Anda di halaman 1dari 43

PERCOBAAN II

MODULASI FREKUENSI

2.1 Tujuan

Dalam percobaan modulasi ferkuensi memiliki beberapa tujuan yang harus


diketahui dan dipahami . Adapun beberapa tujuannya adalah sebagai berikut :

1. Bisa membentuk gelombang termodulasi FM


2. Memahami pengaruh tegangan input terhadap output modulator
3. Mengamati dan menganalisa sinyal termodulasi oleh sinyal sinusoida

2.2 Peralatan

Alat-alat yang digunakan dalam melakukan percobaan adalah sebagai


berikut:

1. Modul TPS-3421
2. Power supply
3. Oscilloscope
4. Frecuency counter
5. Audio signal generator
6. Kabel penghubung

2.3 Teori Penunjang

Modulasi frekuensi adalah suatu proses menumpangkan sinyal informasi


pada sinyal yang frekuensinya jauh lebih besar (sinyal carrier) sedemikian
sehingga frekuensi dari sinyal carrier berubah-ubah sesuai dengan sinyal
informasi.

71
Fase dari sebuah sinusoidal dapat didefinisikan seperti argumen dari fungsi
sinosuidal. Jadi jika fungsinya adalah A sin ω t, maka fase ϕ menjadi :

ϕ = ω t.........................................................................................................

Jika fungsi tersebut menunjukkan sebuah gelombang tak termodulasi, dan


ω adalah konstanta, dan dengan mendiferensialkan persamaan ini terhadap
waktu, menghasilkan :


dt = ω ........................................................................................................

Jadi frekuensi angular ω adalah sama dengan laju perubahan fase.

Frekuensi angular selalu didefinisikan menjadi laju perubahan fase.

Sekarang fase dari gelombang tak termodulasi dibolak-balik dengan menambah

besaran sinusoidal β sin ω m t. sehingga sekarang setelah dimodulasi, menjadi


:

A sin ( ω t + β sin
ω m t)..............................................................................

Frekuensi dicari dengan mendiferensiasikan pernyataan dalam kurung.

Jika frekuensi angular dari gelombang termodulasi adalah


ωi , maka :


ωi = dt = ω +
ω m β cos ω m t...........................................................

Pernyataan ini menunjukkan bahwa frekuensi tersebut divariasikan sekitar

jangkauan ω ±Δω , dimana Δω disebut deviasi, yang didefinisikan


sebagai jumlah maksimum yang mana frekuensi bergeser dari frekuensi carrier tak
termodulasi dan :

Δω = ω m . β ............................................................................................

71
Jika sinyal pemodulasi berhubungan dengan m. . β cos
ω m t, maka
pengaruhnya pada gelombang tak termodulasi disebut dengan modulasi frekuensi

(FM). Kuantitas β adalah penting pada teori modulasi frekuensi, sehingga :

β = Δω / ω m disebut dengan indeks modulasi.

Besaran β tidak berdimensi, karena Δω dan


ω m memiliki satuan yang
sama yaitu radian per detik.

Frekuensi sesaat dari sinyal sinusoidal adalah turunan dari phasenya


terhadap waktu. Berdasarkan konsep dari frekuensi sesaat, bisa dijabarkan dua
kemungkinan untuk modulasi sudut. Jika sudut phase f ( t ) bervariasi secara
linear terhadap sinyal input f(t):

Θ(t) = wct + kp f(t) + θ0..........................................................................................

Dimana wc, kp, θ0 adalah konstan. Karena phase berhubungan secara linear
terhadap f(t), tipe modulasi seperti ini disebut Phase Modulation (PM). Frekuensi
sesaat dari sinyal PM ini adalah:

wt = d θ /dt = wc + kp df(t)/ dt..................................................................................

Kemungkinan yang lain adalah dengan membuat frekuensi sesaat


proporsional terhadap sinyal input f(t):

wt = wc + kf f(t)......................................................................................................

Dimana wc dan kf adalah konstan. Karena frekuensi berhubungan secara


linear terhadap f(t), modulasi seperti ini disebut Frequency Modulation (FM).
Sudut phase dari sinyal FM adalah :

Θ(t) =∫ wt (τ) d τ = wct + ∫ kf f(τ) d τ + θ................................................................

Bentuk umum sinyal FM (dengan θ0 = 0 ) menjadi

71
fFM (t) = A cos [wct + kf ∫ f(τ) d τ ].......................................................................

Dalam PM sudut phase sinyal carrier bervariasi secara linear terhadap


sinyal pemodulasi. Dalam FM, sudut phase sinyal carrier bervariasi secara linear
terhadap integrasi sinyal pemodulasi. Karena itu, jika sinyal pemodulasi f(t)
diintegrasikan terlebih dahulu, kemudian digunakan untuk memodulasi phase
sinyal carrier, maka akan diperoleh sinyal termodulasi FM.

Tinjau suatu sinyal sinusoidal f(t) = a cos wm t. untuk sinyal FM maka


frekuensi sesaat dari sinyal adalah:

wt = wc + kf f(t)......................................................................................................

wt = wc + a kf cos wm t.............................................................................................

Dimana kf adalah konstanta modulasi frekuensi (rad/detik.volt). Nilai dari a


kf akan menentukan nilai maksimum deviasi (simpangan ) wt dari frekuensi carrier
dan dinyatakan sebagai deviasi frekuensi puncak Δw.

Δw = a kf............................................................................................................................................................................................

Sehingga persamaan menjadi:

wt = wc + Δw cos wm t.............................................................................................

Phase dari sinyal tersebut (dengan θ0 = 0)

Θ(t) =wc t + Δw/ wm sin wm t =wc t + β sin wm t...................................................

Dimana β = Δw/ wm adalah suatu rasio tanpa dimensi yang menyatakan


indeks modulasi dari sinyal termodulasi frekuensi (FM). Tidak seperti sinyal AM,
indeks modulasi ini bisa bernilai lebih besar dari 1 (satu).

Bandwidth dari sinyal fFM(t) tergantung dari nilai β. Untuk nilai β yang
sangat kecil maka hanya konstanta 1 dan orde pertama yang signifikan
(mempunyai nilai berarti). Sinyal akan terdiri dari sinyal carrier dan sepasang

71
sideband yang berjarak wm dari carrier sehingga bandwidth menjadi 2wm.
bandwidth sebesar ini adalah relative lebih sempit disbanding bandwidth FM
secara umum, sehingga disebut Narrowband FM (NBFM). NBFM memiliki sifat
linear yang mirip dengan sinyal AM. Nilai β<0,2 adalah syarat cukup memenuhi
criteria di atas, tapi nilai β=0,5 masih bisa digunakan. Untuk nilai β yang lebih
besar, modulasi ini disebut dengan Wideband FM (WBFM).

Spectrum frekuensi dari sinyal FM terdiri dari komponen carrier dan


frekuensi-frekuensi sideband pada harmonisa dari frekuensi sinyal pemodulasi
f(t), walaupun pada frekuensi pemodulasi tersebut tidak terdapat harmonisa.
Amplitudo dari berbagai komponen spectrum diberikan oleh suatu fungsi yaitu
fungsi Bessel jenis pertama: Jn (β); argument β adalah indeks modulasi dan n
menyatakan orde dari sideband. Nilai-nilai Fungsi Bessel untuk beberapa
argument dan orde tersedia dalam bentuk tabel.

Tabel 2.1 Fungsi Bessel Jenis Pertama, Jn (β).

β             orde            

  Jn J1 J2 J3 J4 J5 J6 J7 J8 J9 J10 J11 J12

0,25 0,98 0,12 0,01

0,5 0,94 0,24 0,03

1,0 0,77 0,44 0,11 0,02

1,5 0,51 0,56 0,23 0,06 0,01

2,0 0,22 0,58 0,35 0,13 0,03 0,01

2,4 0 0,52 0,43 0,20 0,06 0,02

3,0 -0,26 0,34 0,49 0,31 0,13 0,04 0,01

4,0 -0,40 -0,07 0,36 0,43 0,28 0,13 0,05 0,02

5,0 -0.18 -0,33 0,05 0,36 0,39 0,26 0,13 0,05 0,02 0,01

5,5 0 -0,34 -0,12 0,26 0,40 0,32 0,19 0,09 0,03 0,01

71
(β) memberikan amplitudo untuk gelombang carrier. J1(β) memberikan
amplitudo untuk sideband pertama, J2(β) memberikan amplitudo untuk sideband
kedua,dst. Dari tabel tersebut terlihat bahwa beberapa amplitudo menjadi
negative, tapi hal ini tidak perlu ditunjukkan dalam penggambaran spectrum, yang
diperlihatkan hanya modulusnya saja. Dalam beberapa nilai indeks modulasi,
amplitudo sinyal carrier menjadi nol. Kondisi ini berarti bahwa tidak ada
komponen carrier dalam spectrum.

Dengan kenaikan indeks modulasi, maka jumlah sideband juga


meningkat menjadi tak berhingga, sehingga bandwidth juga menjadi tak
berhingga. Tapi magnitude dari sideband orde tinggi menjadi sangat kecil
sehingga bisa diabaikan. Batasan yang diberikan untuk sideband yang signifikan
adalah yang magnitudonya lebih besar atau sama dengan 1% dari magnitude
carrier tak termodulasi

2.4 Cara Kerja

1. Hubungkan modul TPS-3421 dengan power supply


2. Hubungkan probe osciloscope dengan output modulator.
3. Set switch modulator ke posisi high. Akan terlihat sinyal frekuensi sekitar
800 KHz pada output modulator. Simpan bentuk gelombang.
4. Hubungkan output dari Vvar ke input modulator FM1. Pastikan
anda mendapatkan skema berikut :

Modulator FM
AM Out
scope

VCO
High

FM 1
Vvar
Low
71
Gambar 2.1 Skema hubungan output dari Vvar ke input modulator FM1

5. Ubah potensiometer dari minimum ke maksimum dan perhatikan


perubahan bentuk sinyal. Simpan perubahan bentuk gelombang
untuk posisi minimum dan maksimum.
6. Buat tabel dengan range 0V s/d 5 V. Untuk masing-masing
tegangan tulis frekuensi yang terukur. Tegangan diukur dengan
menggunakan Multimeter dengan meletakkan kabel ukur di GND
dan Vvar. Untuk menghasilkan tegangan yang diinginkan dengan
mengubah potensiometer. Simpan juga gambar sinyalnya untuk
masing-masing tegangan.

a. Tabel 2.2 Perubahan frekuensi terhadap tegangan


No 1 2 3 4 5 6

Vi 0,56 V 1V 2V 3V 4V 5V

7. Lepaskan ouput sumber dari input modulator


8. Hubungkan output dari Vvar ke input modulator FM2
9. Ubah potensiometer dan perhatikan perubahan bentuk sinyal.
10. Buat tabel dengan range 0V s/d 5 V. Untuk masing-masing tegangan tulis
frekuensi yang terukur. Langkahnya sama dengan pengukuran FM1 diatas.

71
b. Tabel 2.3 Perubahan frekuensi terhadap tegangan

No 1 2 3 4 5 6

Vi 0,56 V 1V 2V 3V 4V 5V

11. Hubungkan audio signal generator ke input modulator FM 2


12. Set frekuensi sinyal generator sebesar 1000 Hz
13. Secara perlahan naikkan level sinyal generator

2.5 Data Hasil Percobaan


2.5.1 Set switch modulator ke posisi high (sinyal carrier fm)

Gambar 2.2 Sinyal carrier fm

Parameter sinyal

fc = 780,65459 kHz

Amplitudo = ½ X 4,617 = 2,3085 V

71
VP-P = 4,617 V

λ = 300000 km X 780,65459 = 234196377 km

2.5.2. Output FMI saat Vvar minimum ke maksimum

Gambar 2.3 Output Vvar ke input modulator FM1 (tegangan maksimum)

Parameter sinyal

fc = 28,859887 kHz

Amplitudo = ½ X 4,968 = 2.484 V

VP-P = 4,968 V

λ = 300000 km X28,859887 = 8657966,1 km

71
Gambar 2.4 Output Vvar ke input modulator FM1 (tegangan medium)

Parameter sinyal

fc = 643,10005 kHz

Amplitudo = ½ X4,989 = 2,4945 V

VP-P = 4,989 V

λ = 300000 km X 643,10005 = 192930015 km

71
Gambar 2.5 Output Vvar ke input modulator FM1 (tegangan minimum)

Parameter sinyal

fc = 981,15547 kHz

Amplitudo = ½ X 3,473= 1,7365 V

VP-P = 3,473 V

λ = 300000 km X 981,15547 = 294346641 km

71
2.5.3. Output FM1 pada saat tegangan Vi = 0.56V sd 5V

Gambar 2.6 Perubahan frekuensi FM1 terhadap tegangan (Vi = 0.56)

Parameter sinyal

fc = 985,30542 kHz

VP-P = 3,524 V

Amplitudo = ½ X 3,524 = 1,762 V

λ = 300000 km X 985,30542 = 2955591626 km

71
Gambar 2.7 Perubahan frekuensi FM1 terhadap tegangan (Vi = 1)

Parameter sinyal

fc = 946,97893 kHz

Amplitudo = ½ X 3,661 = 1,8305 V

VP-P = 3,661 V

λ = 300000 km X 946,97893 = 284093679 km

71
Gambar 2.8 Perubahan frekuensi FM1 terhadap tegangan (Vi = 2)

Parameter sinyal

fc = 869,38717 kHz

Amplitudo = ½ X VP-P = ½ X 4,101 = 2,0505 V

VP-P = 4,101 V

λ = 300000 km X 869,38717= 260816151 km

71
Gambar 2.9 Perubahan frekuensi FM1 terhadap tegangan (Vi = 3)

Parameter sinyal

fc = 787,78330 kHz

Amplitudo = ½ X VP-P = ½ X 4,540 = 2,27 V

VP-P = 4,540 V

λ = 300000 km X 787,78330 = 236334990 km

71
Gambar 2.10 Perubahan frekuensi FM1 terhadap tegangan (Vi = 4)

Parameter sinyal

fc = 705,25815 kHz

Amplitudo = ½ X 4,842 = 2,421 V

VP-P = 4,842 V

λ = 300000 km X 705,25815 = 211577445 km

71
Gambar 2.11 Perubahan frekuensi FM1 terhadap tegangan (Vi = 5)

Parameter sinyal

fc = 619,2089 kHz

Amplitudo = ½ X 5,010 = 2,505 V

VP-P = 5,010 V

λ = 300000 km X 619,2089 = 185762670 km

71
2.5.4. Output FM2 pada saat Vvar maksimum sampai dengan minimum

Gambar 2.12 Output Vvar ke input modulator FM2 (tegangan maksimum)

Parameter sinyal

fc = 669,53820 kHz

Amplitudo = ½ X 4,885 = 2,4425 V

VP-P = 4,885 V

λ = 300000 km X 669,53820 = 200861460 km

71
Gambar 2.13 Output Vvar ke input modulator FM2 (tegangan medium)

Parameter sinyal

fc = 713,54920 kHz

Amplitudo = ½ X 4,795 = 2,3975 V

VP-P = 4,795

λ = 300000 km X 713,54920 = 214064760 km

71
Gambar 2.14 Output Vvar ke input modulator FM2 (tegangan minimum)

Parameter sinyal

fc = 814,01863 kHz

Amplitudo = ½ X 4,379 = 2,1895 V

VP-P = 4,379 V

λ = 300000 km X 814,01863 = 244205589 km

71
2.5.5. Output FM2 pada saat Vi = 0.56 V sd 5V

Gambar 2.15 Perubahan frekuensi FM2 terhadap tegangan (Vi = 0.56)

Parameter sinyal

fc = 811,71184 kHz

Amplitudo = ½ X 4,403 = 2,2015V

VP-P = 4,403 V

λ = 300000 km X 811,71184 = 243513552 km

71
Gambar 2.16 Perubahan frekuensi FM2 terhadap tegangan (Vi = 1)

Parameter sinyal

fc = 807,18291 kHz

Amplitudo = ½ X 4,448 = 2,224 V

VP-P = 4,448 V

λ = 300000 km X 807,18291 = 242154873 km

71
Gambar 2.17 Perubahan frekuensi FM2 terhadap tegangan (Vi = 2)

Parameter sinyal

fc = 792,51929 kHz

Amplitudo = ½ X 4,500 = 2,25 V

VP-P = 4,500 V

λ = 300000 km X 792,51929 = 237755787 km

71
Gambar 2.18 Perubahan frekuensi FM2 terhadap tegangan (Vi = 3)

Parameter sinyal

fc = 777,08586 kHz

Amplitudo = ½ X 4,561 = 2,2805 V

VP-P = 4,561 V

λ = 300000 km X 777,08586 = 233125758 km

71
Gambar 2.19 Perubahan frekuensi FM2 terhadap tegangan (Vi = 4)

Parameter sinyal

fc = 786,24583 kHz

Amplitudo = ½ X 4,613 = 2,3065 V

VP-P = 4,613 V

λ = 300000 km X 786,24583 = 235873749 km

71
Gambar 2.20 Perubahan frekuensi FM2 terhadap tegangan (Vi = 5)

Parameter sinyal

fc = 753,85042 kHz

Amplitudo = ½ X 4,664 = 2,332 V

VP-P = 4,664 V

λ = 300000 km X 753,85042 = 226155126 km

71
2.5.6. Sinyal Informasi 100 KHz

Gambar 2.21 Sinyal informasi 100 KHz

Parameter sinyal

fc = 101,06681 kHz

Amplitudo = ½ X 1,895 = 0,9475

VP-P = 1,895 V

λ = 300000 km X 101,06681 = 30320043 km

71
2.5.7 Sinyal Carrier 800 KHz

Gambar 2.22 Sinyal carrier 800 KHz

Parameter sinyal

fc = 780,65459 kHz

Amplitudo = ½ X 4,617 = 2,3085 V

VP-P = 4,617 V

λ = 300000 km X 780,65459 = 234196377 km

71
2.5.8 Sinyal Termodulasi FM dengan perubahan amplitudo Sinyal informasi

Gambar 2.23 Sinyal termodulasi FM (amplitudo minimum)

Parameter sinyal

fc = 529,9453 kHz

Amplitudo = ½ X 5,099 = 2,5495 V

VP-P = 5,099 V

λ = 300000 km X 529,9453 = 158983590 km

71
Gambar 2.24 Sinyal termodulasi FM (amplitudo medium)

Parameter sinyal

fc = 377,4363 kHz

Amplitudo = ½ X 5,115 = 2,5575 V

VP-P = 5,1115 V

λ = 300000 km X 377,4363 = 113230890 km

71
Gambar 2.25 Sinyal termodulasi FM (amplitudo maksimum)

Parameter sinyal

fc = 613,7108 kHz

Amplitudo = ½ X 5,221 = 2,6105 V

VP-P = 5,221 V

λ = 300000 km X 613,7108 = 184113240 km

71
2.6 Analisis Hasil Percobaan dan Jawaban Pertanyaan

Berdasarkan data hasil percobaan di atas, maka didapat analisa sebagai


berikut.

2.6.1.

Gambar 2.26 Sinyal carrier fm

Dari Gambar 2.26 diatas dapat dilihat bentuk sinyal carrier yang akan
membantu terjadinya proses modulasi yaitu menumpangkan sinyal
informasi pada sinyal carrier tersebut.

Parameter sinyal:

fc = 780,65459 kHz

VP-P = 4,617 V

Amplitudo = ½ X 4,617 = 2,3085 V

λ = 300000 km X 780,65459 = 234196377 km

71
2.6.2.

Gambar 2.27 Output Vvar ke input modulator FM1 (tegangan maksimum)

Gambar 2.28 Output Vvar ke input modulator FM1 (tegangan minimum)

71
Dari Gambar 2.26 hingga Gambar 2.28 menunjukkan hubungan antara
output dari Vvar ke input modulator FM1 masing-masing dengan tegangan
maksimum dan tegangan minimum. Berdasarkan parameter kedua gambar
tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi tegangan yang diberikan maka
frekuensi yang dihasilkan semakin kecil sedangkan amplitudonya besar.
Begitu juga sebaliknya, jika tegangannya diperkecil maka frekuensinya
akan bertambah besar namun amplitudo yang dihasilkan menjadi kecil.

a. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal hubungan


output dari Vvar ke input modulator FM1 (tegangan maksimum)

fc = 28,859887 kHz

Amplitudo = ½ X 4.968 = 2,484 V

VP-P = 4,968 V

Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal output dari Vvar ke
input modulator FM1 (tegangan minimum)

fc = 981,15547 kHz

Amplitudo = ½ X 3,473= 1,7365 V

VP-P = 3,473 V

Gambar 2.6 hingga Gambar 2.11 menunjukkan perubahan frekuensi FM1


terhadap tegangan yang diberikan yaitu mulai dari 0.56 V hingga 5 V.
Berdasarkan gambar tersebut, semakin besar tegangan yang diberikan maka
amplitudonya semakin besar dan berbanding terbalik dengan frekuensi yang
dihasilkan yaitu semakin besar tegangannya maka frekuensi semakin kecil.

71
a. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal
Perubahan frekuensi FM1 terhadap tegangan (Vi = 0.56)
fc = 985,30542 kHz

VP-P = 3,524 V

Amplitudo = ½ X 3,524 = 1,762 V

Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal Perubahan


frekuensi FM1 terhadap tegangan (Vi = 1)

f = 946,97893 kHz

VP-P = 3,661 V

Amplitudo = ½ X 3,661 V = 1,8305 V

b. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal


Perubahan frekuensi FM1 terhadap tegangan (Vi = 2)
f = 869,38717 kHz

VP-P = 4.101 V

Amplitudo = ½ X 4,101 V = 2,0505 V

c. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal


Perubahan frekuensi FM1 terhadap tegangan (Vi = 3)
f = 787,78330 kHz

VP-P = 4,540 V

Amplitudo = ½ X 4,540 = 2,27 V

71
d. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal
Perubahan frekuensi FM1 terhadap tegangan (Vi = 4)
f = 705,25815 kHz

VP-P = 4,842 V

Amplitudo = ½ X 4,842 = 2,426 V

e. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal


Perubahan frekuensi terhadap FM1 tegangan (Vi = 5)
f = 619,2089 kHz

VP-P = 5,010 V

Amplitudo = ½ X 5,010 = 2,505 V

2.6.4 Gambar 2.12 hingga gambar 2.14 menunjukkan hubungan output dari
Vvar ke input modulator FM2 dengan tegangan maksimum dan minimum.
Frekuensi yang dihasilkan oleh sinyal yang diberi tegangan minimum
adalah lebih besar, namun amplitudonya lebih kecil daripada sinyal yang
diberikan tegangan maksimum. Jadi, tegangan yang diberikan berbanding
lurus dengan amplitudo yang dihasilkan oleh sinyal tersebut.

a. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal output


dari Vvar ke input modulator FM2 (tegangan maksimum)

f = 669,53820 kHz

VP-P = 4,885 V

Amplitudo = ½ X 4,885 = 2,4725 V

71
b. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal output
dari Vvar ke input modulator FM2 (tegangan minimum)

f = 814,01863 kHz

VP-P = 4,379 V

Amplitudo = ½ X 4,379 = 2,1895 V

2.6.5 Gambar 2.16 hingga gambar 2.21 menunjukkan perubahan frekuensi FM2
terhadap tegangan yang diberikan yaitu dari 0 hingga 5 V. Perubahan yang
terjadi hampir sama seperti analisa no.2. smakin tinggi tegangan yang
diberikan pada sinyal tersebut maka frekuensinya akan semakin kecil dan
amplitudonya semakin basar. Hanya saja pada FM2 selisih frekuensi
maupun amplitudo yang dihasilkan oleh sinyal tersebut sangat kecil. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya resistor yang berfungsi sebagai peredam.

a. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal


Perubahan frekuensi FM2 terhadap tegangan (Vi = 0.56)
f = 811,71184 kHz

VP-P = 4,403 V

Amplitudo = ½ X 4,403 = 2,2015 V

b. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal


Perubahan frekuensi FM2 terhadap tegangan (Vi = 1)
f = 807,18291 kHz

VP-P = 4,48 V

Amplitudo = ½ X 4,48 = 2,224 V

71
c. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal
Perubahan frekuensi FM2 terhadap tegangan (Vi = 2)
f = 792,51929 kHz

VP-P = 4,500 V

Amplitudo = ½ X 4,500 = 2,25 V

d. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal


Perubahan frekuensi FM2 terhadap tegangan (Vi = 3)
f = 777,08586 kHz

VP-P = 4,561 V

Amplitudo = ½ X 4,561 = 2,2805 V

e. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal


Perubahan frekuensi FM2 terhadap tegangan (Vi = 4)
f = 786,24583 kHz

VP-P = 4,613 V

Amplitudo = ½ X 4,613 = 2,3065 V

f. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal


Perubahan frekuensi FM2 terhadap tegangan (Vi = 5)
f = 753,85042 kHz

VP-P = 4,664 V

Amplitudo = ½ X 4,664 = 2,332 V

71
2.6.6 Gambar 2.23 menunjukkan bentuk sinyal informasi dengan frekuensi 100
KHz. Dari gambar tersebut dapat dilihat bentuk sinyalnya, yaitu jika
amplitudonya maksimum maka akan terbentuk rapatan dan renggangan,
sedangkan bila amplitudonya minimum maka sinyal yang terbentuk
hampir sama dengan sinyal carrier. Adapun nilai frekuensi, tegangan peak
to peak dan amplitudo sinyal informasi 100 KHz adalah

f = 101,06681 kHz

Vp-p = 1,895 V

Amplitudo = ½ X 1,895 = 0,9475 V

2.6.7 Gambar 2.21 dan Gambar 2.22 menunjukkan bentuk sinyal termodulasi
FM dengan amplitudo maksimum dan minimum. Dari kedua gambar
tersebut jelas dapat dilihat perbedaan bentuk sinyalnya, yaitu jika
amplitudonya maksimum maka akan terbentuk rapatan dan renggangan,
sedangkan bila amplitudonya minimum maka sinyal yang terbentuk
hampir sama dengan sinyal carrier.
a. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal
termodulasi FM (amplitudo minimum) adalah
f = 529,9453 kHz

Vp-p = 5,009 V.

Amplitudo = ½ X 5,009 = 2,5495 V.

71
2.6.8 Sinyal Termodulasi FM dengan perubahan amplitudo Sinyal informasi

a. Nilai frekuensi, tegangan peak to peak dan amplitudo Sinyal


termodulasi FM (amplitudo maksimum) adalah :
f = 613,7108 kHz

VP-P = 5,221 V

Amplitudo = ½ X 5,221 = 2,6105 V

2.6.9 Jawaban Pertanyaan

1. Pada langkah 13, amati dan catat perubahan pada oscilloscope. Apa
pengaruh peningkatan level tersebut?
Jawaban :

Hasil percobaannya dapat dilihat pada Gambar.17 dan Gambar.18.


Berdasarkan keterangan gambar tersebut dapat dilihat bahwa sinyal
termodulasi FM dengan amplitudo maksimum akan membentuk rapatan dan
renggangan sedangkan sinyal termodulasi FM dengan amplitudo minimum
tidak membentuk rapatan dan renggangan.

2. Gambar grafik untuk tabel 1. Beri penjelasan!


Jawaban:

Table 2.4 Tabel perubahan frekuensi terhadap tegangan

No. 1 2 3 4 5 6

Vi 0,56 1 2 3 4 5
(Volt)

F 985.7529 949.371 870.6965 785.5639 715.4783 631.113


(KHz) 7 1 6 1 1 6

71
1200

1000

800
Frekuensi (kHz)

600

400

200

0
0,56 1 2 3 4 5
Tegangan (V)

Gambar 2.29 Gambar Grafik Tabel 1

Berdasarkan grafik di atas maka dapat dilihat bahwa frekuensi suatu sinyal
berbanding terbalik dengan tegangan. Bila tegangan diperbesar maka
frekuensi yang dihasilkan menjadi semakin kecil.

3. Gambar grafik untuk tabel 2. Dimana perbedaan dengan (1)?


Jawaban:

Table 2.5 Tabel perubahan frekuensi terhadap tegangan

No 1 2 3 4 5 6
.

Vi 0 1 2 3 4 5

F 812.1211 806.8028 794.2955 779.8804 767.1485 755.40316


2 4 3 6 8

71
820
810
800
790
Frekuensi (kHz)

780
770
760
750
740
730
720
0,56 1 2 3 4 5
Tegangan (V)

Gambar 2.30 Gambar Grafik Tabel 2

Berdasarkan grafik di atas maka dapat dilihat bahwa frekuensi suatu sinyal
berbanding terbalik dengan tegangan yang diberikan. Bila tegangan diperbesar
maka frekuensi yang dihasilkan menjadi semakin kecil. Perbedaan grafik tabel 1
dan tabel 2 terletak pada perbedaan selisih frekuensi yang dihasilkan. Pada tabel 1
selisihnya cukup jelas tetapi pada tabel 2 selisihnya tidak terlalu jauh atau kecil.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya resistor pada FM2 yang berfungsi sebagai
peredam.

71
2.7 Kesimpulan

1. Berdasarkan percobaan di atas maka dapat dilihat bahwa bila suatu sinyal
informasi diberikan tegangan maka akan berpengaruh pula terhadap frekuensi
yang dihasilkan. Frekuensi yang dihasilkan akan berbanding terbalik dengan
tegangan yang diberikan. Sedangkan semakin tinggi tegangan yang diberikan
maka amplitudonya akan semakin besar.

2. Berdasarkan Grafik Tabel 1 dapat dilihat bahwa frekuensi suatu sinyal


berbanding terbalik dengan tegangan. Bila tegangan diperbesar maka frekuensi
yang dihasilkan menjadi semakin kecil.

3. Dari Grafik Tabel 2 dapat dilihat selisih frekuensi yang dihasilkan sangat kecil.
Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya resistor di FM2 yang berfungsi sebagai
peredam. Amplitudo juga berpengaruh terhadap bentuk sinyal termodulasi FM.
Bila amplitudonya maksimum maka akan terbentuk rapatan dan renggangan,
sebaliknya bila amplitudonya minimum maka sinyal yang terbentuk tidak akan
berupa rapatan dan renggangan tetapi hampir sama dengan bentuk sinyal carrier.

71

Anda mungkin juga menyukai