Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH PENGUMPULAN & PEMBUKUAN AL-QUR’AN

Kodifikasi atau pengumpulan Al-Qur’an telah dimulai sejak zaman

Rasulullah SAW,bahkan telah dimulai sejak masa2 awal turunnyaAl-Qur’an.

Sebagaimana diketahui, Al-Qur’an diwahyukan secara berangsur-angsur. Setiap

kalimenerima wahyu, Nabi SAW lalu membacakannya di hadapan para

sahabatkarena ia memang diperintahkan untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada

mereka (QS.16:44).

Di samping menyuruh sahabat menghafalkan ayat2 yang diajarkannya,

Nabi SAW juga memerintahkan sahabat yg pandai menulis untuk menuliskannya

di atas pelepah2 kurma, lempengan2 batu, dankepingan2 tulang. Dalam pada itu,

para sahabat pun sangatbersungguh-sungguh dalam menghafalkan atau

mempelajari Al-Qur’an.Sahabat yg pandai menulis juga sangat berhati-hati

menuliskan ayat2.Hal ini didorong oleh keyakinan mereka bahwa Al-Qur’an

adalah firmanAllah SWT yg harus dijadikan pedoman hidup, sehingga perlu

dijagadengan baik.Setelah ayat2 yg diturunkan cukup satu surah, Nabi

SAWmemberi nama surah tersebut untuk membedakannya dari surah yg lain.Nabi

SAW juga memberi petunjuk tentang urutan penempatan surah di dalamAl-

Qur’an. Penyusunan ayat2 dan penempatannya di dalam susunanAl-Qur’an juga

dilakukan berdasarkan petunjuk Nabi SAW. Carapengumpulan Al-Qur’an yg

dilakukan di masa Nabi SAW tersebutberlangsung sampai Al- Qur’an sempurna

diturunkan dalam masa kuranglebih 23 tahun. Untuk menjaga kemurnian Al-

Qur’an, dalam hadis ygdiriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, setiap tahun

Malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW untuk memeriksa bacaannya. Bahkan

pada tahunwafat Nabi SAW, Malaikat Jibril datang dua kali. Malaikat Jibril
mengontrol bacaan Nabi SAW dengan cara menyuruhnya mengulangi bacaan

ayat2 yg telah di wahyukan. Kemudian Nabi SAW sendiri juga melakukan hal yg

sama, yaitu mengontrol bacaan sahabat-sahabatnya sehingga dengan demikian

terpeliharalah Al-Qur’an dari kesalahan dan kekeliruan. Pada masa Rasulullah

SAW, sudah banyak sahabat ( baik dari kalangan Muhajirin maupun Ansar) yang

menghafal beberapa puluh surah.Bahkan banyak juga yg telah menghafal

setengah Al-Qur’an dan seluruh isinya dengan lancar. Di antara yg menghafal

seluruhnya ialah Abu Bakaras-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali

bin Abi Talib,Talhah, Sa’ad, Huzaifah, Abu Hurairah, Abdullah bin Mas’ud,

Abdullahbin Umar binKhattab, Abdullah bin Abbas, Amr bin As, Mu’awiyah bin

AbuSufyan, Abdullah bin Zubair, Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti

Umar,UmmuSalamah, Ubay bin Ka’b, Mu’az bin Jabal, Zaid bin sabit, Abu

Darda,dan Anas bin Malik. Adapun sahabat2 yg menjadi juru tulis wahyu, antara

lain adalah : Abu Bakar as Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan,Ali bin

Abi Talib, Amir bin Fuhairah, Zaid bin Sabit, Ubay bin Ka’b,Mu’awiyah bin Abu

Sufyan, Zubair bin Awwam, Khalid bin Walid, dan Amrbin As. Tulisan ayat2 Al-

Qur’an yg ditulis oleh mereka disimpan dirumah Rasulullah SAW. Mereka pun

masing2 menulis untuk disimpan sendiri.Walaupun demikian, tulisan2 itu belum

dikumpulkan dalam satu mushaf(sebuah buku yg terjilid seperti yg dijumpai

sekarang), melainkan masihberserakan.

Setelah Rasulullah SAW wafat danAbu Bakar dipilih menjadi Khalifah .

Terjadinya Perang Yamamah yang merenggut korban kurang lebih tujuh puluh

sahabat penghafal Al-Qur’an membuat Umar bin Khattab lalu menyarankan

kepada Khalifah Abu Bakar agar menghimpun surah2 dan ayat2 yang masih
berserakan ke dalam satu mushaf. Khafilah Abu Bakar lalu memerintahkan Zaid

bin Sabit untuk memimpin tugas kodifikasi ini dengan dibantu oleh Ubay bin

Ka’b, Alibin Abi Talib, Usman bin Affan, dan beberapa sahabat qurra’

(pembaca2)lainnya. Meskipun Zaid bin Sabit seorang penghafal Al-Qur’an dan

banyak menuliskan ayat2 di masa Nabi SAW, ia tetap sangat berhati-hati

dalammelakukan pengumpulan ayat2 Al- Qur’an itu. Di dalam usaha

kodifikasiini, Zaid bin Sabit berpegang pada tulisan2 yang tersimpan di

rumahRasulullah SAW, hafalan2 dari sahabat, dan naskah2 yang ditulis oleh

parasahabat untuk mereka sendiri. Zaid bin Sabit menghimpun surah2 danayat2

Al-Qur’an sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW sebelum wafat

danmenulisnya di atas lembaran2 kertas yang di sebut Suhuf2. Suhuf2 itu

laludisusun menjadi satu mushaf dan kemudian diserahkan kepada Abu

Bakar.Mushaf ini tetap disimpan Abu Bakar sampai ia wafat. Ketika

Umarmenjabat khalifah, mushaf itu pun berada dalam pengawasannya.

SetelahUmar wafat, mushaf ini disimpan di rumah Hafsah, putrinya yang juga

adalahistri Rasulullah SAW. Pada masa Khalifah Usman bin Affan,

timbulperbedaan pendapat di kalangan umat Islam mengenai soal kiraah (cara

membaca Al- Qur’an). Perbedaan pendapat ini mulanya disebabkan olehsikap

Rasulullah SAW yang memberi kelonggaran kepada kabilah2 Arab yang ada pada

masa itu untuk membaca dan melafalkan Al-Qur’ an menurut lahjah(dialek)

mereka masing2. Kelonggaran ini diberikan oleh Nabi SAW dengan maksud agar

mereka mudah menghafal Al-Qur’an. Akan tetapi dalam perkembangan Islam

kemudian, terutama setelah bangsa2 yg memeluk Islam semakin beragam sebagai

akibat dari bertambah luasnya daerah Islam,cara membaca Al-Qur’an pun menjadi
semakin bervariasi sesuai dengan dialek masing2. Hal inilah yg menimbulkan

perselisihan masalah kiraah.Masing2 kabilah menganggap dialeknyalah yang

benar sedangkan dialeklainnya salah. Atas usul Huzaifah, Khalifah Usman lalu

membentuk suatulajnah (panitia) yg terdiri atas Zaid bin Sabit sebagai ketua

dananggota- anggotanya adalah Abdullah bin Zubair, Sa’id bin As,

danAbdurrahman bin Haris. Kemudian Usman meminjam mushaf Al-Qur’an yang

disimpan di rumah Hafsah dan memberikannya kepada panitia yg telahterbentuk.

Tugas utama lajnah ialah menyalin mushaf itu ke dalam beberapa naskah sambil

menyeragamkan dialek yg digunakan, yaitu dialek Kuraisy (Al-Qur’an diturunkan

melalui dialek Kuraisy). Setelah tugas panitia selesai, Usman mengembalikan

mushaf yg telah disalin itu kepada Hafsah. Al-Qur’an yg telah disalin dengan

dialek yg seragam itulah ygdisebut Mushaf Usmani. Semuanya berjumlah lima

buah. Satu mushaf disimpan di Madinah, yg kemudian dikenal dengan mushaf al-

Imam. Empat lainnya dikirim ke Mekah, Suriah, Basra, dan Kufah untuk disalin

dan diperbanyak. Selanjutnya Usman memerintahkan agar mengumpulkan semua

tulisan Al-Qur’an selain dari mushaf Usmani untuk dimusnahkan dan hanya boleh

menyalin dan memperbanyak tulisan Al-Qur’an dari mushaf yg resmi,yaitu

mushaf Usmani.Usaha kodifikasi Al-Qur’an di masa Usman membawa beberapa

keuntungan, antara lain sebagai berikut.

1. Menyatukan umatIslam yang berselisih dalam masalah kiraah.

2. Menyeragamkan dialekbacaan Al-Qur’an.

3. Menyatukan tertib susunan surah2 menurut tertiburut mushaf2 yang

dijumpai sekarang.
Dalam perkembangan selanjutnya, mushaf yg dikirimkan Usman ke

berbagai propinsi Islam itu mendapatsambutan yg positif di kalangan umat Islam.

Mereka menyalin dan memperbanyak mushaf2 itu dengan sangat hati2.

Diriwayatkan bahwa AbdulAziz bin Marwan (Gubernur Mesir) setelah menulis

mushaf-nya, menyuruh orang lain untuk memeriksanya sambil menjanjikan

bahwa siapapun yg dapat menemukan suatu kesalahan dalam tulisannya akan

diberi hadiah berupa seekor kuda dan tiga puluh dinar.


DAFTAR PUSTAKA

http://harmanza.wordpress.com/2010/08/18/sejarah-pembukuan-al-quran/
SEJARAH PENGUMPULAN & PEMBUKUAN AL-QUR’AN

MATA KULIAH TAFSIR AHKAM

Disusun Oleh : Ikmal

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-BAROKAH

Anda mungkin juga menyukai