Anda di halaman 1dari 31

EKTRADISI

 Pernyerahan secara formal berdasarkan


suatu perjanjian atau prinsip timbal balik
thd seseorang yang dituduh melakukan
TP (tersangka, terdakwa, terpidana) oleh
negara dimana seseorang berada kepada
negara peminta yang mempunyai
yurisdiksi
 Unsur-Unsur Ekstradisi
A. Unsur Subyek
- Neg peminta/The Requesting State
- Neg diminta/The Requested State
B. Unsur Obyek
- Pelaku (trsangka, trdakwa, terpidana)
- Perlindungan HAM atas kesewenang
C. Unsur Prosedur (minta, tolak, penyerahan)
D. Unsur Tujuan (Hukum pelaku & kerjasama)
 Dasar Hukum :
- Perjanjian Bilateral/Multilateral
- UU nas suatu neg (UU No. 1 Thn 1979)
Ekstradisi :
- Penyerahan dari neg diminta ke neg peminta
yg lakukan TP
- Melakukan TP di wil neg peminta
- Untuk menjalani hukuman
Asas Ekstradisi
 Double Criminality
 Spesialis
 Tidak menyerahkan pelaku kejhtan
politik
 Tidak menyerahkan WN sendiri
 Nebis in idem
 Kadaluwarsa
Asas Double Criminality

 Perbuatan mrp TP yg diancam


pidana di negara peminta dan
negara diminta
 Abortus di Indonesia mrp tindak
pidana di Hongkong bukan
Asas Spesialis
 Membatasi diadilinya seorang pelaku TP
 Penyebutan spesifikasi kejahatannya sbg dasar
permintaan ekstradisi
 Pengecualian asas spesialis :
- Ada persetujuan dari negara diminta
- Kejahatan diatur dlm perjanjian ekstradisi
- Sistem daftar jenis kejahatan
- Persetujuan orang ybs
Asas Kejahatan Politik
 Kebebasan berpendapat, berkumpul, berserikat
dan berpolitik merupakan HAM yg diakui
secara universal dlm UDHR dan ICCPR
 Penentu ada tidaknya TP sbgai kejahatan
politik tergantung neg diminta ekstradisi
 Penyerahan tdk dilakukan jika mrp kjhtan
politik (Psl 3 Perj Eks Indonesia – Malaysia,
Psl 3 (1) Indonesia – Thailand)
Asas Tdk Serahkan WN
 Kewajiban negara melindungi WN
(Asas Nasional Aktif)

Tidak berlaku absolut thd HAM berat


dimana negara ybs dapat
menyerahkan WN nya pada Peradilan
ad hoc maupun ICC
Asas Nebis In Idem
 Tidak dapat diadili lebih dari satu kali atas TP
yg sama
 Negara dapat menolak ekstadisi bila :
- Berkekuatan hukum tetap
- Ybs dlm proses penuntutan, sdg atau telah
dituntut/diadili/dibebaskan atas kejahatan yang
dimintakan ekstradisi
Asas Kadaluwarsa
 Daluwarsa terhadap penuntutan maupun
pelaksanaan pidana
 Asas universal dlm HP u/ jamin pasti
hkm
 Penerapan asas daluwarsa dalam
perjanjian ekstradisi meliputi penuntutan
dan pelaksanaan pidana atau hukuman
Sistem Perjanjian Ekstradisi

 Sistem tanpa daftar (eliminative


system)
 Sistem dengan daftar
(enumerative system)
 Sistem gabungan
Sistem Tanpa Daftar
 Jenis kjhtan tdk drumuskan dlm perjanjian
 Syaratnya kejahatan yg diancam pidana dlm
batas tertentu yg disetujui kedua negara
(maksimum maupun minimunnya)
 Dapat mengikuti perkembangan kejahatan
 Hanya dapat diterapkan oleh negara dgn
sistem hukum yang sama (Pencurian dlm hkm
islam dipotong sedang di KUHP penjara)
Sistem Dengan Daftar
 Terperinci jenis-jenis kejahatannya (Pasal
3 Perjanjian Ekstradisi Indonesia –
Malaysia mcantumkan 27 jenis kejahatan)
 Jamin kepastian hukum bagi neg peminta,
diminta maupun pelakunya
 Tidak dapat ikuti perkembangan jenis
kejahatan baru
Sistem Gabungan
 Mrp suatu sistem yg mensyaratkan dapat
diekstradisikannya kejahatan bilamana :
- Kejahatan yg dilakukan sesuai dgn jenis
kejahatan yg diperjanjikan
- Kejahatan tsb memenuhi kesamaan dlm
batas ancaman pidana yg telah ditentukan
Kewajiban Mengekstradisi
 Tiap negara wajib menyerahkan pelaku
kejahatan yg berada di wilayahnya pd negara
yg mempunyai yurisdiksi
 Asas Aut Punere Aut Dadere
 Perjanjian ekstradisi maupun asas reciprositas
 Memberantas kejahatan internasional
 Asas keadilan
Penolakan Ekstradisi
 Kejahatan politik
 Kejahatan militer
 Warga negara sendiri
 TP terjadi di wilayah teritorial RI
 Dlm proses peradilan
 Sudah berkekuatan hukum tetap
 Dalurawsa
 Diancam pidana mati di negara peminta
 Terkait dengan alasan SARA
 Dituntut di luar kejahatan yg dimintakan ekstradisi
 Akan diserahkan pada negara ketiga
Tahapan Proses Ekstradisi
 Tahap I
(Pencarian, penangkapan, penahanan)
 Tahap II
(Proses permintaan ekstradisi sampai
dengan keputusan)
 Tahap III (Pelaksanaan penyerahan)
Syarat Permintaan Ekstradisi
 Terpidana
- Asli/salinan otentik put pengad
- Ket u/ tetapkan identitas & WN
-Asli/salinan otentik SP pnhnan
- Syarat lain dari negara diminta
 Terdakwa/Tersangka
- Asli/salinan otentik SP pnkapan/pnhnan
- Uraian kejahatan
- Ketentuan hkm dilanggar & ancamannya
- Ket saksi dibawah sumpah
- Ket u/ tetapkan identitas & WN
- Permhnan penyitaan BB bila diperlukan
- Syarat lain dari negara diminta
 Tugas Polri (Pasal 26 UU No. 1 Thn 1979)
- Cari, tangkap, tahan
- Periksa tersangka/terpidana (identitas)
- Siapkan berkas perkara
- Kirim ke JPU
- Laporkan ke Kapolri
- Monitor perkembangan
 Kapolri/Jakgung dpt printahkan pnhanan yg
dimintakan oleh neg lain atas dasar alasan yg
mendesak sepanjang tidak bertentangan dgn HN
RI (Psl 18)
 Permintaan pjbat ybw dr neg peminta kpd
Kapolri/Jakgung via interpol RI/saluran
diplomatik
 Pengeluaran SP tangkap/tahan tsb berdasar
KUHAP kecuali ditentukan lain
Perjanjian Ekstradisi
 Malaysia UU 9 Thn 1974
 Philipina UU 10 Thn 1976
 Thailand UU 2 Thn 1978
 Australia UU 8 Thn 1994
 Hongkong UU 1 Thn 2001
 Korea Selatan UU 42 Thn 2007
 Singapura Proses Ratifikasi
 RRC proses assesment
Mutual Legal Assistance In Criminal Matters
(Bantuan Hkm Timbal Balik Dlm Masalah Pidana)

 Dasar Hukum
- Perj Bilateral/Multilateral
- UU No. 1 Thn 2006 Ttg
Bantuan Timbal Balik Dalam
Masalah Pidana
RL Permintaan Bantuan
(Perjanjian & Hub Timbal Balik)
 Penyidikan
 Penuntutan
 Pemeriksaan di depan pengad
 Perampasan hasil kejahatan
(Pasal 3 ayat 1 dan 2)
Prosedur Permintaan Bantuan
(Pasal 9)
Kapolri Dari RI Pd Neg Lain

Jaksa Agung Menkum Slran Diplm Neg


HAM (Deplu/KBRI Dmt

Ketua KPK
TP Korupsi
Syarat Permintaan
(Pasal 10)
 Identitas institusi yg meminta
 Pokok mslah & hakekat sidik, tuntut,
priksa/proses peradilan terkait permitaan tsb
termasuk nama & fungsi instansinya
 Ringkasan fakta-fakta
 UU terkait (isi pasal & ancaman pid
 Uraian bantuan yg diminta, tuj, prosedur
 Tujuan dr bantuan yg diminta & syarat lain
Pidana Mati
 Persoalan muncul jika TP diancam
pidana mati di negara peminta sedang di
negara diminta tidak
- Diatasi dgn asas Kompromis 2 neg
- Neg peminta dpt mnolak prmintaan
- Nekan neg pminta u/ tdk hkm mati
Kejahatan Politik
 Delik politik, agama & militer mrp kjhtan yg tdk dpt
dimintakan ekstradisi
 Jenis Kejahatan Politik
a. Kejahatan Politik Murni adl su/ kjhtan yg semata
di7kan pd ketertiban politik
b. Kejahatan Politik Kompleks adl kjhtan disamping
di7kan pd ketertiban pol jg pd ketertiban hak pribadi WN
(Bajak pst terbang komersial dgn motif politik


c. Kejahatan Politik Bertautan adl
kjhtan tsb tdk di7kan pd ketertiban
pol ttp py hub dgn kjhtan lain yg
di7kan ketertiban pol (Penipuan
un/ dptkan surat dokumen yg
kmdian dicetak un/ tujuan
subversif)
Teori Dlm Kejahatan Politik
 Teori Kadar Kjhtn (Preforderence Theory) u/ nentukan
kjhtan pol/bkn ttg berat mana kadarnya (Praktek : penentu
ttg neg diminta)
 Teori keseimbangan antara cara & tujuan
 Teori objektif/absolut (delik politik di7kan thd negara dan
fungsi negara
 Teori subyektif/relatif (All delik umum yg dilakukan dgn
ltr blkang & tuj pol mrp delik pol
 Teori predominan (sangat ttg dari dominannya
suatu perbuatan)
Klausula Attentat
 Mrp su perjan yg bertuj hilangkan sifat pol
dari tiap pembunuhan/percobaan thd kep neg
dan keluarganya
 Dirumuskan dlm stiap perjan ekstradisi
maupun dlm UU ekstradisi yg pd prinsipnya
nyebutkan kjhtan di atas bkn kejahatan pol
 Tujuan agar pelakunya dpt diekstradisikan krn
kjhtan tsb sdh dihilangkan sifat pol nya

Anda mungkin juga menyukai