Anda di halaman 1dari 30

Kelompok 10

Anggota :
Fajar Arta Auladin
Febrian Dhanu P.
Galih mahardika A.
Lalu M. Delfi A.
Saverirus Edy Bria
Thobrim liunesy
ABORSI DAN KLONING
• Sabtu, 23 Pebruari 2008 18:11 WIB | Peristiwa | | Dibaca 9828 kali
• Surabaya (ANTARA News) - Kendati dilarang, baik oleh KUHP, UU, maupun fatwa MUI atau majelis
tarjih Muhammadiyah, praktik aborsi (pengguguran kandungan) di Indonesia tetap tinggi dan
mencapai 2,5 juta kasus setiap tahunnya.

"Data tersebut belum termasuk kasus aborsi yang dilakukan di jalur non medis (dukun)," kata Guru
Besar Universitas YARSI Jakarta, Prof.Dr H Jurnalis Uddin, P.AK. dalam seminar dan lokakarya
"Sosialisasi Buku Reinterpretasi Hukum Islam Tentang Aborsi" di Hotel Santika, Surabaya, Sabtu.

Menurut dia, penelitian pada beberapa fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan lembaga
kesehatan lainnya menunjukkan bahwa fenomena aborsi di Indonesia perlu mendapat perhatian
serius dari pemerintah dan masyarakat.

Dari penelitian WHO diperkirakan 20-60 persen aborsi di Indonesia adalah aborsi disengaja (induced
abortion).

Penelitian di 10 kota besar dan enam kabupaten di Indonesia memperkirakan sekitar 2 juta kasus
aborsi, 50 persennya terjadi di perkotaan.

Kasus aborsi di perkotaan dilakukan secara diam-diam oleh tanaga kesehatan (70%), sedangkan di
pedesaan dilakukan oleh dukun (84%). Klien aborsi terbanyak berada pada kisaran usia 20-29 tahun.

Perempuan yang tidak menginginkan kehamilanya tersebut, kata Jurnalis Uddin, dikarenakan
beberapa faktor di antaranya hamil karena perkosaan, janin dideteksi punya cacat genetik, alasan
sosial ekonomi, ganguan kesehatan, KB gagal dan lainnya
• "Biasanya hamil karena perkosaan akan menderita gangguan fisik dan jiwa berat
seumur hidup," katanya menjelaskan.

Praktek aborsi, kata dia, dilarang keras oleh Undang-undang (UU) RI Nomor 23 tahun
1992 tentang kesehatan dan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 4 tahun
2005 tentang larangan aborsi.

Dalam Fatwa MUI dijelakan bahwa secara umum aborsi hukumnya haram kecuali
dalam keadaan darurat yaitu suatu keadaan dimana seseorang apabila tidak
melakukan aborsi maka ia akan mati.

"Fatwa MUI tersebut tidak bisa diartikan melegalkan praktek aborsi, melainkan aborsi
bisa dilakukan jika darurat saja," kata salah satu pembicara dalam seminar, Prof.Dr Hj
Huzaemah Tahito (Dosen UIN Syarif Hidayatullah).

Menurut Huzaemah, aborsi hanya bisa dilakukan jika umur kehamilan tidak lebih dari
40 hari. Pasalnya proses kejadian manusia dalam ilmu kedokteran dan kitab suci Al-
Quran dan Hadits menyebutkan bahwa janin dalam kandungan berusia 40 hari sudah
ditiupkan `ruh`.

Jika aborsi tersebut dilakukan pada janin di dalam kandungan usia 40 hari, kata dia, hal
itu sama artinya dengan menghilangkan nyawa manusia. 
Ditinjau Dari Segi Hukum
• Pertama-tama harus dideklarasikan bahwa aborsi bukanlah semata masalah
medis atau kesehatan masyarakat, melainkan juga problem sosial yang terkait
dengan paham kebebasan (freedom/liberalism) yang dianut suatu
masyarakat. Paham asing ini tak diragukan lagi telah menjadi pintu masuk
bagi merajalelanya kasus-kasus aborsi, dalam masyarakat mana pun. Data-
data statistik yang ada telah membuktikannya. Di luar negeri, khususnya di
Amerika Serikat, dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control
(FCDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI), telah mengumpulkan data aborsi
yang menunjukkan bahwa jumlah nyawa yang dibunuh dalam kasus aborsi di
Amerika — yaitu hampir 2 juta jiwa — lebih banyak dari jumlah nyawa
manusia yang dibunuh dalam perang mana pun dalam sejarah negara itu.
Sebagai gambaran, jumlah kematian orang Amerika Serikat dari tiap-tiap
perang adalah:  Perang Vietnam 58.151 jiwa, Perang Korea 54.246 jiwa,
Perang Dunia II 407.316 jiwa, Perang Dunia I  116.708 jiwa, Civil War (Perang
Sipil) 498.332 jiwa. Secara total, dalam sejarah dunia, jumlah kematian karena
aborsi jauh melebihi jumlah orang yang meninggal dalam semua perang jika
digabungkan sekaligus.
• Data tersebut ternyata sejalan dengan data statistik yang menunjukkan bahwa
mayoritas orang Amerika (62 %)  berpendirian bahwa hubungan seksual dengan
pasangan lain, sah-sah saja dilakukan. Mereka beralasan toh orang lain
melakukan hal yang serupa dan semua orang melakukannya (James Patterson
dan Peter Kim, 1991, The Day America Told The Thruth dalam Dr. Muhammad
Bin Saud Al Basyr, Amerika di Ambang Keruntuhan, 1995, hal. 19).
• Bagaimana di Indonesia ? Di negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini,
sayang sekali ada gejala-gejala memprihatinkan yang menunjukkan bahwa
pelaku aborsi jumlahnya juga cukup signifikan. Memang frekuensi terjadinya
aborsi sangat sulit dihitung secara akurat, karena aborsi buatan sangat sering
terjadi tanpa dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga perlu
perawatan di rumah sakit. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada
sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Berarti
ada 2.000.000 nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak
yang tahu (Aborsi.net). Pada 9 Mei 2001 Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan (waktu itu) Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa dalam Seminar “Upaya
Cegah Tangkal terhadap Kekerasan Seksual Pada Anak Perempuan” yang
diadakan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim di FISIP Universitas Airlangga 
Surabaya menyatakan, “Angka aborsi saat ini mencapai 2,3 juta dan setiap tahun
ada trend meningkat.”  
• Ginekolog dan Konsultan Seks, dr. Boyke Dian Nugraha, dalam seminar
”Pendidikan Seks bagi Mahasiswa” di Universitas Nasional Jakarta, akhir
bulan April 2001 lalu menyatakan, setiap tahun terjadi 750.000 sampai
1,5 juta aborsi di Indonesia.
• Dan ternyata pula, data tersebut selaras dengan data-data pergaulan
bebas di Indonesia yang mencerminkan dianutnya nilai-nilai kebebasan
yang sekularistik. Mengutip hasil survei yang dilakukan Chandi Salmon
Conrad di Rumah Gaul binaan Yayasan Pelita Ilmu Jakarta, Prof. Dr.
Fawzia Aswin Hadis pada Simposium Menuju Era Baru Gerakan Keluarga
Berencana Nasional, di Hotel Sahid Jakarta mengungkapkan ada 42 %
remaja yang menyatakan pernah berhubungan seks; 52 % di antaranya
masih aktif menjalaninya. Survei ini dilakukan di Rumah Gaul Blok M,
melibatkan 117 remaja berusia sekitar 13 hingga 20 tahun. Kebanyakan
dari mereka (60 %) adalah wanita. Sebagian besar dari kalangan
menengah ke atas yang berdomisili di Jakarta Selatan
• Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa aborsi memang merupakan
problem sosial yang terkait dengan paham kebebasan
(freedom/liberalism) yang lahir dari paham sekularisme, yaitu pemisahan
agama dari kehidupan (Abdul Qadim Zallum, 1998).
• Terlepas dari masalah ini, hukum aborsi itu sendiri memang wajib
dipahami dengan baik oleh kaum muslimin, baik kalangan medis maupun
masyarakat umumnya. Sebab bagi seorang muslim, hukum-hukum Syariat
Islam merupakan standar bagi seluruh perbuatannya. Selain itu keterikatan
dengan hukum-hukum Syariat Islam adalah kewajiban seorang muslim
sebagai konsekuensi keimanannya terhadap Islam. Allah SWT berfirman :
• “Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai pemutus perkara yang
mereka perselisihkan di antara mereka.” (TQS An Nisaa` 65)
• “Dan tidak patut bagi seorang mu`min laki-laki dan mu`min perempuan,
jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (TQS Al Ahzab 36)
• Sekilas Fakta Aborsi
• Aborsi secara umum adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan. (JNPK-KR, 1999)
Secara lebih spesifik, Ensiklopedia Indonesia memberikan pengertian aborsi sebagai berikut :
“Pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai
berat 1.000 gram.” Definisi lain menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada
usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Aborsi
merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk
bertumbuh (Kapita Seleksi Kedokteran, Edisi 3, halaman 260). Dalam dunia kedokteran
dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
• Aborsi Spontan/ Alamiah atau Abortus Spontaneus
• Aborsi Buatan/ Sengaja atau  Abortus Provocatus Criminalis
• Aborsi Terapeutik/ Medis atau  Abortus Provocatus Therapeuticum
• Aborsi spontan/ alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan
karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
• Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis adalah pengakhiran kehamilan
sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu
akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi
(dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).
• Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum adalah pengguguran kandungan
buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil
tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang
dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua
atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa .
• Pelaksanaan aborsi adalah sebagai berikut. Kalau kehamilan lebih muda,
lebih mudah dilakukan. Makin besar makin lebih sulit dan resikonya
makin banyak bagi si ibu, cara-cara yang dilakukan di kilnik-klinik aborsi itu
bermacam-macam, biasanya tergantung dari besar kecilnya janinnya.
• Abortus untuk kehamilan sampai 12 minggu biasanya dilakukan dengan
MR/ Menstrual Regulation yaitu dengan penyedotan (semacam alat
penghisap debu yang biasa, tetapi 2 kali lebih kuat).
• Pada janin yang lebih besar (sampai 16 minggu) dengan cara Dilatasi &
Curetage.
• Sampai 24 minggu. Di sini bayi sudah besar sekali, sebab itu biasanya
harus dibunuh lebih dahulu dengan meracuni dia. Misalnya dengan cairan
garam yang pekat seperti saline.  Dengan jarum khusus,  obat itu
langsung  disuntikkan  ke dalam rahim,  ke dalam air ketuban, sehingga
anaknya keracunan,  kulitnya terbakar, lalu mati. 
• Di atas 28 minggu biasanya dilakukan dengan suntikan prostaglandin
sehingga terjadi proses kelahiran buatan dan anak itu dipaksakan untuk
keluar dari tempat pemeliharaan dan perlindungannya.
• Juga dipakai cara operasi Sesaria seperti pada kehamilan yang biasa.
• Dengan berbagai alasan seseorang melakukan aborsi tetapi alasan yang paling utama
adalah alasan-alasan non-medis. Di Amerika Serikat alasan aborsi antara lain :
• Tidak ingin memiliki anak karena khawatir menggangu karir, sekolah, atau tanggung jawab
yang lain (75%)
• Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%)
• Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%)
• Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang
hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang
menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak
tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan
dan geliatan anak dalam kandungannya.
• Alasan-alasan seperti ini juga diberikan oleh para wanita di Indonesia yang mencoba
meyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada di dalam kandungannya adalah
boleh dan benar. Semua alasan-alasan ini tidak berdasar.
• Sebaliknya, alasan-alasan ini hanya menunjukkan ketidak pedulian seorang wanita, yang
hanya mementingkan dirinya sendiri.Data ini juga didukung oleh studi dari Aida Torres dan
Jacqueline Sarroch Forrest (1998) yang menyatakan bahwa hanya 1% kasus aborsi karena
perkosaan atau incest (hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan nyawa
calon ibu, dan 3% karena janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius.
Sedangkan 93% kasus aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan
diri sendiri termasuk takut tidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu, atau gengsi
• Aborsi Menurut Hukum Islam
Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam Islam halaman 127-
128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan.
Jika dilakukan setelah setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan,
maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih
berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan
dan sebagiannya mengharamkannya.
• Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli (w. 1596 M)
dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula
yang  memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan.
• Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar (w. 1567 M) dalam
kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin. Bahkan Mahmud Syaltut,
mantan Rektor Universitas Al Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma
dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada
kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru
yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Akan
makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin bernyawa, dan akan lebih
besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai dibuang atau dibunuh 
(Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, halaman 81; M. Ali Hasan,
1995, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, halaman
57; Cholil Uman, 1994, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, halaman 91-
93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa
Kini, halaman 77-79).
• Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan aborsi
setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh
terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa
Rasulullah SAW telah bersabda :
• “Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari
dalam bentuk ‘nuthfah’, kemudian dalam bentuk ‘alaqah’ selama itu pula, kemudian
dalam bentuk ‘mudghah’ selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya.” (HR.
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi)
• Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti
membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori
pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syar’i berikut.
Firman Allah SWT :
• “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan
memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.” (TQS Al An’aam : 151)
• “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan
memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.” (TQS Al Isra` : 31 )
• “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut syara’).” (TQS Al Isra` : 33)
• “Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia
dibunuh.” (TQS At Takwir : 8-9)
 
• Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa atau
telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah suatu tindak
kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.
• Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah diuraikan di atas, para
fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi menurut pendapat Abdul Qadim
Zallum (1998) dan Abdurrahman Al Baghdadi (1998), hukum syara’ yang lebih rajih (kuat)
adalah sebagai berikut. Jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat
puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka
hukumnya haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah
peniu¬pan ruh ke dalam janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum
mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. (Abdul Qadim Zallum,
1998, Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan Islam : Kloning, Transplantasi
Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati, 
halaman 45-56; Abdurrahman Al Baghdadi, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, halaman
129 ).
• Dalil syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam
adalah hadits Nabi SAW berikut :
• “Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah mengutus
seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat
pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu
malaikat  itu bertanya (kepada Allah),’Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan)
menjadi laki-laki atau perempuan ?’ Maka Allah kemudian memberi keputusan…” (HR.
Muslim dari Ibnu Mas’ud RA)
Ditinjau Dari Segi Medis
• WHO memperkirakan 10-50% kematian itu
disebabkan dari aborsi. Diperkirakan diseluruh
dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak
aman, 7000 wanita meninggal akibat aborsi tidak
aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh
aborsi tidak aman. Resiko kematian akibat aborsi
tidak aman diwilayah asia diperkirakan antara 1 dari
250, negara maju hanya 1 dari 3700. dari situ dapat
diambil kesimpulan bahwa aborsi ditinjau dari segi
medis sangat berbahaya.
Ditinjau dari segi hukum
• Menurut sumapraja dalam simposium masalah aborsi di Indonesia
yang diadakan dijakarta pada tanggal 1 april tahun 2000
menyatakan adanya terjadinya kontra diksi dari undang-undang
noemr 23/1992 pasal 15 ayat 1 sebagai berikut: dalam keadan
darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan ibu hamil dan
janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Penjelasan
pasal 15 tindakan medis dalm pengguguran kandungan dengan
alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma
hukum , norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan.
Dapat diambil kesimpulan bahwa dasar hukum tindakan aborsi
yang cacat hukum dan tidak jelas itu menjadikan tenaga kesehatan
yang memberikan layanan aborsi rentan dimata hukum.
Ditinjau Dari Segi Etik
• Ditinjau dari aspek ini seseorang yang
melakukan aborsi tidak manusiawi karena
membunuh byi yang tidak berdosa.
Ditinjau Dari Segi Sosial Ekonomi
• Ditinjau dari aspek ini aborsi tidak
menguntungkan selain menghabiskan banyak
biaya aborsi juga sangat berbahaya bagi ibu.
• Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda :
• “(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam…”
 
Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan
anggota-anggota tubuhnya, adalah sete¬lah melewati 40 atau 42 malam. Dengan
demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin
yang sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya
(ma’shumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan
terhadapnya.
• Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter,
diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah
berumur 40 hari.
• Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah
berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran
diyat bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau
sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta), sebagaimana telah
diterangkan dalam hadits shahih dalam masalah tersebut. Rasulullah SAW bersabda :
• “Rasulullah SAW memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan
Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang
budak laki-laki atau perempuan…” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah RA)
(Abdul Qadim Zallum, 1998).
• Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya
boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum
menjadi janin karena dia  masih berada dalam tahapan sebagai nutfah (gumpalan darah),
belum sampai pada fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri minimal sebagai manusia.
• Di samping itu, pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi hukum dapat
disamakan dengan ‘azl (coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
kehamilan. ‘Azl dilakukan oleh seorang laki-laki yang tidak menghendaki kehamilan
perempuan yang digaulinya, sebab ‘azl merupakan tindakan mengeluarkan sperma di luar
vagina perem¬puan. Tindakan ini akan mengakibatkan kematian sel sperma, sebagaimana
akan mengakibatkan matinya sel telur, sehingga akan mengakibatkan tiadanya pertemuan
sel sperma dengan sel telur yang tentu tidak akan menimbulkan kehamilan.
• Rasulullah SAW telah membolehkan ‘azl kepada seorang laki-laki yang bertanya kepada
beliau mengenai tindakannya menggauli budak perempuannya, sementara dia tidak
mengingin¬kan budak perempuannya hamil. Rasulullah SAW bersabda kepa¬danya :
• “Lakukanlah ‘azl padanya jika kamu suka ! ” (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud)
• Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin,
ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa
keberadaan janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya
sekaligus. Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan
penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang
diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah SWT :
• “Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya.” (TQS Al Maidah : 32)
• Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan. Sedangkan Rasu¬lullah
SAW telah memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah SAW bersabda :
• “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula obatnya. Maka
berobatlah kalian !” (HR. Ahmad)
• Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan :
• “Idza ta’aradha mafsadatani ru’iya a’zhamuha dhararan birtikabi akhaffihima”
• “Jika berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih yang lebih ringan madharatnya.”
(Abdul Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa’id Al Fiqhiyah, halaman 35).
 
Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika keberadaan
kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh janinnya. Memang
mengggugurkan kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu jika tetap
mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa menggugurkan
kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada menghilangkan nyawa ibunya, atau membiarkan
kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut (Abdurrahman Al Baghdadi, 1998).
• Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel telur dengan sel sperma dengan
alasan karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah pendapat yang tidak kuat. Sebab kehidupan
sebenarnya tidak hanya wujud setelah pertemuan sel telur dengan sel sperma, tetapi bahkan dalam sel
sperma itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu pula dalam sel telur, meski kedua sel itu belum bertemu.
Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim Abduh dalam kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963)
halaman 85 adalah “sesuatu yang ada pada organisme hidup.” (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi). Ciri-ciri
adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita, membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan,
dan sebagainya. Dengan pengertian kehidupan ini, maka dalam sel telur dan sel sperma (yang masih baik,
belum rusak) sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel telur tidak ada
kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma. Jadi, kehidupan (al hayah)
sebenarnya terdapat dalam sel telur dan sel sperma sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanya ada
setelah pembuahan.
• Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang mengharamkan aborsi setelah pertemuan sel
telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, adalah pendapat yang lemah, sebab
tidak didasarkan pada pemahaman fakta yang tepat akan pengertian kehidupan (al hayah).
Pendapat tersebut secara implisit menyatakan bahwa sebelum terjadinya pertemuan sel telur dan
sel sperma, berarti tidak ada kehidupan pada sel telur dan sel sperma. Padahal faktanya tidak
demikian. Andaikata katakanlah pendapat itu diterima, niscaya segala sesuatu aktivitas yang
menghilangkan kehidupan adalah haram, termasuk ‘azl. Sebab dalam aktivitas ‘azl terdapat upaya
untuk mencegah terjadinya kehidupan, yaitu maksudnya kehidupan pada sel sperma dan sel telur
(sebelum bertemu). Padahal ‘azl telah dibolehkan oleh Rasulullah SAW. Dengan kata lain, pendapat
yang menyatakan haramnya aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan
sudah adanya kehidupan, akan bertentangan dengan hadits-hadits yang membolehkan ‘azl.
• Kesimpulan
Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga problem sosial yang
muncul karena manusia mengekor pada peradaban Barat. Maka pemecahannya haruslah dilakukan
secara komprehensif-fundamental-radikal, yang intinya adalah dengan mencabut sikap taqlid
kepada peradaban Barat dengan menghancurkan segala nilai dan institusi peradaban Barat yang
bertentangan dengan Islam, untuk kemudian digantikan dengan peradaban Islam yang manusiawi
dan adil.
• Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur kehamilannya
sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk janin yang berumur di bawah
4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Jadi ini memang masalah khilafiyah. Namun menurut
pemahaman kami, pendapat yang rajih (kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh)
hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan
janin, maka hukumnya haram. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai
40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa.  Wallahu a’lam [ Ir. Muhammad Shiddiq Al
Jawi ]
• Parahnya lagi, ini bukan sekedar rumor. Bahkan telah ada salah satu klub yang menghubungi Dr.
Henning Wackerhage dari the school of medical sciences di Universitas Aberdeen. Klub ini meminta
Dr. Henning memetakan DNA Ronaldo dan tentunya pemain keren lain seperti beckham .
• Dr. Henning sendiri adalah seorang ilmuan yang berpengalaman dalam bidang rekayasa genetika.
Saking PD nya dengan idenya itu ia mengatakan:
• it might be possible to produce the human equivalent of a formula one car by using genetic
mutations.
• Mengenai urusan screening gen ini, Huw Jennings youth development manager pada the FA
Premier League mengatakan bahwa untuk mencari talenta mudaberbakat seperti ronaldo tidak
dapat hanya dilakukan dengan melihat DN-nya saja. Ada hal lain yang lebih berpengaruh antara
lain mental bertanding, dll.
• “While you may be able to identify athletic ability, the road from promising youngster to top
professional is far from smooth, and it doesn’t necessarily follow that talented athletes will
become talented footballers,”
• UK Sport, sebuah badan ‘drug testing’ di Inggris mengatakan tidak mampu melarangan klub untuk
melakukan screening DNA untuk mencari pemain, mereka tidak menemukan keterkaitan screening
DNA ini dengan penyalahgunaan doping.
• Wah,, kalau di Indonesia, sekalipun kita bisa cara kloningnya, kita bakalan bingung pemain
Indonesia  mana yang pantas dikloning :p
• [Guardian via Gizmowatch]
• [shirogadget tempat informasi teknologi terbaru. Kloning juga ada]
• Tags: shirogadget, sepatu cristiano ronaldo, gadget, dna, teknologi terbaru, Forensik, kloning,
berita terbaru cristiano ronaldo, sepak bola
Manusia Kloning Pertama Bernama Eve Kini
Berusia 5 Tahun

• Manusia kloning pertama di dunia bernama Eve bayi


perempuan kini berusia 5 tahun. Sehat dan kini mulai
menginjak pendidikan taman kanak-kanak di pinggiran kota
Bahama. Era manusia super mungkin akan segera terwujud.
Dunia tidak kekurangan stok-stok manusia-manusia super
genius sekelas Albert Einsten atau atlet handal sekelas Carl
Lewis atau aktris Jennifer Lopez. manusia-manuisa super itu
bakal tetap lestari dimuka bumi. 100% sama persis, yang beda
hanya generasinya. Kelahiran Eve merupakan sebuah kejutan.
Sebelumnya para ilmuan bersiap menerima kelahiran bayi
kloning pertama ‘karya’ dokter ahli kesuburan Italia, Dr.
Severino Antinori, awal januari 2003.
Kloning Menurut Hukum Islam
• Assalamu'alaikum wr. wb. Dalam kitab-kitab klasik belum (atau mungkin malah
tidak) ditemukan pendapat-pendapat pakar hukum Islam mengenai hukum
spesifik cloning. Namun, metode pengambilan hukum-melalui kaidah-kaidah
ushul fiqh-yang telah digunakan mereka bisa dijadikan panduan untuk
mengambil dan menentukan kasus-kasus hukum yang akan terjadi berikutnya.
Karena belum (mungkin juga tidak) ditemukannya rujukan dari kitab-kitab
hukum terdahulu, para ahli hukum sekarang masih memperdebatkan masalah
ini dan belum ditemukan kesepakatan final dalam kasus yang menyeluruh. Di
sini kami akan kemukakan beberapa pendapat sebagian ahli hukum Islam masa
kini mengenai kasus cloning ini. Pendapat ini kami kutip dari kajian yang dibuat
Badan Kajian Keislaman (Majma' al-Buh‫»أ‬ts al-Isl‫أ‬¢miyyah), Kairo, Mesir. Cloning
terhadap tumbuh-tumbuhan atau hewan asalkan memiliki daya guna
(bermanfaat) bagi kehidupan manusia maka hukumnya mubah/halal. Hal ini
didasarkan pada prinsip bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini diciptakan
untuk kesejahteraan manusia (lihat surat al-Baqarah/2:29 dan surat al-J‫أ‬
¢tsiyah/45:13).
• Adapun hukum meng-cloning manusia, terdapat rincian tersendiri. Tergantung cara cloning
yang dilakukan. Paling tidak ada empat cara yang bisa dilakukan dalam cloning: Cara
pertama, cloning dilakukan dengan mengambil inti sel (nucleus of cells) "wanita lain
(pendonor sel telur)" yang kemudian ditanamkan ke dalam ovum wanita kandidat yang
nekleusnya telah dikosongkan. Cara kedua, cloning dilakukan dengan menggunakan inti sel
(nucleus) "wanita kandidat" itu sendiri, dari sel telur milik sendiri bukan dari pendonor. Cara
ketiga, cloning dilakukan dengan menanamkan inti sel (nucleus) jantan ke dalam ovum
wanita yang telah dikosongkan nukleusnya. Sel jantan ini bisa berasal dari hewan, bisa dari
manusia. Terus manusia ini bisa pria lain, bisa juga suami si wanita. Cara keempat, cloning
dilakukan dengan cara pembuahan (fertilization) ovum oleh sperma (dengan tanpa
hubungan sex) yang dengan proses tertentu bisa menghasilkan embrio-embrio kembar yang
banyak. Pada kasus dua cara pertama, pendapat yang dikemukakan adalah haram, dilarang
melakukan cloning yang semacam itu dengan dasar analogi (qiyas) kepada haramnya lesbian
dan sadduzarai' (tindakan pencegahan, precaution) atas timbulnya kerancuan pada nasab
atau sistem keturunan, padahal melindungi keturunan ini termasuk salah satu kewajiban
agama. Di alin pihak juga akan menghancurkan sistem keluarga yang merupakan salah ajaran
agama Islam. Pada cara ketiga dan keempat, cloning haram dilakukan jika sel atau sperma
yang dipakai milik lelaki lain (bukan suami) atau milik hewan. Jika sel atau sperma yang
dipakai milik suami sendiri maka hukumnya belum bisa ditentukan (tawaquf), melihat dulu
maslahat dan bahayanya dalam kehidupan sosial. Untuk menentukan hukum pastinya harus
didiskusikan dahulu dengan melibatkan banyak pakar dari berbagai disiplin ilmu, yang
meliputi ilmuwan kedokteran, ilmuwan biologi (geneticist, biophysicist, dkk), sosiolog,
psikolog, ilmuwan hukum, dan agamawan (pakar fiqh).
• Jika hasilnya bisa membikin kacau tatanan
masyarakat (karena banyak orang kembar, sehingga
jika ada tindak kriminal atau kasus hukum lainnya
susah diidentifikasi, dan mungkin efek-efek lain)
maka hukumnya tidak boleh, haram. Cara
mengatasinya dengan melihat maslahah dan
madharatnya. Jika hukum cloning sudah menjadi
keputusan haram atau halal, maka tentu bisa
ditindak lanjuti melalui lembaga-lembaga yang
berwenang untuk melarang atau menjatuhkan sanksi
bagi para pelanggarnya.
Ditinjau Dari Segi Etik
• Ancaman terhadap individualitas
• Menggap diri “ tuhan”
• Hak memiliki masa depan bebas
• Hak memiliki kehendak bebas
Ditinjau Dari Segi Medis
• Medis mengindikasikan bahwa prosedur
kloning saat ini tidak aman untuk manusia,
melalui teknik transplantasi nukleus belum
dapat dilaksanakan.
Ditinjau Dari Segi Sosial Ekonomi
• Menguntungkan karena bila dipakai dalam
untuk pertenakan kita dapat menghasilkan
hewan ternak yang berkualitas. Sedangkan
kloning pada manusia dilarang karena
melanggar norma hukum, sosial dan, budaya.

Anda mungkin juga menyukai