Anda di halaman 1dari 37

m Pada tahun 2002, ada seorang pasien

wanita berusia 68 yang terdiaknosa


menderita penyakit sirosis hati. Setelah 3
bulan dirawat anak dari pasien tersebut
meminta pada dokter untuk mencabut
respiratornya, karena si pasien amat
menderita dan dokter mengatakan
bahwa walaupun respiratornya tidak
dicabut kemunginan hidup hanya 24
jam saja.
i .
m
m —ontoh euthanasia aktif, misalnya ada
seseorang menderita kanker ganas
dengan rasa sakit yang luar biasa sehingga
pasien sering kali pingsan. Dalam hal ini,
dokter yakin yang bersangkutan akan
meninggal dunia. Kemudian dokter
memberinya obat dengan takaran tinggi
(overdosis) yang sekiranya dapat
menghilangkan rasa sakitnya, tetapi
menghentikan pernapasannya sekaligus
(Utomo, 2003:178).
i xuthanasia pasif
m euthanasia pasif, adalah tindakan
dokter menghentikan pengobatan
pasien yang menderita sakit keras, yang
secara medis sudah tidak mungkin lagi
dapat disembuhkan. Penghentian
pengobatan ini berarti mempercepat
kematian pasien.
m —ontoh euthanasia pasif, misalkan
penderita kanker yang sudah kritis, orang
sakit yang sudah dalam keadaan koma,
disebabkan benturan pada otak yang
tidak ada harapan untuk sembuh. Atau,
orang yang terkena serangan penyakit
paru-paru yang jika tidak diobati maka
dapat mematikan penderita. Dalam kondisi
demikian, jika pengobatan terhadapnya
dihentikan, akan dapat mempercepat
kematiannya (Utomo, 2003:177).
m 6      

Syariah Islam merupakan syariah
sempurna yang mampu mengatasi
segala persoalan di segala waktu dan
tempat. Berikut ini solusi syariah terhadap
euthanasia, baik euthanasia aktif
maupun euthanasia pasif.
m Syariah Islam mengharamkan euthanasia
aktif, maupun pasif ,karena termasuk
dalam kategori pembunuhan sengaja (al-
qatlu al-¶amad), walaupun niatnya baik
yaitu untuk meringankan penderitaan
pasien. Hukumnya tetap haram, walaupun
atas permintaan pasien sendiri atau
keluarganya.
Dalil-dalil dalam masalah ini sangatlah
jelas, yaitu dalil-dalil yang mengharamkan
pembunuhan. Baik pembunuhan jiwa
orang lain, maupun membunuh diri sendiri.
Misalnya firman Allah SWT :
m ^  


  
   




      


    (QS Al-An·aam : 151)


m ^      
 


  
   
 
        ÿ
(QS An-Nisaa` : 92)
m ^  


  

 

  
   
 (QS An-Nisaa` :
29).
m Dari dalil-dalil di atas, jelaslah bahwa
haram hukumnya bagi dokter melakukan
euthanasia aktif. Sebab tindakan itu
termasuk ke dalam kategori pembunuhan
sengaja (al-qatlu al-¶amad) yang
merupakan tindak pidana (jarimah) dan
dosa besar.
Dokter yang melakukan euthanasia aktif,
misalnya dengan memberikan suntikan
mematikan, menurut hukum pidana Islam
akan dijatuhi qishash (hukuman mati
karena membunuh), oleh pemerintahan
Islam (Khilafah), sesuai firman Allah :
m Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan
tenologi di bidang medik, kehidupan
seorang pasien bisa diperpanjang dan
hal ini seringkali membuat para dokter
dihadapkan pada sebuah dilema untuk
memberikan bantuan tersebut apa tidak
dan jika sudah terlanjur diberikan
bolehkah untuk dihentikan.
m Tugas seorang dokter adalah untuk
menolong jiwa seorang pasien, padahal
jika dilihat lagi hal itu sudah tidak bisa
dilanjutkan lagi dan jika hal itu diteruskan
maka kadang akan menambah
penderitaan seorang pasien. Nah,
penghentian pertolongan tersebut
merupakan salah satu bentuk
euthanasia.
m Bardasarkan pada cara terjadinya, ilmu
pengetahuan membedakan kematian
kedalam tiga jenis:
1. Orthothansia, merupakan kematian
yang terjadi karena proses alamiah,
2. Dysthanasia, adalah kematian yang
terjadi secara tidak wajar,
3. xuthanasia, adalah kematian yang
terjadi dengan pertolongan atau tidak
dengan pertolongan dokter,
m Pengertian euthanasia ialah tindakan
memudahkan kematian seseorang
dengan sengaja tanpa merasakan sakit,
karena kasih sayang, dengan tujuan
meringankan penderitaan si sakit, baik
dengan cara positif maupun negative,
dan biasanya tindakan ini dilakukan oleh
kalangan medis.
m . Seseorang yang sedang menderita
kangker ganas atau sakit yang mematikan,
yang sebenarnya dokter sudah tahu
bahwa seseorang tersebut tidak akan
hidup lama lagi. Kemudian dokter
memberinya obat dengan takaran tinggi
(overdosis) yang sekiranya dapat
menghilangkan rasa sakitnya, tetapi justru
menghentikan pernapasannya sekaligus.
m Dalam KODxKI pasal 2 dijelaskan
bahwa; ´seorang dokter harus
senantiasa berupaya melaksanakan
profesinya sesuai dengan standar profesi
tertinggi . Jelasnya bahwa seorang
dokter dalam melakukan kegiatan
kedikterannya sebagai seorang profesi
dikter harus sesuai dengan ilmu
kedikteran mutakhir, hukum dan agama.
m Merugikan karena menyisakan pada
keluarga yang ditinggalkan dan juga
menghabiskan banyak biaya untuk
pngobatan yang sia-sia dan akhirnya
harus mati.
m Menguntungkan karena mengurangi
beban keluarga.
m KODxKI pasal 7d juga menjelaskan bahwa
´setiap dokter harus senantiasa mengingat
akan kewajiban melindungi hidup insani .
Artinya dalam setiap tindakan dokter harus
bertujuan untuk memelihara kesehatan
dan kebahagiaaan manusia. Jadi dalam
menjalankan prifesinya seorang dokter
tidak boleh melakukan;
Menggugurkan kandungan (Abortus
Provocatus),
m menurut Kamus Kedokteran Dorland
euthanasia mengandung dua pengertian.
Pertama, suatu kematian yang mudah
atau tanpa rasa sakit. Kedua, pembunuhan
dengan kemurahan hati, pengakhiran
kehidupan seseorang yang menderita
penyakit yang tak dapat disembuhkan dan
sangat menyakitkan secara hati-hati dan
disengaja.
m Secara konseptual dikenal tiga bentuk
euthanasia, yaitu
i voluntary euthanasia (euthanasia yang
dilakukan atas permintaan pasien itu
sendiri karena penyakitnya tidak dapat
disembuhkan dan dia tidak sanggup
menahan rasa sakit yang
diakibatkannya);
i non voluntary euthanasia (di sini orang
lain, bukan pasien, mengandaikan,
bahwa euthanasia adalah pilihan yang
akan diambil oleh pasien yang berada
dalam keadaan tidak sadar tersebut jika
si pasien dapat menyatakan
permintaannya);
i involuntary euthanasia (merupakan
pengakhiran kehidupan pada pasien
tanpa persetujuannya).
m Konstruksi Yuridis xuthanasia
Munculnya pro dan kontra seputar
persoalan euthanasia menjadi beban
tersendiri bagi komunitas hukum.
m Indonesia hanya dikenal satu bentuk
euthanasia, yaitu euthanasia yang
dilakukan atas permintaan pasien/korban
itu sendiri (voluntary euthanasia)
sebagaimana secara eksplisit diatur dalam
Pasal 344 KUHP. Pasal 344 KUHP secara
tegas menyatakan :

´Barang siapa merampas nyawa orang lain


atas permintaan orang itu sendiri yang jelas
dinyatakan dengan kesungguhan hati
diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun .
m . Dalam ketentuan Pasal 338 KUHP secara
tegas dinyatakan, ´ Barang siapa sengaja
merampas nyawa orang lain diancam,
karena pembunuhan dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun .
m Pasal 340 KUHP dinyatakan,
´ Barang siapa dengan sengaja dan
dengan rencana lebih dulu merampas
nyawa orang lain diancam, karena
pembunuhan berencana, dengan pidana
mati atau pidana penjara seumur hidup
atau selama waktu tertentu paling lama
dua puluh tahun
m dalam Bab XV KUHP khususnya Pasal 304
dan Pasal 306 (2). Dalam ketentuan Pasal
304 KUHP dinyatakan,
´Barang siapa dengan sengaja
menempatkan atau membiarkan seorang
dalam keadaan sengsara, padahal
menurut hukum yang berlaku baginya atau
karena persetujuan, dia wajib memberikan
kehidupan, perawatan atau pemeliharaan
kepada orang itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau denda paling banyak
tiga ratus rupiah
m Î 
 Π    
  

      
   


!  "  


#! 
$%&$' 
      (  ) *  "   

    $' 
+
          
      
      
 
           ,- 

   .#   
   
            
  


  
, /  0 0 1 2
(  !
 
  
      
 

  
     


 
!   
  "  $3%3  
       
  
  
      %4  34  5 !&6)!
m G 

   adalah transplantasi
atau pemindahan seluruh atau sebagian
organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain,
atau dari suatu tempat ke tempat yang lain
pada tubuh yang sama. Transplantasi ini
ditujukan untuk menggantikan organ yang
rusak atau tak befungsi pada penerima
dengan organ lain yang masih berfungsi
dari donor. Donor organ dapat merupakan
orang yang masih hidup ataupun telah
meninggal.
m 1.TRANSPLANTASI AUTOLOGUS
Yaitu perpindahan dari satu tempat
ketempat lain dalam tubuh itu
sendiri,yang dikumpulkan sebelum
pemberian kemoterapi,

2.TRANSPLANTASI ALOGxNIK
Yaitu perpindahan dari satu tubuh
ketubuh lain yang sama spesiesnya,baik
dengan hubungan keluarga atau tanpa
hubungan keluarga,
m 3.TRANSPLANTASI SINGxNIK
Yaitu perpindahan dari satu
tubuh ketubuh lain yang
identik,misalnya pada gambar
identik,

4.TRANSPLANTASI XxNOGRAFT
Yaitu perpindahan dari satu
tubuh ketubuh lain yang tidak
m Dari segi hukum ,transplantasi
organ,jaringan dan sel tubuh dipandang
sebagai suatu hal yang mulia dalam upaya
menyehatkan dan mensejahterakan
manusia,walaupun ini adalah suatu
perbuatan yang melawan hukum pdana
yaitu tindak pidana penganiayaan.tetapi
mendapat pengecualian hukuman,maka
perbuatan tersebut tidak lagi diancam
pidana,dan dapat dibenarkan.
m Transpartasi organ merupakan cara
pengobatan yang dperbolehkan oleh
islam, menjadi pendonor hukumnya mubah
(boleh) bahkan bernilai ibadah jika
dilakukan dengan ikhlas asal tidak
membinasakan pendonor dan menjadi
haram bila membinaskannya. Orang
meninggal boleh dimanfa·atkan organnya
untuk pengobatan dengan catatan
sebelum wafat orang tersebut
membinaskannya.
m Menguntungkan karena bisa membantu
sesama manusia, dan juga menghemat
biaya dalam pendonoran tidak
mengelurkan biaya, dan jika kita
membeli organ tersebut dapat
mengeluarkan banyak biaya.
m Dalam PP No.18 tahun 1981 tentana
bedah mayat klinis, beda mayat
anatomis dan transplantasi alat serta
jaringan tubuh manusia tercantum pasal
tentang transplantasi sebagai berikut:

Yaitu : pasal 1, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17,


18.
m Memperbolehkan karena transplantasi
merupakan upaya terakhir untuk
menolong seorang pasien dengan
kegagalan fungsi salah satu organ
tubuhnya dari segi ini tindakan wajib
dilakukan jika ada indikasi.
Transplantasi merupakan upaya terakhir
untuk menolong seorang pasien dengan
kegagalan fungsi salah satu organ
tubuhnya.dari segi etik kedokteran
tindakan ini wajib dilakukan jika ada
indikasi,berlandaskan dalam
KODxKI,yaitu:
m Pasal 2.
Seorang dokter harus senantiasa melakukan
profesinya menurut ukuran tertinggi.
m
Pasal 10.
Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan
kewajibannya melindungi hidup insani.
Pasal 11.
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan
penderita.

Anda mungkin juga menyukai