan kognitif sama baiknya dengan
kemampuan bersosial. Menciptakan lebih banyak activitas intelektual yang
meningkatkan proses belajar jika dibandingkan mereka belajar secara individu
(solitary study).
4. Kerjasama juga meningkatkan positif feeling terhadap sesama , mengurangi
keterasingan, kesepian, membangun hubungan , meningkatkan pandangan yang
baik terhadap orang lain.
5. Kooperatif system meningkatkan percaya diri (self estem) bukan saja
meningkatkan kemampuan belajar tapi juga meningkatkan feeling atau perasaan
dihargai , diperhatikan oleh orang lain yang ada disekitarnya.

8
6. Pelajar atau para siswa dapat merespon pengalamannya dalam tugas ini,
mengembangkan kapasitas kerjanya agar lebih produktif, atau dengan kata lain,
pelajar yang diberi kesempatan bekerja bersama akan lebih baik mendapatkan
manfaat untuk kemampuan umum mereka bersosial .
7. Pejajar , termasuk anak sekolah dasar dapat belajar membangun kemampuannya
bekerja sama.

D. CARA MEMBANGUN KERJASAMA

1. TRAINING FOR COOPERATION (MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATIF)

Jumlah proporsi siswa dalam grup dapat menentukan berjalan atau tidaknya suatu
kerjasama
Kebanyakan siswa mudah untuk berkerjasama ketika tugas yang diberikan tersebut
telah jelas, bagaimanapun pengembangan cara yang lebih efisien yang lebih jelas itu
sangat penting. Ada beberapa cara untuk menolong pelajar agar lebih praktis dan efisien,
dalam bentuk besar grup, keragamannya dan prakteknya.
Bila siswa belum berpengalaman dalam bekerja sama maka tempatkan mereka dalam
jumlah yang kecil saja. Jumlah grup yang terdiri dari 2, 3 atau 4 biasanya yang paling
umum digunakan. Jumlah anggota yang lebih dari 6 orang biasanya jadi kaku dan
membutuhkan kemampuan kepemimpinan dimana siswa tidak dapat bekerja sama satu
sama lain, bila mereka tidak berpengalaman

2. TRAINING FOR EFFICIENCY (BELAJAR EFISIENSI)


Kagan telah mengembangkan beberapa cara prosedur pembelajaran pada siswa
dimana kerjasama menjadi tujuan , dimana semua siswa berpartisipasi secara equal,
dalam menjalankan tugas.
Sebagai contoh ketika ada group yang ter diri dari 3 orang diberi tugas, maka, harus
ada pembagian tugas yang merata agar, masing-masing siswa saling bekerja dan

9
melengkapi, ada yang menjadi pembicara, ada yang menulis , ada yang mencari jawaban
yang benar atau yang mengecek untuk jawaban bagi temannya sebagai pembicara.

3. TRAINING FOR INTERDEPENCE (BELAJAR SALING


MEMBUTUHKAN)
Belajar untuk saling membutuhkan adalah penting dalam berkerja sama , agar
kerjasama bias saling efisien dan berperoses. Dengan saling membutuhkan akan timbul
empaty, sehingga sebuah grup ini akan dapat berjalan dinamis, tercipta suasana yang
berkembang dan bertanggung jawab.

4. DIVISION OF LABOR: SPECIALIZATION (PEMBAGIAN KERJA)


Pembagian kerja merupakan prosedur untuk membantu siswa belajar bagaimana
saling membantu diantara mereka. Setiap siswa memdapat kewajiban yang sama, sebagai
contoh sebuah kelas sedang mempelajari tentang Africa, dibagai grup yang terdiri dari 4
orang siswa, 4 negara dipilh untuk dipelajari, satu anggota dari tiap anggota grup di beri
tugas mencari tentang Negara tersebut, ada yang meringkasnya,ada yang menjadi tutor,
ada yang mendapat tugas mengingatkan semua aspek data.
Prosedur ini disebut jigsaw, dengan demikian para siswa diajak untuk
meningkatka kemampuannya , keterampilannya dalam pembagian tugas .dan bekerja
sama.

5. KERJASAMA DAN MOTIVASI


Kerjasama akan membangun motivasi para siswa, mereka dapat lebih bergairah
untuk belajar , karena mereka dapat mengaktualisasi diri, ketika motivasi itu berkembang
dan motivasi yang terbangun secara internal , akan memberikan satu kekuatan yang
meningkatkan tujuan dari maksud pembelajaran tersebut.

E. GROUP INVESTIGATION: BUILDING EDUCATION THROUGH THE


DEMOCRATIC PROCESS (MEMBANGUN PEMBELAJARAN MELALUI
PROSES DEMOKRASI)

10
SKENARIO 3
Debbie spychoyos guru kelas 11 mengajar mata pelajaran georgrafi memberikan
data dari Komputer tentang 177 negara yang ada di dunia, setiap grup yang terdiri dari 4
siswa mennganalisa 20 negara, dan mencari korelasi antara populasi, perdapatan
perkapita, angka kelahiran, angka harapan hidup, produksi pertanian, industri,
transportasi system, pelayanan kesehatannya, hak-hak perempuan, dan hasil bumi tiap
negara tersebut.
Grup-grup tersebut akhirnya mengemukakan banyak pendapat setelah mereka
menganalisa data-data yang ada tiap Negara, seperti , pada beberapa Negara yang
harapan hidupnya terpaut kurang samapai 20 tahun disbanding negera yang lain, bahwa
Negara yang kaya mempunyai fasilitas militer yang lebih baik disbanding Negara yang
miskin yang lebih mengutamakan pelayanan kesehatan, bahwa hak asasi wanita tidak
berhubungan dengan type suatu Negara, dan lain-lain.
Setelah semua analisa selesai dilakukan oleh para grup, Debby secara hati-hati
mencatat semua hasil reaksi penganalisaan mereka dan mereka memutuskan untuk
membaw semua hasil data dan kesimpulan yang mereka dapat dari hasil diskusi, mereka
juga memutuskan bahwa apa yang mereka butuhkan untuk membuat sebuah hipotesis
atas data yang mereka dapat
Ada siswa yang ingin tahi tentang pengaruh dan hubungan antara organisasi dunia
/WHO dengan Negara-negara yang menjadi anggotanya.
Ketika begitu pertanyaan danb kesimpulan yang beraneka ragam timbul, maka
guru mengajak mereka untuk meinvetarisir kembali, memprioritaskan apa yang ingin
mereka gali kembali dan membagi kembali tugas tersebut.

Inilah yang dimaksud membangun pembelajaran dalam kelompok secara


demokratis. Proses demokratis dalam bentuk kelompok pembelajaran walaupun memang
sulit karena dibutuhkan seorang guru yang mempunyai standard qualifikasi dan
keterampilan yang tinggi. Walaupun agak sulit dan menakutkan karena para gurum orang
tua dan kepala sekolah malah menganggap metode ini malah akan jadi mandek.

11
Tapi bagaimanapun juga metode ini harus dicoba, untuk membangun kapasitas
building belajar para siswa, agar menjadi lebih kreatif dan mandiri. Dipandu oleh guru-
guru yang berpengalaman

F. THE PHILOSOPHICAL UNDERPINNINGS (dasar filosofi)


Dasar filosofi dalam pengembangan model demokrasi proses ini adalah John
Dewey yang menulis “who wrote how we think tahun 1910, kemudian banyak teori yang
kemudian muncul , membahas teori ini, seperti tahun 1920 Charles Hubbard Judd yang
menekankan pengetahuan akademis. Willian Heard Kilpatrick, yang beberapa tahun
memjadi pembicara untuk progressive movement, menekankan social problem solving .
George Counts menekankan tidak hanya problem solving tapi juga konstruktif
masyarakat, tapi kemudian teori yang paling mendekati tentang demokrasi proses ini
dibuat oleh Gordo H Hullfish dan Phillip G smith dalam buku Reflective thingking :
Methode of Education, kedua penulis ini memberikan tekanan pada peran pendidikan
dalam membangun kapasitas mengembangkan cara mengolah informasi dan konsep ,
nilainya dan kepercayaan.
Esensi fungsi dari demokrasi adalah dengan membahas definisi masalah, dan
situasi masalah tersebut. Kemampuan membahas dengan orang lain atau bertukar pikiran
dengan orang lain akan membatu seseorang dapat bertukap pikiran dengan dunianya.

G. ORIENTATION TO THE MODEL


1. Goals and assumption
John Dewey (1916) merekomendasi agar seluruh sekolah diorganisir sebagai
miniature demokrasi, siswa-siswa berpartisipasi dalam mengembangkan sosial system ,
melalui pengalaman, secara berkesinambungan belajar dengan metode sains untuk
mengembangkan sosial masyarakat dewey berpendapat untuk mempersiapkan warga
Negara yang demokrasi, sehingga metode ini di gunakan untuk mewujudkannya.
John U Michaelis (1980) kemudian menyari dari formulasi dewey dalam
mengajar siswa sekolah dasar. Pusat dari metode belajar ini sebagai kreasi dalam
demokrasi grup dalam mengatasi masalah sosial secara siqnifikan

12
H. MODELS OF TEACHING
1.SYNTAX (LANGKAH-LANGKAH)
Dimulai dengan melempar masalah secara konfrontasi, masalah dapat secara
verbal maupun pengalaman , sehingga siswa dapat terstimulasi bereaksi, mereka menjadi
lebih interes dalam berbagai reaksi terhadap permasalahan yang dihadapi, siswa
kemudian mengadakan analisis data dan masalah , membahas dan membuat laporannya,
akhirnya setiap kelompok mengevaluasi tujuan yang mendasar. Jadi terdapat siklus mulai
dari mengulang sendiri, konfrontasi terhadap yang lain dengan problem yang baru dan
berkembang menjadi sesuatu siklus activitas yang mandiri.
Fase 1. awalnya siswa masih bingung terhadap situasi banyak masalah yang muncul
Fase 2. siswa menyelidiki reaksi yang muncul dalam situasi tersebut
Fase 3. siswa memformulasi tugas dan mengorganisasi tugas (masalah, definisi, tugas)
Fase 4. mendiskusikan secara mandiri dalam grup
Fase 5. siswa analisis progres dan proses
Fase 6. siklus aktivitas

SUPORT SISTEM
Dalam merancan kelompok pembelajaran sekolah membutuhkan perpustakaan yang baik
yang dapat menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan siswa, mereka harus
distimulasi untuk selalu mencari ilmu pengetahuan.

I.INSTRUCTIONAL AND NURTURANT EFFECTS


GROUP INVESTIGATION MODEL/ MODEL KELOMPOK PEMBELAJARAN
Model pembelajaran ini cukup menyeluruh dan serba guna, dapat meramu tujuan
akademik , social integrasi, social proses learning.
Dengan model pembelajaran berkelompok akan dihasilkan:13
1. Rasa menghargai terhadap orang lain dan dapat menerima semua perbedaan
(pruralism) yang ada (respect for dignity of all and commitment to prulism)
2. Mempunyai kepercayaan diri sebagai seorang pelajar yang memang tugasnya
adalah belajar (independence as a learner)

13
Bruce joyce dkk op cit 51

13
3. kesanggupan bersosial (commitment to Social )
4. mempunyai kepribadian yang hangat (interpersonal warmth and affiliation)
5. kostruksi bagaimana kita memandang ilmu pengetahuan
6. kedisiplinan dalam mencari
7. efektivitas proses pembelajaran kelompok dan kepemimpinan

KESIMPULAN
Pendidikan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Tugas seorang pendidik atau guru , tidak hanya transfer of Knowlegde tapi juga
dapat mengubah prilaku, memotivasi siswanya, memberikan dorongan yang positif (to
acquirem to bond, to learn, to defend), mengatur suasana belajar yang menyenangkan,
agar mereka bisa berkembang semaksimal mungkin. Guru tidak hanya mengolah otak
siswanya tapi juga mengolah jiwa anak didiknya, bila seorang guru hanya mengolah otak
tampa mempedulikan jiwa anak didiknya, alhasil mereka tumbuh menjadi manusia robot
yang tidak berhati. Karena anak yang cerdas tidak hanya diukur dari nilai kelulusannya
yang memuaskan tapi juga mempunyai ahklak yang baik , fungsi emosional dan motorik
yang baik.
Pembelajaran yang efektif pada abad ini menurut UNESCO harus diorientasikan
pada 4 pilar yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live
together.
Walaupun model pembelajaran bukan satu-satunya alat dalam mendidik siswa,
tapi guru harus mengetahui model-model pembelajaran sebagai bagian dalam
perencanaan mengajarnya, agar siswa dapat memahami yang berikan oleh gurunya secara
seksama. Model pembelajaran adalah bantuan alat-alat yang mempermudah siswa
relajar. Tujuan proses mengajar secara ideal adalah agar bahan-bahan dipelajari dikuasai
murid sepenuhnya ini disebut Mastery Learning (belajar tuntas)
Mengajar adalah pemberian bimbingan kepada siswa untuk belajar atau
menciptakan lingkungan atau kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

14
Disini guru berusaha memfungsikan seluruh sub system pengajaran dalam mencapai
tujuan
Dalam metode ini kita mengenal belajar berkelompok yang sifatnya berpasangan
dan pembelajaran yang terdiri dari 2, 3, 4 atau lebih siswa. Mereka diberikan tugas
merata dan sama sehingga mereka dapat berperan serta dalam pembelajaran. Investigasi
bersama membuat mereka merasa bahwa belajar menjadi lebih menyenangkan, mereka
dapat termotivasi dalam menggali ilmu pengetahuan secara lebih mendalam, perasan
lebih dihargai , membuat mereka lebih percaya diri.
Tujuan dari Cooperative Learning (model pembelajaran kooperatif) adalah:
(1) kerjasama ini bisa lebih memotivasi siswa dari pada hasil yang didapat ketika belajar
sendirian, karena terciptanya iklim kompetitif, meningkatkan integrasi sosial, perasaan
saling berkoneksi membangun energi yang positif. (2) Setiap pelajar saling bantu bahu
membahu (3) tercipta positif feeling terhadap sesama , mengurangi keterasingan,
kesepian, membangun hubungan , meningkatkan pandangan yang baik terhadap orang
lain dan juga (4) meningkatkan percaya diri (self estem) ,perasaan dihargai , diperhatikan
oleh orang lain yang ada disekitarnya.
Langkah-langkah model kooperatif learning
Fase 1. awalnya siswa masih bingung terhadap situasi banyak masalah yang muncul
Fase 2. siswa menyelidiki reaksi yang muncul dalam situasi tersebut
Fase 3. siswa memformulasi tugas dan mengorganisasi tugas (masalah, definisi, tugas)
Fase 4. mendiskusikan secara mandiri dalam grup
Fase 5. siswa analisis progres dan proses
Fase 6. siklus aktivitas
Tapi semua nya perlu memdapat support dari dukungan semua pihak baik guru,
orang tua murid, kepala sekolah, juga bahan-bahan bacaan yang berkualitas yang
disediakan melalui perpustakaan atau fasilitas internat yang ada.
Tidak mudah memang menghasilkan yang sempurna tapi kita mesti berihtiar
dengan optimal. Dukungan pemerintah juga paling menentukan dalam menjembatani dan
mensuport segala yang dibutuhkan bagi berkembangnya pendidikan , baik fasilitas
maupun kesejahteraan bagi para guru.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bruce Joyce, Masha Weil , with Beverly Shower, Models of teaching, 4 th edition,
Allyn and Bacon. USA.
Taufik Pasiak, Manajemen kecerdasan, mizan 2006
Drs. Syafaruddin, M.Pd, Drs Irwan Nasution, M.Sc. Manajemen Pembelajaran, Quantum
Teaching,Jakarta 2005
Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Rosda, Bandung
2005

16

Anda mungkin juga menyukai