Anda di halaman 1dari 5

NOTARY SEAL

Amethyst

CYBER NOTARY
Alasan untuk tidak menyetujui yaitu alat bukti elektronik sampai saat ini bukanlah
alat bukti yang dapat berdiri sendiri dalam memenuhi batas minimum pembuktian (
Mengenai hal ini akan saya uraikan tersendiri kelak...;).. ), oleh karena itu tidak mungkin
akta otentik yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna diturunkan grade (
kualitas/nilai) pembuktiannya !
Jadi akta elektronik bukanlah akta otentik tapi alat bukti elektronik yang nilai
pembuktiannya hanya dapat disetarakan dengan alat bukti persangkaan Undang-undang
yang dapat dibantah ( rebuttable presumption of law) atau setidak-tidaknya persangkaan
hakim ( rechtelijke vermoden ) (hasil penelitian normatif yang saya lakukan).

Jadi pendapat rekan Fardian dalam seminar tsb saya anggap sebagai pendapat pribadi
yang tidak mewakili pendapat para notaris di Indonesia. Mohon rekan-rekan
menganalisa lebih jauh topik ini sebelum berpendapat, karena ini akan mempengaruhi
keberadaan lembaga notariat di Indonesia yang berbasis pada hukum Civil Law (
Continental Law ) !
Konsep Cyber Notary adalah konsep Notary Public berdasarkan Common Law yang
tidak lain hanya sekedar tukang stempel !
Dalam artikel saya Esensi Keberadaan Lembaga Notariat dengan berlakunya UU
nomor 11 th 2008 jelas saya telah menghimbau para petinggi dalam oraganisasi Notaris
di Indonesia untuk segera melakukan uji materi terhadap UU tersebut khususnya
keberadaan pasal 5 ayat 4 huruf b UU ITE; karena suatu saat pasal ini akan
membahayakan keberadaan lembaga notariat di Indonesia !

Pendapat setuju mau tidak mau tetap harus diutarakan oleh karena kemajuan teknologi
yang luar biasa akibat konvergensi bidang telekomunikasi, informatika dan multi media.
Cyber Notary menurut penulis sebaiknya hanya dipakai sebagai istilah saja oleh notaris
yang menjalankan profesi sebagai penunjang dalam lingkup Teknologi Informasi (
silahkan rekan-rekan pelajari Rancangan Peraturan Pemerintah tentang ITE khususnya
pasal 7; dimana notaris disebut sebagai salah satu dari 8 profesi penunjang dalam lingkup
Teknologi Informasi.
Jadi bukan notaris dalam menjalankan jabatannya selaku pejabat umum yang "membuat"
akta otentik, namun perannya dalam lembaga sertifikasi keandalan yang tugasnya
mengaudit pelaku usaha yang menyelenggarakan transaksi secara elektronik dan
kemudian mengeluarkan sertipikat keandalan.

Ingatlah : Keberadaan lembaga notariat adalah karena adanya notaris dalam persyaratan
pembuatan Akta Otentik ( dengan kata lain tidak akan pernah ada akta otentik tanpa
adanya notaris ). Jadi kalau produknya bukan akta otentik ( akta elektronik ) maka tidak
perlu adanya Notaris ! Sekali lagi tugas kita disamping menjalankan jabatan notaris
dengan benar, harus pula ikut mempertahankan keberadaan, harkat dan martabat lembaga
notariat Indonesia, jangan sampai malah merongrongnya !
Sy berpendapat bahwa cyber notary kemungkinan sangat baik diterapkan di masa depan
MANUNGGAL.B,S.H. Notary Document |
MAGISTER KENOTARIATAN UNHAS © 2009
NOTARY SEAL
Amethyst

karena saya melihat akses teknologi internet yang meng'simplify' kan pekerjaan notaris
ini memang sudah seharusnya akta tidak hanya dalam bentuk fisik (kertas) tapi bisa
diterapkan secara 'paperless'.

Internet dengan segala kemudahannya memungkin kita tukar menukar data secara digital
dengan mudah untuk itulah saya sangat mendukung sekali keberadaan cyber notary ini
dan yg lebih penting bagaimana keberadaan akta notaris yg dikeluarkan dalam bentuk
'paperless' bisa disebut sebagai akta otentik.

Dan mungkin saya rasa setiap notaris wajib mempunyai website pribadi untuk
memudahkan interaksi antara klien dengan notaris secara digital daripada dia harus
mempunyai kantor secara fisik namun tidak maksimal dalam mencari klien. Demikian
pendapat saya. Terimakasih
Peluang penyelenggaraan jasa notaris secara elektronik (cyber-notary) dalam perspektif
hukum telekomunikasi indonesia

Perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat dewasa ini telah membawa
berbagai dampak yang sangat signifikan dalam kehidupan umat manusia.

Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh perkembangan telekomunikasi telah


memungkinkan hubungan antar umat manusia dapat berlangsung secara cepat dan mudah
tanpa memperhitungkan aspek ruang dan waktu.

Di sisi lain, notaris sebagai pejabat umum yang bertugas melayani masyarakat diharapkan
tidak ketinggalan dalam menyikapi perkembangan yang terjadi ini. Notaris di Indonesia
yang berasal dari sistem latijnse-notariaat berdasarkan sistem hukum civil law tentunya
memiliki perbedaan prinsipil dengan notary-public yang berasal dari sistem hukum
common law.

Perbedaan tersebut tentunya juga berpengaruh dalam praktek jasa yang


diselenggarakannya sesuai dengan kultur dan hukum di negara yang bersangkutan.

Dengan memanfaatkan teknologi internet, notaries diharapkan dapat melayani tuntutan


kebutuhan masyarakat secara lebih cepat, praktis, dan efisien sesuai dengan kewenangan
yang dimilikinya.

Dewasa ini telah cukup banyak penyelenggaraan jasa notaris secara elektronik yang
ditawarkan melalui websites di internet.

Berdasarkan hal tersebut akan timbul pertanyaan bagaimanakah konsep dan sistem jasa
notaris secara elektronik yang telah berjalan dalam praktek itu?

Selain itu, dapatkah praktek tersebut diterapkan oleh para notaris Indonesia sesuai dengan
sistem hokum kenotariatan yang berlaku?

MANUNGGAL.B,S.H. Notary Document |


MAGISTER KENOTARIATAN UNHAS © 2009
NOTARY SEAL
Amethyst

Apa saja pula kendala yang dihadapi dan bagaimanakah seharusnya konsep perangkat
hukum kenotariatan yang harus disiapkan guna mendukung terwujudnya hal tersebut?
Rekan2 mohon sharingnya ...

Peluang Cyber Notary di Indonesia

Pada hari Sabtu, 28 November 2009 yang lalu, bertempat di Hotel Grand Aquila,
Bandung, dalam acara diskusi tentang Peluang dan Tantangan Cyber Notary di Indonesia.
Diskusi tersebut merupakan salah satu kegiatan rutin Staf Ahli Menkominfo bidang
Hukum yang saat ini masih dijabat oleh Dr. Edmon Makarim. Ada 4 pembicara yang
dihadirkan dalam diskusi tersebut, yaitu: Prof. Rosa Agustina (Pengajar Hukum Perdata
FHUI), Prof. Agus Sardjono (Pengajar Hukum Dagang FHUI), Bapak Fardian (Ketua
Bidang Teknologi Informasi Ikatan Notaris Indonesia), dan Bapak Sjaiful Hidajat (Kepala
IT Service Strategy PT. Telkom). Diskusi tersebut dipandu oleh Bapak Gandjar L.B
Bondan sebagai moderator. Berikut ini saya sampaikan ringkasan dari hal-hal yang telah
dibahas dalam diskusi tersebut. Mudah2an bermanfaat untuk kita semua.

Apa esensi dari Cyber Notary?

Saat ini belum ada definisinya yang mengikat. Akan tetapi, untuk sementara dapat
dimaknai sebagai Notaris yang menjalankan tugas atau kewenangan jabatannya dengan
berbasis teknologi informasi. Tentu saja yang dibahas dalam diskusi ini bukanlah
legalitas penggunaan hp atau faks untuk komunikasi antara Notaris dan kliennya. Tetapi
berkaitan dengan tugas dan fungsi Notaris, khususnya dalam pembuatan akta.

Mengapa fokus Cyber Notary ada pada kegiatan Notaris dalam membuat akta?

Akta atau surat adalah dokumen yang memiliki kekuatan pembuktian. Akta terbagi
menjadi dua macam, yaitu Akta Otentik dan Akta Bawah Tangan. Akta Otentik adalah
akta yang bentuknya tertentu menurut Undang-undang dan dibuat dihadapan pejabat yang
berwenang. Sedangkan, akta bawah tangan adalah akta yang dibuat tidak di hadapan
pejabat yang berwenang. Akta Otentik memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna,
artinya andai kata salah satu pihak menyangkal, akta tersebut tetap dianggap sebagai
bukti yang mengikat. Sedangkan, akta bawah tangan baru menjadi alat bukti yang
sempurna jika seluruh pihak yang terkait tidak ada yang menyangkalnya. Ditinjau dari
segi pembuatnya, maka akta dapat dibedakan menjadi Akta Party dan Akta Pejabat. Akta
Party adalah akta yang dibuat oleh para pihak. Sedangkan, Akta Pejabat adalah akta yang
dibuat oleh Notaris/pejabat yang berwenang yang menyaksikan terjadinya suatu
peristiwa. Dalam hal ini, isu hukum yang penting adalah:

Apakah Akta Dapat Berbentuk Elektronik?

Semua pembicara yang berlatar belakang hukum/kenotariatan berpandangan bahwa Akta


Otentik untuk saat ini belum bisa berbentuk elektronik. Kalau akta bawah tangan bisa
MANUNGGAL.B,S.H. Notary Document |
MAGISTER KENOTARIATAN UNHAS © 2009
NOTARY SEAL
Amethyst

saja, karena bentuk akta merupakan kesepakatan dari para pihak. Alasannya adalah:
(1) Akta Otentik bentuknya ditentukan oleh peraturan dan belum ada peraturan yang
menyatakan bahwa Akta Otentik boleh dalam bentuk elektronik,
(2) Akta harus ditandatangani dan sampai saat ini belum ada peraturan yang secara
eksplisit dan bersifat lex specialis yang menyatakan bahwa Digital Signature boleh
digunakan untuk menandatangani akta otentik,
(3) Pembuatan akta dan penandatanganan harus dihadiri dan disaksikan oleh Notaris dan
para saksi dan sampai saat ini belum ada peraturan yang menyatakan bahwa Notaris
boleh menyaksikan penandatanganan melalui, misalnya, teleconference.

Jadi peluang Cyber Notary masih ada atau tidak?

Pembuatan akta otentik secara elektronik hanya bisa dilakukan jika dilakukan perubahan
terhadap UU Jabatan Notaris dan UU terkait yang mengatur tentang bentuk Akta Otentik.
Namun demikian, dengan aturan hukum yang ada sekarang Cyber Notary tetap bisa
dilaksanakan sedikitnya untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Prof. Agus Sardjono mengusulkan agar Notaris membuat Salinan Minuta secara
elektronik. Menurut beliau tidak ada ketentuan yang mengatur tentang bentuk Salinan
Minuta, sehingga bukanlah suatu hal yang bertentangan dengan hukum jika bentuknya
adalah elektronik (apalagi dengan penegasan UU ITE yang menyatakan bahwa dokumen
elektronik juga memiliki kekuatan hukum). Salinan Minuta itu sendiri memiliki
kedudukan yang penting, karena dokumen itulah yang didistribusikan ke para pihak.
Minuta atau akta asli disimpan di kantor Notaris sebagai dokumen negara dan dihimpun
dalam satu dokumen yang disebut Protokol Notaris.

2. Prof. Rosa Agustina mengusulkan bahwa yurisprudensi mahkamah agung mengenai


keabsahan perkawinan melalui telpon dikaji mendalam untuk menentukan kemungkinan
penerapannya dalam hal Notaris menyaksikan penandatanganan akta melalui
teleconference.

3. Pak Fardian mengusulkan bahwa pembuatan Akta Pejabat dapat dilakukan dalam
bentuk elektronik. Untuk Akta Party beliau berpendapat sebaiknya perlu ada pengaturan
spesifik yang lex specialis terlebih dahulu untuk itu.

Apakah secara teknis Indonesia sudah mampu menerapkan Cyber Notary?

Menurut Pak Sjaiful, secara teknis Indonesia mampu membuat dan menjalankan sistem
elektronik untuk mendukung Cyber Notary. Ia menjelaskan bahwa ketika Telkom
mempelajari teknologi dan sistem yang disebut sebagai Certification Authority pada akhir
tahun 1990-an biayanya masih cukup mahal. Tetapi sekarang sudah sangat murah, karena
setiap orang dapat mengunduh platform teknisnya secara gratis di situs OpenCA. Tentu
saja untuk mengembangkan aplikasi lanjutannya perlu skill, alat, dan biaya lagi. Beliau
menampik anggapan bahwa Cyber Notary tidak mungkin dilakukan oleh Notaris di
Indonesia karena perlu biaya mahal untuk membangun infrastruktur, karena menurut
MANUNGGAL.B,S.H. Notary Document |
MAGISTER KENOTARIATAN UNHAS © 2009
NOTARY SEAL
Amethyst

beliau paradigma pembangunan sistem elektronik sekarang adalah sharing infrastructure.


Artinya kalau sudah ada infrastrukturnya kenapa perlu bikin baru. Oleh karena itu, beliau
mengusulkan pola Cyber Notary di Indonesia yang menempatkan Notaris sebagai Sub
CA (Sub Certification Authority). Nanti sistemnya bisa didesain dari yang paling
kompleks yang memungkinkan Notaris melihat isi dari pesan yang dienkripsi (Sistem
Key Escrow) sampai yang sederhana yang menempatkan Notaris hanya sebagai pihak
yang menyaksikan record transaction (kapan waktu pesan dikirim dan diterima).

Kesimpulan
Secara teknis Indonesia siap menjalankan Cyber Notary. Secara hukum, belum semua
aspek pekerjaan Notaris secara tegas dapat dilakukan dalam bentuk elektronik. Tetapi,
tidak ada larangan bagi Notaris untuk menjadi Sub Certification Authority (jika Notaris
ingin menangkap peluang yang ada di era teknologi informasi sekarang ini).

MANUNGGAL.B,S.H. Notary Document |


MAGISTER KENOTARIATAN UNHAS © 2009

Anda mungkin juga menyukai